Tugas Saintifikasi Formula
Tugas Saintifikasi Formula
Tugas Saintifikasi Formula
Disusun oleh:
Kelompok 5
Nur Khijjatul Meiliyah 172211101009
1.3 Tujuan
1. Mengetahui komposisi dan kandungan ramuan tradisional yang berfungsi
sebagai obat untuk pra/pasca persalinan tersebut.
2. Mengetahui cara meramu atau meracik ramuan tradisional tersebut.
3. Mengetahui hal-hal yang perlu diberitahukan kepada pasien yang akan
menerima ramuan tradisional tersebut
3. Kandungan
Daun beluntas mengandung alkaloid, tannin, natrium, minyak atsiri, kalsium,
flafonoida, magnesium, dan fosfor. Sedangkan akarnya mengandung flafonoida dan
tannin.
4. Khasiat
Daun beluntas berbau khas aromatis dan rasanya getir dan menyegarkan,
berkhasiat untuk meningkatkan nafsu makan, membantu melancarkan pencernaan,
meluruhkan keringat, menghilangkan bau badan dan bau mulut, meredakan demam,
nyeri tulang, sakit pinggang, dan keputihan; sedangkan akar beluntas berkhasiat sebagai
peluruh keringat dan penyejuk. Daun beluntas juga dapat dikonsumsi sebagai lalaban
atau dikukus. Kadar minyak atsiri daun beluntas 5% dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus, sedangkan pada kadar 20% dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Escherechia coli (Sastrapradja, 1979).
2. Deskripsi :
Bawang sabrang atau bawang dayak adalah salah satu species bawang yang
berasal dari Amerika. Tanaman ini banyak tumbuh di daerah pegunungan dengan tinggi
antara 600–1500 m dpl. Bawang dayak menyukai tempat-tempat terbuka dengan tanah
yang banyak humus dan lembab. Bagian tumbuhan yang ditanam adalah
umbinya. Bawang dayak tumbuh liar dihutan, dengan bunga berkelopak lima bewarna
putih dan hanya tumbuh saat gelap. Daun bawang dayak berbentuk pita dengan panjang
antara 15–20 cm dan lebar 3–5 cm serta mirip tanaman palem (Kementrian Pertanian,
2014).
3. Kandungan kimia
Bawang dayak mengandung alkaloid, senyawa ini yang menjadikan bawang ini
sebagai antimikroba, flavonoid yang mempunyai banyak bioaktivitas yang sangat
bermanfaat sebagai pencegah virus, kanker, diabetes dan obat anti depresi, glikosida
yang berguna sebagai obat kolesterol, obat kanker dan menjaga daya tahan tubuh.
Senyawa glikosida biasanya berupa amorf atau berbentuk kristal, saponin yang
termasuk ke dalam salah satu senyawa glikosidan yang bersifat kompleks. Saponin
sendiri terbagi menjadi 2 jenis yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid dan tanin
yang terdapat pada bawang dayak berfungsi sebagai obat diare. Selain diare senyawa ini
juga berfungsi sebagai anti oksidan yang dapat mencegah perkembangan sel-sel kanker
dalam tubuh, dan juga sebagai antidotum atau penawar racun (Yusni, 2008).
4. Khasiat tanaman
Bawang dayak banyak digunakan untuk obat. Biasanya digunakan untuk
mengobati kanker, jantung, antiradang, anti pendarahan serta untuk meningkatkan
imunitas atau sistem kekebalan tubuh. Bawang dayak memiliki daun panjang dan
beralur mirip dengan anggrek tanah. Umbi berbentuk bulat telur, berwarna merah serta
tidak berbau. Umbi ini juga dapat mengobati sembelit, disentri, bisul, luka, kanker
payudara, diabetes, hipertensi, muntah, penyakit kuning dan hiperkolesterol (Yusni,
2008).
C. Kumis Kucing
1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Lamiales
Famili : Laminaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon aristatus
2. Deskripsi
Tanaman Orthosipon aristatus memiliki tinggi mencapai dua meter
dengan daun yang berbentuk bulat telur lonjong ataupun belah ketupat. Orthosiphon
aristatus memiliki bunga berbentuk tandan yang keluar di ujung cabang dengan
mahkota berwarna putih atau ungu pucat yang memiliki panjang 13-27 mm. Pada
bagian atas mahkota menyerupai rambut pendek seperti kumis kucing berwarna
putih atau ungu. Tanaman ini memiliki buah berwarna cokelat gelap dengan panjang
1,75 – 2 mm dan biji berbentuk bulat panjang dengan warna putih kehitaman yang
akan menjadi cokelat kehitaman ketika matang (Mun’im, 2011).
3. Kandungan
Daun Orthosiphon aristatus memiliki kandungan mineral 12 % yang
komponen utamanya adalah kalium. Selain itu, daun Orthosiphon aristastus juga
mengandung flavonoid lipofil (sinensetin dan isosinensetin), glikosida, orthosifon,
asam rosmarinat, asam kafeat, fitoserol, salvigenin, eupatorin, tanin, minyak atsiri
(pimaran, sisopimaran diterpen staminol A), dan skutelarein tetrametil eter. Senyawa
orthosifol A-E merupakan senyawa lain yang saat ini telah berhasil diisolasi dari
Orthosiphon aristatus (Aminudin, 2004 dan Mun’im, 2011).
4. Kegunaan
Daun Orthosiphon aristatus telah diteliti pada hewan coba dan ternyata
terbukti memiliki efek diuretik. Pemberian ekstrak metanol-air daun Orthosiphon
aristatus dengan dosis 2 g/kg dapat meningkatkan ekskresi natrium dan kalium pada
8 jam pertama pemberian. Sementara itu ekstrak metanolik daun Orthosiphon
aristatus dengan dosis 100 dan 200 mg/kgBB terbukti memiliki efek nefroprotektif
dengan menurunkan kadar kreatinin, urea, protein, urin, dan menghambat terjadinya
radikal bebas. Minyak atsiri dari Orthosiphon aristatus memiliki aktivitas
antimikroba terhadap bakteri Vibria parahaemolyticus dan Stereptococcus mutans
sehingga bisa digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih (Mun’im, 2011).
Ekstrak daun Orthosiphon aristatus terbukti untuk menghambat
kontraksi otot polos aorta torakalis yang distimulasi oleh KCl. Selain itu, aktivitas
relaksasi juga muncul pada otot polos trakea guinea pig dengan atau tanpa stimulasi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak daun Orthosiphon aristatus efektif untuk
masalah pada trakea seperti batuk (Shibuya, 1999).
D. Krokot
1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Familia : Portulacaceae
Genus : Portulaca
Species : Portulaca oleracea L.
2. Deskripsi
Tanaman ini merupakan terna semusim, sering bercabang mulai dari kaki
tumbuhan. Batang krokot berbentuk bulat yang tumbuh tegak atau
sebagian/seluruhnya terletak di atas tanah tanpa mengeluarkan akar. Batangnya
berwana cokelat keunguan dengan panjang 10-50 cm, Batang lembut memiliki
rasa sedikit asam, dan asin. Tangkainya pendek berbentuk bulat telur sungsang,
bagian ujungnya bulat melekuk ke dalam. Pangkal batangnya membaji dengan
tepi rata, panjangnya 1-4 cm dan lebar 5-14 mm. Daun krokot berwarna hijau
dengan warna batang kemerahan, Warna permukaan atas daun hijau tua,
permukaan bawahnya merah tua. Daunnya tunggal, tebal berdaging, datar dan
letaknya berhadapan atau tersebar. Bunganya berkelompok 2-6 buah yang keluar
dari ujung percabangan. Mahkota daunnya berjumlah lima buah, berwarna
kuning dan kecil-kecil.bunga ini akan mekar pada pagi hari antara pukul 8.00-
11.00 siang dan layu menjelang sore. Buahnya berbentuk kotak, bijinya banyak
dengan warna hitam cokelat mengkilap (Valencia, 2008).
3. Kandungan
Krokot memiliki kandungan kimia yaitu saponin, steroid/triterpenoid,
karoten, vitamin A, C, B, B2, B1, Ca, Mg, asam organik, gilkosida, glikoretin
(Hariana, 2005). Krokot juga mengandung asam lemak Omega-3 serta asam oksalat
bebas, alkaloid, kumarin, flavonoid, glikosida jantung dan glikosida antrakinon
(Kurniadi, 2012).
4. Kegunaan
Secara tradisional, tumbuhan krokot digunakan untuk obat luar dalam
pengobatan bisul dan borok yang disebabkan oleh bakteri serta secara oral untuk
pengobatan disentri, diare akut, radang akut usus buntu, radang payudara, wasir
berdarah, keputihan, gangguan sistem saluran kencing, sakit kuning, cacingan
dan sebagai bakterisida (Rahardjo, 2007). Efek farmakologis dari tanaman
sebagai antistres, antioksidan, antiinflamasi, dan antibakteri. Senyawa flavonoid
pada krokot memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri E.coli dan
S.aureus (Karlina, 2013). Daun krokot mengandung beberapa senyawa
antioksidan yang dapat meredam radikal bebas, di antaranya adalah asam lemak
omega-3, vitamin C, alfa tokoferol, beta karoten, dan glutation. Dengan adanya
senyawa antioksidan ini, dapat mengurangi terjadinya peningkatan peroksida
lipid (Jusup, 2011).
E. Sambung Nyawa
1. Klasifikasi
Menurut Plantamor (2016), tanaman sambiloto diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Gynura
Spesies : Gynura procumbens (Lour.) Merr.
Gambar 5. Tanaman Sambung Nyawa
2. Deskripsi
Sambung nyawa atau Gynura procumbens berbentuk perdu tegak bila
masih muda dan dapat merambat setelah cukup tua. Bila daunnya diremas bau
aromatis. Batangnya segi empat beruas-ruas, panjang ruas dari pangkal sampai
ke ujung semakin pendek, ruas berwarna hijau dengan bercak ungu. Daun
tunggal bentuk elips memanjang atau bulat telur terbalik tersebar, tepi daun
bertoreh dan berambut halus. Tangkai daun panjang ½-3 ½ cm, helaian daun
panjang 3 ½-12 ½ cm, lebar 1- 5 ½ cm. Helaian daun bagian atas berwarna hijau
dan bagian bawah berwarna hijau muda dan mengkilat. Kedua permukaan daun
berambut pendek. Tulang daun menyirip dan menonjol pada permukaan daun
bagian bawah. Pada tiap pangkal ruas terdapat tunas kecil berwarna hijau
kekuningan. Tumbuhan ini mempunyai bunga bongkol, di dalam bongkol
terdapat bunga tabung berwarna kuning oranye coklat kemerahan panjang 1-1 ½
cm, berbau tidak enak. Tiap tangkai daun dan helai daunnya mempunyai banyak
sel kelenjar minyak (Perry, 1980; Backer and Van den Brink, 1965).
3. Kandungan
Hasil analisis kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis yang
dilakukan Sudarsono et al. (2002) mendeteksi adanya sterol, triterpen, senyawa
fenolik, polifenol, dan minyak atsiri. Sugiyanto et al. (2003) juga menyatakan
berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa dalam fraksi polar etanol daun
tanaman Gynura procumbens terdapat tiga flavonoid golongan flavon dan
flavonol. Hasil penelitian lain melaporkan bahwa tumbuhan ini mengandung
senyawa flavonoid, tanin,saponin, steroid, triterpenoid, asam klorogenat, asam
kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam p-hidroksi benzoat (Suganda et
al., 1988).
4. Kegunaan
Efek farmakologis dari sambung nyawa dapat menurunkan gula darah,
tekanan darah, dan antikarsinogenik, penyembuhan penyakit limpa, ginjal, kulit,
dan antibakteri. Senyawa flavonoid memiliki aktivitas sebagai antibakteri
terhadap bakteri E.coli, S.aureus dan B.subtilis (Aryanti et al., 2007).
4. Manfaat Temulawak
Senyawa marker yang terkandung dalam temulawak adalah xanthorrizol.
Senyawa ini memilki aktifitas sebagai antiplatelet, antimikroba, antifungi,
antioksidan, antiinflamasi, antihiperlipidemia, hepatoprotektor (Mun’im,
2011).
G. Temu Hitam
1. Klasifikasi Temu Hitam (Curcuma aeruginosa)
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma aeruginosa Roxb.
3. Kandungan kimia
Kunyit mengandung 69,4% karbohidrat, 6,3% protein, 5,1% lemak, 3,5%
mineral, dan 13,1% kelembaban. Minyak atsirinya (5,8%) dapat diperoleh
melalui uap distilasi menghasilkan Sesquiterpene (53%), zingiberene (25%), α-
phellandrene (1%), sabinene (0,6%), cineol (1%), dan borneol (0,5%).
Kurkumin (3-4%) bertanggung jawab dalam warna kuning pada kunyit, dan
terdiri dari kurkumin I (94%), kurkumin II (6%), dan kurkumin III (0,3%).
Turunan demetoksi dan bisdemetoksi dari kurkumin diisolasi dari kunyit.
Kurkumin memiliki melting point 176-177° C; terbentuk garam merah
kecoklatan dengan alkali dan larut dalam asam asetat, etanol, alkali, keton dan
kloroform (H. Nasri, 2014).
Kandungan minyak atsiri rimpang kunyit berkisar antara 2,5-6,0% yang
terdiri dari komponen artumeron, alfa dan beta tumeron, tumerol, alfa atlanton,
beta kariofilen, linalool, 1,8 sineol, zingiberen, dd felandren, d-sabinen, dan
borneol. Selain kurkuminoid dan minyak atsiri rimpang kunyit juga mengandung
senyawa lain seperti pati, lemak, protein, kamfer, resin, damar, gom, kalsium,
fosfor, dan zat besi (Pertanian, 2013).
1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Superdivisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Superordo : Asteranae
Ordo : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Alstonia R.Br.
Spesies : Alstonia scholaris (L.) R.Br. (ITIS, 2017)
(a) (b) (c)
Gambar 9. Tumbuhan pule (Alstonia scholaris (L.) R.BR.). (a) Tumbuhan pule; (b)
Daun dan biji tumbuhan pule; (c) Batang tumbuhan pule.
4.1 Kesimpulan
1. Perawatan untuk pra/pasca melahirkan dapat digunakan formula sebagai
berikut, yaitu Pluchea indica, Eleutherine bulbosa, Portulaca oleracea,
Orthosiphon aristatus, Curcuma longa, Alstonia scholaris,
Gynura procumbens, Curcuma aeruginosa, Curcuma xanthorrhiza.
2. Pemakaian ramuan dilakukan 2 kali sehari dalam waktu satu minggu. Cara
pembuatan ramuan adalah semua bahan direbus dengan menambahkan 2
liter air sampai mendidih. Kemudian hasil rebusan setelah dingin, diminum
2x1 gelas/hari selama 3-5 hari.
3. Informasi yang dapat diberikan kepada pasien yaitu;
a. Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyiapan bahan.
b. Membersihkan alat dan bahan sebelum dilakukan perebusan.
c. Memberikan informasi kepada pasien untuk merebus formula dengan
panci lurik atau kuali/ terbuat dari tanah liat.
d. Setelah perebusan, rebusan disaring terlebih dahulu.
e. Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyimpanan
rebusan yang akan digunakan untuk beberapa kali pemakaian yaitu
disimpan di kulkas.
f. Jika mengkonsumsi obat kimia, maka diinformasikan kepada pasiem
untuk memberi jeda waktu minimal 3 jam.
g. Menginformasikan kepada pasien untuk menjaga kebersihan seluruh
tubuh, khususnya daerah kelamin dengan sabun dan air, dari depan
ke belakang dan sekitar anus.
h. Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin.
i. Jika pasien memiliki luka bekas jahitan saat melahirkan,
diinformasikan untuk menghindari luka tersebut terlebih dahulu.
j. Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
k. Kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Adila, R., Nurmiati dan Anthoni A. 2013. Uji Antimikroba Curcuma spp. Terhadap
Pertumbuhan Candida albicans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. J.
Biol. 2(1):5-8
Anna Lusia Kus.Pemanfaatan Obat Tradisional Meluas. Kompas,senin 25 Maret 2013
Anonim. 1995. Materia Medika Indonesia, jilid VI. Jakarta: Depkes RI.
Aryanti., Harsojo., Syafria, Y., Ermayanti, T.M. 2007. Isolasi dan Uji Antibakteri Batang
Sambung Nyawa (Gynura Procumbens Lour) Umur panen 1,4 dan 7 bulan.
Jurnal Bahan Alam Indonesia. 6: 43-45
Backer, C.A., dan Van Den Brink, R.C.B. 1965. Flora of Java (Spermatophytes Only),
Vol II, N.V.P, 363-364, 424-425, Noordhoff-Groningen,The Netherlands.
Badan POM. 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup.
Badan POM RI: Jakarta Pusat.
Hariana A, 2005. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Jakarta: Pesebar Swadaya
Kim, JE., Kim, HE, Hwang JK, Ho, JL., Ho KK dan Kim B. 2008. Antibacterial
Characteristics of Curcuma xanthorrhiza Extract Streptococcus mutans
Biofilm. J Microbiol. 7: 65-70
Perry, L.M. 1980. The Medical Plants of East and Southeast Asia: Attributed Properties
and Uses, 94-95. London: The MIT Press.
Rahmawati, N., Sudjarwo, E., dan Widodo., E. 2012. Uji aktivitas antibakteri ekstrak
herbal terhadap bakteri Escherichia coli. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 24 (3):
24 – 31
Sastrapradja, S., Naiola, BP, Rasmadi, ER, Roemantyo, Soepardjono, EK, Waluyo, EB:
"Tanaman Pekarangan",
Shibuya, H. 1999. Search for Pharmacochemical Leads from Tropical Rainforest Plants.
Pure Appl Chem. 71: 1109-1113.
Sudarsono., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., dan Purnomo. 2002.
Tumbuhan Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan. Yogyakarta:
Pusat Studi Obat Tradisional, Universitas Gadjah Mada.
Sudrajat, H. dan Azar F. A. 2011. Uji Aktivitas Antifungi Minyak Atsiri Rimpang
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) secara in vitro.Skripsi Universitas
Wahid Hasyim Semarang
Suganda, A., Sudiro, I., dan Ganthina, 1988. Skrining Fitokimia dan Asam Fenolat
Daun Dewa (Gynura procumbens (Luor) Merr), Simposium Penelitian
Tumbuhan Obat III. Jakarta: Universitas Indonesia
Suparyanto. Konsep Dasar Masa Nifas. [online]. 2012; [diakses 25 Maret 2013]
Avalaible at: http://konsep-dasar-masa-nifas.html,
Valencia, O. 2008. Efek Antistres Ekstrak Etanol Daun Krokot (Portulaca oleraceae
Linn.) pada Mencit Jantan. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
WHO. Traditional Medicine. Geneva. WHO;2008
Yusni. 2008. "Bawang dayak umbi ajaib penakhluk kanker dan diabetes militus". Sehat
Raga. Diakses tanggal 27 Mei 2014