Analisis Kimia Instrumen
Analisis Kimia Instrumen
Analisis Kimia Instrumen
Disusun Oleh :
Wullan Nurdiyanti
Kelas :
XII Analisis Kimia 6
Kelompok I
V. Tujuan Percobaan :
Menentukan kadar pada sampel yang mengandung kafein dengan metode HPLC
Sampel dilarutkan dalam methanol : air (1:3) yang sesuai, disaring dengan kertas saring
khusus (ɸ=0,45 μm). Filtrat diinjeksi ke dalam kolom kemudian terbawa oleh fasa gerak
dengan laju alir 1,5 mL/menit dan ditangkap oleh detector S2500 dengan panjang gelombang
270 nm dengan sistem gerak isokratik.
Hasil analisa menampilkan konsentrasi dalam satuan ppm dibandingkan terhadap
standarnya dilihat dari waktu retensi ( standar kafein sebesar 5,5 menit) dan luas area puncak
kromatogram.
A. Kromatografi
2. Kromatografi kertas
Kromatografi kertas yaitu kertas mengadsorpsi air dari lingkungan sekitar. Air tersedia
dilingkungan dalam bentuk kelembaban dan bertindak sebagai salah satu komponen dalam
larutan pengelusi (fase gerak). Air juga bertindak sebagai fase diam. Kromatografi kertas
menggunakan sistem “ cair – cair” . Kromatografi kertas banyak digunakan untuk keperluan
analitis.
4. Kromatografi partisi
Prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat
diterapkan pada sistem multikomponen yang dibahas di bagian sebelumnya. Dalam
kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu kali proses. Dalam percobaan, zat
terlarut didistribusikan antara fasa stationer dan fasa mobil. Fasa stationer dalam banyak
kasus pelarut diadsorbsi pada adsorben dan fasa mobil adalah molekul pelarut yang mengisi
ruang antar partikel yang ter adsorbsi. Contoh khas kromatografi partisi adalah kromatografi
kolom yang digunakan luas karena merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa
organik (Gambar 12.3)
5. Kromatografi gas
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa
padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair).Umumnya, untuk
kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi, alumina
teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam tabung logam gulung yang
panjang (2-10 m) dan tipis.
6. HPLC
HPLC digunakan untuk pemurnian (misalnya untuk keperluan sintesis) senyawa
organik skala besar, HPLC (high precision liquid chromatography atau high performance liquid
chromatography) secara ekstensif digunakan. Bila zat melarut dengan pelarut yang cocok, zat
tersebut dapat dianalisis. Ciri teknik ini adalah penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim fasa
mobil kedalam kolom. Dengan memberikan tekanan tinggi, laju dan efisiensi pemisahan dapat
ditingkatkan dengan besar.
Teknik HPLC merupakan suatu metode kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan baik
untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dengan teknik
HPLC didasarkan pada pengukuran luas area standar. Pada prakteknya, metode pembandingan
area standar dan sampel kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan suatu
konsentrasi standar. Oleh karena itu, dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi.
(Wiji, dkk. 2010 : 17).
Jenis-jenis HPLC
Pemisahan dengan HPLC dapat dilakukan dengan fase normal (jika fase diamnya lebih
polar dibanding dengan fase geraknya) atau fase terbalik (jika fase diamnya kurang non polar
dibanding dengan fase geraknya). Berdasarkan pada kedua pemisahan ini, sering kali HPLC
dikelompokkan menjadi HPLC fase normal dan HPLC fase terbalik.
Selain klasifikasi di atas, HPLC juga dapat dikelompokkan berdasarkan pada sifat fase
diam dan atau berdasarkan pada mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-jenis HPLC sebagai
berikut:
1. Kromatografi adsorbsi
Kromatografi adsorbsi sangat cocok untuk pemisahan senyawa-senyawa yang agak polar.
Pertikel-partikel silika atau alumina biasanya digunakan sebagai adsorben. Gugus-gugus
polar silanol pada permukaan silika dan gugus polar aluminol pada permukaan alumina
bertindak sebagai tempat adsorbsi molekul-molekul polar. Jenis kromatografi ini
menggunaka fasa gerak nonpolar seperti heksana dan jenis kromatografi ini disebut juga
kromatografi fasa normal.
2. Kromatografi partisi
Pada kromatografi partisi, retensi solut dan pemisahan analog dengan ekstraksi cair-cair.
Konsentrasi solut dalam masing-masing fasa cair sinyatakan dengan koefisien partisi.
Biasanya fasa gerak lebih polar daripada fasa diam sehingga disebut kromatografi fasa
terbalik.
Kromatografi fasa terikat merupakan teknik HPLC yang paling penting dan paling banyak
digunakan pada saat sekarang. Kromatografi fasa terikat dioperasikan dengan mode fasa
terbalik. Akan tetapi, sorben fasa terikat terdidi dari partikel silika akan dimodifikasi secara
kimia dengan rantai alkil.
4. Kromatografi penukar ion
Kromatografi penukar ion merupakan teknik pemisahan campuran ion-ion atau molekul-
molekul yang dapat di-ionkan. Ion-ion bersaing dengan ion fasa gerak untuk memperebutkan
tempat berikatan pada fasa diam.
Ukuran molekul merupakan kriteria utama dalam pemisahan dengan kromatografi ekslusi
ukuran. Teknik ini berbeda dengan teknik-teknik kromatografi lainnya karena disini hampir
tidak ada fasa diam. Interaksi polar dan non-polar diantara solut dan fasa diam pada dasarnya
tidak diharapkan karena hal itu mempersulit retensi. Pemisahan terjadi karena solut-solut
berdifusi masuk dan keluar pori-pori material paking kolom. Molekul-molekul yang lebih
besar dari diameter pori-pori akan melewati kolom secara cepat dan dikenal dengan istilah
volume tereklusi. Sebaliknya, molekul-molekul kecil menempati volume pori dan bertahan
lebih lama.
Komponen HPLC
a. Reservoir pelarut : zat pelarut yang dipakai polaritasnya dapat bervariasi tergantung
dari senyawa yang dianalisis, yang perlu diperhatikan adalah bahwa tempat pelrut tersebut
harus memungkinkan untuk proses menghilangkan gas atau udara yang ada dalam pelarut
b. Pompa : digunakan untuk mengalirkan pelarut sebagai fase mobile dengan kecepatan
dan tekanan yang tetap
c. Injektor : saat sampel diinjeksikan ke dalam kolom, diharapkan agar pelarut tidak
mengganggu masuknya keseluruhan sampel ke dalam kolom. Injeksi dapat menggunakan
syringe.
C. Kaffein
Kafeina atau sering disebut dengan kafein, salah satu senyawa alkaloid xantina
berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik
ringan. Kafein ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman yaitu Friedrich Ferdinant Runge pada
tahun 1819. Ia menciptakan istilah “kaffein” untuk merujuk pada senyawa kimia pada kopi.
Kafein yang disebut guarnina ketika ditemukan pada guarana, mateina ketika ditemukan pada
mate, dan teina ketika ditemukan pada teh. Semua istilah tersebut sama-sama merujuk pada
senyawa kimia yang sama.
Kafein dijumpai secara alami pada bahan pangan seperti biji kopi, daun teh, buah kola,
guarana dan mate. Pada tumbuhan, ia berperan sebagai peptisida alami yang melumpuhkan dan
mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman tersebut. Ia umumnya
dikonsumsi oleh manusia dengan mengekstraksi dari biji kopi dan daun teh.
VIII. Alat dan Bahan :
A. Alat
No. Alat Jumlah
1. Alat HPLC 1
2. Injector HPLC 1
3. Kaca Arloji 2
4. Pipet tetes 2
5. Kertas saring khusus 1
6. Neraca Analitik 1
7. Tabung reaksi 3
8. Alat penyaring 1
9. Labu ukur 100 mL 2
B. Bahan
2. Difurging dan lanjutkan dengan dialirkan fasa gerak pada kolom HPLC
3. Dibuat metode pengukuran HPLC dengan panjang gelombang 273 nm, laju alir =
1,5 mL/menit
Persiapan Larutan Standar Paracetamol
1. Disiapkan fasa gerak methanol:air (1:3) ditampung dalan botol fasa gerak
3. Dibuat larutan standar induk kafein 1000 ppm dalam labu ukur 100 mL
4. Dibuat larutan standar paracetamol 40 ppm dalam labu ukur 50 mL dari standar induk
1000 ppm
Persiapan Sampel
1. Disaring menggunakan kertas saring khusus dan dipindahkann ke dalam tabung reaksi
bertutup.
X. Data Pengamatan :
No Gambar Keterangan
Perhitungan
Methanol: 125 mL
sebagai perekatnya
13. Simpan parameter yang telah diset ke dalam nama file metode tertentu dengan cara mengklik
“FILE”,
“SAVE METHOD FILE AS”, tentukan folder penyimpanan, isi nama file, klik “SAVE”.
14. Klik “DOWNLOAD” untuk mengirim parameter ke system HPLC.
15. Hidupkan instrument dengan mengklik “INSTRUMENT ON/OFF”. Semua unit akan
aktif.
16. Untuk mengetahui kestabilan baseline, lakukan Baseline Check dengan mengklik
“BASELINE”.
(Tunggu hingga kolom Result menunjukkan Pass. Jika hasilnya Failed. Tunggu beberapa saat,
lalu lakukan Baseline Check lagi. Jika hasilnya telas Pass, lakukan injeksi baku.
A. Injeksi Baku
1. Pada menu utama Real Time Analysis, klik “ACQUISITION”.
2. Klik “SINGLE START”.
3. Isi parameter yang diinginkan (Sample Name, Sample ID, terutama parameter Data File.
(Tentukan folder penyimpanan).
4. Klik “OK”, maka akan muncul Data Acquisition Start, Klik data button or close MAN – INJ.
IN Terminator on the instrument just of tex injectiction (start, quit).
5. Lakukan injeksi baku dengan cara memutar tuas injector Rheodyne ke posisi LOAD
injeksikan ± 100 larutan baku. Putar tuas ke posisi INJECT. Analisis akan segera
berlangsung sesuai dengan waktu analisis yang telah diset.
6. Lakukan injeksi larutan baku berikutnya.
B. Kalibrasi Baku
1. Klik “LCsolution”.
2. Klik “POST RUN”.
3. Klik “CALIBRATION”.
4. Klik toolbar data (tanda lingkaran merah diatas). Klik 2 kali data file baku yang akan
dijadikan standar (Jika data baku lebih dari satu, cukup pilih salah satu data saja).
5. Klik “WIZARD”.
6. Atur parameter yang diinginkan, misalnya Min Area, dll. Klik “NEXT”.
7. Beri tanda √ pada puncak yang dijadikan peak target sesuai waktu retensi masing – masing.
Klik “NEXT”.
8. Isi parameter yang diinginkan, missal Quantitave Method dengan External Standard, dan
Units dengan ppm, # of Calib.Levels diisi dengan jumlah deret standar yang digunakan, dll.
Klik “NEXT”.
9. Isi parameter toleransi waktu retensi yang diinginkan, klik “NEXT”.
10. Isi nama dan konsentrasi masing – masing komponen sesuai dengan waktu retensinya.
Klik “FINISH”.
11. Klik “APPLY TO METHOD”, klik “YES”. Isikan filename (ex, Calculation), Save.
12. Checklist QA/QC, klik “OK”.
13. Klik “TOP”.
14. Klik “BATCH PROCESSING”, klik “FILE NEW”.
15. Klik toolbar data, drag-in data baku. Atur sebagai berikut :
Sample Type diisi Standard, Initialize Calibration Curve (ini untuk data
kromatogram yang tadi sudah kita olah pada wizard tadi) OK. Untuk baku
berikutnya diisi Add Calibration Level.
Method File diisi sesuai dengan nama file metode yang digunakan untuk
pengolahan pada wizard tadi. (ex, Calculation)
16. Klik “BATCH START”, jika ada pertanyaan untuk menyimpan file batch, isi nama
file yang diinginkan, klik “SAVE”. Klik “OK”, Yes.
Perhitungan [Kaffein]
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
[Kaffein] = 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 (40 𝑝𝑝𝑚)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
767277
= 𝑥 40 𝑝𝑝𝑚
154527
IX. Pembahasan :
1 Sebelum mekakukan praktikum, sebaiknya dilakukan furging terlehih dahulu yang bertujuan
untuk menghilangkan gelembung gas yang berasa di sistem HPLC. Karena jika terdapat
gelembung gas, dikhawatirkan akan menghalangi lajunya fasa gerak ataupun sampel, sehingga
analisis tidak akan berjalan maksimal.
2. Pada saat analisis sebaiknya pada saat pengukuran sample dan standar harus dimasukan
pada rentang waktu yang sama atau jangan di klik start pada saat single start karena waktu
retensi yang dialami akan berbeda atau bertambah dan pada saat beres engukuran tuas injector
rheodyne jangan dibuka karena alat akan membaca kembali zat yang dianalisa
4. . Sample dan standar harus disaring agar tidak ada padatan- padatan dan mineral- mineral
yang sangat kecil yang pada saat pengukuran akan menyumbat pipa kapiler
5. Jika terhambat gelembung , dapat membuat tekanan menjadi lebih besar. Yang jika ini terus
terjadi, maka akan dapat mengurangi life time alat.
6. Sebelum dan sesudah digunakan sebaiknya dilakukan pencucian, dengan tujuan untuk
menhilangkan sisa-sisa partikel yang menempel yang akan menghambat proses analisis.
7. Pada saat melakukan injeksi larutan tidak boleh ada gelembung gas dalam alat syringe,
karena dikhawatirkan gelombang gas tersebut dapat menghambat laju cairan.
8. Waktu retensi diatur 2 kali lebih besar daripada waktu retensi yang terdapat di dalam
literatur. Apabila terjadi pergeseran waktu saat keluarnya peak.
9. Flow reat jangan terlalu cepat/lambat karena jika terlalu camepat maka kontak antara fasa
gerak dan kolom akan semakin sebentar. Yang akan membuat penguraian sampel akan kurang
maksimal.
10. Kolom yang digunakan bersifat non-polar sedangkan fasa gerak bersifat polar sehingga
HPLC ini termasuk HPLC metode fasa terbalik.
11. Setelah pengoperasian HPLC dengan menggunakanfasa gerak organik , cuci kolom HPLC
dengan menggunakan methanol dengan laju alir 1 mL/menit sampai tekanan aktual pompa
menunjukkan kurang lebih sama dengan saat pencucian methanol sebelum melakukan analisa.
XI. Kesimpulan :
Day, R.A., A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.