Laporan Apotek KAmpus
Laporan Apotek KAmpus
Laporan Apotek KAmpus
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
d. Perlengkapan Apotek
Dalam lampiran KEPMENKES No. 1332 tahun 2002, tentang berita acara
pemeriksaan apotek, dituliskan tentang perincian hal yang diperiksa dan
persyaratan yang harus dipenuhi, yakni :
1. Alat pembuatan, pengolahan, peracikan :
a) Timbangan miligram dengan anak timbangan yang sudah ditera minimal
satu set.
b) Timbangan gram dengan anak timbangan yang sudah ditera minimal satu
set.
c) Perlengkapan lain disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi :
a) Lemari dan rak untuk penyimpanan obat.
b) Lemari pendingin.
c) Lemari untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika.
3. Wadah pengemas dan pembungkus :
a) Etiket.
b) Wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat.
4. Alamat administrasi :
a) Blangko pesanan obat.
b) Blangko kartu stok obat.
c) Blangko salinan resep.
d) Blangko faktur dan nota penjualan.
e) Buku catatan narkotika.
f) Buku pesanan obat narkotika.
g) Format laporan obat narkotika.
5. Buku acuan :
a) Buku standar yang diwajibkan yakni Farmakope Indonesia edisi terbaru 1
buah.
b) Kumpulan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
apotek.
II.1.5 Apoteker Pengelola Apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014, Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah
lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Sesuai
dengan peraturan yang berlaku, maka apotek harus dikelola oleh seorang apoteker
yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, seorang apoteker harus mampu
menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang
tepat, mampu berkomunikasi antar profesi, dan menempatkan diri sebagai
pimpinan dalam situasi multidisipliner.
a. Kewenangan dan Kewajiban Apoteker di Apotek
1. Kewenangan :
a) Berhak melakukan pekerjaan kefarmasian.
b) Berwenang menjalankan peracikan obat (pembuatan dan penyerahan obat-
obatan untuk kesehatan).
c) Berwenang menyelenggarakan apotek di suatu tempat setelah mendapat SIA
dari Dinas Kesehatan.
d) Berwenang menerima dan menyalurkan obat keras melalui pedagang besar
farmasi atau apotek.
2. Kewajiban Apoteker
a) Menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang
bermutu baik dan keabsahannya terjamin.
b) Melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang
dilandasi oleh kepentingan masyarakat.
c) Berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.
d) Memberikan informasi berkaitan dengan penggunaan obat yang disarankan
kepada pasien dan penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas
permintaan masyarakat.
e) Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker
pendamping atau apoteker pengganti dalam pengelolaan apotek.
f) Apabilah apoteker menganggap bahwa terdapat kekeliruan resep atau
penulisan resep yang tidak cepat, apoteker harus memberitahukan kepada
dokter penulis resep.
g) Menyerahkan resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lain: kunci
tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika: serta berita acaranya jika
menyerahkan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian.
h) Mengamankan perbekalan farmasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku jika SIA nya dicabut.
i) Menunjuk apoteker pendamping atau apoteker pengganti jika berhalangan
melaksanakan tugasnya (PERMENKES 2002).
b. Syarat Menjadi Apoteker Pengelolah Apotek
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi apoteker pengelola apotek
berdasarkan Permenkes Nomor 31 Tahun 2016 pasal 18 yaitu sebagai berikut :
1. Ijazah telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
2. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai apoteker.
3. Memiliki SIPA dari MENKES.
4. SIPA bagi Apoteker di fasilitas kefarmasian hanya diberikan untuk 1 (satu)
tempat fasilitas kefarmasian.
5. Dikecualikan dari ketentuan, SIPA bagi Apoteker di pelayanan kefarmasian
dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas pelayanan
kefarmasian.
6. Dalam hal ini Apoteker telah memiliki Surat Izin Apotek, makan Apoteker
yang bersangkutan hanya dapat memiliki 2 (dua) SIPA pada fasilitas pelayanan
kefarmasian lain.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu pelayanan, dan harga yang tertera dalam
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima, serta yang bertanggung
jawab dalam penerimaan yaitu Teknisi Kefarmasian (Permenkes, 2014).
4. Penyimpanan Obat
Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan ke wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas
pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor
batch, dan tanggal kadaluarsa. Penyimpanan obat dilakukan dengan
memperhatikan bentuk sediaan obat, kelas terapi serta disusun secara
alfabetis. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out)
dan FIFO (First In First Out). Penyimpanan obat yang masuk ke apotek
merupakan tanggung jawab dari kepala gudang/personil yang telah ditunjuk
bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pengawasan penyimpanan sediaan
farmasi-alat kesehatan (Permenkes, 2014 dan IAI 2013).
a. Kerja Ikhlas:
Siap bekerja dengan tulus tanpa pamrih untuk kepentingan bersama.
b. Kerja Cerdas:
Kemampuan dalam belajar cepat (fast learner) dan memberikan solusi yang
tepat.
c. Kerja Keras:
Menyelesaikan pekerjaan dengan mengerahkan segenap kemampuan untuk
mendapatkan hasil terbaik.
d. KerjaAntusias:
Keinginan kuat dalam bertindak dengan gairah dan semangat untuk mencapai
tujuan bersama.
e. Kerja Tuntas:
Melakukan pekerjaan secara teratur dan selesai untuk menghasilkan output
yang maksimal sesuai dengan harapan.
II.2.4 Kegiatan Usaha Kimia Farma Apotek
Kimia Farma Apotek menyediakan berbagai layanan dan usaha di bidang
kesehatan, yaitu apotek, klinik, optik, dan laboratorium klinik
(kimiafarmaapotek.co.id).
a. Apotek
Saat Ini kami Memiliki lebih dari 725 Apotek yang beroperasi di 34 Provinsi di
Indonesia dengan lebih dari 800 tenaga Apoteker professional yang berpraktek
melayani kebutuhan kesehatan masyarakat Indonesia. Kegiatan usaha Apotek
meliputi pelayanan obat resep, non resep, serta alat kesehatan dengan
kelengkapan produk untuk upaya kesehatan paripurna, baik preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan promotif, serta produk lainnya yang terkait dengan jumlah
SKU lebih dari 20 ribu jenis (kimiafarmaapotek.co.id).
Apotek dikembangkan sebagai ritel modern dan dioperasikan dengan standar
Good Pharmacy Practice (GPP) sesuai standar internasional dari International
Pharmaceutical Federation. Pelayanan apotek terintegrasi secara sistem
dengan klinik, laboratorium klinik, optik dan layanan kesehatan Perseroan
lainnya, dan sebagian juga terintegrasi secara fisik atau dalam satu atap
(kimiafarmaapotek.co.id).
b. Klinik
Klinik kesehatan Kimia Farma merupakan jaringan klinik pertama yang
tersebar di seluruh Indonesia. Kami menyediakan jasa pengobatan kuratif,
penanganan gawat darurat tingkat pertama, bedah minor, pelayanan imunisasi,
pemeriksaan kesehatan berkala, tumbuh kembang dan pemeriksaan kehamilan,
keluarga berencana, deteksi dini, rehabilitasi medik terbatas, penyuluhan
kesehatan, pelayanan K3 tingkat primer, kunjungan ke rumah (Home Care
Service) dan rujukan. Dengan kekuatan jaringan yang luas, kami juga bermitra
dengan berbagai penyedia layanan asuransi untuk memudahkan akses
pengguna asuransi kepada layanan kesehatan primer yang berkualitas
(kimiafarmaapotek.co.id).
c. Optik
Sebagai komitmen kami sebagai penyedia layanan One Stop Health Care
Solution (OSHCS), layanan optik kami hadirkan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan alat penglihatan yang bermutu. Kegiatan usaha optik berada
dibeberapa apotek dan akan terus dikembangkan baik secara mandiri maupun
dengan pola kerja sama operasi (kimiafarmaapotek.co.id).
d. Laboratorium klinik
Kegiatan usaha Laboratorium Klinik diselenggarakan oleh anak perusahaan
yaitu PT. Kimia Farma Diagnostika yang bergerak dalam bidang jasa layanan
pemeriksaan laboratorium rutin, khusus dan rujukan serta layanan pemeriksaan
kesehatan (medical checkup–MCU), baik untuk karyawan, calon karyawan dan
masyarakat umum (kimiafarmaapotek.co.id).
II.2.5 Kimia Farma Bisnis Manager (BM) Makassar
Apotek Kimia Farma Makassar memiliki 28 yang tersebar di beberapa
daerah, yaitu :
Tabel 2.1 Daftar Apotek Kimia Farma yang termasuk dalam BM Makassar
No Nama Apotek Alamat Apotek Kota Nomor Phone
Apotek Kimia Farma Jl. Jend A.Yani 17 –
1 Makassar 0411 3620942
33 19
Apotek Kimia Farma Jl. St. Hasanuddin No.
2 Makassar 0411 3617110
38 48
Apotek Kimia Farma Jl. Dr. Ratulangi No.
3 Makassar 0411 873789
250 59
Apotek Kimia Farma
4 Jl. Hertasning Makassar 0411 442945
462
Apotek Kimia Farma Jl. Daeng Tata
5 Makassar 0411 880685
501 No.BBA
Apotek Kimia Farma
6 Jl. Pettarani No.18 Makassar 0411 857287
502
Apotek Kimia Farma Jl. Cendrawasih No.
7 Makassar 0411 875940
548 233
Apotek Kimia Farma Jl. Urip Sumoharjo
8 Makassar 0411 449936
199 Erlina No. 32
Apotek Kimia Farma Jl. Perintis
9 Makassar 0411 585904
Pel 8 RSUP Wahidin Kemerdekaan Km 11
Apotek Kimia Farma Jl. Perintis
10 Makassar - -
Pel RS Unhas Kemerdekaan Km 11
Apotek Kimia Farma Jl. Perintis
11 Kemerdekaan Km 14 Makassar 0411 518921
577 No. 195A
Apotek Kimia Farma Jl. Sultan Alauddin
12 Makassar 0411 865538
602 No. 222
Apotek Kimia Farma Jl. Per. Kemerdekaan
13 Makassar 0411 4813615
Sudiang Km 19 No. 5
Apotek Kimia Farma Jl. Boulevard Komp.
14 Makassar 0411 442098
Boulevard Ruby No. 17
15 Apotek Kimia Farma Jl. Kima Raya 1 Makassar 0411 515965
Kima
Apotek Kimia Farma Jl. Sultan Hasanuddin
16 Gowa 0411 869842
601 No. 8
Apotek Kimia Farma Jl. Pengayoman No.
17 Makassar 0411 438432
Pengayoman C2 16
Apotek Kimia Farma Jl. Adhyaksa Baru No.
18 Makassar - -
Lacasino 45
Apotek Kimia Farma Bumi Tamalanrea
19 Makassar - -
BTP Permai M/39
Apotek Kimia Farma Jl. Urip Sumohardjo
20 Makassar - -
Urips No. 36
Apotek Kimia Farma Jl. Perintis
21 Makassar - -
Perintis Kemerdekaan Km 11
Apotek Kimia Farma
22 Jl. Poros Maccopa Maros 0411 372020
600
Apotek Kimia Farma
23 Jl. Dr. Kayadoe Ambon 0911 351677
Pel Ambon
Apotek Kimia Farma
24 Jl. Diponegoro No. 66 Ambon 0911 3822693
Urimeseng
Apotek Kimia Farma Jl. Nurussamawati No.
25 Pare-Pare 0421 22237
31 30
Apotek Kimia Farma Jl. Bau Masepe No.
26 Pare-Pare 0421 21892
248 Gelora 404
Apotek Kimia Farma Jl. Lanto Dg.
27 Bulukumba 0413 2510117
Bulukumba Pasewang No. 80
Apotek Kimia Farma
28 Jl. Pongtiku Raya Tana Toraja 0423 24141
201
II.2.6 Apotek Pelengkap RSUP dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Apotek Pelengkap RSUP dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar, terletak di
jalan Perintis Kemerdekaan KM 11 Makassar dengan nomor telepon (0411)
585904.
Apotek Pelengkap RSUP dr.Wahidin Sudirohusodo terdiri dari 1 lantai,
memiliki 1 orang Pharmacy Manager, 1 orang APA, 5 orang tenaga teknis
kefarmasian dan 2 orang tenaga pembantu layanan farmasi.
Pembagian ruangan di apotek pelengkap yakni terdiri dari berbagai area
yaitu, area pelayanan resep, area pelayanan informasi obat dan area swalayan
farmasi. Pada area pelayanan farmasi terdiri dari bagian penerimaan resep, kasir
pelayanan, penyediaan dan peracikan obat, penyerahan obat dan ruang tunggu.
Area swalayan farmasi, konsumen dapat langsung melihat dan memilih obat atau
alat kesehatan yang diinginkan dan dapat dibantu oleh petugas untuk mencari obat
yang diinginkan.
II.3 Tinjauan Pustaka Tugas Khusus
II.3.1 Analisa Penolakan Resep
Pengaturan penyediaan obat merupakan hal yang sangat penting di
Apotek. Persediaan obat yang lengkap di Apotek merupakan salah satu cara untuk
menarik kepercayaan (pasien), namun banyaknya obat yang tidak tersedia, atau
kekosongan obat di apotek dapat menyebabkan kerugian Apotek. Untuk
mencegah hal tersebut, diperlukan keseimbangan antara besar persediaan dan
besarnya permintaan barang.
Untuk mencapai keseimbangan tersebut perlu dipertimbangkan hal hal
seperti kecepatan gerak atau perputaran persediaan barang serta obat yang laku
keras.
Untuk mengendalikan persediaan obat diperlukan pencatatan mengenai
arus keluar masuk barang sehingga ada keseimbangan antara obat yang terjual
dengan obat yang harus dipesan kembali.
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persedian sesuai
kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan system pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian perediaan dilakukan menggunakan kartu
stok sekurang – kurangnya memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
Analisa penolakan resep merupakan kegiatan untuk mengkaji tentang
obat-obat yang sering ditolak atau kosong stok di apotek.
Adapun aspek yang diamati :
a. Obat yang diminta oleh pasien.
b. Jumlah obat yang diminta.
c. Penyebab kekosongan obat :
- Kosong stok di apotek.
- Tidak pernah ada.
- Kosong distributo..
d. Solusi :
- Tolak
Obat di tolak apabila obat yang diminta pasien memang tidak pernah ada di
apotek, obat yang memang kosong distributor serta telah diupayakan
menghubungi di apotek kimia farma lain namun obat diminta tidak ada.
- Ganti
Apabila obat yang diminta oleh pasien kosong stok di apotek, maka pihak
apotek menyarankan kepada pasien untuk mengganti dengan obat yang
memiliki kandungan dan indikasi obat yang sama.
- Janji
Apabila obat yang diminta oleh pasien kosong stok di apotek, maka pihak
apotek memberikan solusi kepada pasien untuk dipinjamkan obat yang diminta
pasien di apotek Kimia Farma lain ataupun digudang atau pasien dijanji
obatnya diambilkan dengan memberikan kartu bon sisa untuk dibawa kembali
oleh pasien pada saatakan mengambil obat dihari yang telah dijanjikan oleh
pihak apotek.
e. Jenis pembelian :
- UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri)
Pembelian obat oleh seseorang tanpa resep dokter seperti obat bebas
tertbatas, obat wajib apotek.
- Tunai
Pembelian obat oleh seseorang dengan resep umum atau dengan kata lain
tidak menggunakan jaminan kesehatan.
- Kredit
Pembelian obat oleh seseorang dengan resep yang menggunakan jaminan
kesehatan seperti IOM, Askes dan jaminan kesehatan lainnya.
- HV
Pembelian obat oleh seseorang tanpa resep, pembelian obat bebas ataupun
produk di swalayan apotek Kimia Farma.
f. Harga obat yang diminta
Harga obat yang diminta pasien tetapi kosong stok di apotek dicatat untuk
melihat nominal jumlah harga obat seberapa besar kerugian yang dialami
apotek.
BAB III
2. Kerasionalan Obat
Menurut American Medical Association (AMA) kombinasi dari 3 obat
dalam racikan tidak rasional sedangkan dalam resep tersebut terdapat 3
jenis obat yang diracik, sehingga dapat disimpulkan bahwa resep racikan
tidak rasional menurut AMA (Edwards : 2000).
3. Aturan, Cara, dan Lama Penggunaan Obat
Penggunaan obat lansoprazole® yang diberikan oleh dokter telah rasional
yaitu pemberian 2 kali dalam sehari selama kurang lebih 15 hari (2
minggu). Sedangkan untuk resep racikannya telah sesuai karena
pemberian yang dianjurkan oleh dokter 2 kali sehari selama 10 hari,
pengobatan untuk gangguan lambung minimal 2 minggu. Selanjutnya
neurosanbe® sebagai multivitamin yang diberikan satu kali sehari tidak
sesuai dengan dosis lazim 3 kali sehari sehingga tidak akan memberikan
efek yang signifikan (OOP : 2010).
4. Polifarmasi dan Duplikasi Obat
Polifarmasi merupakan penggunaan obat dalam jumlah yang banyak dan
tidak sesuai dengan kondisi kesehatan pasien. Sedangkan duplikasi obat
adalah pemberian lebih dari satu obat yang mempunyai khasiat dan
mekanisme kerja obat yang sama (OOP : 2010). Pada resep terdapat 5
macam obat yang mengindikasikan polifarmasi pengobatan. Resep yang
polifarmasi adalah resep yang mengandung lebih dari 3 macam obat.
Banyaknya jumlah obat dalam resep juga akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya interaksi antara obat yang satu dengan obat yang
lain. Interaksi yang muncul dapat bersifat sinergis dan antagonis
tergantung dari mekanisme kerjanya masing-masing.
5. Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
Reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) atau adverse drug reaction
(ADR) adalah didefinisikan sebagai efek yang tidak diinginkan yang
berhubungan dengan penggunaan obat yang timbul sebagai bagian dari
aksi farmakologis obat yang kejadiannya mungkin tidak dapat
diperkirakan (Edwards, 2000). ROTD yang mungkin terjadi yaitu :
a. Lansoprazole®
Efek yang tidak diinginkan pada penggunaan lansoprazole biasanya
sangat jarang terjadi, seperti gangguan lambung-usus, nyeri kepala,
nyeri otot dan sendi, vertigo, gatal-gatal dan rasa kantuk atau sukar
tidur (OOP : 2010).
b. Boscopan®
Efek yang diakibatkan karena penggunaan buscopan seperti gelisah,
bingung, eksitasi, halusinasi dan delirium. Tetapi efek tersebut hanya
akan terjadi apabila dosis yang diberikan terlalu tinggi (MIMS : 2013)
c. Domperidon®
Efek yang tidak diinginkan sangat jarang terjadi dan berupa kejang-
kejang usus sementara dan reksi alergi kulit (MIMS : 2013).
d. Alprazolam®
Pada permulaan terapi dapat terjadi efek yang tidak diinginkan, tetapi
biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa waktu. Efek yang
sering terjadi adalah rasa kantuk, ataxia, letih-lesu dan reaksi psikis
(pikiran kacau, daya reaksi diperlambat) (OOP : 2010).
6. Kontraindikasi
Obat-obat yang diresepkan secara umum dikontraindikasikan untuk
pasien yang memiliki hipersensitifitas terhadap obat-obat tersebut.
Namun, kontraindikasi yang secara langsung berkaitan dengan kondisi
klinik pasien maupun obat-obat lain yang dikonsumsi pasien, tidak
ditemukan adanya kontraindikasi (MIMS : 2013).
d. Uraian Obat
1. Lansoprazole® (Brosur)
Komposisi
Lansoprazole 30 mg
Nama Paten
Lancid, Lanpracid, lazol, Prazotec, Ulceran
Farmakologi
Lansoprazole® menghambat sistem enzim H+, K+ ATP ase (pompa proton)
pada sel parietal mukosa lambung secara spesifik sehingga produksi asam
lambung tahap akhir dihambat.
Indikasi
Ulkus duodenum, ulkus gaster jinak, esofagitis refluks.
Kontraindikasi
Pasien yang hipersensitivitas terhadap lansoprazole.
Efek Samping
Efek yang tidak diinginkan pada penggunaan lansoprazole biasanya
sangat jarang terjadi, seperti gangguan lambung-usus, nyeri kepala, nyeri
otot dan sendi, vertigo, gatal-gatal dan rasa kantuk atau sukar tidur.
Peringatan dan Perhatian
Pengawasan ketat pada psien gangguan fungsi hati dan gagal jantung
kongestif.
Dosis
Ulkus duodenum/refluks esofagitis : 1 kapsul sehari selama 4 minggu.
Ulkus gaster jinak : 1 Kapsul sehari selama 8 minggu.
Pasien usia lanjut, pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal, tidak
diperlukan penyesuaian dosis. Jangan melebihi 30 mg/hari. Sebaiknya
diminum pagi hari sebelum makan.
2. Buscopan® (Brosur)
Komposisi
Nyoscine-N-Butylbromide
Nama Paten
Buscopan, Buscotica, Hyscopan
Farmakologi
Buscopan® mempunyai efek antispasmodik spesifik pada otto polos
saluran pencernaan, saluran biliaris (empedu), saluran genito urinarius
(saluran kemih).
Indikasi
Spasme saluran pencernaan, spasme dan diskinesia sistem bilier, spasme
traktus genito urinarius (saluran kemih).
Kontraindikasi
Buscopan jangan diberikan kepada pasien :
Penderita miastenia gravis dan megakolon.
Hipersensitivitas atau alergi terhadap Hyoscine-N-Butylbromide.
Takikardia .
Glaukoma sudut sempit.
Efek Samping
Pada kasus yang jarang perna dilaporkan terjadinya reaksi hipersensitif,
khususnya reaksi pada kulit, dan pada kasus yang sangat jarang perna
dilaporkan terjadinya sesak nafas.
Peringatan dan Perhatian
Hati-hati pemberian buscopan pada penderita glauoma, obstruksi
saluran pencernaan atau urinarius dan takiaritmia karena risiko
komplikasi antikolinergik tinggi pada penderita.
Karena kemungkinan antikolinergik dapat mengurangi keringat,
buscopan harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan
temperatur tubuh yang meningkat dan situasi dimana temperatur
sekitarnya tinggi.
Dosis
Dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun : 1-2 tablet, 4 kali sehari.
3. Domperidon® (Brosur)
Komposisi
Domperidon 10 mg
Nama Paten
Costil, Dom, Vometa, Vometa FT, Vomitas, Yaridon.
Farmakologi
Domperidon® merupakan antagonis dopamin yang mempunyai efek
antiemetik (anti muntah).
Indikasi
Untuk pengobatan gejala dispepsia fungsional.
Untuk mual dan muntah akut.
Untuk mual dan muntah yang disebabkan oleh pemberian levodopa dan
bromokriptin lebih dari 12 minggu.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap domperidon.
Penderita dengan prolaktinoma tumor hipefise yang mengeluarkan
prolaktin.
Efek Samping
Meskipun jarang, dapat terjadi efek samping mengantuk, reaksi
ekstrapiramidal distonik, parkinson, tardive diskinesia (pada pasien
dewasa dan lanjut usia) dan dapat diatasi dengan obat antiparkinson.
Peringatan dan Perhatian
Hati-ahti penggunaan domperidon pada wanita hamil dan menyusui.
Domperidon® tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang.
Hati-hati penggunaan domperidon pada penderita gangguan fungsi
hati dan ginjal.
Dosis
Dispepsia fungsional :
Dewasa dan lanjut usia : 10-20 mg, 3 kali sehari dan jika perlu 10-20
mg, sekali sebelum tidur malam tergantung respon klinik. Pengobatan
jangka melebihi 12 minggu.
Mual dan muntah :
Dewasa (termasuk lanjut usia) : 10-20 mg, dengan interval waktu 408
jam.
Anak-anak (sehubungan kemoterapi kanker dan radioterapi) : 0,2-0,4
mg/KgBB sehari, dengan interval waktu 4-8 jam.
4. Alprazolam® (Brosur)
Komposisi
Alprazolam 0,25 mg
Nama Paten
Xanax, Alganax, Zypraz, Alviz.
Farmakologi
Alprazolam® sebagai derivat triazole dari 1,4 benzodiazepin adalah suatu
antidepresi, antipanik dan antiansietas.
Indikasi
Antiansietas termasuk neurosis ansietas, gejala-gejala ansietas.
Antidepresi termasuk ansietas yang berkaitan dengan depresi.
Antipanik termasuk penyakit-penyakit atau gangguan panik dengan
atau tanpa agoraphobia.
Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitivitas terhadap benzodiazepin, penderita
glaukoma sudut sempit akut, penderita insufisiensi pulmonaria akut.
Efek Samping
Yang jarang terjadi : perubahan berat badan, nervousness, gangguan
memori/amnesia, pandangan kabur, sakit kepala, depresi, insomnia
termor.
Peringatan dan Perhatian
Pasien-pasien dengan kecenderungan ketergantungan obat dan alkohol
harus diberikan dengan sangat hati-hati, karena dapat meningkatkan
resiko ketergantungan.
Tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau menyesui.
Hati-hati pemberian obat ini pada pasien gangguan fungsi ginjal dan
hati, insufisiensi pulmonarik kronik.
Dosis
Pasien lanjut usia dosis diberikan mulai 0,5-0,75 mg, dalam dosis terbagi.
Dosis lazim diberikan 0,5-0,75 mg sehari dalam dosis terbagi, dapat
ditambah sesuai kebutuhan dan toleransi tubuh.
5. Neurosanbe® (Brosur)
Komposisi
Vitamin B1, Vitamin B6 dan Vitamin B12.
Nama Paten
Neurosanbe
Farmakologi
Vitamin B1 berperan sebagai koenzim pada dekarboksilasi asam alfa-
keto dan berperan dalam metabolisme karbohidrat.
Vitamin B6 di dalam tubuh berubah menjadi piridoksal fosfat dan
piridoksal fosfat yang dapat membantu dalam metabolisme protein
dan asam amino.
Vitamin B12 berperan dalam sintesa asam nukleat dan berpengaruh
pada pemotongan sel dan memelihara integrasi jaringan saraf.
Indikasi
Untuk pengobatan kekurangan vitamin B1, Vitamin B6 dan B12 seperti
polyneuritis.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap komponen obat ini.
Efek Samping
Pemakaian vitamin B6 dosis besar dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan sindroma neuropati.
Peringatan dan Perhatian
Sebaiknya tidak digunakan untuk pasien yang sedang menerima terapi
levodopa.
Dosis
Dosis : 1 tablet sehari atau menurut petunjuk dokter.
e. Penyiapan Obat
1. Obat Racikan
a) Penyiapan Obat
Buscopan® 10 mg = 20 tablet
®
Domperidon 10 mg = 20 tablet
Alprazolam® 0,25 mg = 20 tablet
b) Pencampuran dan Pengemasan
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dimasukkan 20 tablet Buscopan, 20 tablet Domperidon, 20 tablet
Alprazolam ke dalam blender obat.
3. Diblender obat selama ±30 detik hingga obat tercampur homogen.
4. Dimasukkan serbuk homogen ke dalam cangkang kapsul sebanyak
20 kapsul.
5. Dimasukkan 20 kapsul ke dalam sak plastik dan diberi etiket
warna putih dengan aturan pakai dikonsumsi tiap 8 jam masing-
masing 1 kapsul setelah makan.
2. Obat Non Racikan
a) Penyiapan Obat
Lansoprazole® = 30 Kapsul
Nerosanbe® = 30 Tablet
b) Pengemasan dan Pemberian Etiket
1. Sejumlah 30 kapsul Lansoprazole 30 mg dimasukkan ke dalam
plastik obat, dan diberi etiket berwarna putih dengan aturan
penggunaan diminum tiap 12 jam pada pagi, dan malam masing-
masing 1 kapsul dapat diminum sebelum makan.
2. Sejumlah 30 tablet nerosanbe dimasukkan ke dalam plastik obat,
dan diberi etiket berwarna putih dengan aturan penggunaan
diminum satu kali sehari pada pagi hari setelah makan.
B. Pelayanan Resep Narkotika/Psikotropika
Skrining Administratif
Tabel III. 2 Persyaratan administratif resep
Bagian Resep Kelengkapan Ada Tidak Ada Keterangan
Inscription Nama Dokter √ Disamarkan
SIP √ Tidak Ada
No. Telepon √ 0812 4171 181
Alamat √ Tidak Ada
Praktek
Tempat dan √
Tanggal Makassar 25 Januari 2017
Penulisan
Resep
Invocatio Tanda R/ √ R/ Alprazolam 1 mg No LX
Prescriptio Nama Obat √ S 2 dd 1
Bentuk √
Sediaan
Dosis Obat √
Jumlah yang √
Diminta
Signature Aturan Pakai √
Nama Pasien √ Disamarkan
Umur Pasien √ 50 Tahun
Bobot Badan √
Pasien Tidak Ada
Alamat Pasien √ Tidak Ada
Subscriptio Paraf/Tanda √ Ada
Tangan Dokter
Berdasarkan skrining administrasi resep di atas, terdapat beberapa
kekurangan dalam resep, yaitu :
1. Tidak tercantum nomor SIP pada lembar resep. Nomor SIP diperlukan untuk
menjamin keabsahan resep yang ditulis bahwa dokter penulis resep
memiliki kompetensi dan telah mendapatkan surat izin untuk melakukan
praktek. Sebaiknya dilakukan komunikasi kepada dokter yang bersangkutan
untuk mengonfirmasikan nomor SIP nya.
2. Tidak tercantum nomor telepon pasien. Nomor telepon penting untuk
menghubungi pasien jika terdapat kesalahan saat pelayanan resep secara
cepat ataupun untuk pengontrolan penggunaan obat. Nomor telepon dapat
diminta oleh farmasis saat pelayanan resep.
3. Tidak tercantum alamat pasien. Alamat pasien diperlukan untuk mencegah
jika terjadi kekeliruan atau kesalahan dalam penyerahan obat, bisa
diantisipasi dengan cara menanyakan langsung alamat pasien pada saat
melayani resep.
4. Tidak adanya nama terang dan paraf dari penerima obat. Hal tersebut
diperlukan agar kita dapat mengetahui siapa yang menebus obat pasien.
5. Berat badan dan tinggi badan. Hal tersebut diperlukan namun dapat
langsung ditanyakan ke pasien.
6. Jam pemberian Obat. Hal tersebut diperlukan agar pasien dapat mengetahui
dan meminum obat tepat waktu.
Skrining Farmasetik
a. Kesesuaian Bentuk Sediaan
Bentuk sediaan yang diberikan untuk obat di dalam resep yaitu berbentuk
tablet, dengan nama obat Alprazolam 1 mg (OOP : 2010).
b. Kesesuaian Dosis
Alprazolam 1 mg (Dexa Medika)
Setiap tablet mengandung alprazolam 1 mg. Dosis lazim dewasa sehari 0,25-4
mg. Dokter memberikan dosis sehari 2 mg. Dosis tersebut masuk dalam range
dosis lazim.
c. Pertimbangan Klinis
1. Ketepatan Indikasi
Alprazolam memiliki efek yang sama dengan Benzodiazepine yang
memiliki efek sebagai anti cemas, hipnotik (membuat mengantuk).
Lansoprazole merupakan obat golongan penghambat pompa proton yang
biasa digunakan untuk menurunkan produksi asam lambung (OOP :
2010).
2. Kerasionalan Obat
Berdasarkan resep obat yang diberikan telah rasional.
3. Aturan, Cara, dan Lama Penggunaan Obat
Dokter memberikan resep penggunaan Alprazolam 2 kali sehari sebanyak
1 tablet. Penggunaan alprazolam maksimum pemakaian 3 bulam.
Berdasarkan resep dokter memberikan obat dengan penggunaan selama 1
bulan.
4. Polifarmasi dan Duplikasi Obat
Polifarmasi merupakan penggunaan obat dalam jumlah yang banyak dan
tidak sesuai dengan kondisi kesehatan pasien. Sedangkan duplikasi obat
adalah pemberian lebih dari satu obat yang mempunyai khasiat dan
mekanisme kerja obat yang sama (OOP : 2010). Pada resep hanya
terdapat 1 macam obat yang menandakan bahwa tidak adanya
polifarmasi.
5. Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
Reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) atau adverse drug reaction
(ADR) adalah didefinisikan sebagai efek yang tidak diinginkan yang
berhubungan dengan penggunaan obat yang timbul sebagai bagian dari
aksi farmakologis obat yang kejadiannya mungkin tidak dapat
diperkirakan (Edwards, 2000). ROTD yang mungkin terjadi saat
penggunaan Alprazolam yaitu : Pada permulaan terapi dapat terjadi efek
yang tidak diinginkan, tetapi biasanya hilang dengan sendirinya setelah
beberapa waktu. Efek yang sering terjadi adalah rasa kantuk, ataxia, letih-
lesu dan reaksi psikis (pikiran kacau, daya reaksi diperlambat).
6. Kontraindikasi
Obat-obat yang diresepkan secara umum dikontraindikasikan untuk
pasien yang memiliki hipersensitifitas terhadap obat-obat tersebut.
Namun, kontraindikasi yang secara langsung berkaitan dengan kondisi
klinik pasien maupun obat-obat lain yang dikonsumsi pasien, tidak
ditemukan adanya kontraindikasi.
d. Uraian Obat
Alprazolam® (Brosur)
Komposisi
Alprazolam 1 mg
Nama Paten
Xanax, Alganax, Zypraz, Alviz.
Farmakologi
Alprazolam sebagai derivat triazole dari 1,4 benzodiazepin adalah suatu
antidepresi, antipanik dan antiansietas.
Indikasi
Antiansietas termasuk neurosis ansietas, gejala-gejala ansietas.
Antidepresi termasuk ansietas yang berkaitan dengan depresi.
Antipanik termasuk penyakit-penyakit atau gangguan panik dengan atau
tanpa agoraphobia.
Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitivitas terhadap benzodiazepin, penderita glaukoma
sudut sempit akut, penderita insufisiensi pulmonaria akut.
Efek Samping
Yang jarang terjadi : perubahan berat badan, nervousness, gangguan
memori/amnesia, pandangan kabur, sakit kepala, depresi, insomnia termor.
Peringatan dan Perhatian
Pasien-pasien dengan kecenderungan ketergantungan obat dan alkohol
harus diberikan dengan sangat hati-hati, karena dapat meningkatkan
resiko ketergantungan.
Tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau menyesui.
Hati-hati pemberian obat ini pada pasien gangguan fungsi ginjal dan
hati, insufisiensi pulmonarik kronik.
Dosis
Pasien lanjut usia dosis diberikan mulai 0,5-0,75 mg, dalam dosis terbagi.
Dosis lazim diberikan 0,5-0,75 mg sehari dalam dosis terbagi, dapat ditambah
sesuai kebutuhan dan toleransi tubuh.
e. Penyiapan Obat
a) Penyiapan Obat
Alprazolam® = 60 Tablet
b) Pengemasan dan Pemberian Etiket
Sejumlah 60 tablet Alprazolam 1 mg dimasukkan ke dalam plastik obat,
dan diberi etiket berwarna putih dengan aturan penggunaan diminum tiap
12 jam pada pagi, dan malam masing-masing 1 tablet dapat diminum
sesudah makan.
1. Kesimpulan
a. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka apotek harus dikelola oleh
seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek Kimia
Farma Pelengkap RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo, seorang apoteker harus
mampu menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil
keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi antar profesi, dan
menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner.
b. Analisa penolakan resep merupakan kegiatan untuk mengkaji tentang obat-
obat yang sering ditolak atau kosong stok di apotek. Analisis penolakan
obat/barang yang telah dilakukan dari tanggal 09 Januari sampai 21
Januari 2017 yang paling banyak secara berurutan yaitu, Pareto C, Pareto
A dan Pareto B, serta Apotek mengalami kehilangan peluang sebesar Rp.
10.324.817. Penolakan obat/barang di Apotek Pelengkap RSUP dr.
Wahidin Sudirohusodo paling banyak karena obat/barang kosong di
apotek. Solusi yang ditawarkan oleh pihak apotek untuk mengganti
obat/barang diminta dengan obat lain tidak berhasil, kebanyakan
obat/barang ditolak di Apotek Pelengkap RSUP dr. Wahidin Suidirohusodo
dan berdasarkan jenis pembelian obat/barang yang ditolak di Apotek
Pelengkap RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo yang mendominasi yaitu
pembelian berdasarkan resep (Tunai).
c. Berdasarkan telaah resep di Apotek Kimia Farma Pelengkap RSUP dr.
Wahidin Sudirohusodo, ditinjau dari aspek administratif masih kurang
lengkap karena tidak mencantumkan alamat dokter, nomor SIK dokter,
nomor telpon dokter, nomor telpon pasien, alamat pasien dan paraf dokter.
Ditinjau dari aspek farmasetik bentuk sediaan obat sudah tepat, sedangkan
dosis sediaan masuk dalam range dosis lazim.
d. Melihat dari banyak aspek studi kelayakan yang telah dilakukan seperti
aspek lokasi, aspek pasar, aspek ekonomi dan permodalan, aspek
managerial dan aspek teknis maka Apotek “Reysa Farma” yang akan
didirikan di Jl. P. Diponegoro, Serui layak untuk didirikan.
2. Saran
a. Sebaiknya pihak apotek melengkapi ketersediaan obat – obat yang sering
kosong stok di apotek untuk menghindari terjadinya penolakan resep yang
berulang sehingga dapat menurunkan persentase penolakan resep di
apotek.
b. Sebaiknya dokter dalam menulis resep memberikan paraf, tanda tangan
atau stempel yang bersangkutan agar dapat memperjelas keabsahan resep.
Selain itu, identitas pasien yang dianggap perlu juga sebaiknya
dicantumkan, seperti nomor telpon pasien dan alamat pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi., Dkk. 2013. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. PT. Buana
Ilmu Populer. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889 Tahun 2011 tentang Registrasi, Izin
Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker
untuk memberikan informasi dan konsultasi secara akurat, tidak bias, faktual, terkini,
mudah dimengerti, etis dan bijaksana.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek.
3. PROSEDUR
3.1. Memberikan informasi kepada pasien berdasarkan resep atau kartu pengobatan
pasien (medication record) atau kondisi kesehatan pasien baik lisan maupun
tertulis.
3.2. Melakukan penelusuran literatur bila diperlukan, secara sistematis untuk
memberikan informasi.
3.3. Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis
dan bijaksana baik secara lisan maupun tertulis.
3.4. Informasi yang perlu disampaikan kepada pasien :
Jumlah, jenisdan kegunaan masing-masing obat.
Bagaimana cara pemakaian masing-masing obat yang meliputi : bagaimana cara
memakai obat, kapan harus mengkonsumsi/memakai obat, seberapa banyak/dosis
dikonsumsi sebelumnya, waktu sebelum atau sesudah makan, frekuensi penggunaan
obat/rentang jam penggunaan.
Bagaimana cara menggunakan peralatan kesehatan.
Peringatan atau efek samping obat.
Bagaimana mengatasi jika terjadi masalah efek samping obat.
Tata cara penyimpanan obat (sediaan farmasi/alkes).
Pentingnya kepatuhan penggunaan obat
3.5. Menyediakan informasi aktif (brosur, leaflet dll).
3.6. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat.
Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan kegiatan perencanaan Sediaan
Farmasi - Alat Kesehatan sehingga mendapatkan jumlah dan jenis yang sesuai
kebutuhan dan menjamin ketersediaan sediaan farmasi-alat kesehatan di sarana
pelayanan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek.
3. PROSEDUR
3.1.Melakukan review terhadap : pola penyakit, kemampuan daya beli masyarakat serta
kebiasaan masyarakat setempat.
3.2.Melakukan kompilasi penggunaan sediaan farmasi-alat kesehatan setiap bulan
3.3.Melakukan analisa untuk menetapkan prioritas dan jumlah sediaan yang akan
diadakan
3.4.Melakukan monitoring distributor sediaan farmasi-alat kesehatan untuk menjamin
keabsahan distributor dan menjamin bahwa sediaan farmasi-alat kesehatan yang
diadakan memenuhi persyaratan mutu.
3.5.Menyusun prakiraan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi-alat kesehatan dan
prakiraan pembelian ke masing-masing distributor serta frekuensi pengadaan
sediaan farmasi-alat kesehatan.
Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan pengadaan sediaan farmasi-alat
kesehatan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker .
3. PROSEDUR
1. Memeriksa Sediaan Farmasi- Alat Kesehatan yang sudah habis atau hampir habis
(diketahui melalui pengamatan visual atau dari kartu stok pada setiap obat), dicatat di
buku daftar obat habis (defecta).
2. Pemesanan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan yang habis pada PBF dilakukan
perminggu atau sesuai dengan kebiasaan datangnya PBF.
3. Menentukan pesanan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan yang meliputi jenis (termasuk
di dalamnya bentuk sediaan dan kekuatan), jumlah, dan PBF yang dipilih.
4. Menulis di blanko Surat Pesanan (SP) :
- Surat Pesanan Obat dan Alat Kesehatan
a. Dibuat rangkap dua (masing-masing untuk PBF dan arsip apotek).
b. Ditulis Nomor urut lembar SP, Nama dan alamat PBF, jenis dan jumlah obat yang
dipesan.
- Surat Pesanan Narkotika
a. Ditujukan pada PBF Kimia Farma, dibuat rangkap empat (tiga untuk PBF Kimia
Farma dan satu arsip apotek).
b. Ditulis Nomor urut lembar SP, Nama, alamat dan jabatan APA sebagai pemesan,
jenis dan jumlah yang dipesan serta tujuan penggunaan.
c. Satu lembar SP hanya dapat digunakan untuk memesan satu jenis Narkotika.
- Surat Pesanan Psikotropika
a. Dibuat rangkap dua (masing-masing untuk PBF dan arsip apotek)
b. Ditulis Nomor urut lembar SP, Nama, alamat dan jabatan APA sebagai pemesan,
Nama dan alamat PBF, jenis dan jumlah obat yang dipesan.
c. Satu lembar SP dapat digunakan untuk memesan lebih dari satu jenis Psiktropika.
SP ditandatangani oleh APA dan diberi stempel apotek.
Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan penerimaan sediaan farmasi- alat
kesehatan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Teknisi kefarmasian.
3. PROSEDUR
1. Dicocokkan antara SP dengan faktur meliputi :
a. Nama PBF.
b. Jenis sediaan farmasi-alat kesehatan yang dipesan.
c. Kekuatan sediaan farmasi-alat kesehatan dan bentuk sediaan yang dipesan.
d. Jumlah yang dipesan.
e. Harga
Bila tidak sesuai dikonfirmasi dengan PBF.
2. Dicocokkan antara isi faktur dan sediaan farmasi-alat kesehatan yang datang
meliputi :
a. Jenis sediaan farmasi-alat kesehatan yang dipesan.
b. Jumlah sediaan farmasi-alat kesehatan yang dipesan.
c. Nomor batch
Bila jenis dan jumlah sediaan farmasi-alat kesehatan tidak sama, dikembalikan dan
ditukar dengan yang tertera pada faktur dan SP. Bila nomor batch tidak sesuai
dengan yang tertera maka pada faktur dituliskan nomor batch barang yang diterima
dan harus dimintakan tanda tangan pengirim sebagai bukti bahwa batch yang
dikirim tidak sesuai dan sudah disesuaikan dengan sepengetahuan si pengirim.
3. Sediaan farmasi-alat kesehatan diperiksa kondisi fisiknya antara lain :
a. Wadahnya harus baik dan tertutup rapat.
b. Kondisi sediaan tidak rusak (bentuk, warna, bau).
c. Tanggal kedaluarsa masih jauh.
Bila rusak atau tanggal kedaluarsa sudah dekat, diretur kepada PBF. Setelah
pemeriksaan dan pencocokan selesai, faktur ditandatangani pihak apotek dan diberi
stempel apotek. Faktur asli diberikan kepada PBF dan salinannya disimpan sebagai
arsip apotek.
Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan penyimpanan Sediaan Farmasi -
Alat Kesehatan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Kepala Gudang/Personil yang ditunjuk bertanggung jawab atas pelaksanaan dan
pengawasan penyimpanan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan.
3. PROSEDUR
1. Setelah obat sesuai dengan pesanan, obat dilakukan penyimpanan sesuai dengan
spesifikasi obat tersebut (suhu dan kelembabannya) untuk menjamin stabilitas obat.
2. Obat disimpan dengan susunan sedemikian rupa sehingga memudahkan pengambilan
3. Penataan obat dapat dilakukan dengan penggolongan antara lain :
a. Berdasarkan kelas terapi.
b. Bentuk sediaan.
c. Alfa betis.
d. Gabungan antara ketiganya.
4. Penyimpanan khusus (di lemari pendingin)
Ada beberapa sediaan yang tidak stabil/rusak jika disimpan pada suhu kamar, antara
lain :
suppositoria, ovula, tablet amoxicillin dengan asam klavulanat, sediaan dengan bakteri
lacto bacillus, tablet salut gula dan selaput, sirup, beberapa sediaan injeksi, albumin,
serum, insulin dan lain-lain.
5. Metode FIFO dan FEFO
Metode First In First Out (FIFO) yaitu obat yang datang lebih dulu dikeluarkan lebih
dulu, hal ini untuk menghindari obat kedaluarsa. Penataan juga berdasarkan metode
First Expired First Out (FEFO) yaitu obat yang mempunyai kadaluarsa lebih awal
dikeluarkan lebih dulu.
Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan pembayaran Sediaan Farmasi –
Alat Kesehatan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Personel keuangan.
3. PROSEDUR
1. Pembayaran secara tunai.
a. Pihak PBF mengirim barang ke apotek dan dilakukan pemeriksaan barang sesuai
prosedur penerimaan barang :
- Jika barang sudah sesuai pesanan, dapat dilakukan pembayaran.
b. Setelah pembayaran, faktur asli yang ditandatangani pihak PBF dan salinannya akan
langsung diberikan kepada penerima barang di apotek.
2. Pembayaran secara kredit.
a. Pihak PBF mengirim barang ke apotek dan dilakukan pemeriksaan barang sesuai
prosedur penerimaan barang :
- Jika barang sudah sesuai pesanan, faktur ditandatangani petugas penerima dan
diberi stempel apotek. Faktur asli dibawa oleh PBF, apotek membawa faktur
copy.
- Jika tidak sesuai pesanan, dikonfirmasi ke pengirim atau retur
b. Sebelum waktu jatuh tempo pembayaran, salesakan datang ke apotek membawa
faktur asli dan faktur pajak.
c. Faktur asli ditandatangani oleh salesman, nama terang sales dan stempel lunas untuk
menyatakan pihak apotek sudah melunasi tagihan faktur tersebut dan diberi stempel
apotek.
d. Kemudian pihak apotek membuat kuitansi bukti pembayaran atas pelunasan faktur
tersebut yang ditandatangani oleh salesman PBF tersebut dan nama terang.
e. Faktur asli dan faktur pajak diserahkan kepada apotek dan disimpan sebagai arsip
apotek.
Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan penanganan Sediaan Farmasi –
Alat Kesehatan kadaluarsa dan rusak.
2. PENANGGUNG JAWAB
Personel gudang.
3. PROSEDUR
1. Obat-obat yang ED nya kurang dari 4 bulan dipisahkan beserta fakturnya.
2. Menghubungi distributornya untuk mengambil obat tersebut.
3. Salesman akan menukar obat-obat tersebut dengan obat baru dengan ED yg lebih lama
atau diganti dengan uang.
4. Untuk obat-obatyang tidak bisa diretur maka obat-obat ED dikumpulkan tersendiri dan
pemusnahan dilakukan tiap tahun dan juga obat-obat yang rusak.
5. Pembuatan berita acara pemusnahan sediaan farmasi-alat kesehatan
6. Berita acara dibuat rangkap dua dan dikirim kepada :
1. Ka. Dinkes Kabupaten
2. Ka. Dinkes Provinsi
Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan pemusnahan Sediaan Farmasi –
Alat Kesehatan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek.
3. PROSEDUR
3.1. Melakukan inventarisasi Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan yang akan dimusnahkan.
3.2. Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan Berita Acara Pemusnahan Sediaan
Farmasi - Alat Kesehatan).
3.3. Menetapkan jadwal, metoda dan tempat pemusnahan.
3.4. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan.
3.5.Membuat laporan pemusnahan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan yang
sekurangkurangnya memuat :
Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan.
Nama dan jumlah Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan yang dimusnahkan.
Nama Apoteker pelaksana pemusnahan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan.
Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan
3.6. Membuat laporan pemusnahan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan yang ditanda
tangani oleh Apoteker dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan (Berita Acara
terlampir).
Dilaksanakan oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh