Gelandangan Psikotik
Gelandangan Psikotik
Gelandangan Psikotik
Kata gelandangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki artian orang yang tidak
mempunyai pekerjaan dan tempat tinggal yang tetap[4]. Mereka hidup di bawah-bawah kolong
jembatan dan mereka makan dari hasil mengemis atau mengais dari sisa-sisa sampah yang bisa
untuk dimakan[5]. Sedang kata psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan
ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi dalam artian seseorang tersebut sudah
tidak bisa membedakan antara kenyataan dan hayalan. Sedang Gelandangan Psikotik dapat
memiliki arti seseorang yang hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan
yang layak dalam masyarakat, mempunyai tingkah laku yang aneh, suka berpindah-pindah dan
menyimpang dari norma-norma yang ada atau seseorang bekas penderita penyakit jiwa yang
telah mendapatkan pelayanan medis atau sedang mendapatkan pelayanan m Latar
Belakang Masalah
3) Tahap Treatment
Upaya untuk menghilangkan masalah sosial, akan tetapi dalam banyak hal juga dapat
berupa usaha untuk mengurangi atau mengatasi berkembangnya permasalahan sosial[28].
Selanjutnya langkah-langkah pelaksanaan layanan dan rehabilitasi sosial bagi
gelandangan, menurut dinas sosial menggunakan bantuan utama pendekatan pekerja sosial di
dukung dengan profesi lain yang terkait[29]. Adapun langkah yang perlu di lakukan adalah:
1). Pendekatan Awal
Pendekatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pekerja sosial untuk
mendapatkan pengakuan dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait serta berwenang terhadap
masalah penertiban gelandangan, pihak yang peduli terhadap pelayanan dan rehabilitasi sosial
bagi gelandangan, terhadap masyarakat sebagai pemilik sumber daya informasi yang ada di
lingkungan masyarakat sekitar dan memotivasi terhadap calon klien untuk masuk panti
rehabilitasi sosial. Calon klien yang dimotivasi diperoleh dari proses perekrutan.
Penarikan (rekruitmen) adalah proses pencarian para calon klien untuk masuk panti
rehabilitasi. Adapun cara rekruitmen tersebut dapat melalui :
1. Trantib keamanan (razia)
2. Kemitraan dengan lembaga atau pihak lain seperti rumah sakit, dinas sosial dan LSM.[30]
2). Penerimaan dan Pengasramaan
Penerimaan adalah rangkaian kegiatan administratif, maupun teknis yang meliputi
registrasi klien (klien tercatat dalam buku panti). Pengasramaan adalah menempatkan klien
definitif dalam asrama dengan kondisi, situasi dan fasilitas panti.
1. Pengungkapan dan pemahaman masalah (assessment)
Pengungkapan dan pemahaman masalah adalah upaya untuk mencari dan menggali data
penerima pelayanan (klien), mulai dari faktor-faktor penyebab masalah klien, dan kekuatan-
kekuatan yang dimiliki klien, semua ini dilakukan dalam upaya untuk membantu proses
rehabilitasi sosial dan mempercepat penyembuhannya.
2. Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial
Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial didasarkan pada hasil assessmen yang
dilakukan oleh pekerja sosial. Hasil assesment tersebut menjadi acuan untuk memberikan
pelayanan dalam menangani klien dalam proses rehabilitasi sosial. Adapun pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan hasil assesment tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek yang terdapat dalam
assesmen, yang terdiri dari:
a) Bimbingan fisik
Bimbingan fisik ini dimaksudkan agar klien memiliki kesehatan fisik dan jauh dari
penyakit fisik melalui cara hidup sehat dan selalu menjaga kebersihan.
b) Bimbingan mental
Bimbingan mental disini lebih ditekankan terhadap kondisi psikis klien yang diharapkan
klien mampu dan bisa untuk mengenal dirinya sendiri dan bisa bertanggung jawab terhadap diri
pribadi.
c) Bimbingan sosial
Melalui bimbingan sosial ini para klien diajarkan untuk dapat mengenal sesama dan
menjalin kerukunan sesama klien sehingga nantinya bisa menimbulkan kesadaran dan tanggung
jawab sosial klien didalam kehidupan masyarakat nantinya.
3). Resosialisasi
Resosialisasi adalah serangkaian bimbingan yang bersifat dua arah yaitu untuk
mempersiapkan klien agar dapat berintegrasi penuh kedalam kehidupan dan penghidupan
masyarakat secara normatif dan selain itu juga untuk mempersiapkan masyarakat atau
lingkungan dimana ia akan tinggal agar mampu menerima dan memperlakukan serta mengajak
klien untuk berintegrasi dengan kegiatan kemasyarakatan dengan tidak ada pembedaan.
4). Penyaluran
Penyaluran adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan untuk mengembalikan klien
kedalam kehidupan dimasyarakat secara normatif baik di lingkungan keluarga dan masyarakat.
5). Bimbingan Lanjut
Bimbingan lanjut adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan kepada
penerima pelayanan dan masyarakat guna lebih dapat memantapkan, meningkatkan dan
mengembangkan kemandirian klien dalam kehidupan sehari-hari.
6). Evaluasi
Evaluasi ini bertujuan untuk memastikan apakah proses pelayanan dan rehabilitasi sosial
yang diterima oleh klien sudah sesuai dengan yang direncanakan, dalam hal ini pekerja sosial
wajib untuk melakukan evaluasi dalam setiap tahapan proses dan hasil pertolongan yang dilalui,
dan kemudian diambil kesimpulan apakah proses telah berjalan baik dan dapat dilakukan
pengakhiran pelayanan.
7). Terminasi
Terminasi ini dilakukan untuk memastikan hasil evaluasi umum terhadap klien setelah dapat
menjalankan fungsi sosialnya secara wajar dan mampu menjadi warga Negara masyarakat yang
bertanggung jawab.
5. Prinsip-prinsip Penanganan bagi Gelandangan Psikotik
Pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi gelandangan didasarkan pada prinsip umum dan
khusus untuk menjamin berlangsungnya pelayanan secara profesional dan tidak melanggar hak
azasi mereka sebagai manusia, prinsip-prinsip tersebut adalah :
1) Prinsip-prinsip Umum:
Pelayanan rehabilitasi bagi gelandangan pada prinsipnya:
a) Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia, dimana setiap warga binaan bisa diterima
dan dihargai sebagai pribadi yang utuh dalam artian memanusiakan manusia.
b) Memberikan penghidupan dan pelayanan yang layak terhadap warga binaan.
c) Pemberian kesempatan seluas-luasnya bagi para warga binaan tersebut unuk lebih
mengembangkan dirinya dan diikutsertakan dalam kegiatan yang ada didalam panti rehabilitasi
tersebut.
d) Menanamkan sifat tanggung jawab sosial yang melekat pada setiap warga binaan yang dilayani
dan direhabilitasi.
2) Prinsip-prinsip Khusus
Prinsip-prinsip khusus dalam rehabilitasi sosial adalah:
a) Prinsip peneriamaan warga binaan secara apa adanya.
b) Tidak menghakimi (Non judgement) warga binaan.
c) Prinsip individualisasi, setiap warga binaan tidak diperlakukan sama rata, tetapi harus difahami
secara khusus sesuai dengan problemnya masing-masing.
d) Prinsip kerahasiaan, setiap informasi yang diperoleh mengenai gelandangan tersebut dapat dijaga
kerahasiaannya sebaik dan sekuat mungkin, terkecuali informasi tersebut digunakan untuk
kepentingan pelayanan dan rehabilitasi sosial klien tersebut.
e) Prinsip partisipasi, setiap warga binaan dan orang-orang terdekatnya ikut berpartisipasi dalam
proses penyembuhan dan rehabilitasinya dalam upaya unuk mengembalikan kesadaran individu
tersebut.
f) Prinsip komunikasi, dalam hal ini diusahakan agar kualitas dan intensitas komunikasi antara
warga binaan dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya dapat ditingkatkan seoptimal mungkin
sehingga dapat berdampak positif terhadap upaya rehabilitasi warga binaan.
g) Prinsip kesadaran diri, dimana para pelaksana pelayanan sosial secara sadar wajib menjaga
kualitas hubungan profesionalnya dengan warga binaan, sehingga tidak jatuh dalam hubungan
emosional yang menyulitkan dan menghambat proses rehabilitasi[31].
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang ada, maka penelitian ini menemukan beberapa kesimpulan.
Yaitu:
1. Dalam menjaring klien psikotik yang masih berada diluar menggunakan cara perekrutan melalui
kerjasama dengan a) satuaan polisi pamong praja (satpol PP) dan dinas sosial, b) kerjasama
dengan lembaga lain (rumah sakit), dan c) kerja sama dengan warga yang memiliki anggota
keluarga psikotik.
2. Penderita psikotik di Lembaga Sosial Hafara diberikan berbagai terapi, mulai dari terapi
terhadap fisik dan juga kejiwaannya. Terapi tersebut adalah 1) terapi mandi guna mensucikan
seluruh badan, 2) terapi agama, dengan membaca surat-sura pendek dalam Al-Qur’an dan
menyebut asma Allah. Sebagai rasa berpasrah diri dan memohon kesembuhan kepada-Nya, 3)
terapi olahraga, olahraga untuk menjaga kondisi kesehatan badannya dan memperlancar
pernafasan, 4) terapi obat, obat ini digunakan untuk mengontrol saraf klien psikotik, 5) terapi
kesenian, melalui kesenian klien psikotik memiliki tempat unuk mengeluarkan semua perasaan
yang ada dibawah alam sadarnya.
3. Setelah klien menetap di Lembaga Sosial Hafara selama enam bulan, maka untuk mereka yang
dinilai telah memenuhi kriteria dan dinyatakan sembuh akan dikembalikan kepada keluarganya
dan bagi mereka yang belum sembuh akan disalurkan ke lembaga lain atau bisa juga
memperpanjang kontrak di Hafara sesuai dengan penilaian dari pekerja sosial di Hafara.
4. Sebelum klien meninggalkan lembaga sosial Hafara untuk dikembalikan kepada keluarganya,
ada beberapa persyaratan yang harus dilakukan oleh klien psikotik yang sudah dianggap sembuh.
Diantara uji kelayakan tersebut adalah 1. Klien diberikan tugas untuk menjadi ketua bagi
kelompok psikotiknya, 2. Klien diberikan kebebasan untuk bergaul dan berkomunikasi kepada
seluruh anggota lembaga sosial
5. Kurangnya pengetahuan dari masyarakat tentang psikotik atau penyakit jiwa, menyebabkan
mereka tidak mengetahui bagaimana cara untuk menyembuhkan dan mencegah penyakit tersebut
agar tidak semakin parah. Dalam hal ini diperlukan adanya suatu penyuluhan dari pihak
pemerintah mengenai gejala dari adanya penyakit jiwa, sehingga masyarakat mampu untuk
mencegah timbulnya penyakit jiwa didalam diri sendiri ataupun orang-orang disekitarnya.
6. Penderita psikotik memiliki hak untuk kembali hidup normal didalam keluarga dan masyarakat,
mereka harus mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak dan instansi pemerintahan
khususnya untuk menaggulangi dan menghindari mereka untuk turun kejalanan dan membuat
pemandangan dijalanan menjadi semakin semrawut tidak teratur. Untuk merehabilitasi mereka
diperlukan adanya kerjasama dari pihak pemerintahan dengan instansi lain yang memberikan
pelayanan rehabilitasi sosial untuk para penyandang psikotik seperti Lembaga Sosial Hafara.
B. Saran-saran
Untuk mengembangkan program pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap penderita
psikotik di Lembaga Sosial Hafara Yogyakarta, mungkin ada beberapa hal yang perlu diperbaiki
dan dilakukan oleh para peneliti dan pihak Lembaga Sosial Hafara antara lain:
a. Untuk para peneliti:
1. Carilah tema sesuai dengan keinginan dan ketertarikan anda.
2. Koordinasikan terlebih dahulu tentang tema anda dengan pihak kampus dan juga pihak yang
terkait dengan penelitian.
3. Pastikan terlebih dahulu anda telah mendapatkan persetujuan dari lembaga atau instansi yang
terkait sebelum memulai penelitian, untuk lebih menghemat waktu dalam melakukan penelitian.
b. Pihak Lembaga Sosial Hafara:
1. Dalam pelaksanaan dan pelayanan rehabilitasi sosial terhadap gelandangan psikotik ada baiknya
antar klien memiliki terapi yang berbeda-beda, tergantung dari jenis dan seberapa parah penyakit
kejiwaan yang diderita klien.
2. Untuk memberikan pelayanan maksimal ada baiknya jika kamar atau tempat istirahat klien
psikotik yang sudah membaik kondisinya dipisah dengan klien psikotik lainnya. Dengan tujuan
agar mereka tidak tertular oleh teman-temannya dan selain itu juga untuk memudahkan para
pekerja sosial dalam memberikan terapi kepada klien tersebut dan juga untuk membedakan kelas
penyakit kejiwaan dari para penderita psikotik yang ada di lembaga sosial Hafara.
3. Perlunya penambahan program rehabilitasi dan pelayanan sosial untuk para penderita psikotik,
karena masih banyak waktu yang terbuang oleh penderita sakit jiwa.
4. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat luas, khususnya untuk yang berada di daerah Bantul
bahwasannya ada satu lembaga sosial yang meiliki tujuan untuk memberikan rehabilitasi sosial
untuk para penyandang psikotik (gangguan jiwa). Bertujuan agar masayarakat ikut lebih
membantu dalam proses rehabilitasi dan masyarakat juga bisa lebih belajar mengenai gangguan
jiwa dan masyarakat bisa lebih berperan aktif serta tidak malu lagi untuk menitipkan anggota
keluarganya yang mungkin terkena gangguan jiwa.
C. Penutup
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kehadirat Alloh SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga bisa menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih juga saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dan juga telah memberi dukungan dan motivasi yang tiada henti hingga akhir penulisan skripsi.
Saya menyadari bahwasannya masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini
dikarenakan adanya keterbatasan dalam diri penulis, oleh karena itu sangat diperlukan saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat berguna
untuk almamater UIN Sunan Kalijaga, agama, nusa dan bangsa.