Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Islam di Indonesia sudah berlangsung sejak masuknya Islam itu
sendiri. Tentunya pendidikan islam yang paling awal adalah pendidikan yang
terjadi melaui kontak informal, yaitu kontak yang terjadi pada setiap harinya di
antara masyarakat muslim waktu itu. Perjalanan waktu pun menjadikan
pendidikan Islam berkembang, dalam hal ini pendidikan Islam telah
diselenggarakan secara nonformal melalui masjid, surau, rengkag, dayah dan lain
sebagainya.
Tidak hanya secara nonformal pendidikan Islam pun berkembang menjadi
pendidikan yang bersifat formal. Namun di Indonesia pendidikan yang bersifat
formal ini mengalami pasang surut bahkan beberapa perlawanan, terlebih pada
masa penjajahan sebelum kemerdekaan Indonesia.
Pendidikan Islam pada masa penjajahan, mendapat tantangan yang keras dari
pihak penjajah, sebagaimana pendidikan Islam, dalam hal ini pelajaran agama
Islam dilarang di muat dalam kurikulum sekolah-sekolah yang diselenggarakan
oleh penjajah.
Menghadapi kondisi tersebut masyarakat Islam pun tidak hanya tinggal diam,
beberapa tokoh Islam, melakukan perlawanan dengan mendirikan beberapa
sekolah dan memasukkan pelajaran agama dalam sekolah tersebut. Sebagian
lainnya memilih mendirikan pesantren, dimana dalam pengoperasiaannya tidak
tergantung pada pemerintahan penjajah.
Perjalananan sejarah pendidikan Islam Indonesia juga mencatat dinamika
madrasah, yang di Indonesia madrasah merupakan perpaduan sistem sekolah dan
sistem pesantren. Madrasah sebelum kemerdekaan merupakan cikal bakal yang
dirintis oleh beberapa tokoh, seperti Abdullah Ahmad yang mendirikan madrasah
Adabiyah sekitar tahun 1907, Zainuddin Labai el-Yunusiy yang mendirikan
madrasah diniyah sekitar tahun 1915, dan lain sebagainya. Sebagai cikal bakal
perkembangan madrasah di Indonesia, kedua madrasah di atas merupakan

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 1


lembaga pendidikan yang pelajaran agamanya merupakan pelajaran pokok yang
diberikan kepada siswa.
Setelah Indonesia meraih kemerdekaannya, pendidikan Islam dalam hal ini
madrasah masih menjadi kajian yang menarik dalam sejarah pendidikan Islam di
Indonesia, hal ini dikarenakan keberadaan madrasah yang berkali-kali mengalami
pasang surut dalam mempertahankan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan
Islam yang tentunya pelajaran agama Islam yang tidak dapat dilekangkan dari
kurikulum madrasah tersebut.

B. Rumusan Masalah
Dari Latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka diperoleh suatu
rumusan masalah, yaitu Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI


INDONESIA

Masuk dan berkembangnya islam di indonesia

Terdapat beberapa teori tentang kedatangan Islam ke Indonesia, terutama


berkenaan dengan waktu datangnya, negeri asalnya, dan pembawanya. Sarjana
Belanda kebanyakan berpendapat bahwa kedatangan Islam ke Nusantara berasal
dari India, diantara sarjana tersebut adalah Pijnappel dari Universitas Leiden,
Moquette, Snouck Hugrojne. Menurut Hugrojne abad ke-12 adalah periode paling
mungkin dari permulaan penyebaran Islam di Nusantara.
Menurut beberapa sumber sejarah dijelaskan bahwa Selat Malaka sebagai rute
perdagangan yang telah lama dikenal, sebagai salah satu jalur perdagangan dari
dunia Timur ke Barat disamping jalan darat.
Pada sekitar abad ke-7 dan 8, pada saat Kerajaan Sriwijaya mengembangkan
kekuasaannya, selat Malaka sudah dimulai dilalui oleh pedagang-pedagang
muslim dalam pelajarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Islam pertama kali masuk ke Indonesia adalah di Sumatera. Sedangkan Islam
masuk ke Jawa waktunya di duga kuat berdasarkan batu nisan kubur Fatimah binti
Maimun di Leran (Gresik). Situasi politik mempercepat penyebaran Islam di
Jawa, pada saat melemahnya Majapahit karena perpecahan. Bupati-bupati pesisir
yang memeluk agama Islam, agama menjadi kekuasaan terbaru dalam proses
perkembangan masyarakat.

Pendidikan islam di indonesia pada zaman kerajaan islam


Kedatangan Islam pertama di Indonesia tidak identik dengan berdirinya
kerajaan Islam pertama di Indonesia. Mengingat bahwa pembawa Islam ke
Indonesia adalah para pedagang, bukan misi tentara dan bukan pelarian politik.
Mereka tidak berambisi mendirikan kerajaan Islam. Para pedagang berdagang

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 3


sambil menyiarkan agama Islam, materi yang diajarkan berawal dari kalimah
Syahadat. Barang siapa yang bersyahadat berarti ia telah masuk Islam. Mereka
menyiarkan dengan cara damai, tidak ada paksaan sama sekali.

1. Zaman Kerajaan Islam ke-1 di Aceh


Kerajaan Islam yang pertama di Indonesia adalah Pasai, berdiri pada abad ke-
10 M. dengan rajanya yang pertama Al-Malik Ibrahim bin Mahdum dan yang
terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah. Ibnu Batutah dari Maroko, mengelilingi
dunia dan singgah di kerajaan Pasai pada zaman Al-Malik Al-Zahir menerangkan
sistem pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Pasai, sebagai berikut:
a) Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syariat ialah fiqih mazhab
Syafi’i.
b) Sistem pendidikannya secara informal berupa majelis taklim dan halaqah.
c) Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh ulama.
d) Biaya pendidikan agama bersumber dari negara.

Kerajaan Islam yang kedua adalah Perlak di Aceh. Rajanya yang ke-6 bernama
Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin, adalah seorang ulama yang
mendirikan Perguruan Tinggi Islam. Lembaga tersebut mengajarkan dan
membacakan kitab-kitab agama yang berbobot pengetahuan tinggi, seperti kitab
Al-Um karangan Imam Syafi’i. Dari Pasai dan Perlak ini, dakwah Islam
disebarkan ke negeri Malaka, Sumatera Barat, dan Jawa Timur.
Kerajaan Aceh Darussalam yang diproklamasikan pada tanggal 12 Zulkaedah
916 H, menyatakan perang terhadap buta huruf dan buta ilmu. Aceh pada saat itu
merupakan sumber ilmu pengetahuan dengan sarjana-sarjananya yang terkenal di
dalam dan di luar negeri. Bidang pendidikan di kerajaan Aceh Darussalam benar-
benar mendapat perhatian. Pada saat itu terdapat lembaga-lembaga Negara yang
bertugas dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan, di antaranya:
a) Balai Seutia Hukama, lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para
ulama, ahli piker dan cendekiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu
pengetahuan.
b) Balai Seutia Ulama, jawatan pendidikan yang mengurusi masalah pendidikan.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 4


c) Balai Jamaah Himpunan Ulama, tempat studi para ualam dan sarjana dalam
membahas persoalan-persoalan pendidikan.

Adapun jenjang pendidikannya adalah sebagai berikut:


a) Meunasah/Madrasah, berfungsi sebagai sekolah dasar, terdapat di setiap
kampung, materi yang diajarkan: menulis dan membaca huruf Arab, ilmu
agama, bahasa Jawi/Melayu, akhlak, dan sejarah Islam.
b) Rangkang, masjid sebagai tempat berbagai aktifitas umat termasuk pendidikan,
setingkat dengan Madrasah Tsanawiyah, ada di setiap mukim, materi yang
diajarkan: bahasa Arab, ilmu bumi, sejarah, berhitung (hisab), akhlak, fiqih,
dan lain-lain.
c) Dayah, setingkat dengan Madrasah Aliyah, ada di setiap daerah Ulebalang dan
terkadang berpusat di masjid, materi yang diajarkan: fiqih (hokum Islam),
bahasa Arab, tauhid, tasawuf/akhlak, ilmu bumi, sejarah/tata Negara, ilmu
pasti, dan faraid.
d) Dayah Teuku Cik, setingkat dengan perguruan tinggi atau akademi, materinya:
fiqih, tafsir, hadits, tauhid, tasawuf, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab,
sejarah dan tata Negara, mantiq, ilmu falaq, dan filsafat.

Melihat lembaga dan jenjang di atas, jelaslah bahwa ilmu pengetahuan dan
pendidikan di kerajaan Aceh Darussalam telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat.
2. Zaman Walisongo
Peranan para Wali (Walisongo) dalam penyebaran agama Islam sudah tidak
diragukan lagi, sangat besar sekali. Dengan kerja keras dan ketekunan serat
keikhlasan beliau agama Islam mampu merebut hati masyarakat. Beliau
menyebarkan Islam di Jawa, dengan berdirinya kerajaan para wali yaitu kerajaan
Demak.
Metode pendidikan yang digunakan oleh para wali kebanyakan menggunakan
media pondok pesantren atau padepokan. Beliau-beliau mengajarkan para santri
dan masyarakat berbagai ilmu keagamaan. Walisongo adalah orang-orang yang
tingkat ketaqwaannya kepada Allah sangat tinggi, pejuang dakwah dengan

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 5


keahlian yang berbeda. Ada yang ilmu tasawuf, ada seni budaya, juga ada yang
bergerak di dalam pemerintahan dan militer secara langsung. Semuanya diabdikan
untuk pendidikan dan dakwah Islam.
3. Zaman Kerajaan Islam di Maluku
Islam masuk Maluku melalui mubaligh dari Jawa sejak zaman Sunan Giri dan
mubaligh dari Malaka. Raja Maluku yang pertama masuk Islam adalah Sultan
Ternate, Marhum pada tahun 1465-1486 M., atas pengaruh Maulana Husain,
saudagar dari Jawa. Raja Maluku yang terkenal di bidang pendidikan dan dakwah
Islam adalah Sultan Zainul Abidin. Metode pendidikannya kurang jelas, yang
jelas dakwah Islam di Maluku menghadapi dua tantangan, yaitu datang dari
orang-orang yang menganut animisme dan orang Portugis yang mengkristenkan
penduduk Maluku.
4. Zaman Kerajaan Islam di Kalimantan
Islam mulai mantap setelah berdirinya kerajaan Islam di Bandar Masih di
bawah pimpinan Sultan Suriansyah pada tahun 1540 M. Pada tahun 1710, di
Kalimantan dia terkenal sebagai pendidik dan mubaligh besar yang pengaruhnya
meliputi seluruh Kalimantan (Selatan, Timur dan Barat).
Sistem pendidikan di Kalimantan berupa pengajian kitab di pesantren,
sistemnya sama dengan system pengajian di pondok pesanteran di Jawa, terutama
cara-cara menerjemahkannya ke dalam bahasa daerah.
5. Zaman Kerajaan Islam di Sulawesi
Seperti halnya poin-poin sebelumnya, system pendidikan di Sulawesi juga
pengajian kitab di pondok pesantren. Hal ini tidak lain karena penyebar agama
Islam di sana adalah para murid dari ulama-ulama yang sebelumnya juga telah
menyebarkan agama Islam melalui pengajian dan pendidikan di pondok
pesantren.
Kerajaan yang mula-mula berdasarkan Islam di Sulawesi adalah kerajaan
Kembar Gowa Tallo pada tahun 1605 M. Dalam dua tahun seluruh rakyat telah
memeluk Islam. Mubaligh Islam yang berjasa adalah murid Sunan Giri, yaitu
Abdul Qadir Khatib Tunggal yang berasal dari Minangkabau.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 6


Peranan pendidikan islam dalam proses islamisasi di indonesia
Ada beberapa saluran proses islamisasi di Indonesia yaitu, perdagangan,
perkawinan, kesenian, sufisme, dan pendidikan.
Dalam teori pendidikan dikemukakan paling tidak ada tiga hal yang
ditransferkan dari si pendidik kepada si terdidik, yaitu transfer ilmu, transfer nilai,
dan transfer perbuatan, dalam proses pentransferan inilah berlangsungnya
pendidikan.
Disebabkan itulah proses pendidikan itu bisa berlangsung secara formal,
nonformal, dan informal. Bila peraturan itu diatur, dilaksanakan dengan
peraturan-peraturan yang ketat seperti, meteri pelajaran, waktu, tingkatan, umur,
pendidik, sertifikat, dan sebagainya hal seperti inilah yang disebut sebagai
pendidik formal. Sedangkan pendidik nonformal itu pendidikan yang diatur
sedemikian rigitnya seperti yang disebutkan terdahulu. Dan pendidik informal itu
jenis pendidikan yang yang lebih memberikan kepada proses pergaulan yang
mendalam yang bersifat mempribadi antara si pendidik dan dengan si terdidik,
seperti hubungan orang tua dengan anaknya di rumah tangga. Pada saat tertentu
orang tua, tanpa disengaja dan dirancang menumbuhkan nilai-nilai (values)
kepada anaknya.
Untuk mencari makna hakikat pendidikan, maka perlu dicari ciri-ciri esensial
aktivitas pendidikan, sehingga dapat dipilah mana aktivitas pendidikan dan mana
yang bukan, untuk itu perlu dicari unsur dasar pendidikan. Manurut pendapat
Noeng Muhadjir dapat disimpulkan bahwa pendidikan dapat diteruskan sebagai
aktivitas interaktif antara si pendidik dan subjek didik untuk mencapai tujuan baik
dengan cara baik dalam konteks positif.
Dalam bidang kebudayaan upaya yang dilakukan oleh Sultan Agung adalah
mensenyawakan unsur-unsur budaya lama dengan Islam, seperti:
 Grebeg
 Gamelan Saketan
 Perhitungan tahun saka (Hindu) pada mulanya berdasarkan perjalanan
matahari, tahun Saka yang telah terangka 1555 saka, tidak lagi ditambah

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 7


berdasarkan perhitungan matahari, melainkan dengan hitungan perjalanan
bulan, sesuai dengan tahun hijriah.

Lembaga-lembaga pendidikan islam awal di indonesia


Ada beberapa lembaga pendidikan Islam awal yang muncul di Indonesia
1. Masjid dan Langgar
Masjid fungsi utamanya adalah untuk tempat shalat yang lima waktu ditambah
dengan sekali seminggu dilaksanakan shalat jum’at dan dua kali setahun
dilaksanakan shalat hari raya Idul fitri dan Idul Adha. Selain dari masjid ada juga
tempat ibadah yang disebut langgar, bentuknya lebih kecil dari masjid dan
digunakan hanya tempat shalat lima waktu, bukan untuk tempat shalat jum’at.
Selain dari fungsi utama masjid dan langgar difungsikan juga untuk tempat
pendidikan. Di tempat ini dilakukan pendidikan buat oreng dewasa adalah
penyampaian-penyampaian ajaran Islam oleh mubaligh kepada para jama’ah
dalam bidang yang berkenaan dengan akidah, ibadah dan akhlak.
2. Pesantren
Ditinjau dari segi sejarah, belum ditemukan data sejarah, kapan pertama sekali
berdirinya pesantren, ada pendapat mengatakan bahwa pesantren telah tumbuh
sejak awal masuknya Islam ke Indonesia, sementara yang lain berpendapat bahwa
pesantren baru muncul pada masa Walisongo dan Maulana Malik Ibrahim
dipandang senangi orang yang pertama mendirikan pesantren.
Inti dari pesantren itu adalah pendidikan ilmu agama, dan sikap beragama.
Karenanya mata pelajaran yang diajarkan semata-mata pelajaran agama. Pada
tingkat dasar anak didik baru diperkenalkan tentang dasar agama, dan Al-Qur’an
Al-Karim. Setelah berlangsung beberapa lama pada saat anak didik telah memiliki
kecerdasan tertentu, maka mulailah diajarkan kitab-kitab klasik. Kitab-kitab klasik
ini juga diklasifikasikan menjadi tingkat dasar, tingkat menengah dan tinggi.
3. Meunasah, Rangkang dan Dayah
Secara epistemologi meunasah berasal dari perkataan madrasah, tempat belajar
atau sekolah. Ditinjau dari segi pendidikan awal bagi anak-anak yang dapat
disamakan dengan tingkatan sekolah dasar. Dimeunasah diajarkan menulis,
membaca huruf arab, almu agama dan ilmu bahasa Jawi, akhlak.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 8


Rangkang adalah tempat tinggal murid, yang dibangun disekitar masjid.
Menurut Qanun Meukuta Alam, dalam tiap-tiap kampung harus ada satu
meunasah. Masjid berfungsi sebagai tempat kegiatan pendidikan. Pendidikan di
Rangkang ini terpusat kepada pendidikan agama, disini telah diajarkan kitab-kitab
yang berbahasa arab, Tingkat pendidikan ini jika dibandingkan dengan sekolah
saat sekarang setingkat sekolah lanjutan pertama.
Sistem pendidikan di Rangkang ini sama dengan sistem pendidikan di
Pesantren, murid-murid duduk membentuk lingkaran dan guru menerangkan
pelajaran, berbentuk halakah, metode yang disampaikan di dunia pesantren
disebut dengan wetonan dan sorogan.
Dayah berasal dari bahasa Arab zawiyah. Kata zawiyah pada mulanya merujuk
kepada sudut dari satu bangunan, dan sering di kaitkan dengan masjid. Disudut
masjid itu terjadi proses pendidikan antada pendidik dengan terdidik. Selanjutnya
zawiyah dikaitkan tarekat-tarekat sufi, dimana seorang syekh atau mursyid
melakukan kegiatan pendidikan kaum sufi.
Hasjmi menjelaskan tentang dayah adalah sebuah lembaga pendidikan yang
mengajarkan mata pelajaran agama yang brsumber dari bahasa arab, misalnya
fiqih, bahasa Arab, Tauhid, tasawuf, dll, tingkat pendidikannya adalah sama
dengan tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
4. Surau
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, surau diartikan tempat (rumah) umat Islam
melakukan ibadahnya (bersembahyang, mengaji, dan sebagainya) pengertian ini
apabila dirinci mempunyai arti bahwa surau berati suatu tempat bengunan kecil
untuk tempat shalat, tempat belajar mengaji anak-anak, tempat wirid (pengajian
agama) bagi orang dewasa.
Perkataan surau menyebar luas di Indonesia dan Malaysia, yang dalam
kehidupan keseharian adalah suatu bangunan kecil yang penggunaan utamanya
untuk shalat berjamaah bagi masyarakat sekitar.
Surau berfungsi sebagai lembaga sosial budaya, adalah fungsinya sebagai
tempat pertemuan para pemuda dalam upaya mensosialisasikan diri mereka.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 9


Selain dari itu surau juga berfungsi sebagai tempat bersinggahan dan
peristirahatan para musafir yang sedang menempuh perjalanan.
Sistem pendidikan di surau banyak kemiripannya dengan sistem pendidikan di
Pesantren. Murid tidak terikat dengan sistem administrasi yang ketat, Syekh atau
Guru mengajar dengan metode bandongan dan sorogan, ada juga murid yang
berpindah ke surau lain apabila dia telah merasa cukup memperoleh ilmu disurau
terdahulu.

Pendidikan islam pada masa pemerintahan belanda dan jepang


A. Masa Pemerintahan Belanda
1. Zaman VOC (KOMPENI)
Dengan berakhirnya kekuasaan Portugis, maka timbullah kekuasaan baru,
yakni kekuasaan Belanda. Orang-orang Belanda yang mula-mula datang ke
Indonesia adalah para pedagang yang tergabung dalam “Vereenigde Oest
Indische Compagnie” atau disingkat VOC, yang beragama Kristen Protestan.
Kebijakan pendidikan VOC adalah melanjutkan kebijakan yang telah dimulai
oleh orang-orang Portugis, tetapi terutama berdasarkan agama Kristen
Protestan. Untuk keperluan inilah didirikan sekolah-sekolah, terutama daerah-
daerah yang telah di-Nasranikan oleh bangsa Portugis dan Spanyol, seperti di
Ambon, Ternate, dan lain-lain.
Dalam abad ke-17 dan 18 pendidikan kejuruan tidak diselenggarakan.
Pendidikan kejuruan baru muncul dalam abad ke-19. Pendidikan bagi pribumi
yang beragama Islam tidak menjadi sola, karena kelanjutannya sistem-sistem
langgar, pesantren dan madrasah berjalan terus. Juga persekolahan/pendidikan
bagi pegawai-pegawai VOC dan pribumi beragama/pemeluk agama Kristen
telah diatur oleh pemerintahan VOC.
Kemunduran perusahaan VOC pada akhir abad 18 menyebabkan VOC
tidak sanggup dan tidak dapat berfungsi lagi sebagai pengatur pemerintahan
dan masyarakat jajahannya sehingga pemerintahan diserahkan kepada
pemerintahan Hindia-Belanda.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 10


2. Pengaruh Aufklarung
Pada abad ke-17 telah muncul suatu aliran dari Eropa yang kita kenal
dengan nama “Aufklarung” dan pada abad ke-18 aliran ini mempengaruhi
seluruh Eropa. Dengan adanya “Aufklarung” ini memberikan kecerahan
kepada pendidikan Indonesia. “Aufklarung” yang berarti fajar atau terang
menghendaki. yang pertama adalah “Aufklarung” menghendaki agar manusia
dibebaskan dari absolutisme Negara dan mengharapkan agar kebebasan,
terutama kebebasan ekonomi, dapat menghasilkan kebahagiaan yang sebesar-
besarnya bagi seluruh ummat manusia (Liberalisme). Yang kedua adalah
Pendidikan hendaknya dapat membebaskan manusia, pengajaran harus lepas
dari gereja. Hendaklah negaralah yang harus menyelenggarakannya. Yang
ketiga adalah mengemukakan juga pentingnya penerangan (pengajaran) bagi
rakyat umum.
Dengan adanya “Aufklarung” tersebut, pendidikan di Indonesia semakin
maju, terutama pada masa pemerintahan Deandels dan Rafles. Dalam hal ini
pendidikan yang lebih berkembang adalah pendidikan umum khususnya bidang
kesehatan, pendidikan Islam kurang berkembang meskipun tetap berjalan.

Pendidikan Islam di Sumatera


1. Pendidikan Islam di Aceh
Materi pendidikan Islam di Aceh pada masa penjajahan Belanda adalah
sebagai berikut:
a) Belajar huruf Hijaiyah (alfabeth Arab).
b) Juz ‘Amma (disebut Al-Qur’an kecil).
c) Mengaji Al-Qur’an (disebut Al-Qur’an besar).
Setelah materi di atas dilanjutkan dengan kitab-kitab berbahasa Melayu,
seperti: Bidayah, Masail Al Muhadi, Fur’ Masail, dan lain-lain. Setelah selesai
masa pembacaan kitab-kitab Melayu dilanjutkan mempelajari kitab-kitab
berbahasa Arab, seperti: Dammun, Al-‘Awamil, Al Jurumiyah, Tafsir Jalalain.
Setelah perang Aceh melawan Belanda berakhir, pendidikan Islam di Aceh
mulai berkembang, ditandai dengan berdirinya berbagai pondok pesantren. Di
pondok pesantren banyak dipelajari kitab-kitab seperti: Fatul Qarib, Fatul

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 11


Mu’in, dan lainnya. Berikutnya mulai lahir madrasah, salah satunya madrasah
Sa’adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli yang didirikan pada tahun 1930 oleh
Tgk. Daud Berueh.
Madrasah itu memiliki tujuh kelas dengan lama masa belajar empat tahun.
Materi yang diajarkan: bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama serta sedikit Ilmu
Bumi Mesir dan Tarikh Islam. Lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren
sebagai basis perlawanan penjajahan Belanda.
2. Pendidikan Islam di Minangkabau
Pendidikan Islam di Minangkabau mengalami perkembangan yang pesat
karena banyaknya buku-buku pelajaran agama Islam yang masuk ke sana.
Adapun susunan materi pendidikan Islam di Minangkabau antara lain:
a) Belajar huruf Hijaiyah seperti halnya di Aceh.
b) Pengajian kitab yang terbagi atas tiga tingkatan, yaitu:
 Nahwu, Saraf, dan Fiqih;
 Tauhid;
 Tafsir;
c) Pengajian ilmu Tasawuf, Mantiq, dan Balaghah.

Sistem pendidikan yang digunakan masih seperti masa-masa awal, yaitu


halaqah dan sistem majelis taklim. Di Minangkabau yang menjadi pusat
pendidikan awal permulaan Islam adalah Surau. Pada masa penjajahan Belanda
mulai dibuat ruang-ruang berbentuk kelas, dinamakan madrasah.
3. Pendidikan Islam di Jambi
Pesantren Nurul Iman didirikan pada tahun1914 oleh H. Abdul Samad
seorang ulama besar di jambi. Pesantren ini juga berawal dari system halaqah
kemudian menggunakan kelas-kelas seperti madrasah modern. Pelajarannya
juga begitu, dari sekedar ilmu-ilmu agama kemudian memasukkan ilmu umum
yang dibimbing dua guru khusus.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 12


Pendidikan Islam di Pulau Jawa
1. Pendidikan Islam di Jawa Timur
Pendidikan Islam yang cukup terkenal di Jawa Timur pada masa penjajahan
Belanda adalah Tebuireng, yaitu pesantren yang didirikan oleh KH. Hasyim
Asy’ari pada tahun 1904 M. Pada mulanya hanya diajarkan agama dan bahasa
Arab, kemudian setelah berdiri madrasah salafiyah memasukkan ilmu-ilmu
umum, seperti ilmu bintang, ilmu bumi dan lain-lain.
Pondok Pesantren Tebuireng terdiri atas empat bagian, yaitu: Madrasah
Ibtidaiyah (lamanya 6 tahun), Madrasah Tsanawiyah (3 tahun), Mualimin (5
tahun), Pesantren dengan sistem halaqah.
Pendidikan Islam di Jawa Timur pada masa penjajahan Belanada tidak
terlepas dari pengaruh organisasi Nahdhatul Ulama yang didirikan pada
tanggal 16 Rajab 1344 H (3 Januari 1926) di Surabaya.
2. Pendidikan Islam di Jawa Tengah
Lembaga Pendidikan Islam di Jawa Tengah yang paling berpengaruh
berpusat di sekitar Kudus. Ratusan pondok pesantren dan madrasah tersebar di
seluruh pelosok Kudus, antara lain: Aliyatus-Saniyah Muawanatul Muslimin,
Kudsiyah, Tsywiqut Tullab Balai Tengahan School, Mahidud Diniyah Al-
Islamiyah Al-Jawiyah, dan lain-lain.
3. Pendidikan Islam di Yogyakarta
Pendidikan Islam di Yogyakarta pada masa penjajahan Belanda banyak
didominasi oleh organisasi Muhammadiyah. Diantaranya yang terkenal adalah
Kweekschool Muhammadiyah, Mualimat Muhammadiyah, Zuama, Tabligh
School, dan H.I.K. Muhammadiyah. Model pendidikannya dengan
menggabungkan antara pelajaran umum dengan agama. Selain Muhammadiyah
juga ada pondok pesantren Krapyak.
4. Pendidikan Islam di Jawa Barat
Madrasah pertama adalah yang didirikan di Majalengka pada tahun 1917
oleh Perserikatan Umat Islam. Pondok Pesantren yang cukup berpengaruh
adalah PP Gunung Puyuh di Sukabumi. Selain itu juga ada pondok pesantren
Persatuan Islam (Persis), pondok ini terdiri dari dua bagian, yaitu Pesantren

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 13


Besar (untuk para santri yang telah cukup umur untuk mendapatkan pendidikan
agama) dan Pesantren Kecil (untuk anak-anak kecil yang pelaksanaannya di
sore hari).
Pendidikan Islam di Batavia
Madrasah tertua di Batavia adalah Jamiat Kheir yang didirikan tahun 1905.
Tingkatan sekolahnya antara lain: tingkat Tahdiriyah (1 tahun), tingkat Ibtidaiyah
(6 tahun), tingkat Tsanawiyah (3 tahun), Bagi lulusan terbaik Tsanawiyah bisa
melanjutkan ke Mesir atau Mekkah. Madrasah lain yang juga punya andil besar
bagi pendidikan Islam adalah madrasah Al-Irsyad yang didirikan pada tahun
1913.
Pendidikan Islam di Sulawesi
Tidak banyak perbedaan tentang pendidikan Islam di Sulawesi dengan di Jawa
dan Sumatera. Hal ini disebabkan karena sumber yang sama, yaitu Mekkah.
Kebanyakan madrasah di Sulawesi pada mulanya dipimpin oleh guru-gur agama
dari Minangkabau dan Yogyakarta. Madrasah yang cukup terkenal di Sulawesi
Selatan adalah madrasah Amiriyah Islamiyah di Bone. Mata pelajaran yang
diberikan di madrasah ini meliputi pelajaran agama dan pelajaran umum.
Madrasah Amiriyah Islamiyah terdiri atas tiga bagian, yaitu:
 Ibtidaiyah, lama belajarnya tiga tahun, diajrakan ilmu agama 50%;
 Tsanawiyah, lama belajarnya tiga tahun, diajarkan ilmu agama 60%;
 Muallimin, lama belajarnya dua tahun, diajarkan ilmu agama 80%.

Tokoh yang cukup berpengaruh dalam mengembangkan pendidikan Islam di


Sulawesi, antara lainadalah Syekh H. M. As’ad bin H. A. Rasyad Bugis.
Madrasah yang didirikannya bernama Wajo Tarbiyah Islamiyah yang dikemudian
hari berubah menjadi Madrasah As’adiyah.
Pendidikan Islam di Kalimantan
Madrasah yang tertua yang memiliki andil besar dalam perjalanan sejarah
pendidikan Islam di Kalimantan pada masa penjajahan Belanda adalah madrasah
Najah Wal Falah di Sei Bakau Besar Mempawah. Didirikan pada tahun 1918 M.,

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 14


setelah itu berdiri madrasah Perguruan Islam Assulthaniyah di Sambas pada tahun
1922 M.
Di Kalimantan pada masa penjajahan Belanda tidak banyak madrasah dan
pesantren yang berdiri, namun andil dan maknanya cukup berarti dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di tanah air Indonesia ini di
bagian timur.
3. Sikap Belanda terhadap pendidikan Islam di Indonesia
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa kedatangan penjajah Belanda di
bumi Nusantara untuk mengemban fungsi ganda, yaitu melakukan penjajahan
dan salibisasi. Oleh karena itu, semboyan yang terkenal dari penjajah Belanda
adalah Glory (kemenangan atau kekuasaan), Gold (emas atau kekayaan bangsa
Indonesia), dan Gospel (upaya salibisasi terhadap umat Islam di Indonesia).
Dengan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, penjajah
Belanda cenderung merugikan umat Islam. Penjajah Belanda berusaha
menghambat perkembangan pendidikan Islam, dengan terang-terangan
membiayai misionaris Kristen.
Banyak sikap mereka yang merugikan lajunya perkembangan pendidikan Islam
di Indonesia, misalnya:
 Setiap sekolah atau madrasah/pesantren harus memliki ijin dari Bupati
atau pejabat pemerintah Belanda.
 Harus ada penjelasan dari sifat pendidikan yang sedang dijalankan secara
terperinci.
 Para guru harus membuat daftar murid dalam bentuk tertentu dan
mengirimkannya secara periodic kepada daerah yang bersangkutan.
Pada dasarnya banyak kerugian yang diderita oleh umat Islam dalam
persoalan pendidikan pada masa penjajahan Belanda. Bahkan, tidak sedikit
sekolah yang terpaksa ditutup atau dipindahkah karena ulah penjajah Belanda
terhadap bangsa Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda ini, proses
pendidikan Islam mengalami banyak tantangan dan hambatan, akan tetapi para
tokoh Islam tetap giat dan gigih dalam memperjuangkannya.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 15


B. Masa Pemerintahan Jepang
1. Perkembangan Pendidikan dan Pengajaran
Kejayaan penjajah Belanda lenyap setelah Jepang berada di Indonesia.
Mereka bertekuk lutut tanpa syarat kepada Jepang. Tujuan Jepang ke Indonesia
adalah menjadikan Indonesia sebagai sumber bahan mentah dan tenaga
manusia yang sangat besar artinya bagi kelangsungan perang Pasifik. Hal ini
sesuai dengan cita-cita politik ekspansinya. Jepang menanamkan ideologi baru
yang disebut dengan Ideologi Hakko Ichiu atau ideologi bersama di Asia Timur
Raya. Meskipun demikian rakyat Indonesia tetap bergelora untuk lepas dari
belenggu penjajahan.

a) Pelatihan guru-guru:
Dengan melalui sekolah-sekolah diadakanlah pelatihan guru-guru. Mereka
dibebani tugas untuk menyebarkan ideologi baru tersebut. Setiap kabupaten
diwajibkan mengirimkan wakilnya untuk digembleng selama 3 bulan, jangka
waktu yang dirasa cukup menjepangkan para guru.
b) Perubahan-perubahan penting:
a) Hapusnya dualisme pangajaran: Berbagai jenis sekolah rendah yang
diselenggarakan pada zaman pemerintahan Belanda dihapuskan sama
sekali. Sekolah-sekolah desa diganti namanya menjadi Sekolah Pertama.
b) Bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi dan bahasa pengantar, bahasa
Jepang dijadikan mata pelajaran wajib dan adapt kebiasaan Jepang harus
ditaati.
Pada dasarnya kedatangan Jepang di Indonesia tidak ubahnya dengan
Belanda. Pendidikan Islam pada zaman penjajahan Jepang mengalami
hambatan yang cukup besar. Jepang campur ikut tangan dalam seluruh bidang
pendidikan agama.
Di Minangkabau, penjajahan Jepang lebih ringan dibandingkan dengan
Belanda. Pada masa penjajahan Jepang, pendidikan Islam berkembang cukup
pesat di Minangkabau, seperti madrasah Awaliyah. Di Kalimantan pada masa
penjajahn Jepang didirikan perkumpulan Madrasah-madrasah Islam Amuntasi
yang disingkat menjadi IMI.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 16


Jepang banyak melakukan pendekatan-pendekatan kepada umat Islam, hal
ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan dalam upaya memenangkan perang
Asia Timur Raya yang dipimpin oleh Jepang. Pada waktu Jepang mulai
mendapatkan berbagai kekalahan dan tekanan dari pihak sekutu, Jepang mulai
memeras kekayaan bumi Indonesia, Jepang banyak menekan bangsa Indonesia
sehingga banyak rakyat yang kelaparan. Mendapat tekanan seperti itu, berbagai
langkah pemberontakan mulai muncul, seperti PETA (Pembela Tanah Air).
Banyak para Kyai dan ulama yang ditangkap dan diperintah untuk
melakukan kerja paksa atau Romusha. Akibatnya dunia pendidikan Islam di
Indonesia menjadi terbengkalai, banyak madrasah-madrasah bubar karena
murid-muridnya menghindar dari kekejaman Jepang. Ada sedikit
keberuntungan bagi madrasah di dalam lingkungan pondok pesantren karena
lepas dari pengawasan Jepang.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Madrasah
Pendidikan pada zaman Jepang disebut Hakko Ichiu, yakni mengajak
bangsa Indonesia bekerja sama dalam rangka mencapai kemakmuran bersama
Asia Raya. Sekolah-sekolah pada zaman Belanda diganti dengan sistem
Jepang, yang semuanya untuk kepentingan perang. Kegiatan-kegiatan sekolah
antara lain:
a. Mengumpulkan batu, pasir untuk kepentingan perang;
b. Membersihkan bengkel-bengkel, asrama-asrama militer;
c. Menanam ubi-ubian, sayur-sayuran dipekarangan sekolah untuk
persediaan makanan;
d. Menanam pohon jarak untuk bahan pelumas.
Tujuan pendidikan pada zaman Jepang hanyalah untuk memenangkan
peperangan. Secara konkrit tujuan yang ingin dicapai Jepang adalah
menyediakan tenaga cuma-cuma dan prajurit-prajurit untuk membantu
peperangan bagi kepentingan Jepang.
Pada masa awal-awalnya madrasah dibangun dengan gencar-gencarnya
selagi ada angina segar yang diberikan oleh Jepang. Walaupun lebih bersifat
politis belaka, kesempatan itu tidak disia-siakan begitu saja oleh umat Islam

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 17


Indonesia. Hampir seluruh pelosok pedesaan terdapat madrasah Awaliyah yang
banyak dikunjungi. Oleh karena itu, meskipun dunia pendidikan terbengkalai,
madrasah-madrasah yang berada dalam lingkungan pondok pesantren bebas
dari pengawasan langsung pemerintahan Jepang. Pendidikan dalam pondok
Pesantren dapat berjalan dengan wajar.
c) Sikap Jepang terhadap Pendidikan Islam
Sikap Jepang terhadap pendidikan Islam ternyata lebih lunak, sehingga
ruang gerak pendidikan Islam lebih bebas dibandingkan dengan zaman
pemerintahan colonial Belanda. Masalahnya Jepang tidak begitu menghiraukan
kepentingan agama, yang mereka pentingkan adalah memenangkan perang.
Bila perlu, mereka memberikan keleluasaan kepada para pemuka agama dalam
mengembangkan pendidikannya.
Jepang memandang agama Islam sebagai salah satu sarana penting untuk
menyusupi lubuk rohaniah terdalam dari kehidupan masyarakat Indonesia dan
untuk meresapkan pengaruh pikiran serta cita-cita mereka pada bagian
masyarakat yang paling bawah. Untuk memudahkan rencana itu, diantaranya
Jepang mendirikan/ membentuk KUA, Masyumi dan pembentukan Hizbullah.

B. JUMLAH GURU, SEKOLAH DAN MURID

No. Lokasi Guru Sekolah Murid


1 Ternate 5 2 54
2 Makyan 1 1 12
3 Batsyan 1 1 12
4 Celebes 7 6 220
5 Tagulanda 3 2 148
6 Syaw (kep. Sangir) 4 4 263
7 Sangir 12 11 319
8 Ciburuang (Kaburang=Kaburu) di Kep. Talaud 1 2 29
Jumlah 34 29 1.057

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 18


Dalam bidang pendidikan agama pemerintah Hindia Belanda, mempunyai
sikap netral terhadap pendidikan agama di sekolah-sekolah umum, ini dinyatakan
dalam pasal 179 (2) I.S (Indische Staatsregeling) dan dalam beberapa ordonansi
yang secara singkatnya sebagai berikut :
Pengajaran umum adalah netral, artinya bahwa pengajaran itu diberikan dengan
menghormati keyakinan agama hanya boleh diluar jam sekolah.
Bila diklasifikasikan bentuk dan jenis lembaga pendidikan Islam pada masa
penjajahan Belanda pada awal dan pertengahan abad ke-20, adalah:
1. Lembaga pendidikan pesantren yang masih berpegang secara utuh kepada budaya
dan tradisi pesantren, yakni mengajarkan kitab-kitab klasik semata-mata.
2. Lembaga pendidikan sekolah-sekolah Islam, di lembaga ini disamping
mengajarkan ilmu-ilmu umum sebagai materi pokoknya, juga mengajarkan ilmu-
ilmu agama.
3. Lembaga pendidikan madrasah, lembaga ini adalah mencoba mengadopsi sistem
pesantren dan sekolah, dengan menampilkan sistem baru. Ada pula unsur-unsur
yang diambil dari sekolah.

Pendidikan pada masa Jepang di Indonesia, memperlihatkan gambaran yang


buruk, bila dibandingkan dengan masa pemerintahan Belanda. Sebagai gambaran
adalah, jumlah sekolah dasar dari 21.500 menurun menjadi 13.500, sekolah
lanjutan dari 850 menjadi 20. Perguruan tinggi terdiri dari 4 buah, tidak dapat
melakukan kegiatannya. Jumlah murid sekolah dasar merosot 30%, sekolah
menengah 90%. Guru sekolah dasar berkurang 35%, guru sekolah menegah aktif
sekitar 5%.
Kebijakan Jepang dalam pendidikan Islam ini adalah, pada tingkat rendah
Jepang merasa puas tidak mengawasinya secara langsung, berbeda dengan tingkat
lanjutan, sekolah guru dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi untuk diawasi dan
diatur oleh mereka sendiri. Diantara aturan-aturan yang ditegaskan pemerintah
Jepang dalam bidang pendidikan Islam adalah pada tahun 1943 melarang
pengajaran agama yang tidak wajib di sekolah-sekolah lanjutan negeri.
Selanjutnya dibulan yang sama didirikanlah organisasi yang bernama

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 19


Pergaboengan Goeroe Islam Indonesia, sebuah organisasi guru Islam yang
dibentuk oleh pemerintah Jepang.

C. PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Latar belakang pembaruan pendidikan islam di indonesia


Timbulnya pembaruan pemikiran Islam di Indonesia baik dalam bidang agama,
sosial dan pendidikan diawali dan dilatar belakangi oleh pembaruan pemikiran
Islam yang timbul di belahan dunia Islam lainnya, terutama diawali oleh
pembaruan pemikiran Islam yang timbul di Mesir, turki dan India. Latar belakang
pembaruan yang timbul di Mesir dimulai sejak kedatangan Napoleon ke Mesir.
Latar belakang pembaruan pendidikan Islam di Indonesia dipengaruhi oleh dua
faktor. Pertama pembaruan yang bersumber dari ide-ide yang muncul dari luar
yang dibawa oleh para tokoh atau ulama yang pulang ke tanah air setelah
beberapa lama bermukim di luar negeri (Mekkah, Madinah, Kairo). Ide-ide yang
mereka peroleh di perantauan itu menjadi wacana pembaruan etelah mereka
kembali ke tanah air.

Pembaruan dan kebangkitan pendidikan islam di indonesia


Steenbrink, menyebutkan ada beberapa faktor pendorong bagi pembaruan
pendidikan Islam di Indonesia pada permulaan abad kedua puluh, yaitu :
1. Sejak tahun 1900, telah banyak pemikiran untuk kembali ke Al-qur’an dan
Sunnah yang dijadikan titik tolak untuk menilai kebiasaan agama dan kebudayaan
yang ada. Tema sentralnya adalah menolak taklid. Dengan kembali ke Al-Qur’an
dan sunnah mengakibatkan perubahan dalam bermacam-macam kebiasaan agama.
2. Sifat perlawanan nasional terhadap penguasa kolonial Belanda.
3. Adanya usaha-usaha dari umat Islam untuk memperkuat organisasinya di bidang
sosial-ekonomi.
4. Pembaruan pendidikan Islam. Dalam bidang ini cukup banyak orang dan
organisasi Islam, tidak puas dengan metode tradisional dalam mempelajari Qur’an
dan studi agama.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 20


Masuknya ide-ide pembaruan pemikiran Islam ke Indonesia, sangat besar
pengaruhnya bagi terealisasinya pembaruan pendidikan.
Pembaruan pendidikan Islam di Indonesia ini dimulai dengan munculnya
Sekolah Adabiyah. Sekolah ini adalah setara sekolah HIS, yang didalamnya
agama dan Qur’an diajarkan secara wajib. Dalam tahun 1915, sekolah ini
menerima subsidi dari pemerintah dan mengganti namanya menjadi Hollandsch
Maleische School Adabiyah.

Lembaga pendidikan islam pada masa pembaruan


Lembaga pendidikan Islam yang muncul di Indonesia, untuk menyahuti ide
pembaruan itu adalah madrasah. Madrasah yang dalam bahasa Indonesia
ekuivalen dengan sekolah. Di dunia Islam perkataan madrasah sudah lama
dikenal, misalnya madrasah yang didirikan oleh Nuruddin. Zinki penguasa Syiria
dan Mesir. Beliaulah yang mula-mula mendirikan madrasah di Damaskus. Tidak
kalah terkenalnya juga madrasah yang didirikan oleh Nizamul Mulk.
Masuknya ide-ide pembaruan pemikiran Islam di Indonesia menginspirasi para
pembaru untuk mengadopsi nama madrasah sebagai nama sebuah lembaga
pendidikan Islam yang telah disemangati oleh semangat baru.

Ciri-ciri pendidikan islam pada masa pembaruan


Ada beberapa indikasi pendidikan Islam sebelum dimasuki oleh ide-ide
pembaruan :
1. Pendidikan yang bersifat non klasikal. Pendidikan ini tidak dibatasi atau
ditentukan lamanya belajar seseorang berdasarkan tahun. Jadi seseorang bisa
tinggal disuatu pesantren, satu tahun atau dua tahun, atau boleh jadi beberapa
bulan saja, bahkan mungkin juga belasan tahun.
2. Mata pelajaran adalah semata-mata pelajaran agama yang bersumber dari
kitab-kitab klasik. Tidak ada diajarkan mata pelajaran umum.
3. Metode yang digunakan adalah metode sorogan, wetonan, hafalan dan
muzakarah.
4. Tidak mementingkan ijazah sebagai bukti yang bersangkutan telah
menyelesaikan atau menamatkan pelajarannya.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 21


5. Tradisi kehidupan pesantren amat dominan dikalangan santri dan kiai. Ciri dari
tradisi itu adalah antara lain kentalnya hubungan antara kiai dan santri.

D. LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Pesantren
1. Pengertian
Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan “pe” dan
akhiran “an” yang berarti tempat tinggal santri.
Elemen-elemen pokok pesantren adalah : pondok, masjid, santri, pengajaran
kitab-kitab klasik dan kiai. Ada juga yang menyebutkan unsur-unsur pokok
pesantren itu hanya tiga, yaitu :
 Kiai yang mendidik dan mengajar
 Santri yang belajar
 Masjid tempat mengaji

Namun bila dilihat kenyataan yang sesungguhnya bahwa persyaratan


elemen-elemen yang lima macam itu lebih mengena sebagai unsur-unsur
pokok dari suatu pesantren.
 Pondok
 Masjid
 Santri
 Kiai
2. Pola-pola Pesantren
Dari sekian banyak pesantren dapat dipolakan secara garis besar kepada dua
pola. Pertama berdasarkan bangunan fisik, kedua berdasarkan kurikulum.
Berdasarkan bangunan fisik dapat dipolakan sebagai berikut:
 Pola I : Masjid, rumah kiai
 Pola II : masjid, rumah kiai, pondok.
 Pola III : Masjid, rumah kiai, pondok, madrasah.
 Pola IV : Masjid, rumah Kiai, Pondok, Madrasah, Tempat keterampilan.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 22


 Pola V : masjid, rumah Kiai, pondok, Madrasah, tempat keterampilan,
Universitas gedung pertemuan, tempat olahraga, sekolah umum.
3. Ciri-ciri Umum Pendidikan Pesantren
Sesuai dengan latar belakang sejarah pesantren, dapat dilihat tujuan utama
didirikannya suatu pesantren adalah untuk mendalami ilmu-ilmu agama.
Diharapkan seseorang santri yang keluar dari pesantren telah memahami
beraneka ragam mata pelajaran agama dengan kemampuan merujuk kepada
kitab-kitab klasik. Metode yang digunakan adalah metode wetonen, sorogan,
dan hafalan.
4. Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Inti pokok dari suatu pesantren adalah pusat pengkajian ilmu-ilmu
keagamaan Islam, seperti fikih, tauhid, tafsir, hadits, tasawuf, bahasa Arab, dan
lain sebagainya. Ilmu-ilmu yang diajarkan itu terbatas dalam ruang lingkup
ilmu-ilmu yang digolongkan kepada ilmu-ilmu agama, sebagai perbedaan
dengan ilmu-ilmu yang digolongkan kepada ilmu umum.

Sekolah
1. Pengertian
Dalam buku-buku mengenai teori pendidikan dijelaskan bahwa sekolah
adalah merupakan salah satu dari tripusat pendidikan disamping rumah tangga
dan masyarakat. Walaupun kegiatannya dikelompokkan kepada lingkungan
atau melieu pendidikan, namun dari segi-segi teknis pelaksanaan pendidikan
terdapat perbedaan antara satu dengan lainnya.
2. Perkembangan sekolah
a) Sebelum Kemerdekaan
Dalam rangka memperbaiki pengajaran rendah bagi bumi putera, maka
pada tahun 1907 diambil dua tindakan penting :
 Member corak dan sifat ke Belanda-Belandaan pada sekolah-sekolah kelas
I. sekolah-sekolah kelas I dimasukkan bahasa Belanda sebagai mata
pelajaran, dan mulai diberikan sejak kelas III sampai kelas V. dikelas VI

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 23


bahasa Belanda dijadikan bahasa pengantar dan pada tahun 1914 sekolah
kelas I itu dijadikan HIS (Hollands Inlandse School).
 Mendirikan sekolah-sekolah desa. Atas perintah Gubernur Jenderal Van
Heutsz, pada tahun 1907 didirikanlah sekolah-sekolah desa.
b) Zaman kemerdekaan
Dalam pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa salah satu dari tujuan
Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk
tercapainya cita-cita tersebut maka pemerintah dan rakyat Indonesia berusaha
membangun dan mengembaangkan pendidikan semaksimal mungkin.
Sejak diungkapkannya UU no. 2 Tahun 1989 Undang-Undang tentang
Sistem Pendidikan Nasional, ditindak lanjuti dengan lahirnya Peraturan
Pemerintah yang berkenaan dengan pendidikan yang meliputi :
 PP no. 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah
 PP No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar
 PP No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah
 PP No. 30 Tahun 1990 yang kemudian diganti dengan PP 60 Tahun 1990,
tentang Pendidikan Tinggi
 PP No. 72 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa
 PP No. 73 tentang Pendidikan Luar Sekolah
 PP No. 38 Tahun 1992 tentang Kependidikan
 PP No. 39 Tahun 1992 tentang Peran serta Masyarakat dalam Pendidikan

Madrasah
1. Pengertian Madrasah
Madrasah berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah tempat belajar.
Padanan Madrasah dalam bahasa Indonesia adalah sekolah lebih dikhususkan
lagi sekolah-sekolah agama Islam.
System pendidikan di Madrasah mirip dengan system sekolah umum di
Indonesia. Pelajaran-pelajaran yang diajarkan telah tercentum dalam daftar
pelajaran yang telah diuraikan dari kurikulumnya.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 24


Ditinjau dari segi tingklatannya, Madrasah dibagi kepada :
a. Tingkat Ibtidaiyah (Tingkat Dasar)
b. Tingkat Tsanawiyah (Tingkat Menengah)
c. Tingkat Aliyah (Tingkat Menengah Atas)
2. Perkembangan Madrasah
3. Madrasah sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Menurut peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1946 dan Peraturan
Menteri Agama Nomor 7 Tahun 1950, madrasah mengandung makna :
a. Tempat pendidikan yang diatur sebagai sekolah dan membuat pendidikan
dan ilmu pengetahuan agama Islam menjadi pokok pengajarannya.
b. Pondok dan pesantren yang memberi pendidikan setingkat dengan
Madrasah.
4. Hakikat Madrasah SKB Tiga Menteri
Madrasah SKB Tiga Menteri adalah hasil kesepakatan tiga departemen,
yaitu Departemen dalam Negeri, Departemen Agama dan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Hakikatnya adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan di madrasah.
Hakikat dari SKB tiga Menteri adalah :
a. Ijazah Madrasah mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah lebih
umum yang setingkat.
b. Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat atas.
c. Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat.
5. Madrasah pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989
Periode ini adalah periode dimana madrasah telah dibawah aturan Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU No. 2 Tahun 1989) dan diatur pula
oleh peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan ini adalah PP No. 28 dan 29.
Selanjutnya untuk menindaklanjuti pelaksanaan Peraturan Pemerintah itu
Menteri Pendidikan dan Kabudayaaan serta menteri Agama masing-masing
mengeluarkan Surat keputusan.
Di dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 12,13 dan 15 Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka dipandang

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 25


perlu untuk menetapkan peraturan pemerintah tentang pendidikan pra sekolah,
pendidikan dasar, pendidikan menengah. Berkenaan dengan itu lahirlah :
a. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Prasekolah.
b. Peraturan Pemerintah (PP) No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar.
c. Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah.
6. Madrasah pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Fungsi, peranan dan status madrasah secara substansial pada Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 ini tidak berbeda dengan madrasah pada Undang-
Undang No. 2 Tahun 1989. Hanya saja dilihat dari yuridisnya, madrasah pada
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 lebih kuat dan kukuh, karena penyebutan
nomenklaur madrasah masuk dalam batang tubuh undang-undang, berbeda
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989, peristilahan madrasah hanya diatur pada
Peraturan pemerintah dan Surat Keputusan Menteri. Madrasah Ibtidaiyah dan
Madrasah Tsanawiyah dijelaskan pada peraturan pemerintah No. 28 Tahun
1990. Sedangkan perkataan Madrasah Aliyah disebutkan pada keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 489/U/1992. Perkataan madrasah
pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dapat ditemukan pada Pasal 17 dan
18.

Sekolah-sekolah dinas
Setelah Indonesia merdeka, ditetapkan departemen yang membidangi dan
mengurus masalah agama adalah Departemen Agama.
Sekolah dinas maksudnya adalah setelah lulus dari sekolah tersebut diangkat
menjadi pegawai negeri dank arena itu murid-murid di kedua sekolah ini harus
berkaitan dinas sesuai dengan Peraturan Menteri Agama 8 Tohon1951. Karena
kekurangan anggaran Negara sejak tahun 1969 tidak lagi di sediakan ikatan dinas.

Pendidikan tinggi islam


Umat Islam pada zaman colonial Belanda telah memiliki cita-cita untuk
mendirikan perguruan tinggi, apalagi dikalangan pemerintah colonial Belanda

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 26


sudah lama berdirinya lembaga pendidikan tinggi, misalnya Sekolah Tehnik
didirikan tehun 1920 di Bandung, dan sekolah tinggi hokum didirikan tahun 1920
di Jakarta, sekolah tinggi Kedokteran berdiri tahun 1927 di Jakarta.
Muhammad Yunus mengemukakan perguruan Tinggi yang pertama yang
dipelopori oleh Persatuan Guru-guru Agama Islam adalah di Sumatera Barat.
Pendidikan ini dibuka dari 2 fakultas :
 Fakultas Syari’at (Agama)
 Fakultas Pendidikan dan Bahasa Arab

Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)


Berdirinya PTAIN diresmikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34
Tahun 1950, baru beroperasi secara praktis pada tahun 1951. Dimulailah
perkuliahan perdana pada tahun tersebut dengan jumlah mahasiswa 67 orang dan
28 orang siswa persiapan dengan pimpinan fakultasnya adalah KH. Adnan.
PTAIN ini memiliki jurusan Tarbiyah, Qadha, dan Dakwah dengan lama
belajar 4 tahun pada tingkat bakalaureat dan Doktoral. Mata pelajaran agama
didampingi mata pelajaran umum terutama yang berkenaan dengan jurusan.

Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA)


Lama belajar di AIDA ini adalah 5 tahun yang dibagi kepada dua tingkatan,
tingkat semi akademik lama belajar 3 tahun, sedangkan tingkat akademik lama
belajarnya 2 tahun. Masing-masing tingkat terdiri dari dua jurusan, yakni jurusan
pendidikan agama dan jurusan sastra arab.
Syarat untuk menjadi mahasiswa AIDA adalah lulusan atau berijazah SGAA,
PGAA, atau PHIN, mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 2 tahun dan
berumur tidak lebih dari 30 tahun.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN)


Setelah PTAIN berusia kurang lebih 9 tahun, maka lembaga pendidikan tinggi
dimaksud telah mengalami perkembangan. Dengan perkembangan tersebut
dirasakan bahwa tidak mampu menampung keluasan cakupan ilmu-ilmu
keislaman tersebut kalau hanya berada disatuan payung fakultas saja.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 27


Beberapa problem yang dihadapi IAIN :
 Raw Input
 Tenaga Pengajar
 Out Put
 Proses Belajar Mengajar
 Kurikulum
 Pendanaan

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)


Untuk menyahuti peraturan yang berlaku, yakni untuk menghindari tidak
terjadinya kasus-kasus yang tidak di inginkan yakni duplikasi fakultas, serta untuk
menjadikan fakultas-fakultas daerah itu mandiri, dan lebih dapat mengembangkan
dirinya tidak terikat dengan berbagai peraturan yang agak mengekang oleh IAIN
induknya, maka fakultas-fakultas daerah itu dipisahkan dari IAIN induknya
masing-masing yang secara administrasi tidak lagi memiliku ikatan dengan IAIN
induk masing-masing. Setelah dipisahkan itu bernamalah lembaga ini menjadi
STAIN yang mungkin dahulu bernama Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel
Malang, berubah menjadi STAIN Malang.

Universitas Islam Negeri (UIN)


Sejak tahun 2002 telah terjadi perubahan bagi sebagian IAIN menjadi UIN,
yaitu IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta berubah menjadi UIn Syarif Hidayatullah
Jakarta berdasarkan keputusan Presiden No. 31 Tahun 2002 Tanggal 20 Mei
2002. Seterusnya diikuti oleh beberapa IAIN dan satu STAIN.
Dasar pemikiran yang penting tentang pembukaan IAIN ke UIN itu adalah :
1. Integritas antara bidang ilmu agama dengan bidang ilmu umum sehingga antara
kedua ilmu itu menjadi menyatu, sehingga tidak terjadi dikhotomi.
2. Berubahnya status madrasah sebagai sekolah yang berciri khas agama Islam.
Sehingga tamatan Madrasah Aliyah lebih dipersiapkan untuk memasuki
universitas madrasah diajarkan ilmu-ilmu yang sama dengan apa yang
diajarkan di sekolah.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 28


3. Alumni UIN lebih terbuka kesempatan untuk mobilitas vertical ketimbang
alumni IAIN dan lebih beragam lapangan kerja yang bisa dimasuki mereka.

Pendidikan islam non formal


Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 26 telah memberi batasan tentang
apa yang dimaksud dengan pendidikan non formal. Satuan pendidikan non formal
terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan
belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan pendidikan sejenis.

E. PENDIDIKAN ISLAM DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Kedudukan agama di Indonesia


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religious, sikap hidup religious ini telah
dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Sejak kepercayaan
animism,dinamisme, berkembang dimasyarakat Indonesia, kemudian masuknya
agama Hindu dan Budha ke Indonesia di iringi dengan masuknya agama Islam,
terakhir masuknya agama Kristen, mebuktikan bahwa masyarakat Indonesia
adalah masyarakat beragama.
Sesudah Indonesia merdeka maka pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkanlah
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dari Pancasila. Esensi dari
pencantuman asas ini bukanlah sesuatu pernyataan yang pasif akan tetapi
mengundang artio pernyataan aktif. Maksudnya adalah jika Negara telah
menetapkan salah saru asasnya adalah Katuhanan Yang Maha Esa, maka Negara
dan seluruh masyarakat Indonesia mesti proaktif untuk merealisasi agar terwujud
secara aktif makna ketuhanan Yang Maha Esa itu. Perwujudan yang proaktif itu
adalah antara lain :
1. Setiap masyarakat Indonesia mestilah mengamalkan agamanya masing-masing.
2. Di dalam pengamalan tersebut masing-masing penganut agama diberi
kebebasan sesuai dengan agama yang dianutnya.
3. Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan kemudahan, fasilitas serta
terwujudnya toleransi dalam mengamalkan ajaran masing-masing.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 29


4. Pemerintah dan masyarakat sama-sama bertanggung jawab atas terlaksananya
pendidikan agama baik formal, informal maupun nonformal.
5. Semangat menjalankan agama masing-masing tersebut mesti direkat dengan
semangat toleransi kehidupan beragama.
6. Pemerintah dan masyarakat sama-sama menjalin dan bertanggung jawab agar
praktik-praktik kehidupan yang akan menggoncangkan sendi-sendi kehidupan
beragama mesti dihindari.

Kedudukan pendidikan islam di Indonesia


Kajian historis seperti yang diungkapkan terdahulu bahwa pendidikan Islam di
Indonesia, telah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia. Pendidikan itu
pada tahap awal terlaksana atas adanya kontak antara pedagang atau mubaligh
dengan masyarakat sekitar, bentuknya lebih mengarah kepada pendidikan
informal. Setelah berdiri kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia maka pendidikan
Islam tersebut berada dibawah tanggung jawab kerajaan Islam. Dan pendidikan
tidak hanya berlangsung di langgar-langgar atau masjid, tetapi ada yang
dilaksanakan di lembaga pendidikan pesantren.

Pembinaan pendidikan islam pasca UU no. 22 tahun 1999


Salah satu tuntutan reformasi adalah adanya otonomi daerah, berkenaan dengan
itu diberlakukannya dua undang-undang. Pertama, Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan antara pusat dan daerah. Arus dari tuntutan
otonomisasi ini adalah demokratisasi. Suara dari segala penjuru dunia sangat
gencar saat sekarang ini menegakkan demokratisasi dan Hak Asasi Manusia
(HAM).
Salah satu bagian dari penyelenggaraan Negara yang diotonomkan itu adalah
pendidikan. Gelombang demokratisasi dalam pendidikan menuntut adanya
desentralisasi pengelolaan pendidikan.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 30


Pemberdayaan pendidikan islam
Kualitas pendidikan banyak yang ditentukan oleh beberapa factor, Raw Input
(bahan baku) dibentuk melalui proses belajar mengajar (learning teaching
Process).
Beberapa hal yang paling penting mendapat perhatian pada lembaga-lembaga
pendidikan Islam adalah :
1. Tenaga pendidik
2. Sarana dan fasilitas
3. Beban kurikulum
4. Structural dan kultural

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 31


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Pendidikan islam di indonesia pada zaman kerajaan islam, antara lain :


 Zaman Kerajaan Islam ke-1 di Aceh
 Zaman Walisongo
 Zaman Kerajaan Islam di Maluku
 Zaman Kerajaan Islam di Kalimantan
 Zaman Kerajaan Islam di Sulawesi
2. Lembaga-lembaga pendidikan islam awal di indonesia
 Masjid dan Langgar
 Pesantren
 Meunasah, Rangkang dan Dayah
 Surau
3. Latar belakang pembaruan pendidikan Islam di Indonesia dipengaruhi oleh dua
faktor. Pertama pembaruan yang bersumber dari ide-ide yang muncul dari luar
yang dibawa oleh para tokoh atau ulama yang pulang ke tanah air setelah
beberapa lama bermukim di luar negeri (Mekkah, Madinah, Kairo). Ide-ide yang
mereka peroleh di perantauan itu menjadi wacana pembaruan etelah mereka
kembali ke tanah air.
4. Lembaga-lembaga pendidikan islam di indonesia, anatar lain :Pesantren, Sekolah.
Madrasah, Sekolah-sekolah dinas, Pendidikan tinggi islam, Perguruan Tinggi,
Agama Islam Negeri (PTAIN), Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA), Institut
Agama Islam Negeri (IAIN), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN),
Universitas Islam Negeri (UIN) dan Pendidikan islam non formal.
5. Beberapa hal yang paling penting mendapat perhatian pada lembaga-lembaga
pendidikan Islam adalah: Tenaga pendidik, Sarana dan fasilitas, Beban kurikulum,
Structural dan kultural

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 32


DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis. 2011. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.


Subhan, Arief.2012.Lembaga Pendidikan Islam Indonesia abad ke-20.jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
http://berbagikeindahanilmu.blogspot.co.id/2014/12/sejarah-pendidikan-islam-di-
indonesia.html
http://syehaceh.wordpress.com/2009/04/18/sekilas-tentang-rangkang/.
http://mufeecrf.blogspot.com/2009/10/pendidikan-pada-masa-awal
masuknya.html.

Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia Page 33

Anda mungkin juga menyukai