Cara Penggunaan Theodolit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

cara penggunaan theodolit

Cara Menggunakan/Mengoperasikan Theodolite

PENGENALAN THEODOLITE
Theodolite/theodolit merupakan suatu alat instrument teknik sipil bangunan yang dirancang
untuk pengukuran sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan
sudut tegak yang dinamakan dengan sudut vertical. Dimana sudut – sudut tersebut berperan
dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan.

 KONSTRUKSI THEODOLITE

Konstruksi instrument theodolite ini secara mendasar dibagimenjadi 3 bagian, lihat gambar di
bawah ini :

Keterangan :

1. Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang menyanggah
suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini
dibuat pengunci limbus.
2. Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan
diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak lurus kesatu. Diatas sumbu
kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran yang
mempunyai jari – jari plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat
alat pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi
penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo tabung diletakkan untuk
membuat sumbu kesatu tegak lurus. Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis – garis
pembagian skala dan angka digoreskan di permukaannya. Garis – garis tersebut sangat
tipis dan lebih jelas tajam bila dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi
dalam derajat sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam
grades senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g.
3. Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah sumbu
kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai diafragma dan
dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang
berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran mendatar.

 SISTEM SUMBU / POROS PADA THEODOLITE

 SYARAT – SYARAT THEODOLITE

Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap dipergunakan untuk
pengukuran yang benar adalah sbb :
1.Sumbu kesatu benar – benar tegak / vertical.
2.Sumbu Kedua haarus benar – benar mendatar.
3.Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.
4.Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.

 MACAM – MACAM THEODOLIT

Dari konstruksi dan cara pengukuran, dikenal 3 macam theodolite :


1.Theodolite Reiterasi
Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu dengan plat lingkaran
nonius dan tabung sumbu pada kiap.
Sehingga lingkaran mendatar bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius.

2.Theodolite Repetisi
Pada theodolite repetisi, plat lingkarn skala mendatar ditempatkan sedemikian rupa, sehingga
plat ini dapat berputar sendiri dengan tabung poros sebagai sumbu putar.
Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci lingkaran mendatar dan sekrup nonius.

3. Theodolite Elektro Optis


Dari konstruksi mekanis sistem susunan lingkaran sudutnya antara theodolite optis dengan
theodolite elektro optis sama. Akan tetapi mikroskop pada pembacaan skala lingkaran tidak
menggunakan system lensa dan prisma lagi, melainkan menggunkan system sensor. Sensor ini
bekerja sebagai elektro optis model (alat penerima gelombang elektromagnetis). Hasil pertama
system analogdan kemudian harus ditransfer ke system angka digital. Proses penghitungan
secara otomatis akan ditampilkan pada layer (LCD) dalam angka decimal.

 CARA PENGOPERASIAN / PENGGUNAAN THEODOLITE

1)Penyiapan Alat Theodolite


Cara kerja penyiapan alat theodolita antara lain :
1.Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan
2.Tinggikan setinggi dada
3.Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan
4.Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi
5.Kuatkan (injak) pedal kaki statif
6.Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar
7.Letakkan theodolite di tribar plat
8.Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite
9.Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak / vertical dengan
menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.
10.Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar dengan
menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.
11.Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering kemudian geser kekiri
atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah titi ikat (BM), dilihat dari centering optic.
12.Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada dinding.
13.Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran dengan melakukan
pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui nilai kesalaha index tersebut.

Theodolite SOKKIA TM20E pandangan dari belakang


KETERANGAN :
1. .Tombol micrometer 13. Sekrup koreksi Nivo tabung
2. Sekrup penggerak halus vertical 14. Reflektor cahaya
3. Sekrup pengunci penggerak vertical 15. Tanda ketinggian alat
4. Sekrup pengunci penggerak horizontal 16. Slot penjepit
5. Sekrup penggerak halus horizontal 17. Sekrup pengunci Nivo Tabung Telescop
6. Sekrup pendatar Nivo 18. Nivo Tabung Telescop
7. Plat dasar 19. Pemantul cahaya penglihatan Nivo
8. Pengunci limbus 20. Visir Collimator
9. Sekrup pengunci nonius 21. Lensa micrometer
10.Sekrup penggerak halus nonius 22. Ring focus benang diafragma
11.Ring pengatur posisi horizontal 23. Lensa okuler
12. Nivo tabung 24. Ring focus okuler

Theodolite SOKKIA TM1A pandangan dari samping kanan


KETERANGAN :
1. Ring focus objektif 10. Slot Penjepit
2. Ring bantalan lensa okuler 11. Pengunci limbus
3. Lensa okuler 12. Reflektor cahaya
4. Penutup Koreksi reticle 13. Nivo tabung
5. Sekrup pengunci penggerak vertical 14. Sekrup koreksi Nivo tabung
6. Sekrup Pengatur bacaan Horizontal dan vertical 15. Nivo kotak
7. Sekrup penggerak halus vertikal 16. Sekrup pendatar Nivo
8. Pengunci limbus 17. Plat dasar
9. Tanda ketinggian alat

Theodolite SOKKIA TM1A pandangan dari samping kiri


KETERANGAN :
1. Visir Collimator 11. Penutup Koreksi reticle
2. Lensa objektif 12. Ring bantalan lensa okuler
3. Sekrup pengatur bacaan horizontal dan vertical 13. Ring focus benang diafragma
4. Nivo tabung 14. Lensa okuler
5. Sekrup koreksi Nivo tabung 15. Lensa micrometer
6. Sekrup pengunci penggerak horizontal 16. Ring focus micrometer
7. Nivo kotak 17. Sekrup pengunci penggerak vertical
8. Sekrup pendatar Nivo 18. Tombol micrometer
9. Plat dasar 19. Sekrup penggerak halus vertical
10. Ring focus objektif 20. Sekrup penggerak halus horizontal

Sumber :
http://cwienn.wordpress.com/2009/06/01/pengenalan-theodolite/
http://tugasakhirteknik.com/cara-menggunakanmengoperasikan-theodolite/
Diposkan oleh wahyu sahputra di 22.57 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

kosolidasi

Kosolidasi
Pada lempung jenuh jika mengalami pembebanan maka tekanan air pori akan bertambah
bertahap. Tetapi untuk pasir yang mempunyai permeabilitas besar maka beban mengakibatkan
naiknya tekanan air pori cepat selesai. Air pori yang berpindah menyebabkan butiran tanah
mengisinya akhirnya terjadi penurunan.Penurunan akibat elastisitas tanah dan konsolidasi terjadi
bersamaan.
Kompresibelitas lempung jenuh dengan bertambahnya tekanan, elastik settlement terjaadi secara
cepat. Disebabkan koefisien pemeabilitas lempung yang kecil dari pasir maka peningkatan
tekanan air pori secara perlahan dan keluarnya air pada pori memerlukan waktu yang sangat
lama. Penurunan yang disebabkan konsolidasi lebih besar beberapa kali dar penurunan elastik.

Besar penurunan konsolidasi adalah :

ez = vertikal strain =
Δe = peribahan void ratio = f (s’o, s’c, Δs’)
Untuk lempung normal konsolidasi besar penurunan konsolidasi adalah :

Untuk lempung over konsolidasi besar penurunan konsolidasi dimana (s’o+ Δs’) < s’c adalah :

Untuk lempung over konsolidasi besar penurunan konsolidasi dimana s’o < s’c < s’o + Δs’
adalah :
PENENTUAN PENAMBAHAN BEBAN DALAM TANAH (Ds) AKIBAT BEBAN
DIATASNYA

PENAMBAHAN BEBAN VERTIKAL (Ds) AKIBAT BEBAN TERPUSAT


TAHUN 1885 Boussinesq mengembangan secara matematis untuk menentukan normal stress
dan Shear stress akibat beban terpusat tanah homogen, elastis dan isotropis seperti ditunjukan
pada gambar dibawah.

Besar penambahan beban akibat beban yang bekerja adalah :

Dimana x, y, z = koordinat titik


PENAMBAHAN BEBAN VERTIKAL (Ds) AKIBAT BEBAN BULAT
Persamaan Boussinesq diatas dapat diterapkan untuk menghitung penambahan beban dipusat
beban bulat seperti ditunjukan pada gambar dibawah ini.
Gambar dibawah ini dapat menentukan nilai Δs,
PENAMBAHAN BEBAN VERTIKAL (Ds) AKIBAT BEBAN PERSEGI
Untuk menentukan penambahan tegangan didalam tanah akibat beban luar seperti gambar
dibawah ini
Penambahan tekanan dititik A adalah :
I = faktor pengaruh dapat ditentukan dengan menggunakan tabel atau grafik dibawah ini.
PENAMBAHAN BEBAN VERTIKAL (Ds) AKIBAT PONDASI DENGAN METODA 2:1
Untuk menentukan penambahan tegangan didalam tanah akibat beban luar seperti gambar
dibawah ini
Besar penambahan tekanan adalah :

PENAMBAHAN BEBAN VERTIKAL (Ds) AKIBAT TIMBUNAN


Dimana :
qo= g x H
g = berat volume timbunan
H = tinggi timbunan
Untuk lebih sederhana maka :
Dimana I adalah fungsi dari B1/z dan B2/z, seperti pada grafik dibawah ini.

CONTOH :
Pondasi dengan ukuran 2,5 m x 5,0 mdimana tanah dibawahnya memikul beban pondasi sebesar
145 kN/m2. Tentukan besar penambahan beban dipusat pondasi dan di pojok pondasi.
Penambahan beban dipusat pondasi :
Bidang 1 :
n= B/Z = 2,5/6,25 = 0,4
m= L/Z = 1,25/6,25 = 0,20
Dari tabel diatas didapat I1 = 0,0328
Δq1= qo x I1 = 145 x 0,0328 = 4,756 kN/m2.
Bidang 2:
n= B/Z = 2,5/6,25 = 0,4
m= L/Z = 1,25/6,25 = 0,20
Dari tabel diatas didapat I1 = 0,0328
Δq2= qo x I1 = 145 x 0,0328 = 4,756 kN/m2.
Bidang 3
n= B/Z = 2,5/6,25 = 0,4
m= L/Z = 1,25/6,25 = 0,20
Dari tabel diatas didapat I1 = 0,0328
Δq3= qo x I1 = 145 x 0,0328 = 4,756 kN/m2.
Bidang 4
n= B/Z = 2,5/6,25 = 0,4
m= L/Z = 1,25/6,25 = 0,20
Dari tabel diatas didapat I1 = 0,0328
Δq4= qo x I1 = 145 x 0,0328 = 4,756 kN/m2.
Δq = Δq1+ Δq2+ Δq3+ Δq4 =
= 756 kN/m2 +4,756 kN/m2+4,756 kN/m2+4,756 kN/m2+4,756 kN/m2 =
= 4 x 4,756 kN/m2 = 19,024 kN/m2
Penambahan beban dipojok pondasi :
n= B/Z = 5,0/6,25 = 0,8
m= L/Z = 2,5/6,25 = 0,4
dari tabel diatas diperoleh I = 0,09314
Δq= qo x I = 145 x 0,09314 = 13,5053 kN/m2.
CONTOH SOAL :
Timbunan seperti gambar dibawah ini, tentukan besar penurunan konsolidasi.
JAWAB :
Penambahan tegangan (Ds) pada titik A1:

B1/z = 2.5/5 = 0,5; B2/z = 14/5 = 2,8


Dari grafi dibawah ini didapat I = 0,445
qo= g x H = 17.5 x 7 = 122.5 kN/m2
Ds = Ds1 + Ds2 =
qo x I + qo x I = 2 x qo x I = 2 x 122.5 x 0,445 = 109,03 kN/m2

Penambahan tegangan (Ds) pada titik A2:


BIDANG NO 1 :
B1/z = 0/5 = 0,0; B2/z = 5/5 = 1
Dari grafi dibawah ini didapat I = 0,24
Ds1 = qo1 x I
qo1 = 122.5/14 x 5 = 43,75 kN/m2
Ds1 = qo1 x I = 43.75 x 0.24 = 10,50 kN/m2

BIDANG NO 2 :
B1 = 5 + 14 – 5 = 14 m
B1/z = 14/5 = 2,80; B2/z = 14/5 = 2,8
Dari grafi dibawah ini didapat I = 0,495
Ds1 = qo1 x I
qo1 = 7 x 17.5 = 122.5 kN/m2
Ds1 = qo1 x I = 122.5 x 0.495 = 60.64 kN/m2

BIDANG NO 3 :
B1 = 0 m
B2 = 14 – 5 = 9.00 m
B1/z = 0/5 = 0; B2/z = 95 = 1,8
Dari grafi dibawah ini didapat I = 0,30
Ds3 = qo1 x I
qo3 = 122.5/14 x (14 – 5 ) = 78,75 kN/m2
Ds3 = qo3 x I = 78,75 x 0.30 = 23.63 kN/m2
Penambahan tegangan dititik A2 =
DsA2= Ds1+Ds2–Ds3= 10,50 kN/m2 + 60.64 kN/m2 -23.63 kN/m2 = 47,51 kN/m2

Diposkan oleh wahyu sahputra di 22.53 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
ILMU UKUR TANAH

GEODESI MENCAKUP KAJIAN DAN PENGUKURAN LEBIH LUAS, TIDAK SEKEDAR


PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI DI DARAT, NAMUN JUGA DIDASAR LAUT
UNTUK BERBAGAI KEPERLUAN, JUGA PENENTUAN BENTUK DAN DEMENSI BUMI
BAIK DENGAN PENGUKURAN DIBUMI DAN DENGAN BANTUAN PESAWAT
UDARA, MAUPUN DENGAN SATELIT DAN SISTEM INFORMASINYA.
ILMU UKUR TANAH DIDEFINISIKAN ILMU YANG MENGAJARKAN TENTANG
TEKNIK-TEKNIK / CARA-CARA PENGUKURAN DIPERMUKAAN BUMI DAN BAWAH
TANAH DALAM AREAL YANG TERBATAS (±20’-20’ ATAU 37 Km x 37 Km) UNTUK
KEPERLUAAN PEMETAAN DLL.

MENGINGAT AREAL YANG TERBATAS , MAKA UNSUR KELENGKUNGAN


PERMUKAAN BUMI DAPAT DIABAIKAN SEHINGGA SISTEM PROYEKSINYA
MENGGUNAKAN PROYEKSI ORTHOGONAL DIMANA SINAR-SINAR PROYEKTOR
SALING SEJAJAR ATAU SATU SAMA LAIN DAN TEGAK LURUS BIDANG PROYEKSI.
SEDANGKAN PADA PETA DAPAT DIDEFINISIKAN SEBAGAI GAMBARAN DARI
SEBAGIAN PERMUKAAAN BUMI PADA BIDANG DATAR DENGAN SKALA DAN
SISTEM PROYEKSI TERTENTU.
UNTUK MEMUDAHKAN PENENTUAN SUATU WILAYAH, MAKA BUMI DIBATASI
MENJADI GARIS BUJUR DAN GARIS LINTANG

JENIS PETA
Peta bisa dijeniskan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya.
Peta berdasarkan isinya:
1. Peta hidrografi: memuat informasi tentang kedalaman dan keadaan dasar laut serta informasi
lainnya yang diperlukan untuk navigasi pelayaran.
2. Peta geologi: memuat informasi tentang keadaan geologis suatu daerah, bahan-bahan
pembentuk tanah dll. Peta geologi umumnya juga menyajikan unsur peta topografi.
3. Peta kadaster: memuat informasi tentang kepemilikan tanah beserta batas dll-nya.
4. Peta irigasi: memuat informasi tentang jaringan irigasi pada suatu wilayah.
5. Peta jalan: memuat informasi tentang jejaring jalan pada suatu wilayah
6. Peta Kota: memuat informasi tentang jejaring transportasi, drainase, sarana kota dll-nya.
7. Peta Relief: memuat informasi tentang bentuk permukaan tanah dan kondisinya.
8. Peta Teknis: memuat informasi umum tentang tentang keadaan permukaan bumi yang
mencakup kawasan tidak luas. Peta ini dibuat untuk pekerjaan perencanaan teknis skala
1 : 10 000 atau lebih besar.
9. Peta Topografi: memuat informasi umum tentang keadaan permukaan bumi beserta informasi
ketinggiannya menggunkan garis kontur. Peta topografi juga disebut sebagai peta dasar.
10. Peta Geografi: memuat informasi tentang ikhtisar peta, dibuat berwarna dengan skala lebih
kecil dari
1 : 100 000.
PETA BERDASARKAN SKALANYA:

1. Peta skala besar: skala peta 1 : 10 000 atau lebih besar.


2. Peta skala sedang: skala peta 1 : 10 000 – 1 : 100 000.
3. Peta skala kecil: skala peta lebih kecil dari 1 : 100 000.

PETA TANPA SKALA KURANG ATAU BAHKAN TIDAK BERGUNA. SKALA PETA
MENUNJUKKAN KETELITIAN DAN KELENGKAPAN INFORMASI YANG TERSAJI
DALAM PETA.
PENULISAN SKALA PETA
SKALA PETA DAPAT DINYATAKAN DALAM BEBERAPA CARA :

1. ANGKA PERBANDINGAN

MISAL 1: 1.000.000 MENYATAKAN 1 cm atau 1 inch DI PETA SAMA DENGAN


1.000.000 cm/ inch DIPERMUKAAN BUMI
2. PERBANDINGAN NILAI
MISAL 1 CM UNTUK 10 km
3. SKALA BAR ATAU SKALA GARIS

GARIS INI DITETAPKAN ATAU DIGAMBARKAN DALAM PETA DAN DIBAGI-BAGI


DALAM INTERVAL YANG SAMA, SETIAP INTERVAL MENYATAKAN BESARAN
PANJANG YANG TERTENTU. PADA UJUNG LAIN, BIASANYA SATU INTERVAL
DIBAGI-BAGI LAGI MENJADI BAGIAN YANG LEBIH KECIL DENGAN TUJUAN AGAR
PEMBACA PETA DAPAT MENGUKUR PANJANG DALAM PETA SECARA LEBIH
TELITI.

PETA BERDASARKAN PENURUNAN DAN PENGGUNAAN


Peta dasar: digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun
pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi.
Peta tematik: dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema tertentu.
ARTI PENTING PETA (IUT) DALAM TEKNIK SIPIL (REKAYASA)
INFORMASI YANG TERDAPAT DALAM PETA:

1. MERUPAKAN MINIATUR BENTANG ALAM DARI DAERAH YANG


TERPETAKAN
2. JARAK, ARAH, BEDA TINGGI DAN KEMIRINGAN DARI SATU TEMPAT
KE TEMPAT LAINYA
3. ARAH ALIRAN AIR PERMUKAAN DAN DAERAH TANGKAPAN HUJAN
4. UNSUR-UNSUR ATAU OBYEK YANG TERGAMBAR DI LAPANGAN
5. PERKIRAAN LUAS SUATU WILAYAH
6. POSISI SUATU TEMPAT SECARA RELATIF
7. JARINGAN JALAN DAN TINGKAT ATAU KELASNYA
8. PENGGUNAAN LAHAN, DLL.

JENIS PENGUKURAN
PENGUKURAN UNTUK PEMBUATAN PETA BISA DIKELOMPOKKAN
BERDASARKAN CAKUPAN ELEMEN ALAM, TUJUAN, CARA ATAU ALAT DAN LUAS
CAKUPAN PENGUKURAN.
Berdasarkan alam:
— Pengukuran daratan (land surveying): antara lain
pengukuran topografi, untuk pembuatan peta topografi, dan pengukuran kadaster, untuk
membuat peta kadaster.
— Pengukuran perairan (marine or hydrographic surveying): antara lainpengukuran muka dasar
laut, pengukuran pasang surut, pengukuran untuk pembuatan pelabuhan dll-nya.
— Pengukuran astronomi (astronomical survey): untuk menentukan posisi di muka bumi
dengan melakukan pengukuran-pengukuran terhadap benda langit.
Berdasarkan tujuan:
· Pengukuran teknik sipil (engineering survey): untuk memperoleh data dan peta pada
pekerjaan-pekerjaan teknik sipil.
· Pengukuran untuk keperluan militer (miltary survey).
· Pengukuran tambang (mining survey).
· Pengukuran geologi (geological survey).
· Pengukuran arkeologi (archeological survey).
Berdasarkan cara dan alat:
a. Pengukuran triangulasi,
b. Pengukuran trilaterasi,
c. Pengukuran polygon,
d. Pengukuran offset,
e. Pengukuran tachymetri,
f. Pengukuran meja lapangan,
g. Aerial survey,
h. Remote Sensing, dan
i. GPS.
a, b, c dan i untuk pengukuran kerangka dasar, d, e, f, g dan h untuk pengukuran detil.
Berdasarkan luas cakupan daerah pengukuran:
Pengukuran tanah (plane surveying) atau ilmu ukur tanah dengan cakupan pengukuran
37 km x 37 km. Rupa muka bumi bisa dianggap sebagai bidang datar.
Pengukuran geodesi (geodetic surveying) dengan cakupan yang luas. Rupa muka bumi
merupakan permukaan lengkung.
PENGUKURAN DAN PEMETAAN DALAM DAUR PEKERJAAN TEKNIK SIPIL
BANGUNAN-BANGUNAN TEKNIK SIPIL BUKANLAH SISTEM YANG MATI.
JARINGAN JALAN MISALNYA, MERUPAKAN SISTEM YANG MEMPUNYAI DAUR
HIDUP, YAITU MEMPUNYAI UMUR RENCANA DENGAN ANGGAPAN-ANGGAPAN
TERTENTU, MISALNYA VOLUME LALU-LINTAS YANG SELALU BERUBAH DARI
WAKTU KE WAKTU. URUTAN DAUR PENGEMBANGAN SEBETULNYA TIDAK
HARUS BERUPA LANGKAH DESKRIT DARI AWAL TERUS SELESAI, TETAPI LEBIH
MENYERUPAI PROSES YANG MELINGKAR DAN MUNGKIN MELONCAT.
PROSES PEMETAAN TERISTRIS
PEMETAAN TERISTRIS ADALAH PROSES PEMETAAN YANG PENGUKURANNYA
LANGSUNG DILAKUKAN DIPERMUKAAN BUMI DENGAN PERALATAN TERTENTU.
WAHANA PEMETAAN TIDAK HANYA DAPAT DILAKUKAN SECARA TERISTRIS,
NAMUN DAPAT PULA SECARA FOTOGRAMETIS (FOTO UDARA),
RADARGRAMETRIS (BERBEDA PANJANG GELOMBANG DGN FOTOGRAMETRIS),
VIDEOGRAFIS, TEKNOLOGI SATELIT DSB.
DASAR PEMILIHAN WAHANA
PEMILIHAN WAHANA TERSEBUT TERGANTUNG DARI :

1. TUJUAN PEMETAAN
2. TINGKAT KERINCIAAN OBYEK YANG HARUS DISAJIKAN
3. CAKUPAN WILAYAH YANG DIPETAKAN.

BAGAN PEMETAAN TERISTRIS

Anda mungkin juga menyukai