1129 - Laporan Praktikum Farmakokinetika-Disolusi
1129 - Laporan Praktikum Farmakokinetika-Disolusi
1129 - Laporan Praktikum Farmakokinetika-Disolusi
Disusun Oleh:
Golongan/Kelompok: P/C
Laboratorium Bioanalisis
Fakultas Farmasi
2017
I. Tujuan Praktikum
Untuk menentukan parameter farmakokinetika disolusi Asam Mefenamat.
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke
dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya bagi ketersediaan suatu obat
sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum
diabsorbsi ke dalam tubuh. Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk padat atau
semi padat, seperti kapsul, tablet atau salep. (Ansel, 1985).
Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larut dalam cairan pada
tempat absorbsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet
atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat larut dalam cairan pada suatu
tempat dalam saluran lambung-usus. Dalam hal dimana kelarutan suatu obat tergantung dari
apakah medium asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan berturut-turut dalam
lambung dan dalam usus halus. Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi (Ansel, 1985).
Asam mefenamat merupakan analgetik non steroid yang dapat digunakan sebagai
analgesik dan antiinflamasi, Asam Mefenamat kurang efektif dibandingkan Aspirin karena
Asam Mefenamat terikat sangat kuat dengan protein plasma. Asam Mefenamat bekerja dengan
cara menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi
prostaglandin terganggu. Asam mefenamat merupakan analgetik yang praktis tidak larut dalam
air dan termasuk BCS II (BioPharmaceutical Classification System) dengan kelarutan rendah
dan permeabilitas tinggi sehingga mempengaruhi bioavailabilitas obat, sehingga disolusi
menjadi tahap penentuan kecepatan absorbsi obat dan mempengaruhi bioavailabilitas dalam
darah. Dispersi padat merupakan salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan
kecepatan disolusi dan absorbsi obat yang tidak mudah larut dalam air.
Farmakokinetika Asam Mefenamat diabsorbsi di saluran pencernaan. Kadar tertinggi
dicapai dalam waktu 2 jam. Asam Mefenamat terikat sangat kuat pada protein plasma, dengan
demikian interaksi obat dengan antikoagulan perlu diperhatikan. Dosis Asam Mefenamat
adalah 2-3 kali 250 mg-500 mg sehari. 50% dari dosis obat yang diberikan diekskresi melalui
urine dalam bentuk metabolit yang terkonjugasi. Asam Mefenamat diabsorbsi dalam usus
descending pH basa 7,5-8,8. Waktu paruh Asam Mefenamat berkisar 2-4 jam (Md 36th, p. 80).
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul, misalnya dispepsia, diare, sampai
diare berdarah dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.
III. Alat dan Bahan
Alat
- Spektrofotometer
- Alat Uji Disolusi
- Spuit & Selang
- Vortex
- Timbangan Analitik
- Membran Filter Holder
- Pipet 200 l - 1000 l
- Vial
Bahan
TL : 230C
BM : 241,29
Pka : 4,2
Asam Mefenamat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Tablet Asam Mefenamat mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket. (British Pharmacopenia, 1993).
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, melebur pada suhu lebih kurang 230
disertai peruraian.
Kelarutan : Larut dalam larutan alkali hidroksida, agak sukar larut dalam kloroform, sukar larut
dalam etanol dan dalam metanol, praktis tidak larut dalam air.
Farmakologi : Untuk mengurangi inflamasi, nyeri, demam dengan cara menghambat aktivitas
COX dan sintesa prostaglandin.
Dosis : 500 mg
Indikasi : NSAID
k disolusi 0,0011/menit
% ED 75%
% Wt 85%
C45 menit
Parameter Disolusi
Dosis : 500 mg
500𝑚𝑔/900𝑚𝑙
Sink Condition : 900 ml = 𝑥100% = 32,93%
500𝑚𝑔/30𝑚𝑙
0,2 1,5
Cmin = 346 𝑥10000 = 5,78 𝑝𝑝𝑚 Cmax = 346 𝑥10000 = 43,35 𝑝𝑝𝑚
50 𝑚𝑔
Csampel = 𝑥1000 = 1000 𝑝𝑝𝑚
50 𝑚𝑙
0,08
C1 = 𝑥1000 = 8 𝑝𝑝𝑚
10
0,1
C2 = 𝑥1000 = 10 𝑝𝑝𝑚
10
0,12
C3 = 𝑥1000 = 12 𝑝𝑝𝑚
10
0,14
C3 = 𝑥1000 = 14 𝑝𝑝𝑚
10
0,16
C4 = 𝑥1000 = 16 𝑝𝑝𝑚
10
0,18
C5 = 𝑥1000 = 18 𝑝𝑝𝑚
10
0,2
C6 = 𝑥1000 = 20 𝑝𝑝𝑚
10
Pipet 0,08 ml lalu tambahkan media disolusi sampai 10 ml, pindahkan ke vial baru kering dan
bersih
Filtrasi dengan filter holder (buang 2-3 tetes), tampung pada vial kering dan bersih
V. Hasil Praktikum
50,3 𝑚𝑔
Csampel = 𝑥1000 = 1006 𝑝𝑝𝑚
50 𝑚𝑙
0,08
C1 = 𝑥1006 = 8,048 𝑝𝑝𝑚
10
0,1
C2 = 𝑥1006 = 10,06 𝑝𝑝𝑚
10
0,12
C3 = 𝑥1006 = 12,072 𝑝𝑝𝑚
10
0,14
C3 = 𝑥1006 = 14,084 𝑝𝑝𝑚
10
0,16
C4 = 𝑥1006 = 16,096 𝑝𝑝𝑚
10
0,18
C5 = 𝑥1006 = 18,108 𝑝𝑝𝑚
10
0,2
C6 = 𝑥1006 = 20,12 𝑝𝑝𝑚
10
Analisis Data
Pengamatan λ maks
λ Absorbansi
273 nm 0,345
275 nm 0,377
277 nm 0,411
279 nm 0,444
281 nm 0,475
283 nm 0,505
285 nm 0,528
287 nm 0,542
289 nm 0,548 λ maks, Abs maks
291 nm 0,546
293 nm 0,539
Baku
Penimbangan asam mefenamat = 50,3 mg
C Abs
6,036 0,251
8,048 0,355
10,06 0,495
12,072 0,548
14,084 0,629
16,096 0,729
20,12 0,916
24,144 1,03
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30
Sampel
%Wt
Abs C C' Wt ~ ~
Time Pengenceran F.P. AUC AUC %Wt Wt -Wt ln (Wt -Wt) terhadap dosis-Wt
Sampel (ppm) (ppm) (mg)
dosis
2 1 ad 5 5 0,276 5,89 29,45 29,45 26,50 26,50 12,64 183,16 5,21 5,30 473,49
4 1 ad 5 5 0,321 6,93 34,66 64,11 31,19 57,70 14,88 178,48 5,18 6,24 468,81
6 1 ad 5 5 0,808 18,20 91,02 125,68 81,92 113,11 39,07 127,75 4,85 16,38 418,08
8 1 ad 5 5 0,621 13,88 69,38 160,40 62,44 144,36 29,78 147,23 4,99 12,49 437,56
10 0,5 + 0,5 ad 5 10 0,451 9,94 99,41 168,79 89,47 151,91 42,67 120,20 4,79 17,89 410,53
12 0,5 + 0,5 ad 5 10 0,543 12,07 120,70 220,11 108,63 198,10 51,81 101,04 4,62 21,73 391,37
14 0,5 + 0,5 ad 5 10 0,561 12,49 124,87 245,58 112,38 221,02 53,60 97,29 4,58 22,48 387,62
16 0,5 + 0,5 ad 5 10 0,697 15,64 156,35 281,22 140,72 253,10 67,11 68,95 4,23 28,14 359,28
18 0,5 + 0,5 ad 5 10 0,701 15,73 157,28 313,63 141,55 282,26 67,51 68,12 4,22 28,31 358,45
20 0,5 + 0,5 ad 5 10 0,800 18,02 180,19 337,47 162,17 303,72 77,35 47,50 3,86 32,43 337,83
30 0,5 + 0,5 ad 5 10 0,701 15,73 157,28 1687,34 141,55 1518,61 67,51 68,12 4,22 28,31 358,45
40 0,5 + 0,5 ad 5 10 1,028 23,30 232,97 1951,22 209,67 1756,10 100,00 0 - 41,93 290,33
50 0,5 + 0,5 ad 5 10 0,933 21,10 210,98 2219,72 189,88 1997,75 90,56 19,79 2,98 37,98 310,12
60 0,5 + 0,5 ad 5 10 1,019 23,09 230,88 2209,31 207,80 1988,38 99,11 1,87 0,63 41,56 292,20
88 0,5 + 0,5 ad 5 10 1,006 22,79 227, 87 2293,79 205,09 2064,42 97,81 4,58 1,52 41,02 294,91
Perhitungan %ED terhadap C’ sampel
= 232,97 x 88
= 20501,36
∑ AUC
%ED = x 100%
𝐿.𝑎𝑟𝑒𝑎
12307,82
= x 100%
20501,36
= 60,03%
∑ AUC
%ED dosis = x 100%
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥 𝑡
12307,82
= x 100%
500 𝑥 88
= 27,97%
= 209,67 x 88
= 18450,96
∑ AUC
%ED = x 100%
𝐿.𝑎𝑟𝑒𝑎
11077,04
= x 100%
18450,96
= 60,04%
∑ AUC
%ED dosis = x 100%
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥 𝑡
11077,04
= x 100%
500 𝑥 88
= 25,18%
6.00
5.00
4.00
ln(Wt~-Wt)
3.00
y = -0.0469x + 5.2102
R² = 0.7487
2.00
1.00
0.00
0 5 10 15 20 25 30 35
t
Regresi t vs ln (Wt~-Wt)
y = -0,046x + 5,210
0,693
t ½ dis =
0,046
= 15,06 menit
6.20
6.10
6.00
ln(dosis-Wt)
5.90
5.80
5.70
Regresi t vs ln(dosis-Wt)
y = -0,005x + 6,053
0,693
t ½ dis =
0,005
= 138,6 menit
140.00
y = 0.9968x + 35.641
120.00 R² = 0.6929
100.00
80.00
%Wt
60.00
40.00
20.00
0.00
0 20 40 60 80 100
t
Regresi t vs %Wt
y = 0,996x + 35,64
y = 0,996 . 45 +35,64
y = 80,46
60.00
y = 0.4181x + 14.944
50.00 R² = 0.693
%Wt terhadap dosis
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0 20 40 60 80 100
t
VI. Pembahasan :
t vs wt
250
200
150
wt
100
t vs wt
50
0
0 20 40 60 80 100
t
(Grafik 1.1)
Dari hasil grafik 1.2 perbandingan wt vs t dengan C’sampel vs t didapatkan hasil seperti grafik di
bawah ini :
200
wt dan C'sampel
150
wt
100
c' sampel
50
0
0 20 40 60 80 100
t
(Grafik 1.2)
Pada grafik 1.2 menunjukkan bahwa grafik wt dan c’ sampel pada cuplikan menit ke-40 hingga
cuplikan pada menit ke-88 tidak saling berhimpit.
%Wt
120
100
80
%Wt 60
%Wt
40
20
0
0 20 40 60 80 100
t
(Grafik 1.3)
Grafik 1.3 menunjukkan hubungan antara %Wt terhadap waktu. Dari hasil grafik ini menunjukkan
adanya penurunan pada cuplikan menit ke-8 , hal ini menunjukkan penurunan grafik dikarenakan
pada waktu pengambilan cuplikan yang kurang tepat yaitu selang kurang masuk ke dalam pada
bejana disolusi sehingga mempengaruhi sampel sehingga grafik tersebut tampak menurun. Pada
menit ke-30 dan menit ke-50 terjadi fluktuasi menuju baseline.
wt~-wt
200
180
160
140
120
wt~-wt
100
80 wt~-wt
y = -7.4438x + 195.85
60 R² = 0.9486 Linear (wt~-wt)
40
20
0
0 5 10 15 20 25
t
(Grafik 1.4)Grafik 1.4 menunjukkan hubungan antara Wt~-Wt terhadap waktu. Data yang
dipakai adalah dari cuplikan menit ke-2 sampai cuplikan menit ke-20, sedangkan data pada menit
ke-30 hingga menit ke-88 dihilangkan karena terjadi fluktuasi menuju baseline sehinggan data
yang dimasukkan dari cuplikan menit ke-2 sampai cuplikan menit ke-20.
ln (Wt~-Wt)
6
4
ln(wt~-wt)
3
ln (Wt~-Wt)
2
0
0 10 20 30 40 50
t
(Grafik 1.5)
Grafik 1.5 menunjukkan hubungan antara ln(Wt~-Wt) terhadap waktu. Data yang dipakai mulai
dari cuplikan menit ke-2 sampai cuplikan menit ke-20.
Pada praktikum di atas , kelompok kami mengalami kenaikan suhu yang seharusnya dijaga
tetap 370 namun suhu naik sampai 440 , dari hal ini suhu juga berpengaruh terhadap pengujian
tersebut. Selain suhu pH juga berpengaruh terhadap kelarutan, sebab kelarutan dari suatu
komponen dipengaruhi oleh suhu, tekanan dan pH pelarut. Salah satu faktor berpengaruh terhadap
kelarutan kebanyakan obat yang mengandung gugus terion yakni pH. Karena pH berpengaruh
terhadap kelarutan senyawa organik yang mengandung gugus yang mudah terionisasi. Senyawa
organik yang bersifat asam lebih mudah larut dalam larutan basa karena terjadi ionisasi. Bentuk
terion lebih mudah berinteraksi dengan molekul air sehingga lebih mudah larut.
Dari semua hasil grafik dan data yang dihasilkan oleh kelompok kami dapat dikatakan
bahwa praktikum kami menunjukkan hasil yang cukup baik, walaupun masih ada kekurangan dari
data dan grafik yang dihasilkan.
VII. Kesimpulan
1. Dari hasil keseluruhan uji parameter disolusi obat asam mefenamat, hasil yang
didapatkan cukup baik hanya saja pada cuplikan/ menit ke-8 diperoleh data grafik
menurun.
2. Dari grafik uji disolusi %WT pada menit ke-8 didapatkan hasil grafik menurun
dikarenakan larutan pada saat diambil tidak pada bagian yang sama dari cairan yaitu
tidak tepat disamping keranjang sampel sehingga mengakibatkan perbedaan kadar
zat aktif pada sampel yang sedang diuji.