Patogenesis DM
Patogenesis DM
Patogenesis DM
PENDAHULUAN
1
2
muskuler atau neurologis, atau kelainan pada organ lainnya. Oleh karena
etiologinya sangat bervariasi mulai dari akibat astigmatisme yang tidak terkoreksi
sampai kelainan intrakranial yang mengancam jiwa, para klinisi harus menyadari
kepentingan untuk memberikan respons yang tepat untuk keluhan ini.1,2
Mengingat bahwa kasus diplopia merupakan salah satu masalah kesehatan
pada mata yang sering dijumpai akibat kelainan refraksi dan katarak yang angkanya
cukup tinggi di masyarakat sehingga menyebabkan gangguan penglihatan maka
penulis referat ini mengangkat topik untuk membahas mengenai masalah diplopia.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Referat ini disusun sebagai salah satu tugas persyaratan mengikuti
serangkaian kegiatan kepaniteraan klinik Bagian Mata di RSUD
Palembang Bari.
1.3. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan referat ini, yaitu:
a) Bagi Institusi Pendidikan:
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan untuk menjadi
kepustakaan untuk penyusunan karya ilmiah lainnya.
b) Bagi mahasiswa:
1. Mahasiswa mampu mengaplikasikan semua ilmu yang telah
diperoleh selama proses penyusunan referat ini.
2. Menambah wawasan mahasiswa dalam memahami ilmu yang
diperoleh selama proses penyusunan referat ini.
3
c) Bagi masyarakat
Referat ini dapat menjadi sumber informasi tentang kelainan refraksi
sehingga dapat mencegah tingginya kelainan refraksi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Orbita adalah sepasang rongga di tulang yang berisi bola mata, otot, saraf,
pembuluh, dan lemak yang berhubungan dengan bola mata; dan sebagian besar
apparatus lacrimalis. Lubang orbita dilindungi oleh dua lipatan tipis yang dapat
bergerak, yaitu kelopak mata (palpebra).3
Volume orbita dewasa kira-kira 30 mL dan bola mata hanya menempati sekitar
seperlima bagian rongga. Lemak dan otot menempati bagian terbesarnya. Bola mata
orang dewasa normal hampir bulat, dengan diameter anteroposterior sekitar 24,2
mm.3
dalam sklera adalah lamila tusc yang membentuk lapisan luar ruang
suprakornoid. 3
Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya
sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan
ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini
disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550
um di pusatnya. Diameter horizontalnya berkisar 11,75 mm dan
verticalnnya 10,6 mm. Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai 5
lapisan yang berbeda-beda. Lapisan epitel (yang berbatasan dengan
lapisan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan bowman, stroma, membran
descemet, dan lapisan endotel. Lapisan epitel mempunyai 5 atau 6 lapisan
sel. Lapisan bowman merupakan lapisan jernih aselular, yang merupakan
bagian stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Bagian
ini tersusun atas jalinan lamella serat-serat kolagen dengan lebar sekitar
10-250 um dan tinggi 1-2 um yang mencakup hampirseluruh diameter
kornea. Lamella ini berjalan sejajar dengan permukaan kornea, dan
karena ukuran dan kerapatnya menjadi jernih secara optis. Lamella
terletak di dalam suatu zat dasar proteoglikan terhidrasi bersama keratosit
yang menghasilkan kolagen dan zat dasar. Membran descemet yang
merupakan lamina basalis endotel kornea, memiliki tampilan yang
homogen dengan mikroskop cahaya tetapi tampak berlapis-lapis dengan
miroskop elektron akibat perbedaan struktur antara bagian pra- dan
pascanasalnya. Saat lahir tebalnya sekitar 3um dan terus menebal selama
hidup, mencapai 10-12 um. Endotel hanya memiliki satu lapis sel, tetapi
lapisan ini berperan besar dala mempertahankan deturgesensi stroma
kornea. Endotel kornea cukup rentan terhadap trauma dan kehilangan sel-
selnya seiring dengan penuaan. Reparasi endotel terjadi hanya dalam
wujud pembesaran dan pergeseran sel-sel, dengan sedikit pembelahan
sel. Kegagalan fungsi endotel akan menimbulkan edema kornea. 3
7
Traktus uvealis
Traktus Uvealis terdiri atas iris, corpus ciliare, dan koroid. Bagian ini
merupakan lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan
sklera. Struktur ini ikut mendarahi retina. 3
Iris
Iris adalah perpanjangan corpus ciliare ke anterior. Iris berupa
permukaan pipih dengan apertura bulat yang terletak di tengah,
pupil. Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa,
memisahkan bilik mata depan dari bilik mata belakang, yang
masing-masing berisi aqueous humor. Di dalam stroma iris
terdapat sfingter dan otot-otot dilator. Kedua lapisan berpigmen
pekat pada permukaan posterior iris merupakan perluasan
neurorentina dan lapisan epitel pigmen retina ke arah anterior. 3
Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata.
ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara
konstriksi akibat aktivitas parasimpatis yang dihantarkan melalui
nervus kranialis III tudinal musculus ciliaris menyisip kedalam
anyaman trabekula untuk mempengaruhi besar porinya. 4
Koroid
Koroid adalah segmen posterior uvea, diantara rentina dan sklera.
Koroid tersusun atas 3 lapis pembulu darah koroid : besar, sedang
dan kecil. Semakin dalam pembulu darah terletak di dalam koroid,
semakin lebar lumennya. (Bagian dalam pembulu darah koroid
dikenal sebagai koriokapilaris.3
8
Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonvenks, avaskular, tak berwarna
dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan
diameternya 9 mm. Lensa tergantung pada zonula di belakang iris.
Zonula mnghubungkan dengan corpus ciliare. Disebelah anterior
lensa terdapat aqueous humor, sebelah posteriornya, vitreus.
Kapsul lensa (lihat bawah) adalah suatu membran semipermeabel
(sedikit lebih permeabel dari pada dinding kapiler) yang akan
memperbolehkan air dan elektrolit masuk. 4Enam puluh lima
persen lensa terdiri dari air, sekitar 35%-nya protein (kandungan
proteinnya tertinggi diantara jaringan-jaringan tubuh). Selain itu,
terdapat sekali mineral seperti yang biasa ada di jaringan tubuh
lainnya. Kandungna kaliaum lebih tinggi di lensa dari pada di
kebanyakan jaringan lainnya. Asam askorbat dan glutation terdapat
dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,
pembulu darah atau saraf di lensa. 1
Aqueous humor
Aqueous Humor di produksi oleh corpus ciliaris. Setalah memasuki bilik
mata belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke dalam bilik
mata depan, kemudian ke perifer menuju sudut bilik mata depan. 5
Retina
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan
semitransparan yang melapisin bagian dalam 2/3 posterior dinding bola
mata. Retina membentang anterior hampir sejauh corpus ciliare dan
berakhir pada ora serrata dengan tepi yang tidak rata. 6
Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya adalah sebagai berikut:
1. Membran limitans interna
2. Lapisan serat saraf yang mengandung akson-akson sel ganglion yang
berjalan menuju nervus opticus
3. Lapisan sel ganglion
4. Lapisan pleksifirm dalam yang mengandung sambungan sel
ganglion dengan sel amakrim dan sel bipolar
5. Lapisan dalam inti dalam badan-badan sel bipolar amakrim dan
horisontal
6. Lapisan pleksiform luar yang mengandung sambungan sel bipolar
dan sel horisontal dengan fotoreseptor
7. Lapisan inti luar sel fotoreseptor
8. Membran limitans eksterna
9. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut
10. Epitel pigmen retina
10
Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk 2/3 volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang
dibatasi oleh lensa. Retina, dan diskus optikus. Permukaan luar vitreus –
membran hyaloid – normalnya berkontak dengan struktur-struktur
berikut : kapsul lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan
epitel, retina dan caput nervi optici. Basis vitreus mempertahankan
penempelan yang kuat seumur hidup kelapisan epitel pars plana dan
retina tepat di belakang ora serrata. Diawal kehidupan, vitreus melekat
kuat pada kapsul lensa dan caput nervi optici tetapi segera berkurang di
kemudian hari. 6
Vitreus mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen,
kolagen dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan konsistensi mirip
gel pada vitreus karena kemampuannya mengikat banyak air. 6
Otot-otot palpebra
M.orbiculris oculi
M. levator palpebra Otot-otot lurik N. Mengangkat palpebra
superior oculomotorius, superior.
otot polos dan
saraf simpatis
12
pupil diatur oleh iris. Iris merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak
di dalam aquos humor. Karena iris merupakan cincin otot yang berpigmen,
maka iris juga berperan dalam menentukan warna mata. Setelah melalui pupil
dan iris, maka cahaya sampai ke lensa. Lensa ini berada diantara aquous
humor dan vitreus humor, melekat ke otot-otot ciliaris melalui ligamentum
suspensorium. Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang
bervariasi selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya
ke retina. Apabila mata memfokuskan pada objek dekat maka otot-otot
ciliaris akan berkontraksi sehingga lensa menjadi tebal dan lebih kuat.
Apabila mata memfokuskan objek yang jauh, maka otot-otot cialiris akan
mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Bila cahaya sampai
ke retina, maka sel-sel batang dan sel-sel kerucut yang merupakan sel-sel
yang sensitiF terhadap cahaya akan meneruskan sinyal-sinyal cahaya tersebut
ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina
adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi persepsi pada otak terhadap benda
tetap tegak, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu
sebagai keadaan normal.7
Gambar 3.a. Horopter Geometrik. Berkas sinar dari titik fiksasi mencapai fovea sentralis
pada kedua mata pada penglihatan simultan normal. Karena itu, objek A dan B pada
horopter geometrik diproyeksikan pada titik korespondensi di retina. Gambar 3.b.
Horopter Fisiologis. Pada jangkauan sempit di depan dan di belakang horopter
(area Panum) 2 gambaran retinal masih bisa berfusi. Titik A dan B yang berada
di luar area Panum, diproyeksikan ke titik nonkoresponden di retina.
2.3. Definisi
Diplopia adalah suatu keluhan subjektif terdapatnya gangguan penglihatan
yang menyebabkan suatu objek terlihat menjadi ganda atau dobel baik pada
satu mata atau dua mata. Diplopia berasal dari bahasa Yunani yaitu diplo yang
berarti dobel atau ganda, dan opia yang berarti penglihatan.1
Terdapat dua jenis diplopia yaitu, diplopia monokuler dan diplopia
binokuler. Diplopia monokuler terjadi hanya pada saat satu mata ditutup
seringkali berupa bayangan sekilas atau bayangan hantu, penyebabnya antara
lain adalah kelainan refraksi yang tidak dikoreksi seperti astigmatisma, atau
kelainan media fokal seperti katarak atau ketidak-teraturan kornea (misal luka
parut). Diplopia monokuler terjadi hanya pada saat kedua mata terbuka dan
akan hilang apabila salah satu mata ditutup, dan dapat bersifat horizontal,
diagonal, atau torsional.1
16
mata kiri. Keluhan diplopia lebih sering ditemukan pada orang dewasa
dibandingkan dengan anak-anak.2
2. Diplopia Binokuler
Diplopia binokuler adalah penglihatan ganda terjadi bila melihat
dengan kedua mata dan menghilang bila salah satu mata ditutup. Pada
esotropia atau satu mata bergulir ke dalam maka bayangan di retina
terletak sebelah nasal makula dan benda seakan-akan terletak sebelah
lateral mata tersebut sehingga pada esotropia atau strabismus konvergen
18
4) Katarak
5) Kekeruhan media refraksi
6) Kelainan korteks visual primer atau sekunder (biasanya diplopia
monokuler bilateral).2
Diplopia binokuler terjadi karena ketidaksejajaran mata, yang mungkin
disebabkan oleh gangguan pada saraf, otot, persimpangan otot saraf, tulang
sekitar mata. 2
1) Diplopia Binokuler – Masalah Saraf
Pergerakan mata normal terjadi ketika otot-otot yang menempel pada
mata bekerja dengan baik dan saraf-saraf yang merangsang otot-otot
ini bekerja secara normal. Saraf-saraf ini berasal dari otak, dan jika
satu dari saraf-saraf ini bermasalah, mata tidak dapat bergerak dengan
sempurna kearah tertentu, mengakibatkan penglihatan ganda karena
ketidaksejajaran kedua mata. Beberapa penyebabnya dapat
membahayakan jiwa, sebagai contoh: aneurisme dan tumor otak.
Pasien juga dapat mengalami kelopak mata turun pada mata yang
bermasalah tersebut, juga posisi mata tidak normal dan pupil yang
membesar pada sisi mata yang bermasalah. Jika disertai sakit kepala
atau leher kaku, sangatlah penting untuk mencari bantuan medis
secepatnya. 2
Salah satu penyebab penting lainnya adalah tumor yang berasal dari
belakang hidung (kanker nasopharing). Masalah saraf juga umumnya
terkait dengan penyakit diabetes, hipertensi, hiperlipidemia dan
kebiasaan merokok. Pada umumnya masalah saraf akibat penyakit-
penyakit ini hanya sementara, banyak yang sembuh dalam waktu 4-6
bulan. Kasus kasus ini seolah olah seperti ‘strok kecil’ pada saraf.
Tidak ada pengobatan tertentu untuk penglihatan ganda yang
disebabkan oleh penyakit-penyakit ini. Meskipun, keberadaan
penglihatan ganda mengingatkan pasien untuk mengontrol penyakit-
penyakit tersebut. Penyebab lainnya dapat berupa macam-macam
peradangan dan infeksi. 2
20
Sementara itu, dari mata hingga ke otak, yang menjadi penyebab diplopia
binokuler dapat dibagi menjadi 7 mekanisme, yakni:
1) Displacement orbital atau okuler: trauma, massa atau tumor, infeksi,
oftalmopati terkait tiroid.
2) Restriksi otot ekstraokuler: oftalmopati terkaid tiroid, massa atau
tumor, penjepitan otot ekstraokuler, lesi otot ekstraokuler, atau
hematom karena pembedahan mata.
3) Kelemahan otot ekstraokuler: miopati kongenital, miopati
mitokodiral, distrofi muskuler
4) Kelainan neuromuscular junction: miastenia gravis, botolism
5) Disfungsi saraf kranial III, IV, atau VI: iskemia, hemoragik, tumor
atau massa, malformasi vaskular, aneurisme, trauma, sklerosis
multipel.
6) Disfungsi nuklear saraf kranial di batang otak: stroke, hemoragik,
tumor atau massa, trauma, malformasi vaskuler
7) Disfungsi supranuklear yang meilbatkan jalur ke dan antara nukleus
saraf kranial III, IV atau VI: stroke, hemoragik, tumor atau massa,
trauma, sklerosis multiple, hidrosefalurs, sifilis, ensefalopati
Wernicke, penyakit neuridegeneratif.
Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya diplopia jika ditinjau dari
teori. Blum dibedakan menjadi empat faktor, yaitu: faktor biologi, faktor
lingkungan, faktor pelayanan kesehatan dan faktor perilaku.9
22
2.9.1. Klinis
1) Menutup satu mata : menutup mata sering diperlukan, karena
pasien harus terus beraktivitas sambil menunggu intervensi
2) Lensaoklusif stick-on dapat dipakaikan ke kacamata untuk
meminimalkan handicap pada penggunaan tutup mata, sambil
mengaburkan satu mata untuk meminimalkan penglihatan
gandayang mengganggu.
3) Prisma Fresnel : prisma ini dapat melekat ke kacamata. Meski
prisma ini hanya cocok untuk deviasi stabil yang ada di semua
arah gaze, prisma ini mengaburkan gambar dari mata itu dan
berfungsi dalam banyak hal seperti lensa oklusif.
4) Pengobatan miastenia gravis, mestinon atau agen antikolinergik
kerja lama, serta kortikosteroid.9
2.9.2. Pembedahan
Pembedahan strabismus kadang-kadang diperlukan. Reseksi khas
jarang diindikasikan karena satu otot yang sering lemah permanen,
dan pembedahan standar apapun akan kehilangan efek pada akhirnya.
Pengecualian pada fraktur blow out saat dilakukan pelepasan
padapenjepitan jaringan lunak dari fraktur di dasar orbita sangat
efektif. 11
Pembedahan transposisi (pembedahan Hummelsheim). Dengan
paralisis permanen otot rectus lateral, mengatasi kerja otot rectus
superior dan inferior dengan memasukkan setengah lateral dari kedua
otot ke insersio otot rectus lateral. Jika tidak, resensi otot rectus medial
yang tercapai hanya dalam waktu sementara. Meskipun dapat melihat
tunggal pada pandangan lurus,diplopia tetap ada dengan pandangan
ke otot yang paralisis. 8
Kemodenervasi. Membantu mencegah kontraktur di mata dengan
paresis otot ekstraokuler, khususnya saat kembalinya fungsi
diharapkan. Injeksi multiple selama beberapa bulan dengan toxin
26
2.10. Komplikasi
Pada bayi dan balita, diplopia dapat menyebabkan supresi atau ambliopia.2
2.11. Prognosis
Penyebab diplopia bervariasi dari yang ringan hingga kondisi yang
memiliki konsekuensi kesehatan yang besar.
- Sebagai patokan, pasien dengan multiples mononeuritis diabetik akan
sembuh spontan dalam 6 minggu.
- Penyebab optikal (missal dislokasi lensa, kelainan kornea) dapat
diperbaiki.
- Fraktur blow out memiliki prognosis berbeda tergantung jumlah
jaringan yang rusak.
- Pusat (neurologik) menyebabkan diplopia dapat memiliki konsekuensi
yang serius dan salam hal tumor primer atau sekunder, prognosisnya
jelek. 1,10
27
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Diplopia adalah suatu keluhan subjektif terdapatnya gangguan
penglihatan yang menyebabkan suatu objek terlihat menjadi ganda atau
dobel. Diplopia berasal dari bahasa Yunani yaitu diplo yang berarti dobel
atau ganda, dan opia yang berarti penglihatan.
2. Terdapat dua jenis diplopia yaitu, diplopia monokuler dan diplopia
binokuler. Diplopia monokuler terjadi hanya pada saat satu mata ditutup
seringkali berupa bayangan sekilas atau bayangan hantu. Diplopia
binokuler terjadi hanya pada saat kedua mata terbuka dan akan hilang
apabila salah satu mata ditutup, dan dapat bersifat horizontal, diagonal,
atau torsional.
3. Diplopia monokular penyebab terseringnya adalah kelainan refraksi yang
tidak dikoreksi seperti astigmatisma, atau kelainan media fokal seperti
katarak atau ketidak-teraturan kornea (misal luka parut). Sedangkan
diplopia binokular terjadi karena ketidaksejajaran mata, yang dapat
disebabkan oleh gangguan pada saraf, otot mata, persimpangan saraf-
otot, dan tulang orbita.
4. Penatalaksanaan diplopia bergantung pada penyebab diplopia itu
sendiri. Pada kasus diplopia monokuler dilakukan koreksi refraksi.
Untuk diplopia binokular tatalaksana yang diberikan harus sesuai
indikasi dan penyebab pastinya yang sudah diketahui. Pada kasus-kasus
kronik, diplopia binokuler dapat dilakukan pembedahan atau pemberian
obat-obatan atau penggunaan lensa prisma dapat mengurangi gejala
diplopia bila etiolognya telah ditemukan dan keadaan umum lebih baik.