0% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
643 tayangan22 halaman

LP DHF

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DENGAN DIAGNOSA DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian
DHF (dengue hemorrhagic fever), adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina).
DHF (dengue haemorrhagic fever) terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan/atau nyeri sendi dan tulang yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis
hemoragik.Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Adapun Klasifikasi dari DHF :
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu :

a. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II :
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan
seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
c. Derajat III
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi
kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan
kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.
d. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan
manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak
teraba.
2. Etiologi

Penyebab DHF ini adalah virus dengue yang terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN
1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Penularan DBD ini melalui cara :

1. Manusia sebagai host virus dengue.


2. Vektor perantara : nyamuk aedes aegepty (nyamuk rumah) dan aedes
albopictus (nyamuk kebun).

3. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun
Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a,
bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di
Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan
meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.
Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding
pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun
antibodi – virus juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan
fungsi trombosit, trombositopeni, dan koagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan
perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan jika syok tidak teratasi,
maka akan terjadi hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis
metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi
perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun dan jika tidak
teratasi dapat menimbulkan hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat
hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama
dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan
tubuh manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi:

(1) Aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosinyang


menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan
plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular,

(2) Agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan
kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel
trombosit muda dari sumsum tulang dan
(3) Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi
faktor pembekuan.Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan.

(1) Peningkatan permiabilitas kapiler;

(2) Kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia,


dan kuagulopati.

4. Manifestasi klinis

a. Demam tinggi selama 5 – 7 hari


b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati.
f. Sakit kepala.
g. Pembengkakan sekitar mata.
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

5. Komplikasi
a. Ensefalopati dengue
b. Kelainan ginjal
c. oedem paru. (Hadinegoro H Sri Rezeki, 2005)

6. Pemeriksaan diagnostic/ Penunjang

a. Darah
1. Trombosit menurun.
2. HB meningkat lebih 20 %
3. HT meningkat lebih 20 %
4. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5. Protein darah rendah
6. Ureum PH bisa meningkat
7. NA dan CL rendah
b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
1. Rontgen thorax : Efusi pleura.
2. Uji test tourniket (+)
7. Penatalaksanaan medis/ keperawatan

A. Medik
Pengganti cairan (volume plasma)
1. DBD tanpa renjatan :
a. Minum banyak 1,5 – 2 Liter / hari, berupa air gula, susu teh dengan gula
atau air buah.
b. Pemberian caira intravena, bila :
a. Penderita muntah-muntah terus
b. Intake tidak terjamin
c. Pemeriksaan berkala hematokrit cenderung meningkat terus. Jenis cairan
RL atau sering 5 10 ml / kg bb / hari. IVFD dalam 24 jam, bila
diperlukan infuse lanjutan diberi dengan hanya memperhitungkan NWL
dan CWL atau 5-7 ml / kg bb / hari
2. DBD dengan renjatan
a. Derajat IV
Infussering 5 / RL diguyur atau dibolus 100-200 ml sampai nadi teraba
serta tensi terukur. Biasanya sudah tercapai dalam 15-30 menit.
b. Derajat III
Infus asering 5 / RL dengan kecepatan 20 tetes permenit / kg bb/ jam.
Setelah renjatan teratasi :
- Tekanan Sistol >80 mmHg
- Nadi jelas teraba
- Amplitudo nadi cukup besar

c. Kecepatan tetesan diubah jadi 10 ml / kg bb / jam selam 4 – 8 jam. Bila


keadaan umum tetap baik, jumlah caoiran dibatasi sekitar 5 – 7 ml / kg
bb / jam dengan larutan RL / Dextrose 5 %
1:1 atau asering 5. Infus dipertahankan 48 jam setelah renjatan
d.Pada renjatan berat dapat diberikan cairan plasma atau pengganti
plasma (expander plasma / dextran L) denga kecapatan 10 – 20 ml / kg
bb / jam dan maksimal 20 – 30 ml / kg bb / hari. Dalam hal ini
dipasang 2 infus 1 untuk larutan RL dan 1 untuk cairan plasma atau
pengganti plasma.
B. Keperawatan
Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam.
- Observasi intik output.
- Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda
vitaltiap 3jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½
liter – 2 liter per hari, beri kompres.
- Ada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb,
Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
- Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.

1. Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena.
- Catat banyak, warna dari perdarahan.
- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal.

2. Peningkatan suhu tubuh


1. Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
2. Beri minum banyak
3. Berikan kompres
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identitas pasien:
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk
datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke
7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek,
nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena,
atau hematemesis.

d. Riwayat penyakit yang pernah diderita


Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak
bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus
yang lain.

e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.

f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi.
Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka
anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.

g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).

h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu
makan berkurang, napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak
mengalami diare atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue
padagrade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah
sering kencing sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah
Dengue grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur
karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga
kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk Aedes
Aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta
upaya untuk menjaga kesehatan.

i. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah
Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum
lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum
lemah, dan perdarahan spontan petekie,
perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah,
kecil dan tidak teratur.
3) Grade III: kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum
lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta
tensi menurun.
4) Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak
teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan
kulit tampak biru.

j. Sistem integumen
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, danmuncul keringat
dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II,
III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami
hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
4) Dada Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi
pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
6) Ekstremitas.
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berbubungan dengan :

a. Penyakit/trauma.
b. Peningkatan metabolisme.
c. Aktivitas yang berlebih.
d. Pengaruh medikasi.
e. Terpapar lingkungan panas.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan:

a. Kehilangan volume cairan yang aktif.


b. Kegagalan mekanisme pengaturan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari keutuhan tubuh berhubungan dengan :
a. Ketidakmamapuan mrnrlan makanan.
b. Penurunan absopsi nutrisi.
c. Muntah, anoreksia, gangguan digesti.
d. Depresi, stress, isolasi social.
4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan :
a. Lemahnya otot pernafsan.
b. Penurunan ekspansi paru.
5. Risiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil
1 Hipertermi Setelah dilakukan NIC :
berbubungan tindakan 1. Observasi 1. Dengan
dengan : keperawatan tanda-tanda mengobservasi
a. Penyakit/traum selama . ...x…. vital. tanda-tanda
a. jam, diharapkan vital dapat
b. Peningkatan masalah hipertermi menunjukkan
metabolisme. dapat teratasi respon dan efek
c. Aktivitas yang Dengan kriteria
peningkatan
berlebih. hasil:
suhu tubuh.
d. Pengaruh NOC :
2. Observasi IWL. 2. Hasil observasi
medikasi.
e. Terpapar 1. Suhu tubuh IWL dapat
lingkungan dalam rentang membantu
panas. normal menetukan
0
(36-37 C). intake cairan.
3. Observasi 3. Penurunanan
2. Nadi dalam
penurunanan tingkat
rentang batas
tingkat kesadaran
normal (60-100
kesadaran. menunjukkan
x/menit) dan
kondisi pasien
respirasi dalam
yang
batas normal
memeburuk.
(16-24 x/mnt).
4. Monitor WBC, 4. Dapat
3. Tidak ada
Hb, dan Hct. menunjukan
perubahan
kondisi klinis
warna kulit dan
pasien.
tidak ada
5. Monitor intake 5. Dengan banyak
pusing.
dan output minum dapat
cairan. menggantikan
cairan yang
keluar.
6. Berikan 6. Dengan
antipiretik pemberian
antipiretik dan
antibiotik dapat
mengontrol
demam dan
panas.
7. Berikan 7. Pengobatan
pengobatan segera dapat
untuk mengatasi membantu
penyebab menyelamatkan
demam. pasien.
8. Kompres pasien 8. Dengan
pada lipat paha kompres akan
dan aksila. memebantu
mempercepat
metabolism
tubuh.
9. Tingkatkan 9. Membantu
srikulasi udara. memperlancar
metabolism
tubuh.
10. Kolaborasi 10. Mengganti
pemberian cairan tubuh
cairan yang hilang.
intravena.
2 Kekurangan Setelah dilakukan NIC :
volume cairan tindakan 1. Observasi hasil 1. Mendeteksi
berhubungan keperawatan lab dan homeostasis
dengan: selama ….x…. observasi tanda- atau
a. Kehilangan
jam, diharapkan tanda ketidakseimban
volume cairan
keseimbangan perdarahan. gan dan
yang aktif.
cairan dapat membantu
b. Kegagalan
terpenuhi. menentukan
mekanisme
Kriteria hasil:
kebutuhan
pengaturan. NOC :
penggantian.
1. Membran 2. Awasi masukan 2. Aktivitas
mukosa haluaran. muntah dapat
lembab, meningkatkan
2. turgor kulit tekanan intra
elastic, abdominal dan
3. intake dan dapat
output mencetuskan
balance, perdarahan
lanjut.
3. Pertahankan 3. Perubahan
tirah baring, dapat
jadwalkan menunjukkan
aktivitas untuk penurunan
memberikan perfusi jaringan
periode istirahat infuse sekunder
tanpa gangguan. terhadap
hipovolemia
4. Observasi kulit
kering, 4. Menunjukkan
membrane kehilangan
mukosa, cairan
penurunan berlebihan
turgor kulit.
5. Catat tingkat
kesadaran. 5. Untuk
mencegah
terjadinya
perdarahan
6. Anjurkan klien yang
minum banyak 2- berlebihan.
3 liter/hari. 6. Mengatasi
kehilangan
cairan
berlebihan dan
mengatasi
7. Kolaborasikan terjadinya
dengan dokter dehidrasi.
dalam pemberian 7. Untuk
terapi cairan dan mengatasi
anti perdarahan. kehilangan
8. Kolaborasikan cairan berlebih.
dengan tim
dalam pemberian 8. Darah lengkap
darah lengkap segar
segar/kemasan diindikasikan
sel darah merah. untuk
perdarahan
akut, karena
darah simpanan
dapat
kekurangan
factor
pembekuan.
3 Ketidakseimbangan Setelah diberikan NIC :
nutrisi kurang dari asuhan 1. Observasi tanda- 1. Dapat
keutuhan tubuh keperawatan tanda vital dan mengidentifikas
berhubungan dengan selama….x…. jam keadaan umum i keadaan pasien
Ketidakmamapuan diharapkan nutrisi pasien. akibat
menelan makanan. pasien terpenuhi kekurangan
1. Penurunan
nutrisi.
absopsi nutrisi. Dengan kriteria
2. Observasi porsi 2. Sebagai bahan
2. Muntah, hasil :
makanan yang kajian menilai
anoreksia,
NOC : dapat dihabiskan status gizi
gangguan digesti.
3. Depresi, stress, pasien. pasien.
1. Tidak ada tanda
isolasi social. 3. Diskusikan 3. Factor-faktor
malnutrisi
2. Mampu bersama klien seperti nyeri,
mengidentifikas kemungkinan kelemahan,
kebutuhan penyebab penggunaan
nutrisi hilangnya nafsu analgesic,
3. Menunjukkan makan. imobilitas dapat
peningkatan menyebabkan
fungsi anoreksia, kita
pengecapan dari bisa melakukan
menelan interensi untuk
4. Tidak terjadi
menghilangkan
penurunan berat
atau
badan yang
meminimalkann
berarti
ya.
5. Adanya
4. Anjurkan klien 4. Kondisi yang
peningkatan
untuk istirahat lemah lebih
berat badan
sebelum makan. lanjut dapat
sesuai tujuan
menurunkan
keinginan dan
kemampuan
klien anoreksia
untuk makan.
5. Tawarkan 5. Distribusi total
makanan dalam asupan kalori
jumlah sedikit yang merata
tetapi sering. sepangjang hari
membantu
mencegah
distensi lanbung
sehingga selera
makan mungkin
akan meningkat.
6. Pada kondisi 6. Pembatasan
menurunnya asupan cairan
nafsu makan, saan makan
batasi asupan membantu
cairan saat makan mencegah
dan hindari distensi
mengonsumsi lambung.
cairan satu jam
sebelum dan
sesudah makan.
7. Dorong dan bantu 7. Kebersihan
klien untuk mulut yang
menjaga kurang
kebersihan mulut menyebabkan
yang baik. bau dan rasa
yang tidak
sedap yang
dapat
mengurangi
nafsu makan.
8. Atur agar posisi 8. Menyediakan
makanan tinggi makanan tinggi
kalori dan tinggi kalori dan tinggi
protein disajikan protein pada
saat klien saan klien
biasanya paling merasa paling
lapar. lapar
meningktkan
kemungkinan
klien untk
mengosumsi
kaliro dan
protein yang
adekuat.
9. Lakukan langkah- 9. Menbantu klien
langkah untuk mengatasi
meningkatkan masalah berat
nafsu makan bada dan
 Tentukan menjaga
makanan keseinbangan
kesukaan klien intake nutrisi.
dan atur agar
makanan tersebut
tersaji apabila
memungkinkan.
 Hilangkan bau
dan pemandangan
yang tidak sedap
dari area makan.
 Kontrol rasa nyeri
dan mual sebelum
makan.
 Anjurkan orang
terdekat klien
untuk membawa
makanan yang
diperbolehkan
dari rumah
apabila
memungkinkan. 10. Perencanaan
 Ciptakan diet berfokus
lingkungan yang pada upaya
santai saat makan. mencegah
kelebihan
nutrisi.mengura
10. Beri klien daftar ngi kosumsi
materi nutrisi diet lemak, garam,
yang terdiri atas : dan gula padat
 Asupan tinggi menurunkan
karbohidrat resiko penyakit
kompleks dan jantung,
serat. diabetes,
 Pengurangan penyakit kanker
asupan gula, tertentu dan
garam, kolesterol, hipertensi.
lemak total dan
lemak jenuh.
 Penggunaan
alkohol hanya
dalam jumlah
sedang. 11. Pengertian
 Asupan kalori pasien tentang
yang sesuai untuk pentingnya
mempertahankan asupan nutrisi
berat badan ideal. akan
memotivasi
11. Menjelaskan pasien untuk
perlunya memenuhi
konsumsi kebutuhan
karbohidrat, nutrisinya.
lemak, protein, 12. Akan
vitamin, mineral menambah
dan cairan yang keakuratan
adekuat. dalam
pemberian
nutrisi.
12. Konsultasikan
dengan ahli gizi
untuk menetapkan
kebutuhan kalori
harian dan jenis
makanan yang
sesuai dengan
klien.
4 Ketidakefektifan Setelah diberikan NIC :
pola nafas asuhan 1. Monitor jumlah 1. Mengetahui
berhubungan keperawatan pernapasan, status
dengan : selama penggunaan otot pernapasan
1. Lemahnya otot
….x….jam bantu
pernafsan.
diharapkan pola pernapasan,
2. Penurunan
napas klien batuk, bunyi
ekspansi paru. efektif.Kriteria paru, tanda vital,
hasil : warna kulit,
NOC :
AGD.
1. Irama 2. Posisi pasien 2. Meningkatkan
pernapasan fowler pengembangan

dan jumlah paru.

pernapasan 3. Mempertahanka
3. Berikan oksigen
klien normal n oksigen arteri.
sesuai program.
(16-24 x/mnt
regular) 4. Membantu
4. Bantu dalam
2. Pasien tidak mengeluarkan
terapi inhalasi.
mengeluh secret.

sesak napas. 5. Memungkinkan


5. Alat-alat
3. Klien tidak terjadi kesulitan
emergency
terlihat bernapas yang
disiapkan dalam
menggunakan akut.
keadaan baik.
otot 6. Perlu adaptasi
6. Pendidikan
tambahan. baru dengan
kesehatan :
kondisi
 Perubahan
sekarang.
gaya hidup.
 Menghindari
allergen.
 Teknik
bernapas.
 Teknik
relaksasi.
7. Apabila semua
7. Kolaboraskan
intervensi
pemerian obat.
keperawatan
belum berhasil,
bemberian obat
dapat mengatasi
msalah
pernafasn
tersebut.
Memberikan
informasi
tentang
keseimbangan
cairan, fungsi
ginjal, dan
control
penyakit usus
juga merupakan
pedoman untuk
penggantian
cairan.

5 Risiko Syok Setelah dilakukan NIC :


hipovolemik asuhan 1. Monitor keadaan 1. Untuk
berhubungan keperawatan umum pasien memonitor
dengan perdarahan selama….x….jam, kondisi pasien
yang berlebihan, diharapkan tidak selama
pindahnya cairan terjadi syok perawatan
intravaskuler ke hipovolemik terutama saat
ekstravaskuler. dengan terjadi
Kriteria hasil : perdarahan.Pera
wat segera
NOC :
mengetahui
1. Tanda vital tanda-tanda
dalam batas presyok /syok.
normal 2. Observasi vital 2. Perawat perlu
2. Keadaan umum sign setiap 3 jam terus
baik. atau lebih mengobservasi
vital sign untuk
memastikan
tidak Terjadi
presyok / syok.
3. Jelaskan pada 3. Dengan
pasien dan melibatkan
keluarga tanda psien dan
perdarahan, dan keluarga maka
segera laporkan tanda-tanda
jika terjadi perdarahan
perdarahan. dapat segera
diketahui dan
tindakan yang
cepat dan tepat
dapat segera
diberikan.
4. Kolaborasi 4. Cairan
pemberian cairan intravenadiperlu
intravena kan untuk
mengatasi
kehilangan
cairan tubuh
secara hebat
5. Kolaborasi 5. Untuk
pemeriksaan: mengetahui
HB, PCV, tingkat
trombosit kebocoran
pembuluh darah
yang dialami
pasien dan
untuk acuan
melakukan
tindakan lebih
lanjut.

D. Implementasi
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang telah
ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal, pelaksanaan
adalah wujud dari tujuan keperawatan pada tahap perencanaan.

E. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu ditetapkan dan situasi
kondisi klien, maka diharapkan klien:
1. Suhu tubuh pasien kembali normal.
2. Keseimbangan cairan dapat terpenuhi
3. Nutrisi pasien terpenuhi
4. Pola nafas pasien kembali efektif
5. Tidak terjadi Syok hipovolemik pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Alfarisi.Definisi Dan Etiologi Demam.2011. Diunduh pada tanggal: 21 Juni 2014, pukul:

15.11 WITA

Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran.Edisi Ketiga. Jilid I. Media Acsulapius.

FKUI. Jakarta

Doengoes,E.Marlynn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:Egc

Dolvi.Asuhan Keperawatan Demam Berdarah.2008.Diunduh pada tanggal: 21 juni 2014,

pukul: 17. 00 WITA

Kusuma,Hardhi.2012.Nanda Nic-Noc.Yogyakarta:Media Hardy

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.

Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth Edisi 8. Jakarta: Egc


LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN
DIAGNOSA DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

OLEH :

NI MADE AYU DESI LESTARI

12041110008

S1 KEPERAWATAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


PROGRAM PENDIDIKAN SI KEPERAWATAN
STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN
2014

Anda mungkin juga menyukai