Laporan Virologi
Laporan Virologi
Laporan Virologi
Disusun oleh:
I Putu Gede Kusuma Yuda, SKH B94174227
Kelompok E 1
PPDH Angkatan II Tahun 2017/2018
Dosen Pembimbing:
Dr Drh Okti Nadia Poetri, MSc, MSi
Tujuan
Tujuan dari dilakukannya pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui virus yang
menginfeksi unggas serta meneguhkan diagnosa terhadap penyakit yang diderita unggas yang
diperiksa.
METODOLOGI
Metode Kerja
Anamnesa
Sampel swab dan organ berasal dari ayam di peternakan ayam broiler milik bapak Iwan
di Desa Petir, Kabupaten Bogor. Ayam sudah divaksinasi dengan vaksin aktif ND pada umur
4 hari dan IBD pada umur 12 hari. Riwayat penyakit sebelumnya dipeternakan tersebut adalah
kolibasilosis, gumboro, dan omphalitis. Belum pernah dilaporkan terjadi kejadian wabah ND,
namun sekarang banyak ayam yang mengalami gangguan kesehatan dan kematian mendadak.
Ayam terlihat memiliki bulu kusam, kulit, pial dan jengger berwarna kebiruan, mengalami
ascites, mengalami diare berwarna putih, dan mengalami kematian mendadak.
Diagnosa
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, ayam diduga menderita menderita avian
influenza. Hasil nekropsi dtemukan adanya perdarahan pada proventrikulus ayam yang
merupakan gejala khas ND pada ayam,sehingga diagnose ayam terinfeksi newcastle disease
dengan diagnose banding adalah avian influenza.
A B C
Gambar 2A Embrio kontrol yang dimatikan 24 jam setelah inokulasi, 2B,C Embrio
kontrol yang mati 24 jam setelah inokulasi virus.
A B
Gambar 3A Embrio kontrol yang dimatikan 48 jam setelah inokulasi. 3B Embrio ayam yang
mati 48 jam setelah inokulasi virus.
A B C
Gambar 4A Embrio kontrol yang dimatikan 72 jam setelah inokulasi. 4B,C Embrio
ayam yang mati 72 jam setelah inokulsi virus.
Tabel 1. Hasil pengamatan embrio pada TAB diinokulasikan virus berdasarkan waktu
kematian.
Kontrol H+1 H+2 H+3
Pengamatan
(K1) TAB 1 TAB 2 TAB 3 TAB 4 TAB 5
Panjang 3,2 cm
4,8 cm 3,3 cm 3,5 cm 3,1 cm 3,5 cm
badan
Temuan Ada
Tidak ada Ada Ada Ada Ada
Patologis
Pertumbuhan Tidak ada
Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
bulu
Warna cairan
Putih
alantois Bening Bening Putih Putih Keruh
kekuningan
kekuningan kekuningan kekuningan kekuningan merah
keruh
kecoklatan
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa TAB yang diinokulasi suspensi virus
menghasilkan embrio lebih kecil, berwarna kemerahan (hipermi), dan pertumbuhan yang
lamvat. Embrio pada TAB yang diinokulasi virus mengalami gangguan pertumbuhan akibat
adanya hemoragi. Hal ini ditandai dengan timbul hipermi pada embrio yang diamati. Virus ND
diketahui dapat mengakibatkan rupturnya sel epitel sehingga menimbulkan hemoragi (Swayne
et al. 2013). Menurut Nuradji et al.(2008) virus avian influenza juga dapat menyebabkan
hemoragi pada embrio. Uji terhadap cairan alantois dilanjutkan dengan uji hemaglutinasi
singkat sebagai uji pendahuluan untuk membuktikan virus mampu mengaglutinasi darah
karena sifat virus ND dapat mengaglutinasi darah(Swayne et al. 2013).
Rapid test bertujuan untuk membuktikan bahwa adanya antigen(virus) yang dapat
mengaglutinasi sel darah merah pada cairan alantois. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil rapid test terhadap cairan alantois TET
Sampel Gambar Hasil
TAB 1 Negatif
TAB 2 Negatif
TAB 3 Negatif
TAB 4 Negatif
TAB 5 Negatif
Uji HA diakukan untuk mengidentifikasi virus yang memiliki protein hemaglutinin pada
permukaan partikel virusnya jika berikatan dengan reseptor khusus pada sel darah merah.
Selain itu, uji HA juga dilakukan untuk mengetahui titer virus yang terdapat pada cairan
alantois. Hasil dari uji ini didasarkan pada ada atau tidaknya ikatan hemaglutinasi sel darah
merah pada partikel virus (virion). Berikut ini adalah hasil uji HA dari cairan alantois TAB
sampel lapang dan sampel lab (gambar 5).
Gambar 5 Hasil Uji HA cairan alantois TAB.
Hasil uji HA TAB 1 menunjukkan adanya sel darah merah yang mengendap pada sumur
1 sampai 7. Hasil uji TAB 2 menunjukkan adanya sel darah merah yang mengendap pada sumur
1 sampai 6. Hasil uji HA TAB 3 menunjukkan adanya sel darah merah yang mengendap pada
sumur 1 dan 2. Hasil uji HA TAB 4 menunjukkan adanya sel darah yang mengendap pada
sumur 1 sampai 6. Hasil uji HA TAB 5 menunjukkan adanya sel darah merah yang mengendap
pada sumur 1 sampai 3. Dari semua uji HA terdapat kemiripan hasil dimana sel darah
mengendap pada sumur-sumur awal dan tidak mengendap pada sumur-sumur akhir. Menurut
OIE(2008) hasil uji HA akan menunjukkan aglutinasi sel darah merah pada sumur-sumur awal
dan cendrung mengendap pada sumur-sumur akhir. Hal itu terjadi karena cairan alantois paling
dengan konsentrasi tertinggi terletak pada sumur pertama dan berkurang pada sumur
berikutnya karena diencerkan. Tidak terjadinya aglutinasi sel darah merah kemungkinan
disebabkan virus yang berada dalam cairan alantois tersebut inaktif atau jumlah virus tidak
cukup untuk mengaglutinasi sehingga perlu dilakukan pengujian dengan uji AGPT(Hewajuli
et al. 2017). Hasil dari uji HA ini tidak dapat digunakan untuk meneguhkan diagnosa dan tidak
dapat dilanjutkan ke uji HI karena tidak diketahui titer virus dalam cairan alantois.
Pengujian HI terhadap Serum Darah Ayam
Uji HI pada sampel dari serum darah ayam dilakukan untuk mengetahui titer antibodi
terhadap virus ND dan AI. Uji HI dilakukan dengan metode beta mikrotitrasi menggunakan
virus sampel dari serum darah ayam. Antigen ND dan AI yang digunakan adalah antigen
standar yang berasal dari lab. Hasil dari uji HI dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 6A Hasil uji HI serum darah ayam terhadap virus ND. 6B Hasil Uji HI serum darah
ayam terhadap virus AI.
Hasil uji HI pada serum darah ayam menunjukkan adanya hambatan hemaglutinasi dari
sumur 1 hingga 6 terhadap virus ND. Hambatan hemaglutinasi juga terjadi dari sumur 1 hingga
4 terhadap virus AI. Antibodi dalam jumlah mencukupi akan membentuk kompleks dengan
antigen sehingga antigen tidak berikatan dengan sel darah merah dan darah mengendap karena
tidak teraglutinasi. Sebaliknya, jika antibodi terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi atau
tidak ada maka antigen akan berikatan dengan sel darah merah dan menyebabkan
aglutinasi(Indriani dan Darmayanti 2016). Hal ini mengindikasikan terdapat antibodi ND dan
AI di dalam serum darah ayam. Antibodi spesifik akan terbentuk jika ayam terkena paparan
antigen yang spesifik. Menurut Susetyo dan Wibowo(2008) vaksinasi AI pada ayam broiler
belum lazim dilakukan. Menurut Tuscany(2016) ayam broiler masih memiliki titer antibodi
maternal terhadap AI 23 pada umur 24 hari. Titer antibodi serum ayam yang diperoleh lebih
tinggi dari literatur. Tingginya titer antibodi pada serum mungkin disebabkan karena ayam
terinfeksi patogen yang ada dilapangan(Susetyo dan Wibowo 2008).
Uji AGPT dapat digunakan untuk mendeteksi antigen dengan spesifik. Tes ini sangat
murah, cepat dan membutuhkan beberapa fasilitas laboratorium. Hasil uji AGPT cairan alantois
dapat dilihat pada gambar 7 dan 8.
SIMPULAN
Bedasarkan Gejala klinis ayam, morfologi embrio TAB dan temuan patologi mengarah
pada kejadian NDV atau AIV. Hasil rapid test dan uji HA tidak dapat digunakan untuk
meneguhkan diagnosa penyakit viral pada ayam. Hasil AGPT test dapat digunakan untuk
meneguhkan diagnosa penyakit viral pada ayam karena terbentuk garis presipitasi. Dari semua
uji maka disimpulkan ayam broiler milik bapak Iwan positif terinfeksi avian infuenza dan
newcastle disease.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander DJ, Senne DA. 2008. Newcastle Disease and Other Avian in: A Laboatory Manual
for the Isolation, Identification, and Caracterization of Avian Pathogens. 4th Edition.
Athens(GA): American Association of Avian Pathologists.
Allan WH, Lancaster JH, Toth B. 1978. Newcastle Disease Vaccines: Their Production and
Use. Rome (IT): FAO the United Nations.
Ekaningtias M, Wuryastuti H, Wasito. 2017. Pendekatan Diagnosis Avian Influenza Virus dan
Newcastle Disease Virus pada Kasus Lapangan Ayam Petelur: Imunopatologis
Streptavidin Biotin. Jurnal Sain Veteriner. 35(1): 118-126.
Hewajuli DA, Dharmayanti NLPI, Wibawan IWT. 2017. Deteksi, Isolasi dan Identifikasi
Avian Influenza Subtipe H5N1 Pada Unggas Di Pulau Jawa, Indonesia Tahun 2016.
Jurnal Veteriner. 18(4): 496-509.
Indriani R, Dharmayanti NLPI. 2016. Respon Titer Antibodi dan Proteksi Virus Newcastle
Disease Genotype I, II, VI dan VII Sebagai Vaksin Terhadap Infeksi Isolat Virus
Newcastle Disease Chicken/ Indonesia/GTT/11. Jurnal Biologi Indonesia. 12(2): 211-
218.
Natih KKN, Soedjono RD, Wibawan IWT, Pasaribu FH. 2010. Preparasi Imunoglobulin G
Kelinci sebagai Antigen Penginduksi Antibodi Spesifik Terhadap Virus Avian Influenza
H5N1 Strain Legok. Jurnal Veteriner. 11(2): 99-106.
Nuradji H, Parede L, Adjid RMA. 2008. Isolasi Dan Identifikasi Virus Avian Influenza Asal
Bebek. Seminar Teknologi Petenakan dan Veteriner. 684-689.
[OIE] World Organisation for Animal Health. 2008. Manual of Diagnostic Tests and
Vaccines for Terrestrial Animals Vol 1. Paris (FR): OIE.
Swayne DE, Glisson JR, McDougald LR, Nolan LK, Suaez DL,Nair V. 2013. Disease of
Poultry. Iowa(USA): Wiley-blackwell.
Tuscany N. 2016. Evaluasi Keberadaan Antibodi Asal Induk Terhadap Virus Avian Influenza
dan Infectious Bursal Disease Pada Ayam Broiler[Skripsi]. Bogor(ID): IPB