Spektrofotometri Krom
Spektrofotometri Krom
Spektrofotometri Krom
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Kromium (Cr)
Kromium adalah logam kristalin yang putih, tak begitu liat dan tak dapat ditempa
dengan berarti. Ia melebur pada 1765oC. Logam ini larut dalam asam klorida encer atau
pekat. Jika tak terkena udara, akan terbentuk ion-ion kromium(II). Dengan danya oksigen
dari atmosfer kromium sebagian atau seluruhnya menjadi teroksidasi ke keadaan tervalen.
(Vogel,1985).
Distribusi senyawa yang mengandung Cr(III) dan Cr(VI) tergantung pada
potensial redoks, pH, adanya senyawa oksidator atau reduktor, kinetika reaksi redoksnya,
pembentukan kompleks Cr(III) atau garam Cr(III) tak larut, dan konsentrasi kromium total
(WHO, 1996). Beberapa teknik analisis yang digunakan untuk menentukan kadar Cr
terutama Cr(VI) menggunakan spektrofotometri sinar tampak umumnya menggunakan
reagen organik yang dapat dioksidasi dan pembentukan ion asosiasi. Reagen yang paling
umum digunakan untuk menentukan kadar Cr(VI) secara spektofotometri sinar tampak
yaitu 1,5 difenilkarbazida. Akan tetapi gangguan dari Fe(III), No(VI), Cu(II), dan Hg(II)
sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh dan hanya membentuk kompleks yang stabil
selama 30 menit dengan adanya buffer fosfat (Vogel, 1979).
2.1.2 Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang
gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
detektor fototube. Benda bercahaya seperti matahari atau bohlam listrik memancarkan
spektrum yang lebar terdiri atas panjang gelombang. Panjang gelombang yang dikaitkan
dengan cahaya tampak itu mampu mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan
karenanya menimbulkan kesan subyektif akan ketampakan (vision). Dalam analisis secara
spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan,
yaitu daerah UV (200 – 380nm), daerah visible (380 – 700 nm), daerah inframerah (700 –
3000 nm) (Khopkar, 1990).
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan
adsorpsi cahaya pada panjang gelombang tertenta melalui suatu larutan yang mengandung
II-1
II - 2
Bab II Tinjauan Pustaka
kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya. Proses ini disebut “absorpsi
spektrofotometri” , dan jika panjang gelombang yang digunakan adalah gelombang cahaya
tampak, maka disebut sebagai “kolorimetri”, karena memberikan warna (Breysse dan
Lees,2003).
Spektrofotometer adalah suatu instrumen untuk mengukur transmitans atau
absorbans suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang; pengukuran terhadap sederetan
sampel pada suatu panjang gelombang tunggal dapat pula dilakukan. (Underwood,2002)
Dalam analisis secara spektrofotometri, terdapat tiga daerah panjang gelombang
elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200 – 380 nm), daerah visible (380 –
700 nm), daerah inframerah (700 – 3000 nm) (Khopkar, 1990).
2.1.5 Kalibrasi
Scara khas terdapat suatu tirai kedap cahaya, yang dikendalikan oleh operator, yang
ditaruh di depan tabung foto (cuvet) sehingga tabung itu berada dalam alat. Dengan suatu
tombol pada instrumen operator mematikan (mengimbangi sehingga tak ada arus ke
manapun) arus gelap itu dan skala pada instrumen distel sehingga menunjukkan absorbans
tak terhingga (hingga nilai 0). Kemudian panjang gelombang distel pada nilai yang
diinginkan dan sebuah sel yang berisi larutan pembanding dikenai berkas cahaya
(pembanding dapat berupa pelarut murni, suatu “blanko” dari suatu prosedur analitis, dan
sebagainya), tirai disingkirkan agar detektor tersingkap. Sekarang dengan mengubah
sesuaikan daya radiasi ke detektor dengan pertolongan kendali celah monokromator , dan
atau dengan mengubah secara elektronis masukan penguat, skala instrumen distel agar
menunjukkan absorban nol (transmitans 100%) (Underwood,2002).
Keterangan :
mg = miligram
ml = mililiter
L = liter
Bq = Bequerel
NTU = Nephelometrik Turbidity Units
TCU = True Colour Units
Logam berat merupakan logam terlarut