Materi Bahasa Indonesia Kelas 8 K13 Revisi 2017
Materi Bahasa Indonesia Kelas 8 K13 Revisi 2017
Materi Bahasa Indonesia Kelas 8 K13 Revisi 2017
2017
23/10/2017 by KusmediLilik / 0
Genre diartikan sebagai kegiatan sosial yang memiliki jenis berbeda sesuai dengan tujuan
kegiatan sosial dan tujuan komunikatifnya.
Pada setiap jenis genre memiliki kekhasan bagaimana cara pengungkapan (struktur retorika teks)
dan kekhasan unsur kebahasaan.
Konsep teoretis yang mendasari Kurikulum 2013, yaitu pembelajaran berbasis genre dan CLIL
(content language integrated learning).
1. penjelasan tentang teks (tujuan, struktur retorika, kebahasaan) dan lokasi sosial,
Kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah siswa mampu
mendengarkan, membaca, memirsa (viewing), berbicara, dan menulis.
3. literasi (perluasan kompetensi berbahasa Indonesia dalam berbagai tujuan, khususnya yang
berkaitan dengan membaca dan menulis).
Sebagai rambu-rambu dalam pembelajarannya, disusunlah silabus untuk SMP kelas 7, 8 dan 9.
5. bermanfaat untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan
pendidikan siswa.
Silabus ini tidak membatasi kreativitas dari para guru Bahasa Indonesia.
Kompetensi yang ingin dicapai adalah menjadi insan yang memiliki kemampuan berbahasa dan
bersastra untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Menceritakan
(Narrating)
Rekon (Recount):
Jurnal, buku harian, artikel Koran,
menceritakan
berita,
peristiwa secara
rekon sejarah, surat, log, garis waktu
berurutan
(time
line)
Pada kesempatan kali ini admin akan menyampaikan gambaran materi buku Siswa Bahasa
Indonesia kelas 8 revisi 2017, sebagai sebagai berikut:
1. Unsur-Unsur Berita
1. Ringkasan Berita
2. Penyampaian Berita
3. Penyuntingan Berita
D. Menulis Iklan
1. Langkah-Langkah Penulisan
2. Penyuntingan Iklan
Halo sobat, kali ini admin akan memberikan materi Bahasa Indonesia kelas X yaitu Teks Eksposisi. Nah
adapun yang akan kita bahas kali ini mengenai teks eksposisi yaitu tentang pengertian, struktur, unsur
kebahasaan, dan juga contoh teks eksposisi singkat terbaru yang merupakan sebuah karangan orang lain
dan akan dipublikasikan oleh admin sendiri.
Teks Eksposisi adalah adalah sebuah teks atau yang berisi informasi dan pengetahuan yang
dimuat secara singkat dan padat yang bertujuan untuk memaparkan atau menjelaskan informasi-
informasi tertentu agar dapat menambah ilmu pengetahuan sang pembaca.
Teks eksposisi dibangun oleh tiga struktur yang membangun teks tersebut menjadi sebuah teks
eksposisi. Ketiga struktur tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Pernyataan Pendapat (tesis), adalah bagian teks yang berisikan pernyataan pendapat (tesis)
sang penulis. Bagian ini juga biasa disebut sebagai bagian pembuka.
2. Argumentasi, adalah bagian yang berisikan alasan yang dapat memperkuat argumen penulis
dalam memperkuat ataupun menolak suatu gagasan.
3. Penegasan Ulang Pendapat, merupakan bagian yang berisi penegasan ulang pendapat sang
penulis.
Unsur Kebahasaan atau kaidah kebahasaan teks eksposisi adalah ciri kebahasaan yang digunakan dalam
pembuatan teks eksposisi. Adapun kaidah kebhasaan teks eksposisi adalah sebagai berikut.
1. Pronomina
Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina. Pronomina
dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu pronomina persona dan pronomina nonpersona.
1. Pronomina Persona (kata ganti orang) yaitu Persona Tunggal. Contohnya seperti ia, dia, anda,
kamu, aku, saudara, -nya, -mu, -ku, si-., dan Persona Jamak Contohnya seperti kita, kami, kalian,
mereka, hadirin, para.
2. Pronomina Nonpersona (kata ganti bukan orang) yaitu Pronomina Penunjuk contohnya seperti
ini, itu, sini, situ, sana. dan pronomina penanya contohnya seperti apa, mana, siapa.
Merupakan kata yang mengacu pada benda, baik nyata maupun abstrak. Dalam kalimat berkedudukan
sebagai subjek. Dilihat dari bentuk dan maknanya ada yang berbentuk nomina dasar maupun nomina
turunan. Nomina dasar contohnya gambar, meja, rumah, pisau. Nomina turunan contohnya perbuatan,
pembelian, kekuatan, dll.
Merupakan kata yang mengandung makna dasar perbuatan, proses, atau keadaan yang bukan sifat.
Dalam kalimat biasanya berfungsi sebagai predikat. Verba dilihat dari bentuknya dibedakan menjadi
dua yaitu :
Verba dasar merupakan verba yang belum mengalami proses morfologis (afiksasi, reduplikasi,
komposisi). Contohnya mandi, pergi, ada, tiba, turun, jatuh, tinggal, tiba, dll.
Verba turunan merupakan verba yang telah mengalami perubahan bentuk dasar karena proses
morfologis (afiksasi, reduplikasi, komposisi). Contohnya melebur, mendarat, berlayar, berjuang,
memukul-mukul, makan-makan, cuci muka, mempertanggungjawabkan, dll.
Merupakan kata yang yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, dan
binatang. Contohnya cantik, gagah, indah, menawan, berlebihan, lunak, lebar, luas, negatif, positif,
jernih, dingin, jelek, dan lain-lain.
Kata leksikal (nomina, verba, adjektiva, dan adverbia) yang terdapat dalam teks eksposisi di atas,
misalnya:
Konjungsi
Konjungsi dapat digunakan dalam teks eksposisi untuk memperkuat argumentasi. Suatu jenis konjungsi
dapat digunakan dengan menggabungkannya dengan konjungsi yang sejenis dalam suatu kalimat yang
saling berkorelasi sehingga membentuk koherensi antarkalimat. Dapat pula mengombinasikan beberapa
jenis konjungsi dalam suatu teks sehingga tercipta keharmonisan makna maupun struktur.
Adapun berikut adalah beberapa jenis konjungsi dan contohnya yang biasa kita temukan didalam
sebuah teks eksposisi.
Ekonomi Indonesia
Tesis
Ekonomi rakyat adalah “kegiatan ekonomi rakyat banyak” . Jika dikaitkan dengan kegiatan pertanian,
maka yang dimaksud dengan kegiatan ekonomi rakyat adalah kegiatan ekonomi petani atau peternak
atau nelayan kecil, petani gurem, petani tanpa tanah, nelayan tanpa perahu, dan sejenisnya; dan bukan
perkebunan atau peternak besar atau MNC pertanian, dan sejenisnya.
Argumentasi
Perspektif lain dari ekonomi rakyat dapat pula dilihat dengan menggunakan perspektif jargon: “ekonomi
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.
“Dari rakyat”, berarti kegiatan ekonomi itu berkaitan dengan penguasaan rakyat dan aksesibilitas rakyat
terhadap sumberdaya ekonomi. Rakyat menguasai dan memiliki hak atas sumberdaya untuk
mendukung kegiatan produktif dan konsumtifnya.
“Oleh rakyat”, berarti proses produksi dan konsumsi dilakukan dan diputuskan oleh rakyat. Rakyat
memiliki hak atas pengelolaan proses produktif dan konsumtif tersebut. Berkaitan dengan sumberdaya
(produktif dan konsumtif), rakyat memiliki alternatif untuk memilih dan menentukan sistem
pemanfaatan, seperti berapa banyak jumlah yang harus dimanfaatkan, siapa yang memanfaatkan,
bagaimana proses pemanfaatannya, bagaimana menjaga kelestarian bagi proses pemanfaatan
berikutnya, dan sebagainya.
“Untuk rakyat”, berarti rakyat banyak merupakan ‘beneficiaries utama dari setiap kegiatan produksi dan
konsumsi. Rakyat menerima manfaat, dan indikator kemantaatan paling utama adalah kepentingan
rakyat.
Dalam hal ini perlu pula dikemukakan bahwa ekonomi rakyat dapat berkaitan “dengan siapa saja”,
dalam arti kegiatan transaksi dapat dilakukan juga dengan “non-ekonomi-rakyat”. Juga tidak ada
pembatasan mengenai besaran, jenis produk, sifat usaha, permodalan, dan sebagainya. Ekonomi rakyat
tidak eksklusif tetapi inklusif dan terbuka. Walaupun demikian, sifat fundamental diatas telah pula
menciptakan suatu sistem ekonomi yang terdiri dari pelaku ekonomi, mekanisme transaksi, norma dan
kesepakatan (“rule of the game”) yang khas, yang umumnya telah memfasilitasi ekonomi rakyat untuk
survive dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakatnya.
Tesis
Sistem pendidikan Indonesia dewasa ini mengalami suatu perubahan yang sangat signifikan. Perubahan
tersebut berkaitan dengan kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan Indonesia. Dimana,
kurikulum 2006 yang sejak lama dipakai diganti dengan kurikulum 2013. Walaupun tidak semua sekolah
menggunakan kurikulum ini, namun tetap berjalan sebagimana mestinya.
Argumentasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam beberapa kesempatan menjelaskan
bahwa, kurikulum 2013 diprioritaskan pada sekolah-sekolah yang memiliki akreditasi A atau sekolah
berstandar Internasional, yang biasa disingkat dengan RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional).
Syarat keterjangkauan distribusi buku juga menjadi syarat terhadap sekolah pelaksana kurikulum 2013.
Kemendikbud juga menerangkan bahwa kurikulum 2013 ini fokus pada pembangunan sikap,
pengetahuan, keterampilan, karakter yang berlandaskan pada pendekatan ilmiah atau scientific
approach.
Selain itu, kurikulum 2013 juga menitikberatkan kepada hubungan antara pembelajaran dengan rasa
syukur pada pemberian Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia selaku pengelola alam sekitar. Khususnya
mengacu pada pembelajaran yang dimulai dengan mengamati, menanya, menalar, dan mencoba atau
mencipta.
Musliar Kasim selaku wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan beranggapan, bahwa Kurikulum 2013
lebih menonjolkan praktik daripada hafalan. Sebab selama ini, peserta didik banyak dibebani hafalan,
yang justru dirasa kurang meningkatkan kreativitas. Melalui Kurikulum 2013 ini, pemerintah ingin
menghasilkan anak bangsa Indonesia yang produktif, kreatif, dan afektif. Dalam kurikulum 2013 setiap
peserta didik dibentuk agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Meutia Hatta, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden mengungkapkan bahwa kurikulum 2013 ini
bertujuan untuk membentuk karakter generasi berkualitas, cinta tanah air dan bangsanya. Selain itu
kurikulum 2013 juga menitikberatkan peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga
generasi mendatang tetap mempunyai jati diri bangsa Indonesia dan berkualitas.
Penegasan Ulang
Namun, ternyata banyak juga masyarakat yang menolak berlakunya kurikulum 2013 ini. Perubahan
kurikulum ini dianggap sangat mendadak dan di paksakan. Bahkan, ada yang beranggapan kurikulum ini
kurang fokus karena menggabungkan dua mata pelajaran yang memiliki substansi pokok yang berbeda.
Meskipun, mata pelajaran yang akan diajarkan dibuat lebih sederhana, tetapi tingkat pengetahuan dan
pemahaman yang dimiliki peserta didik akan semakin berkurang karena mata pelajaran tersebut tidak
dipelajari secara utuh, namun secara terpisah-pisah sehingga akan membuat peserta didik menjadi
bingung.
1. Langkah-Langkah Penyajian
2. Kegiatan Penyuntingan
1. Puisi
Unsur-unsur puisi terdiri atas dua bagian, yaitu:
a. Unsur Bentuk:
1. Kata
Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat
menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi
menjadi sebuah larik.
Kata dalam puisi dipakai dalam tiga tekanan, yaitu sebagai lambang, utterance (yaitu bila kata
mengundang makna sesuai gengan kontekspemakaia), serta sebagai gaya.
2. Larik atau baris
Larik atau baris mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa
satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam
sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
3. Bait
Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan
makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi
baru tidak dibatasi.
4. Bunyi
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama.
5. Rima (persajakan)
Rima adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait.
6. Irama (ritme)
Irama adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi.
Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi
(misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang
bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata.
7. Tipografi
Tipografi adalah cara penyair menyusun dan menampilkan bentuk-bentuk puisi yang dapat
diamati secara visual. Gunanya untuk menampilkan suasana, nuansa makna, dan artistik visual.
b. Unsur Makna:
1. Tema/makna (sense)
Yaitu sesuatu yang digambarkan atau diciptakan sang penyair.
Ada yang menambahkan yaitu pokok pikiran yang dikemukakan penyair (Subject matter), serta
ada keseluruhan makna yang ada dalam puisi (total of meaning).
2. Rasa (feeling)
yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan
tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar
belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia,
pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan
ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih
kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada
wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang
sosiologis dan psikologisnya.
3 Nada (tone)
yaitu sikap penyair terhadap pembacanya.
4. Amanat/tujuan/maksud (itention)
sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa
dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
2. Drama
Pada dasarnya drama drama merupakan karya sastra berbentuk prosa.
Hal ini didukung dua hal yaitu (1) drama juga berupa karya fiksi, (2) drama sebelum dipentaskan
berwujud naskah, yang tidak lain adalah prosa. Karena itu maka istilah-istilah dalam drama dan
prosa berkaitan dalam unsur serta batasan-batasan yang menyangkut tema, plot, alur, dan
karakteristik lain yang berlaku dalam prosa akan berlaku pula dalam drama.
Yang membedakan dalam unsur itu adalah dalam aspek gerak dan actionnya. Gerak dalam
drama merupakan unsur yang sangat penting di samping unsur tulisannya yaitu naskah.
Selain itu, unsur-unsur drama ialah sebagai berikut:
a. Tema
b. Alur (plot)
c. Latar (setting)
d. Penokohan atau perwatakan (karakterisasi)
e. Percakapan, dialog atau gerak
f. Panggung atau teater
g. Tata busana (costume)
Drama juga memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki atau ada dalam istilah-istilah
yang ada dalam prosa, yaitu:
1. Babak
Babak adalah bagian dari drama yang merangkum semua peristiwa yang terjadi disuatu tempat
pada urutan waktu tertentu.
2. Adegan
Adegan adalah bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa berhubung
datangnya atau perginya seseorang atau lebih tokoh cerita ke atas pentas.
3. Prolog
Prolog adalah bagian naskah yang ditulis pengarangnya pada bagian awal. Prolog merupakan
pengantar naskah yang berisi satu atau beberapa keterangan tentang cerita yang akan disajikan
untuk membantu pembaca atau penonton dalam memahami, menghayati, dan menikmati cerita.
4. Petunjuk pengarang
Petunjuk pengarang adalah bagian naskah yang memberikan penjelasan keada pembaca atau
pelaku pementasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa dan sifat atau perbuatan tokoh cerita.
Contoh:
Ibu: ini suami saya (Orang asing menghampiri ayah dengan agak gugup).
5. Epilog
Jika prolog ditempatkan pengarang di awal naskah maka epilog berada di belakang naskah.
Epilog biasanya berisi kesimpulan pengarang mengenai cerita tetapi juga bias dimasuki nasehat
atau pesan pengarang.
6. Struktur naratif
Adalah bagian-bagian suatu kesatuan drama yang tidak bisa dipisahkan yang bersama-sama
membangun kesatuan drama. Adapun struktur naratif terdiri dari (i) eksposisi yaitu pembukaan
dari suatu karya drama, (ii) komplikasi yaitu masa penggawatan, (iii) klimaks yaitu tahap yang
mulai nyata adanya pihak-pihak yang melakukan pertentangan atau perlawanan, (iv) resolusi
yaitu masa telah ditemukannya jalan pemecahan konflik yang terjadi, (v) konklusi yaitu bagian
yang menceritakan titik akhir cerita drama.
3. Prosa
Karya sastra dalam bentuk prosa (seperi roman, novel, dan cerpen) unsur-unsur intrinsiknya ada
tujuh, yaitu:
1. Tema
Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema.
Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita,
atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita.
Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan
seluruh cerita. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran
peristiwa, konflik serta situasi tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain.
Tema ada yang dinyatakan secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula yang dinyatakan secara
implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami).
Dalam menentukan tema, pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: minat pribadi,
selera pembaca, dan keinginan penerbit atau penguasa.
Dalam sebuah karya sastra, disamping ada tema sentral, seringkali ada pula tema sampingan.
Tema sentral adalah tema yang menjadi pusat seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita. Adapun
tema sampingan adalah tema-tema lain yang mengiringi tema sentral.
2) Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui
karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara
memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh
menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan
penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan
dengan gagasan utama cerita.
3) Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau
lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, namun dapat
pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral
adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita.
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Tokoh sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau
menyampaikan nilai-nilai positif.
2. Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan
dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
Adapun tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral.
Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan tokoh
sentral (baik protagonis ataupun antagonis).
2. Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran
dalam peristiwa cerita.
3. Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai
latar cerita saja.
Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada dua metode penyajian
watak tokoh, yaitu:
1. Berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi). Alur yang demikian disebut alur linear.
2. Berdasarkan hubungan sebab akibat (kausal). Alur yang demikian disebut alur kausal.
3. Berdasarkan tema cerita. Alur yang demikian disebut alur tematik. Dalam cerita yang
beralur tematik, setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode
dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.
Adapun struktur alur adalah sebagai berikut:
4. Bagian awal, terdiri atas: 1) paparan (exposition), 2) rangsangan (inciting moment), dan
3) gawatan (rising action).
5. Bagian tengah, terdiri atas: 4) tikaian (conflict), 5) rumitan (complication), dan 6)
klimaks.
6. Bagian akhir, terdiri atas: 7) leraian (falling action), dan 8- selesaian (denouement).
Dalam membangun alur, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi
dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah:
1. ‘Aku’ tokoh utama. Dalam sudut pandang teknik ini, si ‘aku’ mengisahkan berbagai
peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniyah, dalam diri
sendiri, maupun fisik, dan hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ‘aku’
menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ‘aku’,
peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di
samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan.
Dalam cerita yang demikian, si ‘aku’ menjadi tokoh utama (first person central).
2. ‘Aku’ tokoh tambahan. Dalam sudut pandang ini, tokoh ‘aku’ muncul bukan sebagai
tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ‘aku’
hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang
dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai
pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian
menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai
peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh
utama habis, si ‘aku’ tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan
demikian si ‘aku’ hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita
yang ditokohi oleh orang lain. Si ‘aku’ pada umumnya tampil sebagai pengantar dan
penutup cerita.
b. Sudut pandang orang ketiga (third person point of view)
Dalam cerita yang menpergunakan sudut pandang orang ketiga, ‘dia’, narator adalah seorang
yang berada di luar cerita, yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau
kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus
menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti.
Sudut pandang ‘dia’ dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan
keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya:
1. ‘Dia’ mahatahu. Dalam sudut pandang ini, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal
yang menyangkut tokoh ‘dia’ tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat
mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan
tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan
menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari
tokoh ‘dia’ yang satu ke ‘dia’ yang lain, menceritakan atau sebaliknya
”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran,
perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan
nyata.
2. ‘Dia’ terbatas (‘dia’ sebagai pengamat). Dalam sudut pandang ini, pengarang
mempergunakan orang ketiga sebagai pencerita yang terbatas hak berceritanya, terbatas
pengetahuannya (hanya menceritakan apa yang dilihatnya saja).
7. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya
sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh diksi (pemilihan kata) yang
tepat. Namun, diksi bukanlah satu-satunya hal yang membentuk gaya bahasa.
Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan yang khas bagi setiap pengarang. Gaya seorang
pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya, karena
pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal yang berhubungan erat dengan selera pribadinya
dan kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitamya.
Gaya bahasa dapat menciptakan suasana yang berbeda-beda: berterus terang, satiris, simpatik,
menjengkelkan, emosional, dan sebagainya. Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi
adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain.
Ket: semua keterangan diatas diambil dari buku Teori dan Praktek Menulis Puisi dan Prosa
karya M.Mudlofar, M.Pd.
Refrensi:
1. Mudlofar. 2007. Pengantar Teori dan Praktek Menulis Puisi dan Prosa. Surabaya: Al Rahmah.
1. Pengertian Puisi
2. Unsur-Unsur Puisi
1. Isi Puisi
2. Jenis-Jenis Puisi
D. Mari Berpuisi
1. Menulis Puisi
2. Pembacaan Puisi
3. Bermusikalisasi Puisi
1. Pernyataan umum, berisi statemen atau penyataan umum tentang suatu topik yang akan
dijelaskan proses keberadaanya, proses terjadinya, atau proses terbentuknya.
2. Urutan Sebab Akibat, berisikan tentang detail penjelasan proses keberadaan atau proses
terjadinya yang disajikan secara urut atau bertahap dari yang paling awal hingga yang
paling akhir.
3. Interpretasi, berisi tentang kesimpulan atau pernyataan tentang topik atau proses yang
dijelaskan.
1. Strukturnya terdiri dari penyataan umum, urutan sebab akibat, dan interpretasi seperti
yang telah saya jelaskan diatas tadi.
2. Memuat informasi berdasarkan fakta (faktual).
3. Faktualnya itu memuat informasi yang bersifat ilmiah atau keilmuan seperti sains dan
yang lainnya.
1. Fokus pada hal umum (generic), bukan partisipan manusia (nonhuman participants),
misalnya gempa bumi, banjir, hujan, dan udara.
2. Dimungkinkan menggunakan istilah ilmiah.
3. Lebih banyak menggunakan kata kerja material dan relasional (kata kerja aktif).
4. Menggunakan konjungsi waktu dan kausal, misalnya jika, bila, sehingga, sebelum,
pertama, dan kemudian.
5. Menggunakan kalimat pasif.
6. Eksplanasi ditulis untuk membuat justifikasi bahwa sesuatu yang diterangkan secara
kausal itu benar adanya.
1. Pengertian Ulasan
1. Stuktur Ulasan
1. Langkah-Langkah Penyusunan
Baca juga: Materi IPS Kelas 8 (VIII) SMP/MTs Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2017
BAB 7 : Berbahasalah secara Persuasif
1. Karakteristik Drama
2. Unsur-Unsur Drama
1. Struktur Drama
Buku BSE kelas 8 edisi revisi 2017 dapat anda unduh disini.
Demikianlah garis besar Materi Bahasa Indonesia kelas 8 revisi tahun 2017.
Karena materi di atas merupakan daftar materi pembelajaran, maka anda harus membaca materi
selengkapnya pada Buku Sekolah Elektroniknya.
Harapan admin, meskipun hanya sekedar garis besar semoga dapat bermanfaat bagi anda.
Terutama bagi anda dimana BSE Bahasa Indonesia belum tersedia diperpustakaan sekolah.