0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
415 tayangan79 halaman

Laporan KP

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 79

Laporan Kerja Praktek Bentuk – 2

HALAMAN JUDUL
ANALISIS SISTEM DAN RESPON TURBINE
SUPERVISORY INSTRUMENT (TSI) PADA KONDISI
START-UP TURBIN UNIT 2 PT. INDONESIA POWER
UNIT PEMBANGKIT DAN JASA PEMBANGKIT (UPJP)
KAMOJANG DENGAN SUB PEMBAHASAN CASING
EXPANSION

(1 Januari 2017 s/d 31 Januari 2017)

Aloysius Afriandi
NRP. 2413 100 127

PROGRAM STUDI S – 1 TEKNIK FISIKA


JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
Halaman ini sengaja dikosongkan
On Job Training Report Type-2

SYSTEM AND RESPONSE ANALYSIS OF TURBINE


SUPERVISORY INSTRUMENT (TSI) ON START-UP CONDITION
AT PT. INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKIT DAN JASA
PEMBANGKIT (UPJP) KAMOJANG UNIT 2 TURBINE WITH THE
SUB DISCUSSION OF CASING EXPANSION

(1 January 2017 – 31 January 2017)

Aloysius Afriandi
NRP. 2413 100 127

UNDERGRADUATE PROGRAM
DEPARTMENT OF ENGINEERING PHYSICS
FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
Halaman ini sengaja dikosongkan
LEMBAR PENGESAHAN

“ANALISIS SISTEM DAN RESPON TURBINE


SUPERVISORY INSTRUMENT (TSI) PADA KONDISI
START-UP TURBIN UNIT 2 PT. INDONESIA POWER
UNIT PEMBANGKIT DAN JASA PEMBANGKIT (UPJP)
KAMOJANG DENGAN SUB PEMBAHASAN CASING
EXPANSION”

(1 Januari 2017 s/d 31 Januari 2017)

Aloysius Afriandi 2413100127

Telah menyelesaikan MK TF 141373 Kerja Praktek sesuai dengan


silabus dalam kurikulum 2014/2019 – Program Sarjana.
Kamojang, 23 Agustus 2016

Mengetahui,
Manajer Operasi dan Pemeliharaan Kepala Divisi Instrumentasi

Wahyu Somantri Atam


NIP. 7193001.K3 NIP.
Mengetahui,
Halaman ini sengaja dikosongkan
“ANALISIS SISTEM DAN RESPON TURBINE
SUPERVISORY INSTRUMENT (TSI) PADA KONDISI
START-UP TURBIN UNIT 2 PT. INDONESIA POWER
UNIT PEMBANGKIT DAN JASA PEMBANGKIT (UPJP)
KAMOJANG DENGAN SUB PEMBAHASAN CASING
EXPANSION”

Nama Mahasiswa : Aloysius Afriandi


NRP : 2413100127
Jurusan : Teknik Fisika FTI – ITS
Dosen Pembimbing : Gunawan Nugroho, ST, MT, PhD
ABSTRAK
Abstrak
Dalam dunia industri, salah satu aspek yang paling diperhatikan
adalah aspek maintenance. Pada industri pembangkit listrik tenaga
panas bumi (PLTP) seperti PT. Indonesia Power UPJP Kamojang
salah satu komponen terpenting yang harus terus dijaga keandalan
dan performanya adalah turbin karena turbin sendiri merupakan
komponen yang menghasilkan energi mekanik yang berasal dari
tekanan dari steam yang dalam kasus ini merupakan panas bumi
dan kemudian akan dikonversikan menjadi energi listrik. Pada
turbin salah satu metode maintenance yang digunakan adalah
Turbine Supervisory Instrumentation (TSI). Beberapa variabel
yang dibaca oleh perangkat TSI, antara lain casing expansion,
differential expansion, speed, vibration, dan eccentricity. Pada
instrumen penting diketahui karakteristik statis dan dinamisnya
untuk dapat memahami kerja dari instrumen tersebut. Pada
instrumen TSI dilakukan analisa pembacaan terhadap variabel-
variabel kerja turbin tertentu pada saat turbin memasuki fase start-
up hingga mencapai steady state untuk mengetahui karakteristik
statis dan dinamis dari TSI tersebut.

Kata Kunci: PT. Indonesia Power UPJP Kamojang, turbin,


instrumentasi, TSI

i
Halaman ini sengaja dikosongkan
“SYSTEM AND RESPONSE ANALYSIS OF TURBINE
SUPERVISORY INSTRUMENT (TSI) ON START-UP CONDITION
AT PT. INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKIT DAN JASA
PEMBANGKIT (UPJP) KAMOJANG UNIT 2 TURBINE WITH THE
SUB DISCUSSION OF CASING EXPANSION”

Name of Student : Aloysius Afriandi


NRP : 2413100127
Department : Teknik Fisika FTI – ITS
Advisor : Dr. Gunawan Nugroho, ST, MT, PhD

Abstract
In the world of industry, one of the most (anticipated) aspects is
maintenance. In geothermal power plant like PT. Indonesia Power
UPJP Kamojang, one of the most important components which
always have to be maintained its reliability and performance is
turbine because turbine itself is the component which is generate
the mechanical energy from the pressure of the steam which in this
case is geothermal and later it would be converted into electrical
energy. In turbine itself one of its methods of maintenance is
Turbine Supersivory Instrumentation (TSI). Variables which are
read by TSI are casing expansion, differential expansion, speed,
vibration, and eccentricity. In the world of instrumentation it is
important to know the static characteristics and dynamic
characteristics to know the instrumentation principle. In TSI the
analysis was done by looking at the data which is acquired from
the start-up phase of the turbine until it reache d the steady state
to know the static characteristics and dynamic characteristics.

Keywords: PT. Indonesia Power UPJP Kamojang, turbine,


instrumentation, TSI

iii
Halaman ini sengaja dikosongkan
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Baik dan Maha


Pengasih karena berkat kasih karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini dengan baik dan sesuai
harapan.
Adapun Laporan Kerja Praktik ini dibuat sebagai syarat
dalam memenuhi mata kuliah Kerja Praktik sebagai salah satu
aplikasi ilmu pengetahuan yang telah didapatkan setelah
menempuh perkuliahan. Selama penyusunan laporan ini, penulis
tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak yang telah
membantu dengan ikhlas. Untuk itu, pada kesempatan kali ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Baik dan Maha Pengasih.
2. Segenap keluarga yang selalu memberikan dukungan penulis
baik moril maupun materiil.
3. Gunawan Nugroho, ST, MT, PhD selaku dosen wali dan
sekaligus selaku dosen pembimbing kerja praktik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan kerja praktik.
4. Agus Muhamad Hatta, ST, MSi, Ph.D selaku Ketua Jurusan
Teknik Fisika FTI - ITS.
5. Seluruh dosen dan staff pengajar Jurusan Teknik Fisika ITS
berikut asisten akademik yang telah memberikan ilmu kepada
penulis.
6. Seluruh staff administrasi Jurusan Teknik Fisika ITS yang
telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.
7. Ir. Eko Yuniarto, MM, selaku General Manager PT. Inonesia
Power UPJP Kamojang.

v
8. Atam, selaku pembimbing selama pelaksanaan kerja praktik
yang telah banyak membimbing dalam proses belajar di PT.
Indonesia Power UPJP Kamojang.
9. Slamet Sriyadi, selaku supervisor selama pelaksanaan kerja
praktik yang telah banyak memberikan pengarahan dalam
proses belajar di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang.
10. Seluruh karyawan PT Indonesia Power UPJP Kamojang.
11. Teman-teman peserta kerja praktik 2017 di Indonesia Power
UPJP Kamojang (Hafiz, Suci, Dita, Engine, Harsya, Aldi,
Haekal, Vidy, Ernest, Kaisya, Fitri, Pipin, Naomi, Firli, Elsa,
Geby, Adam, Ali, Fadli, Rizky, Rifky, Shagia ). Terima kasih
atas kecerian dan kebahagiaan selama menjalani Kerja Praktik
di PT Indonesia Power UPJP Kamojang
12. Teman-teman Triumphant Fighters, Teknik Fisika ITS
angkatan 2013 yang selalu memberikan dukungan.
Perlu disadari bahwa memang dalam penyusunan Laporan Kerja
Praktik ini terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak dalam penyusunan Laporan Kerja Praktik ini.
Penulis berharap agar penyusunan Laporan Kerja Praktik ini dapat
menjadi kebaikan bagi orang banyak dan digunakan sebagai mana
mestinya.

Kamojang, 15 Januari 2017

Aloysius Afriandi
(NRP. 2413 100 127)

vi
DAFTAR ISI

Abstrak ........................................................................................ i
Abstract ..................................................................................... iii
Kata Pengantar ........................................................................... v
Daftar Isi ................................................................................... vii
Daftar Gambar ........................................................................... ix
Daftar Tabel............................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................. 2
1.3 Materi ............................................................................... 2
1.4 Realisasi Kegiatan ............................................................ 3
BAB II PROFIL PERUSAHAAN ............................................. 5
2.1 Tinjauan Umum Perusahaan ............................................ 5
2.2 Lokasi PT. Indonesia Power ............................................ 8
2.3 Paradigma, Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ............... 9
2.4 Makna dan Bentuk Logo ................................................ 10
2.5 Budaya Perusahaan, Lima Filosofi Perusahaan, dan
Tujuh Nilai Perusahaan PT. Indonesia Power (IP-
HaPPPI) .......................................................................... 11
2.6 Struktur Organisasi ........................................................ 14
BAB III DESKRIPSI UMUM PLTP KAMOJANG ................ 19
3.1 Sistem Pembangkitan PLTP Kamojang ......................... 19
3.2 Perangkat Utama PLTP Kamojang ................................ 21
3.3 Sistem Kelistrikan PLTP Kamojang .............................. 36
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............... 39
4.1 Turbine Supervisory Instrumentation (TSI): Casing
Expansion ...................................................................... 39
4.2 Casing Expansion di Turbin Unit 2 PT. Indonesia
Power Kamojang ........................................................... 43
4.3 Pengambilan Data dan Analisis Data ............................ 50
BAB V PENUTUP ................................................................... 59
5.1 Kesimpulan .................................................................... 59
5.2 Saran .............................................................................. 60

vii
DAFTAR PUSTAKA............................................................ 61

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lokasi Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan


PT. Indonesia Power ..............................................9
Gambar 2.2 Logo PT. Indonesia Power ...................................11
Gambar 3.1 Flow Diagram PLTP Kamojang...........................19
Gambar 3.2 Vent Structure ......................................................22
Gambar 3.3 Steam Receiving Header ......................................23
Gambar 3.4 Separator ..............................................................23
Gambar 3.5 Demister ...............................................................25
Gambar 3.6 Turbin ...................................................................26
Gambar 3.7 Generator ..............................................................28
Gambar 3.8 Transformer Utama ..............................................29
Gambar 3.9 Aux. Transformer .................................................31
Gambar 3.10 Switch Yard..........................................................33
Gambar 3.11 Kondensor ............................................................32
Gambar 3.12 Main Cooling Water Pump ..................................33
Gambar 3.13 Cooling Tower .....................................................36
Gambar 4.1 Indikator Casing Expansion dan Differential
Expansion .............................................................41
Gambar 4.2 Outline Transmitter Casing Expansion ................44
Gambar 4.3 Outline Differential Expansion Pick-up Coil .......44
Gambar 4.4 Turbine Supervisory Instrument Drawer .............45
Gambar 4.5 Drawer Tampak Sisi Kanan .................................46
Gambar 4.6 Skematik Diagram Turbin Supervisory Instrument
..............................................................................47
Gambar 4.7 Grafik Casing Expansion terhadap Waktu pada
Kondisi Start-up Turbin .......................................51
Gambar 4.8 Model Potensiometer Resistif ..............................52
Gambar 4.9 Grafik Nilai Casing Expansion dengan Tegangan
Keluaran ...............................................................53
Gambar 4.10 Grafik Hubungan Tegangan Keluaran dengan Arus
..............................................................................54

ix
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Realisasi Kegiatan ..................................................3


Tabel 2.1 Asset Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan
PLTP ......................................................................7
Tabel 3.1 Data-Data Separator .............................................24
Tabel 3.2 Data Teknis atau Spesifikasi dari Turbin .............27
Tabel 3.3 Data Teknis atau Spesifikasi dari Generator ........29
Tabel 3.4 Data Teknis Main Cooling Water Pump (MCWP)
..............................................................................33
Tabel 4.1 Kenaikan Casing Expansion (mm) terhadap Waktu
Saat Start-up Turbin Unit 2 ..................................48
Tabel 4.2 Tabel Spesifikasi Respon Sistem .........................57

xi
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi menuntut mahasiswa untuk menyiapkan diri
menghadapinya, tidak hanya berupa teori semata tetapi juga
aplikasinya dalam dunia kerja secara nyata. Pengetahuan yang di
dapat di bangku praktik akan menjadi kurang bermanfaat jika tidak
disertai dengan suatu pengalaman aplikatif yang dapat memberikan
gambaran kepada mahasiswa tentang dunia kerja secara nyata juga
penerapan ilmu dan teknologi dalam bidang elektronika dan
instrumentasi yang ditekuninya.
Kerja praktek sebagai salah satu mata praktik wajib pada
departemen Teknik Fisika-FTI Institut Teknologi Sepuluh
Nopember untuk dapat memberikan kesempatan luas kepada
mahasiswa untuk dapat menerapkan ilmunya dan memperoleh
pengalaman dunia kerja pada perusahaan atau instansi yang dipilih
sebagai sebagai tempat kerja praktik. Sebagai tempat kerja praktik
PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan
(UPJP) Kamojang yang berlokasi di kota Bandung, Jawa Barat.
PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan
(UPJP) Kamojang merupakan badan usaha milik Negara (BUMN)
anak Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang bertugas melayani
salah satu kebutuhan listrik daerah Jawa dan Bali.
Dunia kerja seringkali dirasakan oleh mahasiswa sebagai
suatu yang asing karena dinamika problematikanya yang sangat
kompleks bila dibandingkan dengan dunia sekolahatau pendidikan.
Apalagi ditambah dengan semakin ketatnya persaingan dalam
memasuki dunia kerja, maka mahasiswa sangat diperlukan bekal
wawasan dan pengetahuan memasuki dunia kerja, maka bagi

1
2

mahasiswa sangat diperlukan bekal berupa wawasan dan


pengetahuan untuk memasuki dunia kerja. Sehingga diharapkan
dengan adanya kerja praktik ini, mahasiswa tidak hanya
mengetahui teorinya saja tetapi juga mengetahui praktiknya secara
langsung.
1.2 Tujuan
Adapun kerja praktik merupakan kegitan bagi peserta didik
untuk meningkatkan kemampuan hardskill dan softskill di dalam
dunia industri. Selain itu, peserta didik juga dapat melakukan studi
banding terhadap teori yang diterima di kampus dengan aplikasi di
dunia kerja. Berdasarkan pada hal tersebut, maka tujuan peserta
didik melaksanakan kerja praktek di PT. Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang adalah sebagai berikut :
1. meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam masalah
manajerial.
2. melakukan pembelajaran tentang Turbine Supervisory
Instumentation (TSI) sebagai metode monitoring terhadap
steam turbine dalam proses pembangkitan di PT. Indonesia
Power UPJP Kamojang.
1.3 Materi
Materi-materi yang diharapkan dapat dipahami oleh peserta
didik selama pelaksanaan kegiatan kerja praktek antara lain:
a. Materi I :
 Struktur organisasi:
Mengetahui divisi atau departemen yang terdapat pada
perusahaan berserta tugasnya masing-masing.
 Proses pembangkitan:
Memahami proses pembangkitan pada plant PT. Indonesia
Power UPJP Kamojang.
3

b. Materi II :
Materi II untuk menjawab tujuan kedua, yang terdiri dari
:
 Studi spesifikasi dan instalasi Turbine Supervisory
Instrumentation
 Studi prinsip kerja Turbine Supervisory Instrumentation
 Pemahaman data hasil pembacaan Turbine Supervisory
Instrumentation pada steam turbine unit 2 PT. Indonesia
Power UPJP Kamojang

1.4 Realisasi Kegiatan


Pelaksanaan kerja praktek di PT. Indonesia Power UPJP
Kamojang ini dilaksanakan pada:
Periode : 1 Januari 2017 – 31 Januari 2017
Tempat : PT. Indonesia Power UPJP Kamojang
Jalan Raya Kamojang
Kecamatan Ibun
Kabupaten Bandung
44101
Departemen : Instrumentasi dan Kontrol
Hari kerja : Senin – Jumat
Jam Kerja : 08.00 – 15.00 WIB untuk
Jam Istirahat : 11.30 – 13.00 WIB
Adapun realisasi kegiatan dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1. 1 Realisasi Kegiatan


Minggu ke-
No Bentuk Kegiatan
I II III IV
1 Penyesuaian program
2 Materi I:
 Struktur organisasi
 Proses pembangkitan
3 Materi II:
4

 Studi spesifikasi dan


instalasi Turbine
Supervisory
Instrumentation
 Studi prinsip kerja
Turbine Supervisory
Instrumentation
 Pemahaman data hasil
pembacaan Turbine
Supervisory
Instrumentation pada
steam turbine unit 2 PT.
Indonesia Power UPJP
Kamojang
4 Penyusunan laporan
5 Penyerahan draft laporan
5

BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Tinjauan Umum Perusahaan


Pada awal 1990-an, pemerintah Indonesia
mempertimbangkan perlunya deregulasi pada sektor
ketenagalistrikan. Langkah kearah deregulasi tersebut diawali
dengan berdirinya Paiton Swasta I, yang dipertegas dengan
dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 37 tahun 1992 tentang
pemanfaatan sumber dana swasta melalui pembangkit –
pembangkit listrik swasta. Kemudian pada akhir 1993, Menteri
Pertambangan dan Energi (Mentamben) menerbitkan kerangka
dasar kebijakan (Sasaran dan Kebijakan Pengembangan Subsektor
Ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang
restrukturisasi sektor ketenagalistrikan.
Sebagai penerapan tahap awal, pada tahun 1994 PLN diubah
statusnya dari Perum menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnya
pada tanggal 3 Oktober 1995, PT PLN (Persero) membentuk ua
anak perusahaan yang tujuannya untuk memisahkan misi sosial
dan misi komersial yang diemban oleh badan usaha milik negara
tersebut. Salah satu dari anak perusahaan itu adalah PT
Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali I, atau lebih dikenal
dengan nama PLN PJB I. Anak perusahaan ini ditujukan untuk
menjalankan usaha komersial pada bidang pembangkitan tenaga
listrik dan usaha – usaha lain yang terkait.
Pada tanggal 3 Oktober 2000, bertepatan dengan ulang
tahunnya yang kelima, manajemen perusahaan secara resmi
mengumumkan perubahan nama PLN PJB I menjadi PT Indonesia
Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk menyikapi
persaingan yang semakin ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan
sebagai persiapan untuk privatisasi perusahaan yang akan
dilaksanakan dalam waktu dekat. Lebih dari sekedar perubahan
nama, langkah tersebut merupakan penegasan atas tujuan
perusahaan untuk menjadi perusahaan pembangkitan independen
yang berorientasi murni bisnis sesuai dengan tuntutan dan

5
6

perubahan yang terjadi di pasar ketenagalistrikan Indonesia,


termasuk meningkatnya persaingan serta kebutuhan untuk
melakukan privatisasi melalui sebuah IPO (Initial Public Offering).
Walaupun sebagai perusahaan komersial di bidang
pembangkitan baru didirikan pada pertengahan 1990-an, Indonesia
Power mewarisi berbagai jumlah aset berupa pembangkit dan
fasilitas – fasiltas pendukungnya. Pembangkit – pembangkit
tersebut memanfaatkan teknologi modern berbasis komputer
dengan menggunakan beragam energi primer seperti air, batu bara,
solar, gas bumi, dan sebagainya. Namun demikian, dari
pembangkit tersebut terdapat pembangkit paling tua di Indonesia
sepeerti PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger dan
sejumlah PLTA lainnya yang dibangun pada tahun 1920-an dan
sampai sekarang masih beroprasi. Dari sini dapat dipandang bahwa
secara kesejahteraan pada dasarnya usia PT Indonesia Power sama
dengan keberadaan listrik di Indonesia.
PT Indonesia Power merupakan perusahaan pembangkit
tenaga listrik terbesar di Indonesia (9040 MW) dengan delapan
Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitanutama di beberapa
lokasi strategis di pulau Jawa dan Bali serta unit bisnis yang
bergerak di bidang jasa pemeliharaan yang disebut Unit
Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan (UPJP). Unit Pembangkitan
dan Jasa Pembangkitanyang dikelola PT Indonesia Power adalah
Unit Pembangkitan dan Jasa PembangkitanSuralaya, Priok,
Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perak & Grati dan Bali
serta Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan.
PT. INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKITAN DAN
JASA PEMBANGKITAN (UPJP) Kamojang adalah Badan Usaha
Milik Negara dan merupakan Objek Vital Daerah (OBVITDA)
yang mengelola Plant Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTP) yang terdiri dari 3 Unit yaitu Unit PLTP Kamojang,
Darajat dan Unit PLTP Gunung Salak.
Unit Bisnis Pembangkit Kamojang berlokasi di daerah
perbukitan sekitar 1500 meter dari permukaan laut dan 42 km
kearah tenggara kota Bandung, terdiri dari Unit Bisnis
7

Pembangkitan, yakni UPJP Kamojang, UPJP Darajat, dan UPJP


Gunung Salak. Unit bisnis ini mengelola dan mengoperasikan
tujuh pusat listrik tenaga panas bumi (PLTP). Unit Bisnis
Pembangkit Kamojang mulai beroperasi pada 22 Oktober 1982
walaupun secara resmi Presiden Soeharto baru meresmikan operasi
unit 1 pada tanggal 7 Februari 1983. Kemudian, unit 2 dan unit 3
beroperasi masing-masing pada bulan Juli dan November 1987.
Pengembangan PLTP di UPJP Drajat diselesaikan pada 1993,
mulai beroperasi pada 6 Oktober 1994 diikuti dengan
pembangunan PLTP di UPJP Gunung Salak yang terdiri dari unit
1 dan unit 2 yang mulai beroperasi pada tanggal 12 Maret 1994,
serta unit 3 yang mulai beroperasi pada tanggal 16 Juli 1997. Pada
awal operasinya Unit Gunung Salak 1, 2, dan 3 kapasitas yang
terpasang masing – masing unit adalah 55 MW. Pada tahun 2005,
masing-masing kapasitas unit ditingkatkan menjadi 60 MW.
Panas Bumi adalah energi terbarukan yang bersih dan
memiliki beberapa keunggulan : mudah didapat secara kontinyu
dalam jumlah besar, ketersediaanya tidak terpengaruh oleh cuaca,
bebas polusi udara karena tidak menghasilkan gas berbahaya.
Lapangan panas bumi kamojang diperkirakan memiliki potensi
energi sebesar 300 MW. Indonesia merupakan negara dengan
potensi panas bumi terbesar di dunia dengan potensi energi panas
bumi sebesar 27 GW (potensi panas bumi dunia 50 GW). Potensi
ini perlu dikembangkanuntuk memenuhi kebutuhan energi dalam
negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil yang
semakin menipis. Saat ini UPJP Kamojang mengoperasikan PLTP
dengan kapasitas total daya sebesar 375 MW.

Tabel 2.1 Asset Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan PLTP


Generation Installed Initial
Manufactured
Unit Capacity Operation
Kamojang 1 30 MW Mitsubishi 1982
Kamojang 2 55 MW Mitsubishi 1987
Kamojang 3 55 MW Mitsubishi 1987
Darajat 55 MW Mitsubishi 1994
8

Gunung Salak 1 60 MW Ansaldo 1994


Gunung Salak 2 60 MW Ansaldo 1994
Gunung Salak 3 60 MW Ansaldo 1997

2.2 Lokasi PT. Indonesia Power


Unit Bisnis Pembangkit Kamojang berada di daerah
perbukitan sekitar 1500 meter dari permukaan laut dan 42 Km ke
arah tenggara kota Bandung. Kontur permukaaan dan letak
geografis mendukung kualitas atau mutu uap yang dihasilkan.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang merupakan
yang terbaik di Indonesia. Karena uap yang dikeluarkan sangat
kering.
PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit Kamojang
berlokasi di Kampung Pangkalan Kecamatan Ibun Desa Laksana
Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat dengan alamat
perusahaan yaitu komplek perumahaan PLTP Kamojang kotak pos
125 Garut 44101.

Gambar 2.1 Lokasi Unit Pembangkitan dan Jasa


Pembangkitan PT. Indonesia Power
9

PLTP Kamojang ini menempati area seluas+ 126.536 m2,


dikelilingi perbukitan, dengan batas - batas sebagai berikut :
 Sebelah Timur berbatasan dengan jalan raya kamojang.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan tanah perhutani III
RPH Paseh dan PPA kamojang.
 Sebelah Barat berbatasan dengan tanah perhutani III RPH
paseh dan PPA kamojang.
 Sebelah Utara berbatasan dengan tanah perhutani III RPH
paseh dan PPA kamojang

2.3 Paradigma, Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
PT. Indonesia Power sebagai perusahaan memiliki
paradigma, visi, misi, dan motto serta simbol perusahaan yang
memiliki makna tersendiri :
Paradigma
Hari ini lebih baik dari hari kemarin, hari esok lebih baik
dari hari ini.
Visi
Menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan
bersahabat dengan lingkungan.
Misi
Melakukan usaha dalam bidang ketenagalistrikan dan
mengembangkan usaha lainnya yang berkaitan berdasarkan
kaidah indutri dan niaga yang sehat guna menjamin
keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka
panjang.
Motto
Bersama kita maju (Together for a better tomorrow)
Tujuan PT. Indonesia Power :
1. Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus
menerus dalam penggunaan sumber daya perusahaan.
2. Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara
berkesinambungan dengan bertumpu pada usaha
penyediaan tenaga listrik dan sarana penunjang yang
10

berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan


lingkungan.
3. Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh
pendanaan dari berbagai sumber yang saling
menguntungkan.
4. Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara
kompetitif serta mencapai standar kelas dunia dalam hal
keamanan, keandalan, efisiensi, maupun kelestarian
lingkungan.
5. Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat di atas
saling menghargai antar karyawan dan mitra serta
mendorong terus kekokohan integritas pribadi dan
profesionalisme.

2.4 Makna dan Bentuk Logo


Makna bentuk dan warna logo perusahaan PT. Indonesia
Power merupakan cerminan identitas dan lingkup usaha yang
dimilikinya. Secara keseluruhan nama Indonesia Power merupakan
nama yang kuat untuk melambangkan lingkup usaha perusahaan
sebagai power utilty company di Indonesia.

Gambar 2.2 Logo PT. Indonesia Power

a) Bentuk
Karena nama yang kuat INDONESIA dan POWER
ditampilkan dengan menggunakan jenis huruf (font) yang
tegas dan kuat, yaitu futura book/regular danfutura bold.
11

Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf “O”


melambangkan tenaga listrik yang merupakan lingkup
usaha utama perusahaan. Titik atau bulatan merah (red dot)
di ujung kilatan petir merupakan simbol yang digunakan
di sebagian besar materi komunikasi perusahaan. Dengan
simbol yang kecil ini diharapkan identitas perusahaan
dapat langsung terwakili.
b) Warna
 Merah
Diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukkan
identitas yang kuat dan kokoh sebagai pemilik sumber
daya untuk memproduksi tenaga listrik, guna
dimanfaatkan di Indonesia, dan juga di luar negeri.
 Biru
Diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna
biru menggambarkan sifat pintar dan bijaksana.
Dengan aplikasi pada kata power, maka warna ini
menunjukkan produksi tenaga listrik yang dihasilkan
perusahaan memiliki ciri-ciri:
 Berteknologi tinggi, Efisien,
 Aman dan Ramah Lingkungan

2.5 Budaya Perusahaan, Lima Filosofi Perusahaan, dan


Tujuh Nilai Perusahaan PT. Indonesia Power (IP-
HaPPPI)
a. Budaya Perusahaan
Salah satu aspek dari pengembangan sumber daya
manusia perusahaan adalah pembentukan budaya perusahaan.
Unsur – unsur budaya perusahaan :
1. Perilaku akan ditunjukan seseorang akibat adanya suatu
keyakinan akan nilai – nilai atau filosofi.
2. Nilai adalah bagian dari budaya atau culture.
3. Perusahaan yang dirumuskan untuk membantu upaya
mewujudkan budaya perusahaan tersebut. Di Indonesia
Power, nilai ini disebut dengan “Filosofi Perusahaan”.
12

4. Paradigma adalah suatu kerangka berpikir yang


melandasi cara seseorang menilai sesuatu. Budaya
perusahaan diarahkan untuk membentuk sikap dan
perilaku yang didasarkan pada 5 filosofi dasar dan lebih
lanjut, filosofi dasar ini diwujudkan dalam tujuh nilai
perusahaan PT. Indonesia Power (IP-HaPPPI).
b. Lima Filosofi Perusahaan
1. Mengutamakan pasar dan pelanggan. Berorientasi
kepada pasar serta memberikan pelayana yang terbaik
dan nilai tambah kepada pelanggan.
2. Menciptakan keunggulan untuk memenangkan
persaiangan. Menciptakan keunggulan melalui sumber
daya manusia, teknologi finansial dan proses bisnis yang
handal dengan semangat untuk memenangkan
persaiangan.
3. Mempelopori pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Terdepan dalam memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara
optimal.
4. Menjunjung tinggi etika bisnis. Menerapkan etika bisniss
sesuai standar etika bisnis internasional.
5. Memberi penghargaan atas prestasi. Memberikan
Penghargaan atas prestasi untuk mencapai kinerja
perusahaan yang maksimal.
c. Tujuh Nilai Perusahaan PT. Indonesia Power (IP-
HaPPPI)
1. Integritas
Sikap Moral yang mewujudkan tekad untuk memberikan
yang terbaik kepada perusahaan.
2. Profesional
Menguasai pengetahuan, keterampilan, dan kode etik
sesuai bidang.
3. Harmoni
Serasi, selaras, seimbang, dalam :
a) Pengembangan kualitas pribadi.
13

b) Hubungan dengan pihak terkait (stake holder).


c) Hubungan dengan lingkungan hidup.
4. Pelayanan Prima
Memberikan pelayanan yang memenuhi kepuasan
pelanggan melebihi harapan pihak terkait (stake holder).
5. Peduli
Peka – tanggap dan bertindak untuk melayani pihak
terkait (stake holder), serta memelihara lingkungan
sekitar.
6. Pembelajar
Terus – menerus meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan serta kualitas diri yang mencakup fisik,
mental, sosial, agama, dan kemudian berbagi dengan
orang lain.
7. Inovatif
Terus – menerus dan berkesinambungan menghasilkan
gagasan baru dalam usaha melakukan pembaharuan
untuk penyempurnaan baik proses, maupun produk
dengan tujuan peningkatan kinerja.
d. Sasaran dan Program Kerja Bidang Produksi
Sasaran dari bidang ini adalah mendukung pemenuhan
rencana penjualan dengan biaya yang optimal dan
kompetitif serta meningkatkan pelayanan pasokan.
Untuk mencapai sasaran tersebut, strateginya adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan optimalisasi kemampuan produksi
terutama pembangkit beban dasar dengan biaya
murah.
2. Meningkatkan efisiensi operasi pembangkit baik
biaya bahan maupun biaya pemeliharaan.
3. Meningkatkan optimalisasi pola operasi pembangkit.
4. Meningkatkan kehandalan pola pembangkit.
5. Meningkatkan kehandalan dengan meningkatkan
availability, menekan gangguan dan memperpendek
waktu pemeliharaan.
14

Adapun program kerja di bidang produksi :


1. Mengoptimalkan kemampuan produksi.
2. Meningkatkan efisiensi operasi dan pemeliharaan
pembangkit : efisiensi termal, efisiensi pemeliharaan,
dan pengawasan volume dan mutu bahan bakar.
3. Melakukan optimasi biaya bahan bakar.
4. Meningkatkan keandalan pembangkit.
5. Meningkatkan waktu operasi pemeliharaan.

2.6 Struktur Organisasi


Adapun struktur organisasi PLTP Kamojang yang ada pada
awalnya bernaung di bawah PT. PLN Unit Pembangkitan Listrik
Jawa Bali (PT. PLN PJB) kemudian tahun 2000 beruah namanya
menjadi PT. Indonesia Power UPJP Kamojang.
a. General Manager (GM)
Tugas dari seorang GM adalah memimpin dan mengurus
unit pembangkitan sesuai dengan tujuan dan lapangan
usahanya, dengan berusaha meningkatkan kinerja unit
pembangkitan dan mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Mengevaluasi perkembangan unit pembangkitan dan
lingkungan yang mempengaruhi serta melaksanakan
identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan PLTP Kamojang.
2. Menyusun rencana strategi PLTP Kamojang untuk
mencapai tujuan sesuai dengan lapangan usahanya,
dengan memperhatikan strategi dan kebijaksanaan
perusahaan dan memproses pengesahan Direksi.
3. Mengarahkan dan membina program-program operasi
dan pemeliharaan unit pembangkit.
4. Menentapkan standar – standar prosedur pelaksanaan
meliputi operasi, pemeliharaan, logistik, anggaran
keuangan, dan akuntansi dengan memperlihatkan
ketentuan yang lebih tinggi.
15

b. Manager Engineering
Membantu GM dalam penyusunan anggaran keuangan dan
akuntasi, pembinaan, pengembangan, manajemen
pengelolaan lingkungan, serta melaksanakan evaluasi dari
realisasi dan pencapaian target kinerjanya. Dengan
membuat suatu analisis dan masukan kepada GM. Peranan
di perusahaan adalah memimpin dan mengelola bidang
masing – masing untuk mencapai target dan sasaran unit
bisnis. Manajer Engineer dibantukan oleh beberapa ahli
bidang, diantaranya :

1. Ahli madya manajemen risiko.


2. Ahli madya sistem manajemen terpadu.
3. Ahli madya engineer sipil.
4. Ahli madya engineer panas bumi.
5. Ahli madya engineer mesin.
6. Ahli madya engineer listrik.
7. Ahli madya engineer kontrol dan instrument.
8. Ahli madya engineer K3, Kimia & lingkungan.
9. Supervisor senior perencanaa unit dan kinerja,
dibantukan oleh beberapa bidang :
a) Ahli muda pengelolaan RJP dan kinerja unit.
b) Ahli muda perencanaan dan pengendalian.
c) Ahli muda knowledge management dan inovasi.
10. Supervisor senior reliability dan system owner,
dibantukan oleh beberapa bidang :
a) Ahli muda reliability.
b) Ahli muda muda turbin.
c) Ahli muda generator.
11. Supervisor senior condition based maintenace,
dibantukan oleh beberapa bidang :
a) Ahli muda predictive.
b) Ahli muda predictive maintenace.
c) Teknisi senior predictive maintenace.
16

12. Supervisor senior sistem informasi, dibantukan oleh


beberapa bidang :
a) Ahli muda sistem informasi.
b) Pelaksanaan senior infrastruktur.
c) Pelaksanaan senior admin dan help desk.
c. Manager Operasi dan Niaga
Mempunyai tugas mengkoordinasikan pengelolaan
operasi dan niaga unit pembangkitan dengan kegiatan
utama sebagai berikut :
1. Penyusunan rencana kegiatan operasional bidang
operasi.
2. Penyusunan rencana operasional penggunaan uap.
3. Pengembangan sistem dan prosedur operasi.
4. Pengkoordinasian pelaksanaan operasi.
5. Pengelolaan penjualan energi.
6. Pengendalian keandalan dan efisiensi pengoperasian.
7. Pembinaan kompetensi bidang operasi pembangkitan.
d. Manager Keuangan dan Administrasi
Mempunyai tugas mengkoordinasikan pengelolaan
sumber daya manusia dan sistem informasi Unit
Pembangkitan dan Jasa Pembangkitandengan kegiatan
utama sebagai berikut :
1. Pengembangan organisasi.
2. Perencanaa dan pengadaan pegawai.
3. Pengembangan kompetensi.
4. Administrasi kepegawaian.
5. Pengelolaan implementasi budaya perusahaan.
6. Penyusunan anggaran unit bisnis.
7. Pengelolaan keuangan.
8. Pengembangan sistem administrasi keuangan dan
penyusunan laporan keuangan.
e. Manager Unit PLTP
Mempunyai tugas mengelola kegiatan pengoperasian dan
pemeliharaan PLTP yang menjadi pengawasannya dengan
kegiatan utama sebagai berikut :
17

1. Penyusunan rencana pengoperasian dan pemeliharaan


PLTP.
2. Pengendalian pelaksanaan sistem dan prosedur operasi
serta pemeliharaan.
3. Pengawasan kegiatan operasi dan pemeliharaan PLTP
sesuai kebutuhan sistem.
Pengawasan kegiatan administrasi umum dan
keamanan.
18

Halaman ini sengaja dikosongkan


19

BAB III
DESKRIPSI UMUM PLTP KAMOJANG

3.1. Sistem Pembangkitan PLTP Kamojang

Gambar 3.1 Flow Diagram PLTP Kamojang


Dari Pertamina sebagai pemasok, uap yang akan digunakan
oleh PLTP Kamojang disalurkan melalui empat pipa yaitu Pipe
Line (PL 401, 402, 403, 404), yang langsung dipasang pada steam
receving header. Pipa tersebut mempunyai diameter antara 600 –
1000 mm. Pipa – pipa tersebut ditempatkan di atas permukaan
tanah, tidak di dalam tanah. Hal ini ditujukan untuk mempermudah
pengecekan apabila terjadi kebocoran pada pipa– pipa tersebut.
Uap dari sumur produksi mula-mula dialirkan ke Stream Receiving
Header (1), yang berfungsi menampung uap panas bumi yang
disupply dari beberapa lapangan sumur produksi uap (Vent
structured) yang berfungsi untuk menjaga tekanan pasokan uap ke
pembangkit apabila terjadi perubahan pasokan dari sumur prosukdi
maupun terjadi perubahan pemebebanan dari pembangkit.

19
20

Selanjutnya, melalui Flow Meter (2) dialirkan ke Separator (3)


yang berfungsi untuk memisahkan partikel padat yang terbawa dari
sumur produksi dan Demister (4) untuk memisahkan butiran air
dari uap panas bumi. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya vibrasi erosi dan pembentukan kerak pada sudu dan
nozzle turbin.
Uap yang telah dibersihkan itu dialirkan melalui Main Steam
Valve/Governor Valve (5) menuju ke Turbine (6). Didalam
turbine, uap tersebut berfungsi untuk memutarkan Double Flow
Condensing yang dikopel dengan Generator (7), pada kecepatan
3000 rpm. Proses ini menghasilkan energi listrik dengan arus 3
phase, frekuensi 50 z, dan tegangan 11,8 kV. Melalui Step-up
transformer (8), arus listrik dinaikan teganganya hingga 150 kV,
selanjutnya dihubungkan secara pararel dengan system penyaluran
Jawa-Bali (9).
Agar turbin bekerja secara efesien, maka Exhaust steam yang
keluar dari turbin harus dalam kondisi vakum (0,10 bar), dengan
mengkondensasikan uap dalam Condenser (10) kontak langsung
yang dipasang dibawah turbin. Exhaust Steam dari turbin masuk
dari sisi atas kondenser, kemudian terkondensasi sebagai akibat
peyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan lewat Spray-
nozzle. Lewat kondensat dijaga selalu dalam kondisi normal oleh
dua buah Cooling Water Pump (11), lalu didinginkan dalam
Cooling Water (12) sebelum disirkulasikan kembali.
Untuk menjaga kevakuman kondenser, gas yang tidak
terkondensasi harus dikeluarkan secara kontinyu oleh sistem
ekstrasi gas. Gas-gas ini mengandung: CO2 85-90% wt ; H2S 3,5%
wt ; sisanya adalah N2 dan gas-gas lainnya. Di Kamojang dan
Gunung Salak, sistem ekstrasi gas terdiri atas first-stage dan
second-stage (13) sedangkan di Darajat terdiri dari ejector dan
liquid ring Vacuum pump.
Sistem pendingin di PLTP merupakan sistem pendingin
dengan sirkulasi tertutup dari air hasil kondensasi uap, dimana
kelebihan kondensat yang terjadi direinjeksi ke dalam sumur
reinjeksi (14). Prinsip penyerapan energi panas dari air yang
21

disirkulasikan adalah dengan arah aliran tegak lurus, menggunakan


5 forced draft fan. Proses ini terjadi di dalam cooling water. Sekitar
70% uap yang terkondensasi akan hilang karena penguapan dalam
cooling water, sedangkan sisanya diinjeksikan kembali ke dalam
reservoir (15). Reinjeksi dilakukan untuk mengurangi pengaruh
pencemaran lingkungan, mengurangi ground subsidence, menjaga
tekanan, serta recharge water bagi reservoir. Aliran air dari
reservoir disirkulasikan lagi oleh primary pump (16). Kemudian
melalui after condenser dan inter condenser (17) dimasukan
kembali ke dalam kondenser.

3.2 Perangkat Utama PLTP Kamojang


Bagian–bagian utama dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi Unit Pembangkitan dan Jasa PembangkitanKamojang adalah
sebagai beikut ini :
A. Vent Structure
Vent Structure Merupakan bangunan pelepas uap dengan
peredam suara. Vent structure terbuat dari beton bertulang
berbentuk bak persegi panjang, bagian bawahnya disekat dan
bagian atasnya diberi tumpukan batu agar pada saat pelepasan
uap ke udaratidak mencemari lingkungan. Dengan
menggunakan nozzle diffuser maka getaran dan kebisingan
dapat diredam. Vent structure dilengkapi dengan katup –
katup pengatur yang sistem kerjanya pneumatic. Udara
bertekanan yang digunakan untuk membuka untuk membuka
dan menutup katup diperoleh dari dua buah kompresor yang
terdapat di dalam rumah vent structure.
22

Gambar 3.2 Vent Structure


Pengoperasian vent structure dapat dioperasikan dengan
cara manual ataupun otomatis (sistem remote) yang dapat
dilakukan dari panel ruangan kontrol (control room).
Adapun fungsi dari vent structure adalah sebagai berikut:
a) Sebagai pengatur tekanan (agar tekanan uap masuk
turbin selalu konstan),
b) Sebagai pengaman yang akan membuang uap bila
terjadi tekanan lebih di steam receiving header.
c) Membuang kelebihan uap jika terjadi penurunan beban
atau unit stop.

B. Steam Receiving Header


Merupakan suatu tabung yamg berdiameter 1800 mm dan
panjang 19.500 mm yang berfungsi sebagai pengumpul uap
sementara dari beberapa sumur produksi sebelum
didistribusikan ke turbin. Steam Receiving Header dilengkapi
dengan sistem pengendalian kestabilan tekanan (katup) dan
rufture disc yang berfungsi sebagai pengaman dari tekanan
lebih dalam sistem aliran uap. Dengan adanya steam receiving
header ini maja pasokan uap tidak akan mengalami gangguan
23

meskipun terdapat perubahan pasokan uap dari sumur


produksi.

Gambar 3.3 Steam Receiving Header

C. Separator

Gambar 3.4 Separator


24

Separator adalah suatu alat yang berfungsi sebagai


pemisah zat – zat padat, silica, bintik – bintik air, dan zat lain
yang bercampur dengan uap yang masuk ke dalam separator.
Selanjutnya kotoran dan zat lain yang terkandung dalam uap
yang masuk kedalam separator akan terpisah. Separator yang
dipakai adalah jenis cyclone berupa silinder tegak dimana pipa
tempat masuknya steam dirancang sedemikian rupa sehingga
membentuk arah aliran sentrifugal. Uap yang masuk separator
akan berputar akibat adanya perbedaan berat jenis, maka
kondensat dan partikel – partikel padat yang ada dalam aliran
uap akan terpisah dan jatuh ke bawah dan ditampung dalam
dust collector sampai mencapai maksimum atau sampai waktu
yang telah ditentukan. Sedangkan uap yang lebih bersih akan
keluar melalui pipa bagian atas dari separator. Kotoran yang
ada dalam dust collector didrain secara berkala baik otomatis
ataupun manual. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya korosi, erosi dan pembentukan kerak pada turbin.

Tabel 3.1 Data-data Separator


Data-data Separator
Code ASME Sect. VII dev. 1
Desain Tekanan 1.0 Mpa
Desain Temperatur 205 0C
Pabrik Burges Miure Co. Ltd

D. Demister
Demister adalah sebuah alat yang berbentuk tabung
silinder yang berukuran 14.5 m3 didalamnya terdapat kisi –
kisi baja yang berfungsi untuk mengeliminasi butir – butir air
yang terbawa oleh uap dari sumur – sumur panas bumi. Di
bagian bawahnya terdapat kerucut yang berfungsi untuk
menangkap air dan partikel – partikel padat lainnya yang lolos
dari separator, sehingga uap yang akan dikirim ke turbin
merupakan uap yang benar– benar uap yang kering dan bersih.
Karena jika uap yang masuk ke turbin tidak kering dan kotor,
25

akan menyebabkan terjadinya vibrasi, erosi dan


pembentukkan kerak pada turbin. Uap masuk dari atas
demister langsung menabrak kerucut, karena perbedaan
tekanan dan berat jenis maka butiran air kondensat dan
partikel – partikel padat yang terkandung dalam di dalam uap
akan jatuh. Uap bersih akan masuk ke saluran keluar yang
sebelumnya melewati saringan terlebih dahulu dan untuk
selanjutnya diteruskan ke turbin.
Demister ini dipasang pada jalur uap utama setelah alat
pemisah akhir (final separator) yang ditempatkan pada
bangunan rangka besi yang sangat kokoh dan terletak di luar
gedung pembangkit.

Gambar 3.5 Demister

E. Turbin
Hampir di semua pusat pembangkit tenaga listrik memilii
turbin sebagai penghasil gerakkan mekanik yang akan diubah
menjadi energi listrik melalui generator. Turbin yang
digunakan disesuaikan dengan keadaan dimana turbin
26

tersebut digunakan. Pada sistem PLTP Kamojang


mempergunakan turbin jenis silinder tunggal dua aliran
(single cylinder double flow) yang merupakan kombinasi dari
turbin aksi (impuls) dan reaksi. Yang membedakan antara
turbin aksi dan reaksi adalah pada proses ekspansi dari
uapnya. Pada turbin aksi, proses ekspansi (penurunan
tekanan) dari fluida kerja hanya terjadi di dalam baris sudu
tetapnya saja, sedangkan pada reaksi proses dari fluida kerja
terjadi baik di dalam baris sudu tetap maupun sudu beratnya.
Turbin tersebut dapat menghasilkan daya listrik sebesar 55
MW per unit aliran ganda dengan putaran 3000 rpm. Turbin
ini dirancang dengan memperhatikan efisiensi, dan
performanya disesuaikan dengan kondisi dan kualitas uap
panas bumi.

Gambar 3.6 Turbin


Turbin di PLTP Kamojang dilengkapi dengan peralatan
Bantu lainnya, yaitu:
a) Turbin Valve yang terdiri dari Main Steam Valve
(MSV) dan Governor Valve, yang berfungsi untuk
mengatur jumlah aliran uap yang masuk ke turbin.
27

b) Turning Gear (Barring Gear) yang berfungsi untuk


memutar poros turbin pada saat unit dalam kondisi stop
atau pada saat pemanasan sebelum turbin start agar
tidak terjadi distorsi pada poros akibat pemanasan /
pendinginan yang tidak merata.
c) Peralatan pengaman, yang berfungsi untuk
mengamankan badian – bagian peralatan yang terdapat
dalam turbin jika terjadi gangguan ataupun kerusakan
operasi pada turbin. Peralatan pengamn tersebut adalah
Eccentricity, Differential Expansion, tekanan minyak
bantalan aksial, vibrasi bantalan, temperatur metal
bantalan, temperatur minyak keluar bantalan, over
speed, emergency hand trip.

Adapun data teknis atau spesifikasi turbin yang digunakan


di PLTP Kamojang adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Data Teknis atau Spesifikasi dari Turbin
KAMOJANG
URAIAN
UNIT 1 UNIT 2 & 3
Mitsubishi Heavy Mitsubishi Heavy
Pabrik Pembuat
Industry. Ltd Industry. Ltd
Double Flow, 5 Double Flow, 5
Tipe stage Condensing stage Condensing
Turbin Turbin
Kapasitas 30 MW 55 MW
Tekanan Uap
6,5 Bar 6,5 Bar
Masuk
Tekanan Uap
0,1 Bar 0,1 Bar
Keluar
Temperatur Uap 161,9 0C 161,9 0C
Rotasi / Putaran 3.000 rpm 3.000 rpm
Flow Uap 240.000 Kg/J 388.300 Kg/J
28

F. Generator
Generator adalah sebuah alat yang berfungsi untuk
merubah energi mekanik putaran poros turbin menjadi energi
listrik. PLTP kamojang mempergunakan generator jenis
hubung langsung dan didinginkan dengan air, memiliki 2
kutub, 3 fasa, 50 Hz dengan putaran 3000 rpm.
Sistem penguatan yang digunakan adalah rotating brushless
type AC dengan rectifier, sedangkan tegangannya diatur
dengan automatic voltage regulator (AVR). Kemampuan
generator maksimum untuk unit 1 adalah 30 MW, sedangkan
untuk unit 2 dan 3 adalah 55 MW.
Generator akan menghasilkan energi listrik bolak balik
sebesar 11,8 kV ketika turbin yang berputar dengan putaran
3000 rpm mengkopel terhadap generator. Perputaran pada
generator tersebut akan menghasilkan perpotongan gaya
gerak magnet yang menghasilkan energi listrik.

Gambar 3.7 Generator


Adapun data teknis atau spesifikasi dari generator yang
digunakan di PLTP Kamojang adalah sebagai berikut:
29

Tabel 3.3 Data Teknis atau Spesifikasi dari Generator


KAMOJANG
URAIAN
UNIT 1 UNIT 2 & 3
Pabrik Mitsubishi Mitsubishi
Pembuat Electric Corp Electric Corp
Phase 3 3
Frekuensi 50 Hz 50 Hz
Tegangan
11.800 Volt 11.800 Volt
pada Terminal
Rotasi /
3.000 rpm 3.000 rpm
Putaran
Arus pada
Beban 1.835 Amp 3.364 Amp
Nominal
Kapasitas 37.500 kVA 68.750 Kva

G. Transformer
Trafo utama yang digunakan adalah tipe ONAN dengan
tegangan 11,8kV pada sisi primer dan 150 kV pada sisi
sekunder. Tegangan output generator 11,8kV ini kemudian
dinaikkan (step up trafo) menjadi 150 kV dan dihubungkan
secara parallel dengan sistem Jawa – Bali. Kapasitas dari trafo
utama adalah 70.000 kVA.

Gambar 3.8 Transformer Utama


30

Aux. Tranformer adalah trafo bantu. Trafo ini adalah trafo


step-down yang nantinya menghubungkan dengan peralatan-
peralatan pemakaian sendiri pada sisi unit pembangkitan.
Adapun Aux. Transformer di PLTP kamojang terbagi dua
bagian yaitu :
1. Dari sisi tegangan 11,8 kV pada sisi primer dan 6,3 kV
pada sisi sekunder, untuk peralatan swithboard, seperti:
MCWP (Main Cooling Water Pump)
2. Dari sisi tegangan 6,3kV pada sisi primer dan 380/220
kV pada sisi sekunder, untuk peralatan swithboard,
seperti: JOP, BG, AOP, dll.

Gambar 3.9 Aux. Transformer

H. Switch Yard
Switch yard adalah perangkat yang berfungsi sebagai
pemutus dan penghubung aliran listrik yang berada di wilayah
PLTP maupun aliran yang akan didistribusikan melalui sistem
inter koneksi Jawa – Bali.
31

Gambar 3.10 Switch Yard

I. Kondensor
Kondensor adalah suatu alat untuk mengkondensasikan
uap bekas dari turbin dengan kondisi tekanan yang hampa.
Uap bekas dari turbin masuk dari sisi atas kondensor,
kemudian mengalami kondensasi sebagai akibat penyerapan
panas oleh air pendingin yang diinjeksikan melalui spray
nozzle. Uap bekas yang tidak terkondensasi dikeluarkan dari
kondensor oleh ejector. Ejector ini juga berfungsi untuk
mempertahankan hampa kondensor pada saat operasi normal
dan membuat hampa kondensor sewaktu start awal. Air
kondensat dipompakan oleh dua buah pompa pendingin utama
(Main Cooling Water Pump) ke menara pendingin (Cooling
Tower) untuk didinginkan ulang sebelum disirkulasikan
kembali ke kondensor.
32

Gambar 3.11 Kondensor


Pada saat sedang operasi normal, tekanan dalam kondensor
adalah 0,133 bar, dan kebutuhan air pendingin adalah 11.800
m3/jam. PLTP Kamojang menggunakan kondensor kontak
langsung yang dipasang dibawah turbin, karena kondensor
kontak langsung memiliki efisiensi perpindahan panas yang
jauh lebih besar daripada kondensor permukaan, sehingga
ukuran dan biaya investasinya juga lebih kecil. Pemakaian
kondensor ini sangat cocok karena pembangkit listrik tenaga
panas bumi memiliki siklus terbuka sehingga tidak diperlukan
sistem pengambilan kembali kondensat seperti yang
dilakukan oleh PLTU konvesional.

J. Main Cooling Water Pump (MCWP)


Main cooling water pump (MCWP) adalah pompa
pendingin utama yang berfungsi untuk memompakan air
kondensat dari kondensor ke cooling tower untuk kemudian
didinginkan. Jenis pompa yang digunakan di PLTP Kamojang
adalah Vertical Barriel type 1 Stage Double Suction
33

Centrifugal Pamp, dengan jumlah dua buah pompa untuk


setiap unit.

Gambar 3.12 Main Cooling Water Pump

Tabel 3.4 Data Teknis Main Cooling Water Pump (MCWP)


Data teknis MCWP Unit 1,2 & 3
Manufacturer Youshikura kogyo.Co.Ltd.
Type Double suction centrifugal
Number per unit 2 x 50 %
Rated capacity 6400 m 3/Hr
Total head 33 m
Pump speed 600 rpm
Power at rated capacity 773 Kw
34

Komponen utama dari Main Cooling Water Pump


(MCWP) terdiri dari:
1. Barrel: Berfungsi untuk menampung air dari
kondensor.
2. Pump Body: Pompa vertikal terdiri dari bellmouth,
casings, coulomb pipe, bearing housing, discharge
casing, and suction casing.
3. Impeller: Bagian yang berfungsi untuk menyedot air
dari barrel menuju ke menara pendingin.
4. Shaft dan Bearing: Shaft berfungsi untuk memutar
impeller, sedangkan bearing merupakan salah satu
bagian dari elemen mesin yang memegang peranan
penting, karena berfungsi untuk menumpu sebuah
poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami
gesekan yang berlebih. Poros pada MCWP terdiri dari
upper shaft dan lower shaft, masing – masing
dihubungkan oleh clamp coupling. Shaft terbuat dari
stainless steel. Dan bearing dilengkapi dengan sleeves
for preventing wear, dan lower shaft di dukung oleh
upper plane bearing, intermediate plane bearing dan
lower plane bearing.
5. Coupling: Bagian yang berfungsi untuk
menghubungkan motor dengan pompa.
6. Gland Assembly (mechanical seal): Berfungsi untuk
menjaga ke vakuman dari pompa.
Untuk menjaga level air dan vakum pada kondensor, CWP
dilengkapi katup – katup pengatur air.
1. Recirculation Valve
Recirculation valve berfungsi untuk mempertahankan
jumlah air di dalam kondensor agar tetap sesuai dengan
jumlah yang di tetapkan (level air pada posisi NWL-
Normally Water Level), recirculation valve beroperasi
dengan cara mensirkulasikan air dari MCWP ke
kondensor ketika bukaan MCWP discharge valve
kurang dari 10%. Selain itu recirculation valve juga
35

berfungsi untuk menjaga kerja MCWP agar tidak


overload ketika bukaan MCWP discharge valve kurang
dari 10%. Recirculation valve biasanya difungsikan
pada saat start up MCWP, sebab pada kondisi ini
discharge valve menutup 100%, sehingga aliran air
dialirkan kembali menuju kondensor melaluai pipa
yang alirannya dikontrol oleh recirculation valve.
2. CWP discharge valve
CWP discharge valve berfungsi untuk mengatur jumlah
air yang keluar dari kondensor, sehingga jumlah air di
dalam dan mempertahankannya pada kondisi NWL
(Normally Water Level).
Prinsip kerja Main Cooling Water Pump (MCWP)
Air dari hasil kondensasi uap yang berasal dari kondensor
mengalir ke barrel pompa CWP untuk ditampung, setelah itu
air disedot oleh impeller melewati pipa kolom dan mengalir
ke hot basin cooling tower setelah didinginkan air memiliki
temperatur sekitar 29°C, dan di alirkan ke cold basin cooling
tower. Dari sini terbentuk siklus karena air pendingin akan
masuk kedalam kondensor lagi.

K. Cooling Tower
Cooling tower (menara pendingin) yang terpasang di PLTP
Kamojang merupakan bangunan yang terbuat dari kayu yang
telah diawetkan sehingga tahan air. Terdiri dari 3 ruang dan 3
kipas untuk unit 1, sedangkan untuk unit 2 dan 3 terdiri dari 5
ruang dengan 5 kipas hisap paksa. Jenis yang digunakan
adalah Mechanical Draught Crossflow Tower.
Air yang dipompakan dari kondensor didistribusikan
kedalam bak (Hot Water Basin) yang terdapat di bagian atas
cooling tower. Bak tesebut juga dilengkapi dengan noozle
yang berfungsi utuk memancakan air sehingga menjadi
butiran butiran halus dan didinginkan dengan cara kontak
langsung dengan udara pendingin. Setelah terjadi proses
pendinginan, air akan turun karena gaya gravitasi untuk
36

seterusnya menuju bak penampung air (Cool Water Basin)


yang terdapat di bagian bawah dari cooling tower dan
seterusnya dialirkan ke kondensor yang sebelumnya melewati
4 buah screen untk menyaring kotoran – kotoran yang terdapat
dalam air.
Aliran udara yang melewati tiap ruang pendingin dihisap
ke atas dengan kipas hisap paksa tipe aksial. Setiap kipas
digerakkan oleh motor listrik induksi dengan perantaraan gigi
reduksi (Reduction Gear). Cooling tower dilengkapi dengan
sisem pembasah (Wetting Pump System) yang gunanya untuk
memompakan air dari cool water basin dan disemprotkan ke
semua bagian dari cooling tower agar kondisi kayu tetap
basah.

Gambar 3.12 Colling Tower

3.3 Sistem Kelistrikan PLTP Kamojang


Listrik yang dihasilkan dari generator adalah sebesar 11,8 kV.
Sebelum didistribusikan melalui sistem interkoneksi Jawa – Bali,
listrik tersebut diolah diolah dengan memperhatikan karakteristik
dan listrik itu sendiri.
37

a) Sistem 150 kV
Listrik yang dihasilkan dari PLTP Kamojang Unit 1, 2, dan
3 dengan total daya yang dihasilkan yakni mencapai 140
MW akan dialirkan ke berbagai wilayah di pulau Jawa dan
Bali melalui jaringan transmisi listrik 150 kV. Tegangan
sebesar 150 kV tersebut dapat dihasilkan dengan cara
menaikan tegangan 11,8 kV yang keluar dari generator
dengan menggunakan trafo utama (step up transformator)
pada masing–masing unit (T21 dan T31). Hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi kehilangan daya pada saluran
transmisi.
b) Sistem 11,8 kV
Sistem tegangan 11,8 kV merupakan hasil dari
pembangkitan dari generator unit 1, unit 2, dan unit 3.
Tegangan 11,8 kV ini kemudian akan dialirkan ke trafo
utama step–up untuk dinaikkan menjadi sebesar 150 kV.
c) Sistem 6,3 kV
Untuk mendapatkan tegangan sebesar 6,3 kV, dipasang
beberapa transformator yaitu transformator T8 (step-down
transformator) yang menghasilkan listrik dengan tegangan
6,3 kV dari tegangan primer 150 kV. Kapasitas trafo ini
adalah 7 MWA yang berfungsi untuk menyediakan listrik
pada saat start up, baik unit 1, unit 2, maupun unit3.
Trafo T22 dan T32 (step-down transformator) yang
menghasilkan tegangan listrik 6,3 kV dari tegangan
generator 11,8 kV. Tegangan dari kedua trafo ini akan
digunakan setelah unit beroperasi normal.
d) Sistem 380/220 V
Sistem tegangan 380/220 V, dipasang beberapa trafo yaitu
trafo T5, T6, T13, T23, dan T33 yang menghasilkan listrik
dengan tegangan 380/220 V dari tegangan primer 6,3 kV.
Trafo ini digunakan untuk mensuplai peralatan-peralatan
yang berkapasitas daya di bawah 380/220 V. Seperti :
Motor-motor PS, dan perlatan gedung lainnya.
38

Halaman ini sengaja dikosongkan


39

BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Turbine Supervisory Instrumention (TSI): Casing


Expansion
Pengoperasian turbin yang terus menerus dan kondisi yang
abnormal mempengaruhi kondisi turbin. Instrumen dibutuhkan
untuk memantau kondisi turbin dan membantu mendapatkan data
yang berguna untuk proses operasional dan pemeliharaan. Adapun
fungsi instrumen ini adalah 1) mendeteksi kondisi yang ada pada
peralatan, 2) memastikan operasi pada batasan yang aman, 3)
memberikan peringatan jika ada abnormalitas pada turbin. Pada
turbin uap terdapat beberapa kategori instrumen turbin, yaitu:
a. Supervisory instrumentation
b. Efficiency instrumentation
c. Auxiliary system instrumentation
d. Condition-monitoring instrumentation
e. Instrumentation associated with protection and control
equipment
Turbin dengan kondisi temperatur dan tekanan yang tinggi,
akan memiliki tingkat masalah yang tinggi pula dalam
pengoperasiannya. Jarak (clearance) antara komponen yang
berputar (rotating) dengan komponen yang diam (stationary) dari
turbin harus dikurangi seminimum mungkin untuk menghasilkan
kemampuan yang maksimum. Untuk memonitor/mendeteksi
kondisi perubahan saat turbin beroperasi dipasang beberapa alat
deteksi yaitu berupa sensor-sensor. Sensor-sensor ini umumnya
disebut Supervisory Instrument.
Ada beberapa alat untuk memonitor kondisi turbin dan ada
sebagian yang sekaligus sebagai alat proteksi turbin secara
otomatis bila dalam kondisi darurat. Keadaan darurat adalah
keadaan yang menunutut tindakan segera untuk melindungi turbin
dari kerusakan. Keadaan darurat ini adalah tindakan menghentikan
perputaran turbin dengan menutup Stop valve maupun Control

39
40

valve utama dan juga menutup Combine rehaet valve secara


seketika sehingga aliran uap terhenti.
Turbine supervisory instrument yang umum digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Vibration
Alat ini berfungsi untuk mengukur gerakan dinamik
(radial vibration) dari poros relatif terhadap rumah bearing.
Perhitungan ini memberikan indikasi awal terjadinya
kerusakan. Pengukuran getaran dapat dibuat horizontal atau
vertikal terhadap shaft (X-Y).
2. Eccentricity
Alat ini berfungsi untuk memonitor kelengkungan dari
pada rotor turbin pada saat kondisi turning. kuran kelurusan
memberikan besarnya lendutan yang terjadi pada rotor.
Pengukuran ini juga memberikan indikasi besarnya bengkok
pada shaft.
3. Casing Expansion dan Differential Expansion
Casing expansion adalah instrumen yang mengindikasikan
pemuaian dari keseluruhan casing turbin dengan mengukur
pergerakan relatif antara tumpu bearing dan bantalan.
Instrumentasi differential expantion ini berfungsi untuk
memonitor secara kontinyu nilai pemuaian antara rortor dan
casing saat turbin beroperasi. Hal ini diperlukan untuk
memastikan bahwa jarak axial (axial clearance) antara
komponen- komponen yang tidak bergerak dengan komponen
yang berputar tidak mencapai titik kontak. Instrumentasi ini
diperlukan pada turbin uap skala besar.
4. Speed Measurement
Alat ini berfungsi untuk memonitor dan memproteksi
kecepatan putaran rotor turbin.

4.2. Casing Expansion di Turbin Unit 2 PT. Indonesia Power


Kamojang
4.2.1. Aplikasi
41

Instrumen ini digunakan untuk mengukur pemuaian


dari casing pada arah longitudinal dan differential
expansion antara putaran shaft dan bagian yang tidak
berputar (fixed). Komponen dari instrumen ini adalah :
 1 x detektor casing expansion
 2 x detektor diferensial expansion
 1 x unit control drawer
 1 x recorder

Gambar 4.1 Indikator casing expansion dan differential


expansion

4.2.2. Deskripsi Instrumen


4.2.2.1. Casing Expansion
Temperatur menyebabkan perubahan pada casing
turbin antara kondisi dingin dengan kondisi berputar (lebih
panas). Pemuaian terjadi pada arah longitudinal dari titik
antara salah satu bagian akhir turbin dengan casing.
42

Sedangkan, bagian ujung turbin lainnya didesain bergerak


bebas pada arah longitudinal.
Detektor casing expansion adalah sebuah
potensiometer yang terletak pada bagian ujung bebas
turbin. Detektor ini terdiri dari batang pegas berbeban yang
dikunci dengan sebuah rak bergigi. Bagian atas dari batang
tersebut terhubung dengan kuat dengan casing. Ketika
casing memuai, batang tersebut akan terdorong kedalam.
Karena batang gir potensiometer terpaut dengan gigi dari
rak tersebut, potensiometer berputar secara proporsional
dengan pemuaian dari casing. Dengan susunan tersebut,
menjadi sangat mungkin untuk menentukan apakah
pemuaian casing normal atau tidak dari sinyal
potensiometer. Range standar dari piranti ini adalah 0–50
mm dan keluaran ke recorder antara 0-40 mV DC.

4.2.2.2. Differential Expansion


Saat uap masuk ke dalam turbin, bagian yang berputar
(rotor) dan casing adalah subjek dari pemuaian. Hal ini
tidak akan menjadi masalah jika keduanya memuai dengan
laju pemuaian yang sama. Akan tetapi, rotor memiliki
massa yang lebih kecil dari casing, sehingga rotor akan
memuai lebih cepat daripada casing jika terkena kalor.
Jarak aksial antara piranti statis dengan piranti yang
bergerak membuat differential expansion diperbolehkan
pada sebuah range tertentu. Namun, differential expansion
ini bisa saja melebihi dari range yang diperkenankan,
sehingga akan terjadi gesekan antara bagian yang statis
dan bagian yang berputar.
Untuk mengukur differential expansion menggunakan
jembatan sirkuit yang terdiri dari resistansi yang terletak di
control drawer dan sepasang pick-up coil dipasang di
turbin. Coil yang satu menjulang pada sisi rotor yang
menonjol. Tonjolan ini dirancang dengan sudut 140 dengan
bagian tengah rotor, dan pergerakan sumbu aksial per
43

10mm hanya menyebabkan perubahan 2.42 mm di gap


coil. Hal ini menyebabkan pick-up coil bisa dioperasikan
tak lebih dari range linear dari gap. Tindakan ini
menghasilkan perubahan reluktansi dari jembatan sirkuit.
Sinyal resultan ini berhubungan dengan differential
expansion dan diaplikasikan ke recorder.
Skala standar dari piranti ini adalah 0-25 mm dan skala
tengah merepresentasikan nilai nominal dari differential
expansion, (“-10~0~+15 mm”, maka “0”
merepresentasikan nilai dari diferensial). Keluaran dari
recorder adalah 5 mA DC. Silikon mengontrol rectifier
digunakan sebagai alarm piranti switching. Pengaturannya
dilakukan oleh potensiometer. Alarm akan berfungsi saat
differential expansion antara casing dengan shaft melebihi
dari nilai batas yang diperbolehkan.

4.2.3. Kontruksi
4.2.3.1. Detektor Casing Expansion
Detektor diakomodasi dalam sebuah kotak baja.
Gambar 4.2. Menunjukkan gambaran outline dari
dimensinya. Plunger digunakan dengan tonjolan pegas
dari salah satu sisi dari kotak. Satu gir dan rak
berhubungan berisi bagian dalam plunger. Gerakan linear
dari plunger akan dikonvert ke gerakan putar. Satu set dari
gerakan putaran gir akan mengubah sudut dari
potensiometer dengan nilai yang sesuai. Rasio dari gir
adalah satu gerakan dari plunger menyebabkan ful satu
putaran potensiometer.

4.2.3.2. Detektor Differential Expansion


Dua detektor differential expansion dibutuhkan dalam
satu unit. Gambar 4.3. menunjukkan gambaran outline dari
dimensinya. Besar resistansi dari masing-masing coil
adalah sekitar 20 Ohm.
44

Gambar 4.2 Outline Transmiter Casing Expansion

Gambar 4.3 Outline Differensial Expansion Pick-up Coil

4.2.3.3. Control Drawer Unit


Control drawer terdiri dari sebuah bidang panel,
casing yang melekat, dan sebuah enclosure (pembatas).
Seluruh komponen internal berada pada bidang panel dan
casing. Gambar 4.4. menunjukkan gambaran outline
dimensinya. Terminal untuk koneksi eksternal dari bagian
belakang pembatas dan komponen internal, dihubungkan
45

menggunakan konektor. Susunan ini memperbolehkan


untuk menarik keluar komponen internal tanpa
memindahkan koneksi eksternal dari drawer.
Pertimbangan yang matang diaplikasikan pada konstruksi
agar bisa menjamin komponen internal tidak rusak.
Namun, perlindungan yang cukup saat unit bekerja tetap
dibutuhkan, karena komponen internal sangat berat dan
tidak ada stopper yang terpasang.

Gambar 4.4 Turbine Supervisory Instrument Drawer


Komponen internal dari control drawer terdiri dari
bidang panel, sirkuit pengukur casing expansion dan
differential expansion, dua interlock switches, dan rear
connector. Bagian kiri dari bidang panel digunakan untuk
casing expansion dan bagian kanan digunakan untuk
differential expansion. Sedangkan, bagian tengah terdiri
dari power switch, sekering, dan lampu pilot pada masing-
masing expansion. Dua test push-buttons dipasang, satu di
baguan kiri dan satu lagi di sisi kanan tengah dari bidang
panel. Pada kasus ini differential expansion, dua alarm
didesain sebagai LONG dan SHORT lampu alarm.
Sirkuit pengukuran untuk casing expansion terdiri
dari lima potensiometer dan semua komponen sirkuit ini
46

dibutuhkan untuk pengukuran casing expansion. Lima


potensiometer ini (R6, R7, R8, R9, R10) terletak di bagian
atas modul yang digunakan untuk zero adjusment, test
adjusment, calibration adjusment, moving coil recorder
atau meter adjusment, dan mV adjusment.
Sirkuit pengukuran untuk differential expansion
terdiri dari enam potensiometer dan semua komponen
sirkuit ini dibutuhkan untuk pengukuran differential
expansion. Lima potensiometer (R27, R28, R29, R30, R31)
terletak di bagian atas modul dan digunakan untuk test
adjusment, SHORT alarm setting adjusment, LONG alarm
setting adjusment, recorder zero adjusment, dan recorder
gain adjusment. Sedangkan, satu potensiometer lainnya
(R38) terletak di papan printed circuit yang digunakan
untuk mV adjusment. Dua interlock switches (IL21 dan
IL22) diletakkan di bagian belakang dari control drawer.
Ini digunakan untuk meng-interrupt alarm eksternal.
Respective switch contact dihubungkan seri dengan K21
dan K22 relay alarm.

Gambar 4.5 Drawer Tampak Sisi Kanan


47

4.2.3.4. Recorder
Recorder adalah tipe 2-pen yang merekam casing
expansion dan differential expansion pada grafik yang sama.
Pada kasus ini, recorder merekam juga eccentricity dan
vibration.

Gambar 4.6 Skematik diagram turbin supervisory instrument

4.3. Pengambilan Data dan Analisis Data


Pengambilan data yang dilakukan adalah trend
kenaikan casing expansion pada kondisi start-up turbin unit 2.
Data diperoleh dari aparratus room yang dapat menunjukkan
secara real-time berbagai kondisi turbin, mulai dari kecepatan,
daya yang dihasilkan, serta berbagai parameter pengukuran
turbine supervisory instrument (TSI).
Unit 2 PT. Indonesia Power shut down pada tanggal 7
Januari 2017 karena terdapat suatu permasalahan mekanik
yang membutuhkan perbaikan. Unit berhenti beroperasi
sekitar 50 jam dan kembali beroperasi pada tanggal 9 Januari
2017 pada pukul 13.45.
Pengambilan data yang dilakukan adalah besar
kenaikan casing expansion pada turbin supervisory
48

instrument ketika start-up sampai unit berjalan online. Data


yang diambil setiap rentang waktu 10 menit berjumlah 84
data, yakni dari 9 Januari 2017 pukul 13.50 WIB sampai
dengan 10 Januari 2017 pukul 03.40 WIB dapat dilihat pada
Tabel 4.1. Kenaikan casing expansion (mm) terhadap waktu
saat start-up turbin unit 2 (terlampir)

Tabel 4.1 Kenaikan casing expansion (mm) terhadap waktu saat


start-up turbin unit 2 (sumber : aparratus room PT.
Indonesia Power UPJP Kamojang)
No Waktu Menit ke- Casing expansion
1 13.50 10 1.094009
2 14.00 20 1.093750
3 14.10 30 1.093750
4 14.20 40 1.095625
5 14.30 50 1.095136
6 14.40 60 1.095625
7 14.50 70 1.094538
8 15.00 80 1.096782
9 15.10 90 1.102157
10 15.20 100 1.022255
11 15.30 110 0.903044
12 15.40 120 0.925750
13 15.50 130 0.929592
14 16.00 140 0.956563
15 16.10 150 0.974402
16 16.20 160 1.016395
17 16.30 170 1.078125
18 16.40 180 1.134104
19 16.50 190 1.192250
20 17.00 200 1.303975
21 17.10 210 1.409750
49

22 17.20 220 1.517010


23 17.30 230 1.605777
24 17.40 240 1.674514
25 17.50 250 1.732543
26 18.00 260 1.780250
27 18.10 270 1.857676
28 18.20 280 1.989842
29 18.30 290 2.335123
30 18.40 300 2.521181
31 18.50 310 2.612432
32 19.00 320 2.680764
33 19.10 330 2.699562
34 19.20 340 2.717902
35 19.30 350 2.729166
36 19.40 360 2.724799
37 19.50 370 2.728889
38 20.00 380 2.741806
39 20.10 390 2.750903
40 20.20 400 2.751319
41 20.30 410 2.782498
42 20.40 420 2.839174
43 20.50 430 2.904576
44 21.00 440 2.946319
45 21.10 450 2.945876
46 21.20 460 2.946501
47 21.30 470 2.946597
48 21.40 480 2.953055
49 21.50 490 2.996044
50 22.00 500 3.136737
51 22.10 510 3.199293
50

52 22.20 520 3.223623


53 22.30 530 3.227687
54 22.40 540 3.220554
55 22.50 550 3.223952
56 23.00 560 3.310441
57 23.10 570 3.382158
58 23.20 580 3.439456
59 23.30 590 3.453877
60 23.40 600 3.499291
61 23.50 610 3.533043
62 24.00 620 3.566667
63 00.10 630 3.567823
64 00.20 640 3.589028
65 00.30 650 3.600443
66 00.40 660 3.624947
67 00.50 670 3.637563
68 01.00 680 3.644790
69 01.10 690 3.659372
70 01.20 700 3.662489
71 01.30 710 3.675551
72 01.40 720 3.680419
73 01.50 730 3.683756
74 02.00 740 3.681536
75 02.10 750 3.689107
76 02.20 760 3.702985
77 02.30 770 3.707213
78 02.40 780 3.705385
79 02.50 790 3.718422
80 03.00 800 3.726067
81 03.10 810 3.716471
51

82 03.20 820 3.721207


83 03.30 830 3.721396
84 03.40 840 3.720075

Scatterplot of Casing expansion vs Menit ke-


4.0

3.5
Casing expansion (mm)

3.0

2.5

2.0

1.5

1.0

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900


Menit ke-

Gambar 4.7 Grafik casing expansion terhadap waktu pada


kondisi start-up turbin

Seperti pada grafik di atas terlihat bahwa casing


expansion mengalami kenaikan dan penurunan sampai
akhirnya steady pada titik tertentu, yaitu 3.72 mm. Nilai casing
expansion terkecil adalah 0.903044 mm dan nilai terbesar
adalah 3.726067 mm. Berdasarkan bentuk grafik tersebut,
sistem dapat didekati dengan sistem orde satu.

4.3.1 Model Matematis dan Karakteristik Statik Sensor


Sebagaimana yang telah dijelaskan pada subbab
sebelumnya, sistem sensor pada casing expansion di turbin
unit 2 PT. Indonesia Power UPJP Kamojang ini menggunakan
prinsip potensiometer resistif. Prinsip kerjanya adalah
perpindahan (d) yang terjadi akan mengubah nilai resistansi
52

dari potensiometer. Perubahan resistansi sebanding dengan


perubahan nilai jatuh tegangan (V).
Pada sistem sensor turbin unit 2 PT. Indonesia Power
UPJP Kamojang mengguanakan potensiometer 0-1000 Ohm
dengan Range standar dari piranti ini adalah 0–50 mm dan
keluaran antara 0-40 mV DC. Selanjutnya tegangan keluaran
ini akan masuk ke amplifier dan keluar menjadi arus 4-20 mA
yang akan dibaca di control room.

Gambar 4.8 Model potensiometer resistif


Dengan demikian, model matematis dari sistem sensor
tersebut adalah sebagai berikut.
𝑑
𝑉=𝐸𝑥
𝐷
Dimana,
V = tegangan keluaran (mV)
E = tegangan keluaran maksimum (mV)
D = span sensor (mm)
d = nilai casing expansion (mm)
Maka,
𝑑
𝑉 = 40 𝑥
50
Nilai d (casing expansion) pada persamaan di atas adalah
nilai setiap data pengukuran yang telah diambil yang
berjumlah 84 data. Setelah memasukkan semua nilai data
didapatkan grafik sebagai berikut.
53

Scatterplot of Voltase output vs Casing expansion


3.0

2.5
Voltase output (mV)

2.0

1.5

1.0

1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0


Casing expansion (mm)

Gambar. 4.9 Grafik nilai casing expansion dengan tegangan


keluaran

Selanjutnya tegangan keluaran ini akan masuk ke amplifier


dan keluar menjadi arus 4-20 mA yang akan dibaca di control
room. Dengan demikian, nilai arus (Ii) untuk setiap tegangan
keluaran (Vi) adalah sebagai berikut :
16
𝐼𝑖 = 4 + (𝑉𝑖 𝑥 )
𝑉𝑚𝑎𝑥
16
𝐼𝑖 = 4 + (𝑉𝑖 𝑥 )
40
Dengan memasukkan semua nilai data tegangan kelauran
didapatkan grafik sebagai berikut.
54

Scatterplot of Arus vs Voltase output


5.2

5.0
Arus (mA)

4.8

4.6

4.4

4.2
1.0 1.5 2.0 2.5 3.0
Voltase output (mV)

Gambar 4.10 Grafik hubungan tegangan keluaran dengan arus

Berdasarkan data yang didapatkan dapat dituliskan


beberapa karakteristik statik dari sensor potensiometer yang
digunakan untuk melakukan pengukuran pada casing
expansion pada turbin unit 2 PT. Indonesia Power UPJP
Kamojang.
a. Range
Range dari suatu sensor mengindikasikan batas nilai
minimum dan maksimum yang dapat menjadi input. Pada
sensor potensiometer ini memiliki range 0-50 mm.
b. Span
Span merupakan selisih antara nilai input minimum dan
maksimum. Berdasarkan nilai range di atas, maka sensor
tersebut memiliki span 50 mm.
c. Sensitivitas
Sensitivitas pada sensor didefinisikan sebagai rasio dari
perubahan nilai output dari perubahan nilau input per unit
data yang membuat nilai output berubah. Pada sensor
potensiometer ini memiliki sensitivitas sebesar 0.8 mV/mm.
55

4.3.1. Spesifikasi Respon Sistem


4.3.1.1 Konstanta waktu (Time Constant), 𝜏
Kontanta waktu menyatakan kecepatan peluruhan atau
waktu yang dibutuhkan untuk respon sistem natural meluruh
menjadi nilai 1/e dari nilai awalnya. [5] Nilai time constant ini
dapat kita ambil pada saat respon mencapai 63% dari nilai steady
(pada kasus ini casing expansion = 3.72 mm). Time constant
dapat dihitung dengan rumus :
𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝜏 =
(𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑑𝑦
− 𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑤𝑎𝑙 ) 𝑥 63%
+ 𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑤𝑎𝑙
𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝜏 = (3.72 − 1.094)𝑥 0.63 + 1.094
= 2.74838
Berdasarkan rumus tersebut didapatkan nilai
𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝜏 = 2.74838 𝑚𝑚. Untuk menentukan
waktu pada saat casing expansion mencapai 2.74838, dibutuhkan
persamaan dari grafik. Untuk mendapatkan nilai konstanta waktu
digunakan cara interpolasi, sebagai berikut :
390 − 𝜏 2.750903 − 2.74838
=
390 − 380 2.750903 − 2.741806
390 − 𝜏 0.002523
=
10 0.009097
0.02523 = 3.54783 − 0.009097 𝜏
𝜏 = 387.226 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Dengan demikian, dari persamaan tersebut diperoleh time
constant pada casing expansion ini adalah 387.226 menit.

4.3.1.2 Waktu naik (rise time), Tr


Waktu naik didefinisikan dengan waktu yang diperlukan
respon dari 0.1 sampai 0.9 nilai akhirnya. [5]
𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑇𝑟,1 =
(𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑑𝑦
− 𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑤𝑎𝑙 ) 𝑥 10%
+ 𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑤𝑎𝑙
56

𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝜏 = ( 3.72 − 1.094)𝑥 0.1 + 1.094 = 1.3566


Maka,
210 − 𝜏 1.409750 − 1.3566
=
210 − 200 1.409750 − 1.303975
210 − 𝜏 0.05315
=
10 0.105775
0.5315 = 22.21275 − 0.105775 𝜏
𝜏 = 204.975 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑇𝑟,2 =
(𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑑𝑦
− 𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑤𝑎𝑙 ) 𝑥 90%
+ 𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑤𝑎𝑙
𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝜏 = ( 3.72 − 1.094)𝑥 0.9 + 1.094 = 3.4574
Maka,
600 − 𝜏 3.499291 − 3.4574
=
600 − 590 3.499291 − 3.453877
600 − 𝜏 0.041891
=
10 0.045414
0.41891 = 27.2484 − 0.045414 𝜏
𝜏 = 590.775 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Dengan demikian, waktu naik (Tr) adalah sebagai berikut
:
𝜏2 − 𝜏1 = 590.775 − 204.975 = 385.800 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

4.3.1.3 Waktu penetapan (settling time), Ts


Waktu penetapan didefinisikan sebagai waktu yang
dibutuhkan respon untuk mencapai 2% dari nilai akhirnya. [5]
𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑇𝑠 =
(𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑑𝑦
− 𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑤𝑎𝑙 ) 𝑥 98%
+ 𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑤𝑎𝑙
𝐶𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑒𝑥𝑝𝑎𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝜏 = ( 3.72 − 1.094) 𝑥 0.98 + 1.094
= 3.66748
57

Maka,
710 − 𝜏 3.675551 − 3.66748
=
710 − 700 3.675551 − 3.662489
710 − 𝜏 0.008071
=
10 0.013062
0.08071 = 9.27402 − 0.013062 𝜏
𝜏 = 703.821 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Tabel 4.2 Tabel spesifikasi respon sistem


No. Spesifikasi respon Keterangan Nilai
63% dari nilai 387.226
1 Konstanta waktu
akhir menit
Waktu dari 0.1
385.800
2 Waktu naik samapi 0.9 nilai
menit
akhir
98% dari nilai 703.821
3 Waktu penetapan
akhir menit
58

Halaman ini sengaja dikosongkan


59

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dengan melaksanakan kerja praktik pada PT. Indonesia
Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pemangkitan Kamojang,
kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:
1. PT. Indonesia Power Unit Pembangkit dan Jasa
Pembangkit Kamojang merupakan pembangkit listrik
tenaga panas bumi yang menyalurkan energi listrik ke
daerah Garut dan Bandung dengan kapasitas sebesar
55MW masing-masing unit.
2. Turbin unit 2 PT. Indonesia Power UPJP Kamojang
menggunakan Turbine Supervisory Instrumention untuk
memantau kondisi turbin dan membantu mendapatkan data
yang berguna untuk proses operasional dan pemeliharaan.
Adapun fungsi instrumen ini adalah 1) mendeteksi kondisi
yang ada pada peralatan, 2) memastikan operasi pada
batasan yang aman, 3) memberikan peringatan jika ada
abnormalitas pada turbin.
3. Casing expansion adalah salah satu dari turbine
supervisory instrument yang mengindikasikan pemuaian
dari keseluruhan casing turbin dengan mengukur
pergerakan relatif antara tumpu bearing dan bantalan. Pada
PT. Indonesia Power UPJP Kamojang unit 2 digunakan
potensiometer untuk pengukurannya.
4. Pada saat start-up unit 2, casing expansion mengalami
kenaikan dan penurunan sampai akhirnya steady pada titik
tertentu, yaitu 3,72 mm pada menit ke-800. Nilai casing
expansion terkecil adalah 0,903044 mm dan nilai terbesar
adalah 3,726067 mm.
5. Berdasarkan spesifikasi sensor potensiometer pada casing
expansion turbin unit 2, didapatkan karakteristik statik
sensor yaitu, range 0-50 mm, span 50 mm, dan sensitivitas
0,8 mV/mm.

59
60

6. Spesifikasi respon sistem dapat diketahui dengan nilai


konstanta waktu, waktu naik, dan waktu penetapan, yaitu
masing-masing bernilai 387,226, 385,800, dan 703,821
menit.

5.2 Saran
Adapun saran yang penulis berikan, antara lain:
1. Bagi perusahaan
Data untuk parameter turbin supervisory instrument
saat turbin start-up dapat diakses melalui control room dan
dapat diakses dalam bentuk file microsoft excel agar lebih
mudah dalam pengambilan dan pengolahan data.
2. Bagi mahasiswa
Melakukan penelitian lebih lanjut untuk turbin
supervisory instrument khususnya bagian casing
expansion saat turbin shut-down, kemudian melakukan
perbandingan dengan trend ketika turbin start-up yang
telah dikerjakan pada laporan ini.
61

DAFTAR PUSTAKA

Field application note. 2012. Turbine Supervisory Instrument. STI


Vibration Monitoring Inc
Instruction. TSI 5100 Series. Turbine Supervisory Instrument :
Casing Expansion/Differential Expansion. Mitsubishi
Electric Corporation.
Turbine / Generator Supervising Instrument Diagram. Kamojang
Geothermal Power Project Unit 2 and 3 (2x 55MW).
Mitsubishi Heavy Industries, Ltd.
Fraden, Jacob. 2010. Handbook of Modern Sensors, Physics,
Designs, and Applications, Fourth Edition. California :
Springer.
Nise, Norman S. 2011. Control Systems Engineering Sixth Edition.
California State Polytechnic University, Pomona

61

Anda mungkin juga menyukai