0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
90 tayangan18 halaman

Materi Rabu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 18

PERSIAPAN PASIEN CT SCAN OTAK DAN MS, MRI, ANGIOGRAFIS

CEREBRAL, PUNGSI LUMBAL DAN MELAKUKAN EVALUASI


KEBUTUHAN AKTIVITAS
(Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II)

Di susun oleh:
Tingkat IIIA (Kelompok 4)

1. Dhea Hidayatun Najah


2. Fadhlillah
3. Fakih Anwar Zarkasyi
4. Habibah
5. Irma Damayanti
6. Nivin Irvana
7. Tantri Wijayanti
8. Winani

AKPER MUHAMMADIYAH CIREBON


Jalan Walet 21 Cirebon 45153 – Telp./Fax. (0231) 201942
2017/2018
2.1 CT SCAN OTAK
1. Pengertian
CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan
gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak
2. Indikasi
1) Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik
scanning/pemeriksaan tanpa radioisotop
2) Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner,
emboli paru, aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan berbagai
kelainan pembuluh darah lainnya.
3) Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker), letak
kanker, dan jenis kanker.
4) Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan
trauma lainnya pada kecelakaan. Biasanya harusdilakukan bila timbul
penurunan kesadaran, muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan
saraf lainnya.
5) Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan
dll.
6) Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan
yang menumpuk di tubuh. Disini CT scan berperan sebagai “mata” dokter
untuk melihat lokasi yang tepat untuk melakukan tindakan.
7) Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan
radiologi lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak
memungkinkan anda melakukan pemeriksaan selain CT scan.
3. Kontra Indikasi
1) Pasien dengan berat badan kurang dari145 kg.
2) Pasien tidak mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan
perubahan selama 20-25 menit.
3) Pasien dengan alergi iodine
4. Persiapan Alat
Persiapan alat dan bahanAlat dan bahan yang digunakan untukpemeriksaan
kepala dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Peralatan sterill meliputi:
1. Alat-alat suntik
2. Spuit.
3. Kassa dan kapas
4. Alkohol
b) Peralatan non-steril meliputi:
1. Pesawat CT-Scan
2. Media kontras
3. Tabung oksigen

Persiapan Media kontras dan obat-obatan dalam pemeriksaan CT-scan kepala


pediatrik di butuhkan media kontras nonionik, karena untuk menekan reaksi
terhadap media kontras seperti pusing, mual dan muntah serta obat anastesi jika
diperlukan. Media kontras digunakan agar struktur-struktur anatomi tubuh seperti
pembuluh darah dan orga-organ tubuh lainnya dapat dibedakan dengan jelas.
Selain itu dengan penggunaan media kontras maka dapat menampakan adanya
kelainan-kelainan dalam tubuh seperti adanya tumor.Teknik injeksi secara Intra
Vena ( Seeram, 2001 ).

1. Jenis media kontras : omnipaque, visipaque


2. Volume pemakaian : 2 – 3 mm/kg, maksimal 150 m
3. Injeksi rate : 1 – 3 mm/sec.
5. Persiapan pasien
a. CT scan otak :
1) Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai
pemeriksaan yang akan dilakukan
2) Inform concent
3) Jelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan serta resiko-resiko
yang timbul akibat pemeriksaan tersebut, khususnya akibat pemakaian
bahan kontras.
4) Pasien di anjurkan untuk puasa .Pasien sebaiknya puasa minimal 6 – 8 jam
sebelum pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar pasien pada saat pemeriksaan
tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan kontras secara intra vena.
5) injeksi dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus melalui
kontras intravena. tumor. Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram,
2001). Jenis media kontras : omnipaque, visipaque
Volume pemakaian : 2 – 3 mm/kg, maksimal 150 m
Injeksi rate : 1 – 3 mm/sec
6. Prosedur
1) Preinteraksi
1. Lihat catatan keperawatan dan catatan medis
2. Jelaskan tujuan dilakukan pemeriksaan kepada klien
2) Interaksi
1. Cuci tangan
2. Memakai handscone
3. Posisi terlentang dengan tangan terkendali.
4. Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.
5. Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari
beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
6. Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45
menit.
7. Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan
komputer.
8. Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar
dengan memakai protektif lead approan.
9. Cuci tangan
3) Terminasi
1. Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan.
2. Evaluasi
3. Dokumentasi
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi
alergi dapat diberikan deladryl 50 mg.
2. Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur
berlangsung.
3. Ukur intake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian
zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala
gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat
dan dokter
2.2 MRI
1. Pengertian
Pemeriksaan MRI merupakan salah satu bentuk pemeriksaan radiologi
yang menggunakan prinsip magnetisasi. Medan magnet digunakan untuk proses
magnetisasi komponen ion hidrogen dari kandungan air di tubuh. MRI dapat
menggambarkan dengan sangat jelas dan kontras berbagai bagian organ tubuh.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran
penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hydrogen
(Eko Bastiansyah 2008).
2. Tujuan
1. MRI dapat mengidentifikasikan zat kimia yang terdapat pada area yang
membedakan tumor otak dan abses otak
2. Perfusi MRI dapat di gunakan untuk mengestiminasi aliran darah
3. Difusi MRI dapat digunakan untuk mendeteksi akumulasi cariran (edema)
secara tiba-tiba.
3. Indikasi
1) Neoplasma
2) Infection
3) Infarction
4) Di bidang saraf: stroke, tumor otak, kelainan mielinisasi otak, gangguan aliran
cairan otak/hidrocephalus, beberapa bentuk infeksi otak, gangguan pembuluh
darah otak, dsb.
5) Di bidang muskuloskeletal: tumor jaringan tulang atau otot, kelainan saraf
tulang belakang, tumor spinal, jeputan akar saraf tulang belakang, dsb.
6) Di bidang kardiologi: pembuluh darah besar, pemeriksaan MRA (Magnetic
Resonance Angiografi) carotis, dsb.
4. Kontraindikasi
1) Relatif :
a. Anemia hemolitika
b. Riwayat alergi dengan bahan yodida
2) Mutlak :
a. Kehamilan dan menyusui
b. Gagal ginjal
3) Untuk pasien yang menggunakan alat pacu jantung (pace marker),
4) Pasien dengan alat bantu dengar
5) pasien dengan alat/klip/protesa berupa logam, yang di pasang pada bagian
tubuhnya, antara lain dapat berupa klippadaoperasi aniurisma, facemarker
pada jantung, alat bantu dengar, gigi palsu dan sebagainya
6) Pasien yang sedang menjalani kemoterapi, pasien dengan pompa insulin di
mohon untuk melaporkan pada dokter. Pada kasus- kasus di atas, MRI dapat
di batalkan dengan alas an trakut melukaipasien.
5. Persiapan alat
1. Meja MRI
2. Bel
6. Persiapan klien
1) Pasien diharap tidak mengenakan aksesoris tubuh yang berasal dari bahan
logam secara berlebih. Hal ini penting karena MRI menggunakan prinsip
magnetisasi.
2) Pasien akan diminta diam untuk beberapa saat sampai prose magnetisasi
selesai.
3) Memberikan kesempatan pada pasien melihat dulu alat MRI beberapa saat
sebelum prosedur untuk menghindari ketakutan terhadap ruang
sempit(klustrofobia
4) Memberikan inform cocent
5) Berikan medikasi sebelum tes
6) Kaji kemungkinan reaksi iodin
7. Prosedur
1) Preinteraksi
1. Cuci tangan
2. Jelaskan tujua dilakukan pemeriksaan pada klien
2) Interaksi
1. Pasien berbaring terlentang dengan posisi kedua tangan disamping badan
2. Meja MRI akan bergerak maju kedalam posisi medan magnet yang tepat
3. Pasien akan mendengar suara dari gelombang radio frekuensi,seperti suara
ketukan selama jalannya pemeriksan
4. Selama pemeriksaan MRI,pasien akan selalu dibawah pengawasan
petugas,dan dapat langsung berkomunikasi dengan petugas MRI
5. Pasien akan diberi bel ditangan dan dapat ditekan untuk memanggil
petugas MRI,atau mengalami kondisi yang kurang nyaman
6. Pada umumnya pemeriksaan ini membutuhkan waktu sekitar 40 menit
7. Setelah pemeriksan MRI selesai pasien dapat melakukan aktifitas normal
seperti biasa
8. Cuci tangan
3) Terminasi
1. Evaluasi
2. Dokumentasi
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1) Pada pemeriksaan MRI ini tidak boleh dilakukan pada wanita yang hamil
muda(trisemester 1)
2) Pasien memberikan informasi kepada petugas sebelum dilakukan pemeriksaan
2.3 ANGIOGRAFI CEREBRAL
1. Pengertian
Angiografi/Cath Lab adalah prosedur pemeriksaan invasif dengan sinar X (X-
Ray) yang bertujuan menggambarkan pembuluh darah di berbagai bagian tubuh.
Ingin kenal lebih jauh? berikut penjelasannya.
2. Tujuan
1) Untuk mendeteksi problem pada pembuluh darah yang ada di dalam atau yang
menuju otak (contohnya, aneurysma, malformasi pembuluh datah, trombosis,
penyempitan atau penyumbatan)
2) Untuk mempelajari pembuluh darah otak yang letaknya tidak normal (karena
tumor, gumpalan darah, pembengkakan, spasme, tekanan otak meningkat, atau
hydrocephalus)
3) Untuk menentukan pemasangan penjepit pembuluh darah pada saat pembedahan
dan untuk mencek kondisi pembuluh tersebut.
3. Indikasi
1. Penyakit coroner
 Serangan angina baru
 Angina tidak stabil
 Iscemia tidak tampak
(Treadmill Test positif) - TMT
 Nyeri dada
2. Infark miocard
 Angina tidak stabil post infark
 Gagal thrombosis
 Shock
 Komplikasi mekanik
3. Evaluasi :
 Post operasi CABG (Coronary Bypass Graff)
 Post PTCA
 Penelitian
4. Kontra indikasi

1. Relatif

- Cronic heart failure tidak terkontrol, hipertensi, aritmia 1 bulan

- Cerebrovasculer accident / cerebrovasculer desease

- Infeksi / demam

- Elektrolit inbalance

- Perdarahan gastro intestinal akut

- Kehamilan

- Anti koagulasi

- Pasien tidak kooperatif

- Keracunan obat

- Gagal ginjal

2. Mutlak

- Tidak cukup perlengkapan / fasilitas

5. PERSIAPAN
a) Alat
1) Satu set angio pack yang terdiri dari
-Abdominal sheet 1
-Towel segi empat 3
-Lithotomy sheet 1
- I/I cover 1
-Hand towel 2
- Goun 2
-Sigle Layer 1
2) Satu set angio instrument yang terdiri:

-Sponge Holder 1

- Towel Clip 4

-Arteri klem besar 1

-Arteri klem kecil 1

- Galipot 2

- Kidney disk 2

- Round bowl 1

- Tray 1

3). Gauze swab 2 pack

4). Gauze depper 1 pack

5). Syringe 10 cc 2

6). Blade scapel No: 11 1

7). Nedle percutan 1

8).Introduser sheath 1 set

9) J wire 0.038 inc 3 mm 150 cm 1

10) Kateter Judkin Left 4 6 F 1

11) Kateter Judkin Right 4 6 F 1

12).Kateter pigtail 6 F bila diperlukan

13) Pressure monitor Line152 cm 1

14)Glove steril 1 pc
15).Three Way rotating 1

16).Dome steril 1

17).Cairan :

- Nacl 0.9 % + heparin 2500 iu 2 flb

- Betadin Solution secukupnya

- Alkohol 70% secukupny

18). Obat-obatan

- Lidokain 2%/xylocain 5 amp/20 cc

- Kontras secukupnya

b) Pasien.

Pasien biasanya di puasakan 4 – 6 jam sebelum tindakan dan dilakukan


pemeriksaan lab ( Hb, Ht, ureum, creatinin)

Berikan penjelasan tentang tindakan / prosedur yang akan dilakukan,


tehnik batuk, nafas dalam dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama tindakan
berlangsung

c) Administrasi

Informed concent

Status/file pasien

Surat jaminan
6. PROSEDUR TINDAKAN
1. Pasien masuk ruang tindakan
2. Dilakukan perekaman EKG (Elektrokardiografi) 12 lead
3. Preparasi daerah yang akan dilakukan pungsi bila FEAR (Femoral arteri right)
bersihkan daerah inguinalis kanan dan kiri dengan betadin 10%secara aseptik
dan anti septik, Bila di radialis / brakialis bersihkan dengan betadin 10%
daerah sekitarnya .dengan teknik aseptic dan antiseptik.
4. Tutup daerah ,tusukan dengan duk.lubang,daerah dada dan perut dengan laken
dan daerah extremitas bawah dengan laken besar,semua dalam keadaan steril.
5. Dilakukan anestesi lokal dahulu ,dengan lidocain 2 % kemudian dibuat
sayatan /luka kecil.
6. Dilakukan pungsi FEAR , masukan J wire / pendek.
7. Setelah J wire pendek masukan sheath jarum dicabut wire dipertahankan pada
pembuluh darah, kemudian sheath masuk bersama introduser J wire pendek,
dicabut
8. Spoel sheath dengan NaCL + heparin 2500 iu, sebelumnya .aspirasi ,spoul
sampai bersih.
9. Masukan kateter JUDKIN RIGHT 4. 6 F .yang didalam nya sudah ada J wire
panjang. masukan sampai + 1/3 bawah lutut dan tahan wire.
10. Bila kateter sudah sampai di sinus valsava, dorong wire panjang pada saat
sistolik supaya masuk ke LV(Left Ventrikel),setelah masuk LV tarik wire
panjang .saambung dengan three way aspirasi sedikit kemudian di lakukan
pengukuran dan pullback kateter untuk mengukur gradien .
11. Bila kateter sudah masuk ke muara RCA(Right Coronary Arteri)
12. Dilakukan kororanografi dengan posisi RAO(Right Anterior Obliqe) 300 dan
LAO (Left Anterior Obliqe) 400, CRANIAL 150 – 200.
13. Cabut cartheter dan ganti dengan JUDKIN LEFT 4 6 F.
14. Lakukan pengambilan gambar pada posisi :
15. Cabut kateter dan ganti dengan pigtail untuk LV grafi bila diperlukan.
16. Masukkan pigtail sampai LV dan sambung kateter dengan alat injektor dengan
ketentuan volume 30 kecepatan 12 ml / sec dengan posisi RAO 30 tekanan
450 Psi
17. Prosedur selesai pasien diberi penjelasan bersihkan daerah tusukan, alat – alat
di bersihkan dan di rendam
18. Pasien di pindahkan ke RR (Recovery Room).
19.

2.4 PUNGSI LUMBAL

Lumbal puncture (lumbal fungsi) adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal


dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk
pemeriksaan cairan serebrospinali, mengukur dan mengurangi tekanan cairan
serebrospinal, menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk
mendeteksi adanya bloksubarakhnoid spinal, dan untuk memberikan antibiotic intrathekal
ke dalam kanalis spinalterutama kasus infeksi. (Brunner and Suddarth’s, 1999, p 1630)

INDIKASI

1. Meningitis bacterial / TBC.


2. Perdarahan subarahnoid.
3. Febris (Kaku kuduk) dengan kesadaran menurun (sebab tak jelas).
4. encepahilitis atau tumor malignan.
5. Tumor mielum : sebelum dan sesudah mielografi / caudiografi.
6. Sindroma GuillainBarre (bila perlu diulang-ulang + satu minggu).
7. Kelumpuhan yang tidak jelas penyebabnya.
8. Untuk mengidentifikasi adanya darah dalam CSS akibat trauma ataudicurigai
adanya perdarahan subarachnoid.
9. Kejang
10. Paresis atau paralisis termasuk paresis Nervus VI
11. Ubun – ubun besar menonjol
KONTRA INDIKASI

1. Syock/renjatan
2. Infeksi local di sekitar daerah tempat pungsi lumbal
3. Peningkatan tekanan intracranial (oleh tumor, space occupying
lesion,hidrosefalus)
4. Gangguan pembekuan darah yang belum diobati
5. Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra degeneratif. Hal ini
akan sulituntuk penusukan jarum ke ruang interspinal
6. Pasien dengan peningkatan tekanan intra cranial. Herniasi serebral atau
herniasi serebralbisa terjadi pada pasien ini.

KOMPLIKASI

1. Infeksi
2. Iritasi zat kimia terhadap selaput otak
3. Jarum pungsi pata
4. Hernias
5. Tertusuknya saraf oleh jarum pungs
6. Nyeri kepala hebat akibat kebocoran CSS.
7. Meningitis akibat masuknya bakteri ke CSS.
8. Paresthesia/ nyeri bokong atau tungkai.
9. Injury pada medulla spinalis.
10. Injury pada aorta atau vena cava, menyebabkan perdarahan serius.
11. Herniasi otak. Pada pasien denga peningkatan tekanan, tiba-tiba terjadi penurunan
12. tekanan akibat lumbar puncture, bisa menyebabkan herniasi kompressi otak terutama
13. batang otak.
14. 10 – 30% pasien dalam 1 – 3 hari dan paling lama 2 – 7 hari mengalami postlumbar
15. puncture headache. Sebagian kecil mengalami nyeri, tapi bisa dikurangi dengan
berbaringdatar. Penanganan meliputi bed rest dan cairan dengan analgetik ringan.
KEBIJAKAN

Pemeriksaan dilakukan oleh Dokter spesialis saraf dibantu tenaga paramedis yang
diberikan pada pasien rawat inap di RSUD tertentu.

ALAT DAN BAHAN

1. Sarung tangan steril


2. Duk luban
3. Kassa steril, kapas dan plester
4. Antiseptic: povidon iodine dan alcohol 70
5. Troleey
6. Baju steril
7. Jarum punksi ukuran 19, 20, 23 G.
8. Manometer spinal
9. Two way tap
10. Alcohol dalam lauran antiseptic untuk membersihkan kulit.
11. Tempat penampung csf steril x 3 (untuk bakteriologi, sitologi dan biokimia
12. Plester
13. Depper
14. Jam yang ada penunjuk detiknya
15. Tempat sampah

Anestesi local

1. Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local


2. Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin. (Reis CE, 2006
3. Tempat sampah

PERSIAPAN PASIEN

Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke abdomen.
Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi, dengan kursi
dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.
PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Lakukan cuci tangan steril


2. Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
3. Jamin privacy pasien
4. Bantu pasien dalam posisi yang tepat, yaitu pasien dalam posisi miring pada salah satu
sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah lutut), eksterimitas bawah fleksi
maksimum (lutut di atarik kearah dahi), dan sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis)
sejajar dengan tempat tidur.
5. Tentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5 yaitu dengan menemukan
garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan garis antara kedua spina
iskhiadika anterior superior (SIAS) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara L4
dan L5 atau antara L2 dan L3 namuntidak boleh pada bayi
6. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan
larutan povidon iodine diikuti dengan larutan alcohol 70 % dan tutup dengan duk steril di
mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka Tentukan kembali daerah pungsi dengan
menekan ibu jari tangan yang telah memakai sarung tangan steril selama 15-30 detik
yang akan menandai titik pungsi tersebut selama 1 menit.
7. Anestesi lokal disuntikan ke tempat tempat penusukan dan tusukkan jarum spinal pada
tempat yang telah di tentukan. Masukkan jarum perlahan – lahan menyusur tulang
vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai menembus
durameter. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung
umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm
pada umur 3-5 tahun. Pada remaja jaraknya 6-8 cm.
8. Lepaskan stylet perlahan – lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan
yang lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum mengarah ke cranial. Ambil cairan
untuk pemeriksaan.
9. Cabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan plester
10. Rapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur rumah sakit
11. Cuci tangan
PERAWATAN

Pasien berbaring datar dengan hanya hanya 1 bantal untuk mengurangi post-
duralpuncture headache.Anjurkan pasien tidur datar selama 6 – 12 jam setelah dilakukan
prosedur.Observasi tempat penusukan apakah ada kebocoran. Observasi pasien mengenai
orientasi, gelisah, perasaan mengantuk, mual, irritabilitasserebral (fitting, twitching,
spasticity atau kelemahan tungkai) dan melaporkannyakepada dokter.Anjurkan pasien
melaporkan adanya nyeri kepala dan memberikan analgerik sesuaiprogram.Melaporkan
ke dokter bila ada hal yang tidak bisa diatasi. intervensi keperawatan Tanggung jawab
perawat adalah membantu pasien mempertahankan posisi lateral rekumben dengan lutut
fleksi. Menjamin prinsip/ teknik aseptik secara ketat. Memberi label specimen CSF.
Menjaga posisi pasien dengan posisi flat beberapa jam tergantung pada permintaan
dokter. Memonitor status cairan, neurologis dan tanda-tanda vital. Memberikan obat
analgetik sesuai kebutuhan. (Lewis,Heitkemper and Dirksen, 2000. p 1603).

2.5 Melaksanakan Evaluasi Kebutuhan Aktifitas


Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu
kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan
system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas adalah suatu energy atau
keadaan bergerak di mana manusia memerlukn untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup. Manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya dan melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika tubuh adalah
usaha koordinasi dari muskuskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan
keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh
secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara
aman dalam menggerakkan serta mempertahankan keseimbangan dalam
beraktivitas.
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan
mobilitas adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan fungsi sistem tubuh
2. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
3. Peningkatan fleksibilitas sendi
4. Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien
menunjukkan keceriaan

Anda mungkin juga menyukai