0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
100 tayangan40 halaman

Analisis Implementasi Pengampunan Pajak

Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 40

ANALISIS IMPLEMENTASI PENGAMPUNAN

PAJAK (TAX AMNESTY) DI INDONESIA


(Polemik di balik Pembahasan RUU No. 11
Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty)

Abstrak

Dalam upaya meningkatkan penerimaan negara dari


sektor pajak serta terus meningkatkan tax ratio sebesar 16
persen melalui intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan, salah
satu diantaranya adalah upaya alternatif implementasi
pengampunan pajak (tax amnesty). Penerapan tax amnesty
di Indonesia masih merupakan wacana yang pro dan kontra.
Pada dasarnya penerapan kebijakan ini diharapkan dapat
meningkatkan jumlah wajib pajak, subyek dan obyek pajak
sekaligus meningkatkan penerimaan negara dari dana-dana
yang di “parkir” di luar negeri. Pada kenyataannya, pengalaman
menunjukkan bahwa tax amnesty pernah dilakukan di Indonesia
namun kurang efektif hasilnya karena ketidak jelasan tujuan
dan aturannya disamping itu tidak didukung pula dengan sarana
dan prasarana yang memadai.
Bila diterapkan kebijakan pengampunan pajak diharapkan
tidak hanya menghapus hak tagih atas wajib pajak (WP)
tetapi yang lebih penting lagi dalam jangka panjang dapat
memperbaiki kepatuhan WP, sehingga dapat meningkatkan
penerimaan pajak di masa mendatang.

Kata kunci : Implementasi Tax amnesty, WP meningkat,


penerimaan pajak meningkat
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus-


menerus dan berkesinambungan selama ini, bertujuan
meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil dan spiritual.
Untuk merealisasikan tujuan tersebut diperlukan anggaran
pembangunan yang cukup besar. Salah satu usaha untuk
mewujudkan peningkatan penerimaan untuk pembangunan
tersebut adalah dengan menggali sumber dana yang berasal
dari dalam negeri, yaitu pajak. Secara ekonomi, pemungutan
pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. (Mulyo Agung,
2007). Taraf hidup masyarakat akan meningkat diperlukan
anggaran yang selalu meningkat pula. Hal ini dapat dilihat dari
memperbesar anggaran Negara. APBN tahun 2015 Rp. 1.491,5
triliun dari target APBN-P Rp. 1.793,6 triliun atau Rp. 84,7% . Target
Pendapatan Negara dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar
Rp 1.822,5 triliun, atau Rp 25,6 triliun lebih rendah dari yang
diusulkan dalam RAPBN Tahun Anggaran 2015 yang hanya
mencapai Rp. 1.796,9 Triliun. Target Pendapatan Negara tersebut
bersumber dari Penerimaan Perpajakan sebesar Rp 1.546,7 triliun
dan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp 273,8 triliun
(rasio penerimaan negara terhadap PDB atau tax ratio dalam tahun
2016 sebesar 13,11 persen). Rp 1.822,5 triliun atau Rp 2,35% dari
Produk Domestik Bruto. Melalui UU Tax Amnesty, diharapkan
pendapatan negara akan meningkat dan para wajib pajak yang
bersedia memindahkan asetnya dari luar negeri akan diberikan tarif
tebusan sebesar 2% sampai 5%. Adapun wajib pajak yang
mendeklarasikan asetnya di luar negeri tanpa memindahkan aset
akan dikenai tarif 4% hingga 10%.
Untuk menggali penerimaan negara dari sektor perpajakan
dibutuhkan upaya-upaya nyata, serta di implementasikan dalam
bentuk kebijakan pemerintah. Upaya-upaya tersebut dapat berupa
intensifikasi maupun ekstensifikasi perpajakan. Intensifikasi pajak
dapat berupa peningkatan jumlah Wajib Pajak (WP) maupun
peningkatan penerimaan pajak itu sendiri. Upaya ekstensifikasi
dapat berupa perluasan objek pajak yang selama in belum
tergarap.
Untuk mengejar penerimaan pajak, perlu didukung situasi
sosial ekonomi politik yang stabil, salah satu kebijakan yang perlu
dipertimbangkan adalah diberikannya tax amnesty atau
pengampunan pajak. Kebijakan ini diharapkan dapat
meningkatkan subyek pajak maupun obyek pajak. Subyek
pajak dapat berupa kembalinya dana-dana yang berada di luar
negeri, sedangkan dari sisi obyek pajak berupa penambahan
jumlah wajib pajak.
Indonesia pernah menerapkan amnesti pajak pada 1984.
Namun pelaksanaannya tidak efektif karena wajib pajak kurang
merespons dan tidak diikuti dengan reformasi sistem administrasi

perpajakan secara menyeluruh. Disamping itu peranan sektor


pajak dalam sistem APBN masih berfungsi sebagai pelengkap
saja sehingga pemerintah tidak mengupayakan lebih serius.
Pada saat itu penerimaan negara banyak didominasi dari
sektor ekspor minyak dan gas bumi. Berbeda dengan sekarang,
penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan dominan
dalam struktur APBN Pemerintah Indonesia.
Saat ini, sebagai bentuk reformasi perpajakan salah
satu agendanya adalah menerapkan Pengampunan Pajak atau
Tax Amnesty. Namun dikalangan masyarakat menimbulkan
polemik yaitu laporan harta kekayaan yang dimiliki baik rumah,
tanah, mobil, diposito atau lainnya yang terkena pajak 2 %
menjadi beban berat dikarenakan bilamana masyarakat yang
punya usaha yang dianggap lumayan bisa membayarnya, namun
bagi masyarakat yang sehari-hari bekerja dengan gaji sekitar Rp.3
juta atau lebih atau usaha dagang kecil-kecilan untuk makan
sehari-hari sudah pas-pasan bagaimana membayar pajak
hartanya seperti rumah dan tanah sudah puluhan tahun dibeli
dengan harganya hanya puluhan juta rupiah, karena perubahan
wilayah begitu pesat sehingga rumah dan tanah tersebut menjadi
ratusan juta hingga milliaran harus membayar 2 % dari harga
NJOP Pajak Bumi dan Bangunan rumah dan tanah tersebut mana
mungkin terbayar, ada juga masyarakat yang tadinya punya
rumah dan dibangun sejak orang tuanya diatas tanah pihak lain
dengan istilah sewa tanah dengan tuan tanah banyak terjadi,
rumah tersebut di kota harga naik ikut nilai NJOP Pajak Bumi dan
Bangunan sekarang menjadi milliaran rupiah harus membayar
pajak 2 % sedangkan rumah tersebut tidak bisa dimiliki karena
tanah bukan miliknya dan mau membeli tanah pemiliknya tidak
tahu dimana lagi, rumah tersebut tidak bisa di jual,begitu juga bagi
pengusaha yang baru merintis belum ada modal kadang modal
boleh hutang dengan menggadaikan hartanya seperti rumah
mobil dan lainnya sudah terkena pajak bukan usaha berkembang
bisa menjadi tutup, sebaiknya pihak Dirjen Pajak mengambil
langkah yang tidak menyulitkan masyarakat seperti bisa dicicil
pembayaran pajak dalam tenggang waktu beberapa bulan
sehingga masyarakat bisa membayarnya. Ditambah lagi Dalam
pelaksanaannya, implementasi perpajakan di Indonesia masih
mempunyai beberapa permasalahan. Pertama, kepatuhan wajib
pajak masih rendah. Kedua, masih rendahnya kepercayaan
kepada aparat pajak. Ketiga, proses administrasi pengajuan tax
amnesty yang cukup menyusahkan dan panjang. Keempat,
Dalam draf RUU tax amnesty tidak menyebutkan asal-usul
hartanya. "Sehingga ini berpotensi menarik banyak uang haram
dalam APBN dan pereknomian indonesia.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan
menganilis implementasi pengampunan pajak (tax amnesty) di
Indonesia di balik polemik Pembahasan RUU No. 11 Tahun 2016
Tentang Tax Amnesty.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengimplementasikan pengampunan pajak
(tax amnesty) dibalik polemik pembahasan RUU No. 11
tahun 2016 tentang Tax Amnesty ?
2. Apa saja polemik dibalik pembahasan RUU No. 11 tahun
2016 tentang Tax Amnesty ?

Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi


pengampunan pajak (tax amnesty) dibalik polemik
pembahasan RUU No. 11 tahun 2016 tentang Tax Amnesty
2. Mengetahui polemik apa saja dibalik pembahasan RUU No.
11 tahun 2016 tentang Tax Amnesty

Metodologi Penelitian

Untuk menganalisis implementasi tax amnesty di


Indonesia digunakan metode kualitatif dengan pendekatan
eksploratif deskriptif. Pendekatan eksploratif (Philip, Kotler &
Kevin L. Keller, 2006) adalah metode penelitian yang bertujuan
menghimpun informasi awal yang akan membantu upaya
menetapkan masalah dan merumuskan hipotesis. Sedangkan
pendekatan deskriptif adalah metode penelitian yang
bertujuan memaparkan (mendeskripsikan) sesuatu hal. Jadi
pendekatan ini bertujuan untuk mendalami mengenai
wacana implementasi tax amnesty di Indonesia..
Untuk memperjelas gambaran mengenai peluang,
tantangan, hambatan dan kelemahan penerapan tax amnesty di
Indonesia digunakan SWOT analysis (Strenghts, Weaknesses,
Opportunities dan Threats). Dari analisis ini dapat ditentukan
strategi dan langkah-langkah kebijakan yang dapat diambil.
(Suwarsono Muhammad, 2000)
Bahan-bahan dan informasi berasal dari data sekunder
yang didapat dari penggalian informasi dari berbagai sumber,
bahan seminar, media masa, media elektronik, dan lain-lain serta
didukung pula dengan kajian pustaka.
TINJAUAN PUSTAKA

Makna dan Fungsi Pajak

Pembangunan nasional yang selama ini dilaksanakan adalah


kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil dan spiritual.
Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut harus
memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian bangsa atau
negara dalam hal pembiayaan pembangunan adalah menggali
sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak
digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi
kepentingan bersama.
Beberapa ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya
pengertian pajak yang dikemukakan oleh P.J.A. Andriani dalam
(Brotodihardjo R. Santoso, 1998). Menyebutkan bahwa :
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung ditunjuk,
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan
pemerintahan.”

Pengertian pajak menurut Edwin R.A Slegman dalam buku Essay in


Taxation menyatakan bahwa “Tax is compulsory contribution from the
person to the government to defray the expenses incurred in the
common interest of all, without reference to special benefit conferred”.

Pajak mempunyai 2 fungsi utama, yaitu fungsi penerimaan


(budgetair) dan fungsi mengatur (reguler). Fungsi budgetair
dimaksudkan bahwa pajak berfungsi sebagai sumber dana yang
diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Sedangkan fungsi reguler dimaksudkan sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial ekonomi.

Tax Amnesty

Menurut "UU No 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak"


Tax Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang,
tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di
bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar
Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Secara umum Pengertian Tax Amnesty adalah kebijakan
pemerintah yang diberikan kepada pembayar pajak tentang
forgiveness / pengampunan pajak, dan sebagai ganti atas
pengampunan tersebut pembayar pajak diharuskan untuk membayar
uang tebusan. Mendapatkan pengampunan pajak artinya data laporan
yang ada selama ini dianggap telah diputihkan dan atas beberapa utang
pajak juga dihapuskan.
Tujuan Tax Amnesty

1. Repatriasi atau menarik dana warga negara Indonesia yang ada di


luar negeri;
2. Meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka pendek;

3. Menambah jumlah wajib pajak;

4. Mengintegrasikan sektor informal ke dalam sistem perekonomian;

5. Memanfaatkan dana yang tidak terpakai;

6. Langkah awal kebijakan rezim baru untuk menerapkan sanksi


yang lebih besar;

7. Meningkatkan pertumbuhan nasional

8. Meningkatkan basis perpajakan nasional, yaitu aset yang


disampaikan dalam permohonan pengampunan pajak dapat
dimanfaatkan untuk pemajakan yang akan datang .

Tarif dan Utang Pajak

Secara teori pemungutan pajak tidak terlepas dari rasa keadilan,


sebab keadilan dapat menciptakan keseimbangan sosial yang sangat
penting untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam penetapan
tarifnyapun harus mendasarkan pada prinsip-prinsip keadilan. Dalam
penghitungan pajak yang terutang digunakan tarif pajak. Tarif pajak
dimaksud adalah tarif untuk menghitung besarnya pajak terutang
(pajak yang harus dibayar). Besarnya tarif pajak dapat dinyatakan
dalam persentase.
Apabila melihat timbulnya utang pajak, bahwa utang pajak timbul
karena Surat Keputusan Pajak (ajaran formal), ajaran ini diterapkan
pada official assessment system. Perbedaan dengan ajaran materiil
bahwa utang pajak timbul karena undang-undang. Ajaran ini diterapkan
pada self assessment system. Hapusnya utang pajak disebabkan
antara lain :
1. Pembayaran
Utang pajak yang melekat pada Wajib Pajak akan hapus
karena pembayaran yang dilakukan ke Kas Negara.
2. Kompensasi
3. Keputusan yang ditunjukkan kepada kompensasi utang pajak dengan
tagihan seseorang di luar pajak tidak diperkenankan. Oleh karena itu
kompensasi terjadi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan
berupa kelebihan pembayaran pajak. Jumlah kelebihan
pembayaran pajak yang diterima Wajib Pajak sebelumnya
harus dikompensasikan dengan pajak-pajak lainnya yang terutang.
4. Daluwarsa
Daluwarsa diartikan sebagai daluwarsa penagihan. Hak untuk
melakukan penagihan pajak, daluwarsa setelah lampau waktu
sepuluh tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang
bersangkutan. Hal ini untuk memberikan kepastian hukum kapan
uang pajak tidak dapat ditagih lagi. Namun daluwarsa penagihan
pajak tertangguh, antara lain, apabila diterbitkan Surat Teguran
dan Surat Paksa.
5. Pembebasan
Utang pajak tidak berakhir dalam arti yang semestinya tetapi karena
ditiadakan. Pembebasan pada umumnya tidak diberikan
terhadap pokok pajaknya, tetapi diberikan terhadap sanksi
administrasinya.
6. Penghapusan
Penghapusan utang pajak ini sama sifatnya dengan
pembebasan, tetapi diberikan karena keadaan keuangan Wajib
Pajak.
Subjek Tax Amnesty

Subjek Tax Amnesty adalah warga negara Indonesia baik yang ber
NPWP maupun tidak yang memiliki harta lain selain yang telah dilaporkan
dalam SPT Tahunan Pajak (warga negara yang pembayaran pajaknya
selama ini masih belum sesuai dengan kondisi nyata)

Objek Tax Amnesty

Objek Tax Amnesty adalah Harta yang dimiliki oleh Subjek Tax Amnesty, artinya yang menjadi
sasaran dari pembayaran uang tebusan adalah atas Harta baik itu yang berada di dalam negeri maupun
diluar negeri. Pengertian Tax Amnesty secara umum saya jabarkan dalam tanya jawab tax amnesty
dibawah ini.
Penerapan Tax Amnesty Sebagai Alternatif

Bagi banyak negara, pengampunan pajak (tax amnesty) seringkali


dijadikan alat untuk menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak
(tax revenue) secara cepat dalam jangka waktu yang relatif singkat.
Program tax amnesty ini dilaksanakan karena semakin parahnya upaya
penghindaran pajak. Kebijakan ini dapat memperoleh manfaat perolehan
dana, terutama kembalinya dana yang disimpan di luar negeri, dan
kebijakan ini dalam mempunyai kelemahan dalam jangka panjang dapat
8
Mulyo Agung, 2007, hal 15

berakibat buruk berupa menurunnya kepatuhan sukarela (voluntary


compliance) dari wajib pajak patuh, bilamana tax amnesty dilaksanakan
dengan program yang tidak tepat. Penelitian ini memberikan gambaran
mengenai pelaksanaan tax amnesty di beberapa negara yang relatif lebih
berhasil dalam melaksanakan kebijakan pengampunan pajak seperti di
Afrika Selatan, Irlandia dan India, dengan maksud untuk mempelajari
kebijakan dari masing-masing negara serta menganalisis faktor-faktor
yang menyebabkan program ini dapat berhasil dan mencapai target yang
ditetapkan, serta perspektifnya bagi pebisnis Indonesia.9
Berdasarkan penelitian (Enste & Schneider, 2002), bahwa
besarnya persentase kegiatan ekonomi bawah tanah (underground
economy), di negara maju dapat mencapai 14 – 16 persen dari Produk
Domestik Bruto (PDB), sedangkan di negara berkembang dapat mencapai
35 – 44 persen dari PDB. Kegiatan ekonomi bawah tanah ini tidak pernah
dilaporkan sebagai penghasilan dalam formulir surat pemberitahuan
tahunan (SPT) Pajak Penghasilan, sehingga masuk dalam kriteria
penyelundupan pajak (tax evasion).
Penyelundupan pajak mengakibatkan beban pajak yang harus
dipikul oleh para wajib pajak yang jujur membayar pajak menjadi lebih
berat, dan hal ini mengakibatkan ketidakadilan yang tinggi. Peningkatan
kegiatan ekonomi bawah tanah yang dibarengi dengan penyelundupan
pajak ini sangat merugikan negara karena berarti hilangnya penerimaan
pajak yang sangat dibutuhkan untuk membiayaai program pendidikan,
kesehatan dan program-program pengentasan kemiskinan lainnya. Oleh
sebab itu timbul pemikiran untuk mengenakan kembali pajak yang belum
dibayar dari kegiatan ekonomi bawah tanah tersebut melalui program
khusus yakni pengampunan pajak (tax amnesty).10

9
Urip santoso dan Justina Setiawan. Tax amnesty dan Pelaksanaanya di Beberapa Negara :
Perspektif Bagi Pebisnis Indonesia, Kopertis, Volume 11 No. 2 Juli 2009
10
Erwin Silitonga, dalam makalah yang berjudul “Ekonomi Bawah Tanah, Pengampunan pajak, dan
Referandum”, 2006

PEMBAHASAN

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia


Tingkat kepatuhan WP (tax coverage) memegang peranan penting
terhadap keberhasilan pemerintah dalam menentukan besarnya
penerimaan dari sektor pajak. Direktorat Jenderal Pajak mencatat rasio
kepatuhan Wajib Pajak (WP) dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan dapat dilihat pada Tabel 1, sebagai berikut :
Tabel 1. Tingkat Kepatuhan WP tahun 2008-2011
Tahun Tingkat Total WP WP Yang Total
kepatuh Yang Wajib WP
an (%) Menyampaikan Menyampaikan Terdaftar
2011 *) 62,50 SPT (orang)
9.033.233 SPT (orang)
18.116.000 (orang)
19.410.174
2010 58,16 8.202.309 14.101.933 15.911.576
2009 54,15 5.413.144 10.289.590 15.911.576
Sumber : Ditjen Pajak, dan beberapa sumber, diolah

Kepatuhan wajib pajak di Indonesia setiap tahun mengalami


peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah WP. Pertambahan
jumlah WP tidak berbanding lurus dengan peningkatan jumlah
penerimaan pajak. Namun, peningkatan realisasi kepatuhan pajak
memberikan dampak positif terhadap target yang telah ditetapkan.
Dilain sisi, tingkat kepatuhan pembayaran pajak orang kaya sampai
saat ini belum maksimal atau masih rendah. Itu sebabnya, upaya-upaya
untuk menarik wajib pajak orang kaya terus dilakukan termasuk upaya
Ditjen Pajak membuat kantor pelayanan khusus bagi WP kaya atau High
Net-Worth Individual (HNWI). Kantor Pelayanan Pajak (KPP) WP BOP
adalah salah satu kantor pelayanan yang berfungsi menjaring WP orang
kaya terutama yang berada Jakarta. KPP WP BOP akan melayani sekitar
1.200 orang kaya dengan kekayaan di atas Rp 100 miliar.
Salah satu
berasal daritarget kepatuhan
kekayaan yang perlu
yang WP
berada di dilakukan
luar negeri. juga
Salahadalah menjaringadalah
satu upayanya pajak yang
membangkitkan
(tax amnesty). kesadaran dan calon/mantan WP melalui pengampunan pajak

Rasio kepatuhan wajib pajak di Indonesia masih tergolong rendah


jika dibandingkan dengan rasio di negara-negara maju. Banyak faktor
yang menyebabkan rendahnya rasio tersebut, diantaranya : rendahnya
tingkat kesadaran masyarakat dalam melaksanakan kewajiban
penyetoran dan pelaporan pajak, minimnya jumlah fiskus atau pemeriksa
pajak, dan sebagainya.

Peluang dan Tantangan Implementasi Tax Amnesty di Indonesia

Ada beberapa langkah yang ditempuh pemerintah Indonesia


khususnya Direktorat Jenderal Pajak guna meningkatkan penerimaan
negara dari sektor pajak, antara lain melaksanakan program Sensus
Pajak Nasional. Selain itu melakukan penyempurnaan peraturan untuk
menangani tindakan penghindaran pajak (tax avoidance), tindakan
penggelapan pajak melalui transfer pricing, dan pengenaan pajak final.

Langkah lainnya adalah pembenahan internal aparatur dan sistem


perpajakan. Demikian juga akan dilakukan kenaikan tarif cukai tembakau
mulai tahun 2012 yang rata-rata sebesar 12,2 persen. Upaya berikutnya
adalah akan dilakukan peningkatan akurasi penelitian nilai pabean dan
klasifikasi barang impor serta peningkatan efektivitas pemeriksaan fisik
barang. Termasuk penyempurnaan implementasi Indonesia National
Single Windows (INSW) serta pengembangan otomatisasi pelayanan di
bidang kepabeanan dan cukai.11

Selain itu salah satu bentuk upaya atau inovasi lain dalam sistem
perpajakan yang berguna meningkatkan penerimaan pajak tanpa
menambah beban baik jenis pajak baru maupun persentase pajak yang
sudah ada kepada masyarakat, dunia usaha dan para pekerja adalah
melalui program tax amnesty. Salah satu tujuan pengampunan pajak ini
diharapkan dapat mengurangi citra negatif pada aparat perpajakan yang
11
Sumber : situs Dirjen Pajak, www.pajak.go.id

selalu dipersepsikan selalu bersikap sewenang-wenang dan harus selalu


dihindari, berubah menjadi hubungan yang lebih “friendly.” Pada dasarnya
inovasi atau upaya ini dapat diterapkan di Indonesia.

Keunggulan yang diharapkan bila kebijakan tax amnesty


diimplementasikan yaitu akan dapat mendorong masuknya dana-dana
dari luar negeri yang dalam jangka panjang dapat digunakan sebagai
pendorong investasi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menstimulasi
perekonomian nasional.

Di sisi lain kelemahannya bila diterapkan pengampunan pajak


adalah tidak serta merta menjamin peningkatan kinerja setoran pajak ke
kas negara. Hal ini bisa sebaliknya berpotensi terjadinya penyelewengan,
manipulasi dan tindakan moral hazard lainnya. Para pengusaha yang
memperoleh pemutihan pajak akan melakukan penggelapan kewajiban
pajaknya. Kecuali bila diberlakukan pengampunan pajak bersyarat.
Contohnya pengampunan pajak bersyarat, wajib pajak harus transparan
terhadap aset-aset dan penghasilan mereka. Hal ini guna menghindari
kekeliruan yang sama tahun 1984 tidak terulang kembali yaitu minimnya
akses informasi terhadap masyarakat dan minimnya
keterbukaan/transparansi serta sosialisasi kebijakan ini.

Analisis SWOT Implementasi Tax Amnesty

Bila digunakan analisis SWOT, terutama dilihat dari sisi kekuatan,


kelemahan, peluang dan tantangan implementasi penerapan Tax
Amnesty, dapat dijelaskan sebagai berikut :

Strength (Kekautan)
1. Sumberyang
memadai dayadapat
yangmendukung
dimiliki padadiberlakukannya
instansi aparatur pajak saat
penerapan taxini sudah
amnesty.
Demikian juga infrastruktur pendukung
ini adalah sebesar 32.000 orang, sehingga lainnya. Tercatat pegawai Ditjen Pajak saat

bila wajib pajak saat ini berjumlah 20 juta orang berarti rationya adalah
1 : 625. Walaupun ke depan sangat perlu untuk ditambah lagi
mengingat wajib pajak setiap tahunnya mempunyai tren meningkat..
2. Bila kebijakan perpajakan seperti tax amnesty diterapkan maka akan
menciptakan kerelaan masyarakat untuk mendaftarkan diri menjadi
Wajib Pajak dan menunaikan kewajiban perpajakannya seperti yang
dilakukan pemerintah sebelumnya dengan sunset policy maupun
pemebebasan pajak fiskal bagi warga negara Indonesia yang hendak
bepergian ke luar negeri dengan syarat memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak.
3. Kondisi ekonomi nasional saat ini relatif stabil dengan rata-rata
pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen. Hal ini dapat menjamin
pemberlakuan tax amnesty. Beberapa negara lain seperti Afrika
Selatan, Korea Selatan dan lain-lain, memberlakukan tax amnesty pada
saat ekonomi negara tersebut dalam kondisi stabil.
4. Dengan diadakannya sensus pajak tahun 2011 maka dapat diketahui
gambaran mengenai kondisi wajib pajak, potensi maupun karakteristik
wajib pajak yang dapat meberikan masukan bagi pengambil keputusan
guna menentukan ya atau tidak implementasi tax amnesty dilakukan.

Weakness (Kelemahan )
1. Tidak mempunyai payung hukum yang dapat menjadi landasan hukum
implementasi tax amnesty yang dapat memberikan aturan jelas. Hal ini
akan menambah keraguan bagi wajib pajak dan calon wajib pajak.
Namun apabila implementasi tax amnesty akan diterapkan maka berarti
harus di buat terlebih dahulu peraturan perpajakan (undang-undang)
yang mengatur tentang hal itu. Hal in tentu saja akan memakan waktu
yang lebih lama karena tentu saja harus mendapat persetujuan dari
DPR (Dewan Pertimbangan Rakyat).
2. Pernah dilaksanakan
dilaksanakan pada tahunimplementasinya. Pertama,Presiden
1964 melalui Penetapan pengampunan
RI pajak sudah

No. 5 tahun 1964 tentang Peraturan Pengampunan Pajak yang


kemudian secara berturut-turut diikuti Keppres No. 26 tahun 1984
tentang Pengampunan Pajak jo. Keputusan Menteri Keuangan No.
345/KMK.04/1984 tentang Pelaksanaan Pengampunan Pajak jo.
Keputusan Menteri Keuangan No. 966/KMK.04/1983 tentang Faktor
Penyessuaian Untuk Penghitungan Pajak Penghasilan.12 Namun
efektifitas pelaksanaan tax amnesty tersebut masih rendah, efektifitas
ini terukur dari rendahnya partisipasi peserta tax amnesty tersebut.
3. Reformasi dan penataan sistem perpajakan sedang dilakukan baik
perbaikan potensi, intensifikasi dan ekstensifikasi, pengembangan
teknologi informasi, perbaikan sumber daya manusia serta
pengawasan. Oleh karena itu bila tax amnesty dilakukan maka hasilnya
tidak optimal. Idealnya tax amnesty dilakukan hanya sekali.

Opportunity (Peluang)
1. Program ini diharapkan dapat meningkatkan dana-dana masuk ke
Indonesia yang cukup banyak di simpan di luar negeri. Di samping itu,
dana-dana yang selama ini diparkir di luar negeri dapat kembali masuk
ke tanah air bila pemerintah secepatnya menerapkan pengampunan
pajak. Potensi dana yang mengalir diperkirakan berkisar US$ 20-40
miliar atau setara Rp 360 triliun. (data Kadin, 2009) Dana tersebut
disimpan di sejumlah bank di Singapura dan Australia.
2. Sejumlah negara telah sukses memberlakukan tax amnesty, salah satu
diantaranya adalah Afrika Selatan, Korea Selatan dan India.
3. Tingkat kepercayaan masyarakat yang masih tinggi merupakan salah
satu peluang untuk mewujudkan tujuan akhir guna mengamankan
penerimaan negara dari sektor pajak

12
Sumber: Forum Diskusi Ilmiah Perpajakan berjudul Amnesti Pajak Perlu Prasarat Tax Reform
(http://groups.yahoo.com/group/forum-pajak/message/10744)

4. Kondisi ekonomi Indonesia selama ini yang selalu membaik


memberikan kesempatan untuk dapat diterapkannnya kebijakan tax
amnesty.
5. Tax amnesty dapat berpengaruh positif bagi pasar uang pada Bursa
Efek Indonesia. Bila kebijakan ini diterapkan maka mempunyai potensi
terjadi penambahan emiten baru karena perusahaan-perusahaan tidak
perlu khawatir atas permasalahan pajak yang telah lewat. Karena
masalah perpajakan merupakan salah satu faktor yang dianggap
memberatkan bagi calon emiten untuk mengubah status
perushaaannya menjadi perusahaan terbuka.13

6. Bila program tax amnesty berhasil diimplementasikan maka pemerintah


mempunyai beberapa keuntungan antara lain pemerintah dapat
mengkonsentrasikan atau memfokuskan pada upaya pemberantasan
korupsi. Demikian juga dengan diimplementasikan tax amnesty maka
asset recoverynya lebih mudah karena tidak perlu melakukan
penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan proses hukum lainnya untuk
mengambil asset koruptor. Asset recovery adalah perbandingan antara
jumlah kerugian negara yang didakwakan dengan penyitaan asset atau
pengembalian asset korupsi. Selama ini persentase asset recovery
masih relatif kecil. Persentase asset recovery dapat dijadikan acuan
penentuan tarif tax amnesty.14

Treat (Tantangan )
1. Salah satu tantangan yang dihadapi Direktorat Jenderal Pajak adalah
antara lain terus dikembangkan hubungan kerja sama internasional
baik dengan institusi negara-negara lain maupun lembaga keuangan
internasional untuk dapat saling tukar menukar data dan informasi
perpajakan.

13
Bisnis Indonesia 30 Nopember 2004
14
Tax amnesty dan Korupsi, Raden Agus Suparman, http://pajaktaxes.blogspot.com/2009/11/tax-amnesty- dan-
korupsi.html

2. Beberapa peristiwa penyimpangan di Ditjen Pajak seperti ”Kasus


Gayus” berakibat pada penggiringan opini wajib pajak untuk memboikot
pembayaran pajak dengan melakukan penghindaran pajak (tax
avoidance).
3. Banyaknya permasalahan yang timbul terkait pengampunan pajak
sehingga aturannyapun menjadi semakin kompleks oleh karenanya
diperlukan aturan yang jelas yang tidak menimbulkan persepsi yang
berbeda serta berbagai kepentingan.
4. Saat ini Indonesia masih memiliki permasalahan lain terkait
peningkatan tax ratio penerimaan pajak terhadap PDB. Tax ratio
Indonesia sampai saat ini masih rendah berkisar 13 persen bila
dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, sehingga kebijakan
tax amnesty adalah salah satu upaya alternatif guna meningkatkan
minat pembayaran pajak di kalangan masyarakat. Bila dilihat
perkembangan Tax Ratio dari tahun 2005 sampai dengan 2010 adalah
sebagai beriku :

Tabel 2. Tax Ratio Indonesia 2005 - 2010


Tahun
No Uraian
2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pajak Pusat (Triliun Rp) 347,03 409,20 490,99 658,70 641,38 744,06
a.Pajak Dalam Negeri 331,79 395,97 470,05 622,36 622,71 715,21
b.Pajak Perdagangan Intl 15,24 13,23 20,94 36,34 18,67 28,85
2 PDB atas dasar Harga
2.784,30 3.365,90 3.950, 90 4.951,40 5.613,40 6.422,91
Berlaku (Triliun Rupiah)
3 Tax ratio , % (1:2) 12,46 12,16 12,43 13,30 11,43 11,57
Sumber : BKF, DJP, BPS, diolah, *) Tax Ratio =( Pajak : PDB ) x 100%
Dari
dari tabel
13 tersebut
persen. terlihat
Target hanya
2011 tax padatercapai
ratio tahun 2008
12,2 tax ratio Indonesia
persen dan tahunlebih
2012tinggi
tercapai 12,6
upaya-upaya persen. Dengan
pemerintah rendahnya tax ratio tersebut maka diperlukan
guna peningkatan tax ratio tersebut yang antara lain
berupa pemberian pengampunan

pajak dalam jangka pendek yang diharapkan dalam jangka panjang


terjadi peningkatan wajib pajak maupun penerimaan pajak.

Best Practise Implementasi Tax Amnesty di Beberapa Negara

Indonesia pernah menerapkan pengampunan pajak pada 1984.


Namun pelaksanaannya belum efektif karena wajib pajak sendiri kurang
merespons dan tidak diikuti dengan reformasi sistem administrasi
perpajakan secara terpadu dan menyeluruh. Demikian juga minimnya
keterbukaan dan peningkatan akses informasi ke masyarakat termasuk
sistem kontrol dari Ditjen Pajak sendiri. Pemberian tax amnesty tidak
sekedar menghapus hak tagih atas wajib pajak namun yang lebih penting
lagi sebenarnya adalah memperbaiki sikap dan perilaku WP, sehingga
diharapkan akan terjadi peningkatan penerimaan negara di masa yang
akan datang.
Pada dasarnya pemerintah dapat mencari format terbaik yang bisa
diimplementasikan bila Tax Amnesty diterapkan. Pemerintah juga dapat
mengkaji dan belajar dari negara yang telah mengimplementasikan
kebijakan pengampunan pajak seperti Afrika Selatan, Italia, India, Korea
Selatan dan lain-lain.
Pemerintah Afrika Selatan menerapkan strategi melalui “Pull and
Push Strategy.” Mekanisme strategi Pull adalah dengan menarik atau
memberikan insentif kepada wajib pajak agar wajib pajak tertarik untuk
ikut serta dalam program ini. Salah satu caranya adalah dengan
penghapusan denda dan atau bunga pajak terutang atau pembayaran
tebusan dengan tarif yang rendah.
Push,
tidak dimaksudkan
mau memberikan
berpartisipasi. Salah tekanan atau rasa
satu caranya tidakdengan
adalah nyaman seandainya WP
meningkatkan
kuantitas
dan dan
transparankualitas
hasil penyidikan serta sanksi pidana pajak sementarayang
audit tax, strategi pemilihan target penyidikan tepat
sebelum
program amnesti diumumkan.

Pada dasarnya banyak warga negara Afrika Selatan sebelumnya


banyak yang menyimpan dana atau hartanya di luar negeri dengan
berbagai alasan. Bukan saja untuk menghindari ketentuan regulasi
terhadap pengawasan nilai tukar (exchange control regulations), namun
juga kesulitan mengungkapkan sumber-sumber yang diperoleh di dalam
dan luar negeri.
Tingkat pengenaan pajak atas penghasilan yang diperoleh di luar
negeri di masa lalu di Afrika Selatan cukup tinggi. Misalnya bunga yang
diperoleh dari bank dan rekening kepemilikan atas properti di luar negeri
yang harus dikenai pajak.
Sejak tahun 1997 di Afrika Selatan terdapat tambahan formulir bagi
foreign passive income yang dikenai pajak bagi penduduk Afrika Selatan.
Salah satu contohnya adalah penghasilan atas bunga dan royalti. Hal ini
kemudian diberlakukan bagi seluruh penduduk Afrika Selatan sejak
tanggal 1 Januari 2001.
Tujuan utama amnesti pajak di Afrika Selatan antara lain, adalah :
1. Mewajibkan penduduk Afrika Selatan patuh terhadap ketentuan
exchange control dan masalah-masalah perpajakan pada umumnya.
2. Memberi kewenangan bagi South African Revenue Services (SARS)
dan Exchange Control Department of the South African Reserve Bank
(SARB) mengawasi assets milik warga Afrika Selatan yang berada di
luar negeri.
3. Memfasilitasi pengembalian aset yang berada di luar negeri.
4. Meningkatkan penerimaan pajak di masa yang akan datang.
Dalam
yaitu sejarahnya,
pada 1995, 1996 Afrika
dan Selatan
2003. telahitu,melaksanakan
Selain pada 2003 amnesti pajak
diberlakukan tiga kali,
special
amnesty,
atau dimana
wajib pajak ruang
yang lingkupnya
ada di luar dibatasi
negeri, hanya pada
jugaspesifik,
transaksi pengakuan
yang berkaitanaset rakyat
dengan
pelanggaran
hanya kepada lalu lintas devisa. Secara labih amnesti pajak ini dibatasi
pajak di masa mereka
lalu. yang memiliki aset di luar negeri namun belum membayar

Dalam pengampunan pajak ini, jenis pajak yang diampuni hanya terbatas
pada PPh Orang Pribadi (Personal Income Tax), termasuk juga pajak atas
warisan (estate duty). Sedangkan PPN dan withholding taxes tidak tidak
termasuk dalam program ini.
Banyak hal yang dapat menjadi masukan dengan merujuk
keberhasilan Afrika Selatan dalam melakukan amnesti pajak. Adanya
program amnesti ini sebagai bagian dari program pengelolaan perpajakan
secara baik yang merupakan tulang punggung penerimaan negara dalam
APBN. Saat ini penerimaan negara dari sektor perpajakan telah
mencapai 70-80% dalam APBN sehingga hal tersebut sudah merupakan
masalah nasional, sebagaimana yang dikatakan tax amnesty 2003
memberikan penghapusan tuntutan tindakan pidana yang terbatas hanya
yang menyangkut pidana perpajakan dan peraturan lalu lintas devisa.
Dengan demikian kepemilikan aset di luar negeri yang berasal dari
aktivitas illegal atau kriminal lainnya, seperti hasil korupsi, hasil kejahatan,
hasil transaksi narkoba, ataupun hasil pencucian uang (money
laundering), tidak berhak untuk mendapatkan pengampunan pajak.
Khusus bagi aset yang disimpan di dalam negeri dan berasal dari
penghasilan dalam negeri namun belum dilaporkan dan dipenuhi
kewajiban perpajakannya, tidak akan mendapatkan fasilitas
pengampunan ini, SARS tetap akan memberikan fasilitas dalam bentuk
penghapusan atas sanksi denda sebesar 200% dan juga pemberian
kelonggaran dalam mencicil kewajibannya. Disini SARS tidak memberikan
fasilitas penghapusan maupun pengurangan hutang pokok pajak dan
bunganya.
Dalam
Selatankasus tax amnesty
dengan adanya negara Afrika
fasilitas Selatan,
amnesti antusias
ini sangat masyarakat
besar, terlihat Afrika
dari tren
pendaftaran
masyarakat secara eksponal dimana proporsi jumlah wajib pajak dan
Dan bagi yang
WP mendaftar saat menjelang deadline melonjak secara drastis.
yang diterima

permohonannya harus membayar uang tebusan dalam jangka waktu tiga


bulan terhitung sejak tanggal persetujuan aplikasi amnestinya.
Ada beberapa kondisi amnesti pajak sebagaimana yang
dijalankan pemerintah Afrika Selatan dapat diterapkan di Indonesia,
setidaknya dijadikan bahan pertimbangan dan masukan informasi
pengampunan pajak. Perlu diperhatikan ada beberapa persyaratan
mendasar yang harus dipenuhi si pemohon sebelum menjalankan
program tax amnesty di Afrika Selatan. Beberapa hal penting yang
menjadi acuan atau langkah –langkah implementasi program tax amnesty,
antara lain :
1. Penelitian dan pengumpulan data sebelum pelaksanaan program
pengampunan pajak sangat diperlukan.
2. Optimalisasi strategi ”pull and push”
3. Mendefinisikan dan mengkomunikasikan, maksud dan tujuan dari
program secara tepat dengan baik.
4. Mendapatkan persetujuan dan komitmen yang kuat dari seluruh jajaran
organisasi.
5. Mendapatkan persetujuan dan dukungan yang kuat dari parlemen.
6. Tidak melakukan perubahan persyaratan administrasi di tengah jalan,
misalnya perubahan bentuk dan isi formulir, setelah program
diumumkan.
7. Pastikan bahwa program amnesti memberi manfaat sekaligus
kenyamaanan bagi yang berpartisipasi, sebaliknya menimbulkan rasa
was-was yang tinggi bila tidak berpartisipasi.
8. Meminimalisasi persyaratan yang sifatnya kurang jelas.
9. Melibatkan kalangan profesional sebanyak mungkin seperti akuntan,
pengacara, konsultan pajak, dunia perbankan, kalangan akademisi,
pengamat, Lembaga Swadaya Masyarakat dan lain-lain.
10. Segera umumkan
memutuskan ke masyarakat
untuk melaksanakan luas amnesti
program jika pemerintah
ini. dan parlemen telah

11. Lakukan program sosialisasi ke seluruh lapisan masyarakat luas


dengan strategi yang tepat dan terarah.
12. Seharusnya konsep amnesti pajak perlu dipikirkan secara mendalam
karena didalamnya tidak termasuk kewajiban membayar denda atau
sanksi. Yang dipersoalkan hanya harta kekayaan (assets) yang belum
dilaporkan di Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) WP baik yang
berada di dalam negeri maupun di luar negeri.
Namun catatan mengenai besarnya pajak yang belum dibayarkan atau
masih kurang bayar tetap harus di bayar oleh WP.
13. Rencana pemberian pengampunan pajak juga memiliki konsekuensi
akan hilangnya hukuman sandera badan (gijzeling) bagi penunggak
pajak, sehingga perlu kajian mendalam aspek yuridis berkaitan dengan
wajib pajak bermasalah khususnya penunggak pajak besar.
14. Kelemahan lain dari pengampunan pajak ini bisa menjadi motivator
bagi wajib pajak untuk tidak membayar pajak (menunda melunasi
utang pajaknya). Karena yang bersangkutan berpandangan akan
mendapat pengampunan pajak lagi.
15. Penerapan pengampunan pajak ini harus menjadi bagian dari
reformasi perpajakan dan bukan terpisah (komprehensif), yang dapat
berdampak pada kontraproduktif.
16. Diwaspadai dalam penerapan pengampunan pajak ini, adanya
kepentingan tertentu dari segelintir pengusaha besar (yang
bermasalah dengan tax voluntary rendah). Idealnya tax amnesty ini
dapat berlaku untuk semua orang tanpa diskriminasi, bukan hanya
untuk segelintir pengusaha saja.15
15
Harry Yusuf A dalam www.pajak2000.com/news_print.php?id=307

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari pembahasan di atas ada beberapa hal yang dapat di simpulkan


antara lain sebagai berikut :
1. Tax amnesty dapat diimplementasikan di Indonesia, namun harus
mempunyai payung hukum sebagai dasar serta tujuan yang jelas dalam
pelaksanaan tax amnesty.
2. Salah satu kelemahan Tax amnesty bila diterapkan di Indonesia adalah
dapat mengakibatkan berbagai penyelewengan dan moral hazard karena
sarana dan prasarana, keterbukaan akses informasi serta pendukung
lainnya belum memadai sebagai prasyarat pemberlakuan tax amnesty
tersebut.
3. Implementasi Tax amnesty dalam jangka pendek sebaiknya ditunda
terlebih dahulu menunggu kesiapan berbagai perangkat dan piranti hukum
yang melandasi pelaksanaan kebijakan ini. Namun dalam rangka
meningkatkan penerimaan negara pemerintah (Dirjen Pajak) dapat
menerapkan kebijakan-kebijakan inovatif lainnya seperti Sunset Policy,
Tax holiday dan lain-lain yang dapat menggantikan kebijakan tax amnesty
yang masih mendapat pertentangan dari berbagai lapisan masyarakat.
Apalagi akhir-akhir ini ada kecenderungan tax avoidance sebagai efek
kasus Gayus.
Saran
Ada beberapa saran yang dapat disampaikan terkait implementasi
tax amnesty di Indonesia, antara lain sebagai berikut :
1. Penerapan Tax Amnesty harus dilandasi payung hukum berupa Undang-
undang dan kejelasan syarat dan tujuannya.
2. Pemberianhak
menghapus kebijakan pengampunan
tagih atas wajib pajak
pajak (WP) semestinya
tetapi yang tidak
lebih hanya
penting lagi adalah
memperbaiki kepatuhan
penerimaan pajak. WP, sehingga pada jangka panjang dapat meningkatkan

3. Implementasi Tax Amnesty dapat diterapkan bila syarat-syarat


keterbukaan dan akses informasi terhadap masyarakat terpenuhi oleh
karena itu apabila tax amnesty akan diterapkan harus menggunakan tax
amnesty bersyarat.
4. Tax amnesty
industri tertentu dapat
saja diterapkan
yang terutama pada
dapat memberikan bidang-bidang
pengaruh terhadapatau sektor- sektor
peningkatan tax
ratio dengan
lainnya. syarat terpenuhinya kesiapan sarana dan prasarana pendukung

Daftar Pustaka

Agung, Mulyo, Teori dan Aplikasi Perpajakan Indonesia, Penerbit


Dinamika Ilmu, Jakarta, 2007

Brotodihardjo R. Santoso, Pengantar Hukum Pajak, Refika Aditama,


Bandung, 1998

Enste, H. Dominik & Schendik, Frederick, Shadow Economies: Size,


Causes and Consequences, Journal of Economic Literature, Vol.
XXXVIII March 2000, pp 77-114

Forum Diskusi Ilmiah Perpajakan, berjudul Amnesti Pajak Perlu Prasarat


Tax Reform, (http://groups.yahoo.com/group/forum-
pajak/message/10744)

Ilyas, B. Wirawan, Suhartono Rudy, Panduan Komprehensif dan Praktis


Pajak Penghasilan, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2007

Kotler, Philip dan Keller L. Kevin, Metodologi Penelitian:Aplikasi Dalam


Pemasaran, Indeks, Jakarta, 2006

Muhammad, Suwarsono, Manajemen Stratejik: Konsep dan Kasus,


Penerbit AMP. YKPN, Yogyakarta 2000

Santoso, Urip & Justina, Setiawan. Tax amnesty dan Pelaksanaanya di


Beberapa Negara : Perspektif Bagi Pebisnis Indonesia, Kopertis,
Volume 11 No. 2 Juli 2009

Silitonga, Erwin, Makalah berjudul: Ekonomi bawah Tanah, Pengampunan


Pajak dan Referandum, 2006

Slegman, R.A. Edwin, Essays in Taxation, New York, 1925

Subiyantoro, Heru dan Riphat, Singgih, Kebijakan, Fiskal, Pemikiran


Konsep dan Implementasi, Penerbit Buku Kompas, 2004

Sukirno. Sadono, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Edisi ke-2, PT. Raja
grafindo Persada, Jakarta, 1997

Tambunan, Tulus, Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran,


Teori dan temuan Empiris, LP3ES, Jakarta, 2000
Yusuf, A, Harry, dalam www.pajak2000.com/news_print.php?id=307
http://en.wikipedia.org/wiki/Tax_amnesty

http://cafebelajar.com/sejarah-perkembangan-pemungutan-pajak.html

http://www.pajak.go.id http://www.pajak2000.com/news_print.php?

id=307

http://nindityo.com/2008/03/23/sunset-policy-pengampunan-pajak-di-uu-
kup-2008/

http://vibizmanagement.com/journal.php?id=425&sub=journal&awal=10&p
age=tax
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Yayasan Satu Keadilan (YSK) Sugeng bersama Serikat
Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) berencana mengajukan gugatan atas Undang-
Undang Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty (TA). Pengajuan judicial riview atau uji
materi ke Mahkamah Konstitusi akan dilayangkan saat UU TA berlaku mengikat.

"Selambat-lambatnya gugatan akan diajukan pada 29 Juli 2016," katanya di Bumbu


Desa, Cikini, Jakarta, Minggu, 10 Juli 2016. Sugeng mengatakan pihaknya memiliki 21
alasan untuk menggugat Undang-undang yang baru disahkan pada 28 Juli 2016 tersebut.
Menurut dia, Undang-undang Tax Amnesty patut digugat lantaran:

1. Merupakan praktek legal pencucian uang.


2. Merupakan karpet merah bagi pengemplang pajak
3. Merupakan prioritas terhadap penjahat kerah putih
4. Memberikan diskon habis-habisan terhadap pengemplang pajak
5. Menggagalkan program whistleblower
6. Menabrak prinsip keterbukaan informasi
7. Dimanfaatkan oleh penjahat perpajakan
8. Tidak akan efektif seperti pengampunan pajak yang berlaku pada 1964 dan 1986
9. Menghilangkan potensi penerimaan negara
10. Merupakan penghianatan terhadap warga miskin
11. Mengajarkan rakyat untuk tidak taat pajak
12. Memarjinalkan pembayar pajak yang taat
13. Pajak bersifat memaksa
14. Aneh bin ajaib karena hanya berlaku satu tahun
15. Pengesahan UU Tax Amnesty memposisikan Presiden dan DPR sebagai pelanggar
konstitusi
16. Menabrak prinsip kesetaraan di hadapan hukum
17. Mengintervensi San menghancurkan proses penegakan hukum
18. Cermin kelemahan pemerintah terhadap pengemplang pajak
19. Melumpuhkan institusi penegak hukum
20. Diduga sebagai pesanan pengemplang pajak karena memberikan hak eksklusif bagi
pengemplang pajak
21. Membuat proses hukum pajak yang berjalan menjadi tertunda.

VINDRY FLORENTIN
IMPLEMENTASI

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 1 Juli 2016 lalu telah mengesahkan Undang-
Undang tentang Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty, yang telah disahkan dalam
Rapat Paripurna DPR-RI pada Selasa (28/6) lalu, sebagai Undang-Undang (UU) Nomor
11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak. Kebijakan tersebut mulai berlaku hari ini,
Senin (18/7/2016).

Dalam UU itu ditegaskan, bahwa Pengampunan Pajak adalah penghapusan pajak yang
seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di
bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Menurut PP ini, setiap Wajib Pajak berhak mendapatkan Pengampunan Pajak, yang
diberikan melalui pengungkapan Harta yang dimilikinya dalam Surat Pernyataan.

Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud, yaitu Wajib Pajak yang sedang: a.
dilakukan penyidikan dan berkas penyidikannya telah dinyatakan lengkap oleh
Kejaksaan; b. dalam proses peradilan; atau c. menjalani hukuman pidana, atas Tindak
Pidana di Bidang Perpajakan.

“Pengampunan Pajak sebagaimana dimaksud meliputi pengampunan atas kewajiban


perpajakan sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, yang belum atau belum
sepenuhnya diselesaikan oleh Wajib Pajak,” bunyi Pasal 3 ayat (4) UU ini seperti
dilansir laman Setkab.

Sementara tarif Uang Tebusan atas Harta yang berada di dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia atau Harta yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang dialihkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan diinvestasikan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dalam jangka waktu paling singkat 3 (tiga) tahun terhitung sejak dialihkan, adalah
sebesar:

2% (dua persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan pertama
sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku;3%
(tiga persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan keempat terhitung
sejak UndangUndang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2016;
dan5% (lima persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan terhitung sejak
tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.

Adapun tarif Uang Tebusan atas Harta yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan tidak dialihkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah sebesar:

4% (empat persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan pertama
sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku; 6%
(enam persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan keempat
terhitung sejak UndangUndang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember
2016; dan c. 10% (sepuluh persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan
terhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.

Tarif Uang Tebusan bagi Wajib Pajak yang peredaran usahanya sampai dengan
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) pada Tahun Pajak Terakhir,
menurut UU Nomor 11 Tahun 2016 ini, adalah sebesar: a. 0,5% (nol koma lima persen)
bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan nilai Harta sampai dengan Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah) dalam Surat Pernyataan; atau b. 2% (dua persen) bagi Wajib
Pajak yang mengungkapkan nilai Harta lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) dalam Surat Pernyataan, untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada
bulan pertama sejak Undang-Undang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret
2017.

Di tahap awal, pemerintah memperkirakan kebijakan tax amnesty ini akan meningkatkan
penerimaan perpajakan sebesar Rp60 triliun. Namun ke depannya, kebijakan tersebut
diharapkan mampu memperbaiki sistem administrasi perpajakan di Indonesia,
sekaligus mengurangi kebocoran pajak akibat meningkatnya kegiatan underground
economy yang selama luput dari data perpajakan. rencana penerapan kebijakan tax
amnesty tersebut masih menghadapi berbagai tantangan. Banyak pihak menduga
bahwa penerapan tax amnesty lebih didasarkan kepada permasalahan pemenuhan
target penerimaan perpajakan semata.

Pada tahun 1984, pemerintah pernah melakukan kebijakan tax amnesty di era Orde
Baru. Dalam implementasinya, kebijakan tersebut dinilai tidak terlalu sukses
mengingat respon WP yang tidak terlalu besar serta tidak terjadinya modernisasi sistem
perpajakan di Indonesia. Beberapa kebijakan pengampunan pajak dalam skala lebih
kecil juga dilakukan pemerintah sesudahnya.

Dengan adanya tax amnesty maka ada potensi penerimaan yang akan bertambah dalam
APBN di tahun ini atau tahun-tahun sesudahnya yang akan membuat APBN lebih
sustainable dan kemampuan pemerintah untuk spending atau untuk belanja juga
semakin besar sehingga otomatis ini akan banyak membantu program-program
pembangunan tidak hanya infrastruktur tapi juga perbaikan kesejahteraan masyarakat.

Dengan adanya tax amnesty tahun ini dan seterusnya akan sangat membantu upaya
pemerintah memperbaiki kondisi perekonomian, pembangunan dan mengurangi
pengangguran, mengurangi kemiskinan serta memperbaiki ketimpangan. Nah tetapi
disisi lain, dengan kebijakan amnesty ini yang diharapkan dengan diikuti repatriasi
sebagian atau keseluruhan aset orang Indonesia di luar negeri maka akan sangat
membantu stabilitas ekonomi makro kita.

POLEMIK

Pengampunan Pajak (Tax Amnesty)


Bikin Susah Masyarakat Berpenghasilan Kecil
Jakarta, PROGRESIF JAYA

Reshuffle Jilid 2 Kabinet Kerja pemerintahan Jokowi-JK belum lama ini diumumkan,
beberapa menteri dicopot, beberapa menteri lainnya digeser-geser, bahkan ada yang
sampai tiga kali geser dalam mengisi Kabinet yang dipimpin Presiden Jokowi memasuki
usia pemerintahannya tahun ke dua ini.

Dan sebagaimana diketahui, sektor ekonomi adalah yang paling lemah selama negeri ini
dipimpin Presiden Jokowi-Wakil Presiden M.Jusuf Kalla sebagai hasil pilpres yang lalu,
bahkan ada yang meramalkan bila sektor ini tidak cepat dibenahi dan dipacu,
dikhawatirkan kehidupan rakyat semakin berat dan bertambahnya orang miskin serta
semakin lebarnya jurang kehidupan antara masyarakat miskin dan kaya. Sementara
jumlah pengangguran semakin panjang akibat semakin sempitnya lapangan kerja dan
usaha.
Mau tidak mau, suka tidak suka, presiden memilih “Srikandi” ekonomi yang dimiliki
bangsa ini, Sri Mulyani Indrawati masuk di Tim Ekonomi Kabinet Kerja agar kondisi
perekonomian kembali kondusif akibat penerimaan negara melalui fiskal tengah
mengalami ketidak pastian.

Terutama mengenai diterbitkannya oleh pemerintah Undang-Undang Nomor 11/2016


yang mengatur masalah tax amnesty alias amnesti pajak. Dan dengan amnesti pajak itu
diharapkan kembalinya dana yang berada di luar negeri atau repatriasi serta
pengampunan pajak.

Akan halnya amnesti pajak, timbul pro dan kontra di masyarakat, mereka yang pro
berpendapat bilamana persiapan untuk amnesti pajak disiapkan instrumennya/alat-alat
kelengkapannya sebagaimana mestinya, hal itu bisa berhasil untuk menarik uang yang
selama ini banyak diparkir di luar negeri. Dan untuk itu, mereka menyarankan agar
pihak perbankan intensif melakukan sosialisasi di masyarakat.

Sementara kalangan yang pesimistis dengan amnesti pajak yang dilakukan pemerintah
guna menambah pemasukan pundi-pundi keuangan pemerintah, beralasan, tax amnesty
tidak efektif untuk memperoleh dana dari masyarakat. Selain itu, masyarakat yang
wajib pajak jumlahnya pun hanya 1 juta dari jumlah penduduk yang 250 juta jiwa.

Di samping itu, beberapa pengamat menyatakan ketidak adilan pemerintah antara


pengusaha kecil/menengah dan besar. Bila pengusaha besar yang tunggakan pajaknya
besar, cuma diwajibkan membayar 2%, sedangkan pengusaha kecil yang keuangannya
pas-pasan juga dikenakan 2%.

Mereka, para pengusaha kecil lebih memilih biar menunggak saja, sampai ada uang
lebih. Tax amnesty pada 1984 penah diadakan pemerintah waktu itu, namun akibat
peraturannya saja tidak jelas, akhirnya gagal.

Tugas Berat Tim Ekonomi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui target pendapatan negara dalam
APBNP 2016 yang sebesar RP 1. 786,2 triliun terlalu ambisius.

Maka berdasarkan kalkulasi, penerimaan perpajakan tahun ini diperkirakan kurang Rp


219 triliun dari target APBNP 2016, Rp 1,359,2 triliun. Sehingga pemerintah
memutuskan untuk memangkas anggaran belanja negara sebesar RP 133,8 triliun
sebagai respons atas penerimaan perpajakan yang diperkirakan gagal mencapai target.
Pemangkasan ditujukan untuk pos anggaran yang dianggap tidak menunjang program
prioritas pemerintah.

Pemangkasan akan mencakup anggaran kementerian, lembaga sebesar Rp 65 triliun dan


transfer ke daerah Rp 68,8 triliun.

Sementara itu menurut peneliti Institute for Development of Ekonomics and Finance,
Bhima Yudhistira menilai, Sri Mulyani Indrawati mendapat tugas yang tidak mudah
sebagai menteri keuangan yang baru menggantikan Bambang PS Brodjonegoro . Tugas
utama yang harus segera dikerjakan dalam jangka pendek adalah memastikan bahwa
kondisi fiskal negara dalam keadaan aman. Dikatakan, bagaimana menjaga agar defisit
aman tidak melebihi 3% dari PDB , karena kondisi penerimaan sedang tidak bagus .
“Lalu bagaimana supaya tax amnesty bisa tercapai,” ujarnya meyakinkan.
Dia pesimistis target penerimaan pajak melalui tarif tebusan tax amnesty sebesar Rp 165
triliun bisa dicapai. Menurut Bhima diprediksi defisit anggaran bisa melebihi 3% jika
penerimaan negara yang ditargetkan Rp 1.786,2 triliun tidak tercapai. “Jadi, ada tiga
pilihan, yakni apakah akan menambah utang baru, mengerem belanja, atau memperlebar
batas defisit melalui revisi UU atau perppu kalau diperlukan, “ucapnya.

Namun menurut Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) Wihana
Kirana Jaya optimis. Dia berpendapat, program pengampunan atau amnesti pajak yang
dijalankan pemerintah bisa berhasil apabila semua pihak saling memiliki kepercayaan.

Hal itu bisa berjalan sesuai harapan apabila persiapan yang dilakukan pemerintah
terbilang matang.

Menurut dia saat berbicara di forum diskusi UGM Corner bertema : “Tax Amnesty
Manfaat Bagi Iklim Investasi dan Pertumbuhan bagi Ekonomi Indonesia.” di
Perpustakaan UGM dia mengatakan, saat ini transparansi diterapkan, infrastrukturnya
dilengkapi, juga terbantu dengan akan adanya ketepurukan perbankan di seluruh dunia.

Ditambahkan, amnesti pajak ini erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
Uang yang masuk ke Indonesia yang selama ini diparkir di luar negeri bisa memperkuat
perbankan juga. Uang itu juga bisa dipakai mendorong pertumbuhan ekonomi degan
membangun infrastruktur.

Sementara itu menurut Direktur Consumer Banking Bank BRI Sis Apik Wijayanto
mengatakan, kita berpartisipasi dalam program amnesti pajak ini dengan menampung
dana repatriasi, kita berikan pilihan investasi. Ada pilihan investasi yang bisa dipilih
oleh nasabah, ucapnya saat sosialisasi amnesti pajak di Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Sis memperkirakan dana yang akan masuk ke Bank BRI dari program amnesti pajak ini
bisa mencapai RP 60 – Rp 100 triliun dalam bentuk multy currency. Dengan demikian,
perseroan akan mendapat tambahan likuiditas yang cukup besar sehingga akan
menambah besar penyaluran kredit ke sektor usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) yang selama ini menjadi care business Bank BRI.

Bagi Menteri Keuangan Sri Mulyani, memang saat ini belum bisa mengatakan
kinerjanya untuk penerimaan melalui amnesti pajak akan berhasil, namun yang paling
penting menurutnya saat ini adalah membangun kepastian di internal Kementerian
Keuangan, para pelaku usaha tentang arah dan kebijakan pemerintah ke depannya.
Seluruh jajaran Direktur Jenderal Pajak juga harus disiapkan untuk melaksanakan tugas
negara dengan baik. Ditambahkan, bahwa yang paling penting supaya bisa jalan
kembali. “Ketidak pastian harus diturunkan sehingga para pelaku ekonomi bisa
melakukan perencanaan kegiatan ekonominya,” ucapnya menegaskan.

Keluhan Masyarakat terhadap Tax Amesty

Masyarakat yang mengeluhkan yaitu laporan harta kekayaan yang dimiliki baik rumah,
tanah, mobil, diposito atau lainnya yang terkena pajak 2 % menjadi beban berat
dikarenakan bilamana masyarakat yang punya usaha yang dianggap lumayan bisa
membayarnya, namun bagi masyarakat yang sehari-hari bekerja dengan gaji sekitar
Rp.3juta atau lebih atau usaha dagang kecil-kecilan untuk makan sehari-hari sudah pas-
pasan bagaimana membayar pajak hartanya seperti rumah dan tanah sudah puluhan
tahun dibeli dengan harganya hanya puluhan juta rupiah, karena perubahan wilayah
begitu pesat sehingga rumah dan tanah tersebut menjadi ratusan juta hingga milliaran
harus membayar 2 % dari harga NJOP Pajak Bumi dan Bangunan rumah dan tanah
tersebut mana mungkin terbayar, ada juga masyarakat yang tadinya punya rumah dan
dibangun sejak orang tuanya diatas tanah pihak lain dengan istilah sewa tanah dengan
tuan tanah banyak terjadi di Jakarta, rumah tersebut di kota harga naik ikut nilai NJOP
Pajak Bumi dan Bangunan sekarang menjadi milliaran rupiah harus membayar pajak 2
% sedangkan rumah tersebut tidak bisa dimiliki karena tanah bukan miliknya dan mau
membeli tanah pemiliknya tidak tahu dimana lagi, rumah tersebut tidak bisa di
jual,begitu juga bagi pengusaha yang baru merintis belum ada modal kadang modal
boleh hutang dengan menggadaikan hartanya seperti rumah mobil dan lainnya sudah
terkena pajak bukan usaha berkembang bisa menjadi tutup, sebaiknya pihak Dirjen
Pajak mengambil langkah yang tidak menyulitkan masyarakat seperti bisa dicicil
pembayaran pajak dalam tenggang waktu beberapa bulan sehingga masyarakat bisa
membayarnya.

Tujuan Pemerintah Berlakukan Tax Amnesty


Masih Diragukan

JAKARTA – Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengakui, parlemen hingga saat ini
masih ragu untuk meloloskan Rancangan Undang-Undang (RUU) tax amnesty lantaran
pemerintah masih belum bulat dalam menjelaskan tujuan diterapkannya kebijakan
pengampunan pajak tersebut.

Anggota Komisi XI DPR Andreas Susetyo mengatakan, tujuan pemerintah untuk


menerapkan tax amnesty tidak pernah sesuai dengan naskah akademisi kebijakan
pengampunan pajak yang sudah ada. Di mana, pemerintah berharap adanya repatriasi
modal yang tujuannya memperbaiki perekonomian secara menyeluruh.

“kita lihat pertumbuhan ekonomi kita kan kalau bergerak ke 5,3 persen kan butuh tenaga
ekstra, kalau dibandingkan dengan nawacita kan rata-rata 7 persen, banhkan di 2019 itu
diinginkan 9 persen, kalau tidak ada terobosan akan tidak tercapai, caranya itu lewat
arus masuk dan meningkatkan likuiditas, kalau masuk 1000 triliun maka kurs kita akan
stabil, dan akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi,” kata Andreas di Jakarta, Jumat
(22/4/2016).

Andreas menuturkan, dalam naskah akademis RUU tax amnesty memiliki tujuan untuk
mengejar target penerimaan pajak dalam jangka pendek, meningkatkan kepatuhan pajak,
proses transisi sistem pajak yang kuat dan adil, hingga rekonsiliasi perpajakan nasional.

“Yang paling mendasar tujuan yang utamanya di mana, karena kalau dari tujuannya
tidak jelas maka repot, DJP justru selalu mengungkapkan tujuannya repatriasi modal,”
tukasnya.

LATAR BELAKANG TAX AMNESTY


Latar Belakang Tax Amnesty
Latar belakang Tax Amnesty atau mengapa Indonesia perlu memberikan tax amnesty kepada para
pembayar pajak (wajib pajak) diantaranya adalah sebagai berikut :

 Penyebab Pertama Indonesia memberlakukan Tax Amnesty adalah karena terdapat Harta
milik warga negara baik di dalam maupun di luar negeri yang belum atau belum seluruhnya
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan;

 Tax Amnesty adalah untuk meningkatkan penerimaan negara dan pertumbuhan


perekonomian serta kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam pelaksanaan kewajiban
perpajakan, perlu menerbitkan kebijakan Pengampunan Pajak;

 Kasus Panama Pappers

Dari ketiga latar belakang tax amnesty tersebut maka presiden republik Indonesia pada tanggal
1 Juli 2016 mengesahkan Undang Undang Tax Amnesty Nomor 11 Tahun 2016
Tentang Pengampunan Pajak.

Subjek Tax Amnesty


Subjek Tax Amnesty adalah warga negara Indonesia baik yang ber NPWP maupun tidak yang memiliki
harta lain selain yang telah dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak (warga negara yang pembayaran
pajaknya selama ini masih belum sesuai dengan kondisi nyata)

Objek Tax Amnesty


Objek Tax Amnesty adalah Harta yang dimiliki oleh Subjek Tax Amnesty, artinya yang menjadi sasaran
dari pembayaran uang tebusan adalah atas Harta baik itu yang berada di dalam negeri maupun diluar
negeri. Pengertian Tax Amnesty secara umum saya jabarkan dalam tanya jawab tax amnesty dibawah ini.

Tanya Jawab Umum Terkait Pengertian Tax Amnesty


Berikut ini kumpulan FAQ (Frequently Asked Question) Terkait Pengertian Tax Amnesty, Subjek Tax
Amnesty dan Objek Tax Amnesty.

1. Apa yang dimaksud dengan Tax Amnesty / Pengampunan Pajak?

Jawaban:

Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai
sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta
dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Dasar hukum : Pasal 1
angka 1 UU No 11 Tahun 2016

2. Apa yang dimaksud dengan uang tebusan?

Jawaban:

Sejumlah uang yang dibayarkan ke kas negara untuk mendapatkan Tax Amnesty / Pengampunan Pajak.
Dasar hukum : Pasal 1 angka 7 UU No 11 Tahun 2016

3. Sampai kapan periode penyampaian Surat Pernyataan Pengampunan Pajak ini berlangsung?

Jawaban:

Periode penyampaian Surat Pernyataan Pengampunan Pajak berlangsung sejak Undang-Undang


Pengampunan Pajak diundangkan sampai dengan 31 Maret 2017. Dasar hukum : Pasal 4 UU No 11 Tahun
2016
4. Syarat apa saja yang harus dipenuhi Wajib Pajak untuk mengajukan Tax Amnesty / Pengampunan
Pajak?

Jawaban:

Syarat yang harus dipenuhi oleh wajib pajak apabila hendak mengajukan pengampunan pajak atau tax
amnesty adalah sebagai berikut :

 memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;

 membayar Uang Tebusan;

 melunasi seluruh Tunggakan Pajak;

 melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau melunasi pajak yang seharusnya
tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan
dan/atau penyidikan;

 menyampaikan SPT PPh Terakhir bagi Wajib Pajak yang telah memiliki kewajiban
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan; dan

 mencabut permohonan:

o pengembalian kelebihan pembayaran pajak;

o pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dalam Surat Ketetapan


Pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak yang di dalamnya terdapat pokok pajak yang
terutang;

o pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar;

o keberatan;

o pembetulan atas surat ketetapan pajak dan surat keputusan;

o banding;

o gugatan; dan/atau

o peninjauan kembali, dalam hal Wajib Pajak sedang mengajukan permohonan


dan belum diterbitkan surat keputusan atau putusan.

 Dalam hal Wajib Pajak bermaksud mengalihkan Harta ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (Repatriasi), Wajib Pajak juga harus memenuhi persyaratan yaitu
mengalihkan Harta ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
menginvestasikan Harta dimaksud di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling
singkat selama 3 (tiga) tahun:

o sebelum 31 Desember 2016 bagi Wajib Pajak yang menyampaikan Surat


Pernyataan pada periode setelah Undang-Undang Pengampunan Pajak berlaku sampai
dengan 31 Desember 2016;

o sebelum 31 Maret 2017 yang menyampaikan Surat Pernyataan pada periode


sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan 31 Maret 2017.

 Dalam hal Wajib Pajak mengungkapkan Harta yang berada dan/atau ditempatkan di
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (deklarasi), Wajib Pajak juga harus
memenuhi persyaratan yaitu Wajib Pajak tidak dapat mengalihkan Harta ke luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak diterbitkannya
Surat Keterangan. Dasar hukum : Pasal 8 ayat (3), (6), dan (7)

5. Dalam hal Wajib Pajak bermaksud mengalihkan Harta ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Wajib Pajak harus mengalihkan Harta ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menginvestasikan Harta dimaksud di dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama jangka waktu 3
(tiga) tahun, jangka waktu 3 tahun ini terhitung sejak kapan?

Jawaban:

Jangka waktu 3 (tiga) tahun dihitung sejak Harta dialihkan ke dalam wilayah NKRI.
Dalam hal Wajib Pajak melakukan pengalihan melalui cabang Bank Persepsi yang
berada di luar negeri, jangka waktu 3 tahun dihitung sejak WP mengalihkan Harta
melalui Cabang Bank Persepsi dimaksud. Dasar hukum: Penjelasan Pasal 8 ayat (6)UU
No 11 Tahun 2016

6. Kemana Wajib Pajak dapat menyampaikan surat pernyataan untuk memperoleh Tax
Amnesty / Pengampunan Pajak?

Jawaban:

Untuk memperoleh Tax Amnesty / Pengampunan Pajak, Wajib Pajak harus


menyampaikan Surat Pernyataan ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib
Pajak terdaftar atau tempat lain yang ditentukan oleh Menteri. Dasar hukum : Pasal 10
ayat (1) UU No 11 Tahun 2016

7. Berapa kali surat pernyataan untuk memperoleh Tax Amnesty / pengampunan pajak
dapat diajukan?

Jawaban:

Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pernyataan paling banyak 3 (tiga) kali dalam
jangka waktu terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal
31 Maret 2017. Dasar hukum : Pasal 10 ayat (7) UU No 11 Tahun 2016

8. Apakah boleh mengajukan Tax Amnesty / Pengampunan Pajak kembali dalam


periode pengenaan tarif yang sama?

Jawaban:

Boleh, Pengajuan Tax Amnesty / Pengampunan Pajak dapat dilakukan dalam periode
pengenaan tarif yang sama asalkan tidak melebihi 3 (kali) dalam periode Pengampunan
Pajak (sejak Undang-Undang ini mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2017).
Dasar hukum : Pasal 10 ayat (7) UU No 11 Tahun 2016

9. Apakah surat pernyataan kedua atau ketiga harus diajukan setelah terbit Surat
Keterangan Pengampunan Pajak atas pengajuan pengampunan sebelumnya?

Jawaban:

Tidak, Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pernyataan kedua atau ketiga sebelum
atau setelah Surat Keterangan atas Surat Pernyataan yang pertama atau kedua
diterbitkan. Dasar hukum : Pasal 10 ayat (8) UU No 11 Tahun 2016

10. Apakah SPT Tahunan Tahun Pajak 2015 wajib disampaikan sebelum mengajukan
permohonan Tax Amnesty / pengampunan pajak?

Jawaban:

Ya, Wajib Pajak harus terlebih dahulu menyampaikan SPT Tahunan untuk tahun pajak
2015, kecuali: a. Wajib Pajak yang baru memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak pada
tahun 2016 dan 2017; atau b. Wajib Pajak yang akhir tahun bukunya berakhir pada
periode 1 Januari 2015 sampai dengan 30 Juni 2015, karena yang wajib disampaikan
adalah SPT Tahunan Tahun Pajak 2014 Dasar hukum : Pasal 8 ayat (3) dan Pasal 1
angka 12 UU No 11 Tahun 2016

11. Apakah penyampaian surat pernyataan untuk memperoleh Tax


Amnesty / pengampunan pajak boleh disampaikan melalui pos?

Jawaban:

Tidak, surat pernyataan harus disampaikan langsung ke KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar. Dasar hukum: Pasal 10 ayat (1) UU No 11 Tahun 2016

12. Apakah penandatanganan surat pernyataan untuk memperoleh pengampunan pajak


boleh diwakilkan?

Jawaban:

Tidak boleh Bagi Wajib Pajak orang pribadi, tetapi boleh bagi Wajib Pajak badan
dalam hal pemimpin tertinggi berdasarkan akta pendirian badan atau dokumen lain
yang dipersamakan berhalangan Dasar hukum Pasal 8 ayat (2) UU No 11 Tahun 2016

13. Apakah penyampaian Surat Pernyataan untuk memperoleh pengampunan pajak


boleh diwakilkan?

Jawaban:

Penyampaian Surat Pernyataan boleh diwakilkan dengan membawa surat penunjukan.

14. Dalam hal penandatangan surat pernyataan dilakukan oleh kuasa Wajib Pajak
Badan, haruskah dengan surat kuasa khusus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-perundangan perpajakan?

Jawaban:

Tidak perlu surat kuasa khusus. Dasar hukum: Pasal 8 ayat (2) huruf c UU No 11
Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai