0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
475 tayangan20 halaman

KMB 1 Asma

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 20

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

TENTANG

PENYAKIT ASMA

Disusun oleh: Kelompok 1

Jl. Tamansari Km 2,5 Kota Tasikmalaya Tlp. (0265)2350982

Website : www.umtas.ac.id

e-mail : kotaksuratumtas@gmail.com / info@umtas.ac.id

fb : Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

twitter : UMTasik Line : cerdasberkualitas


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan
Medikal Bedah I tentang Penyakit Asma.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan
dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Keperawatan Medikal Bedah I tentang
Penyakit Asma semoga dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Tasikmalaya, 24 September 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................

A. Latar Belakang ......................................................................................................


B. Rumusan Masalah .................................................................................................
C. Tujuan ...................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................

A. KONSEP TEORITIS ASMA BRONKHIAL .......................................................


1. Pengertian Asma .............................................................................................
2. Etiologi Asma .................................................................................................
3. Macam-macam Faktor Pencetus Asma ...........................................................
4. Gambaran Klinis Asma ...................................................................................
5. Klasifikasi Asma .............................................................................................
6. Stadium Asma .................................................................................................
7. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................
8. Komplikasi Asma............................................................................................
9. Penata Laksanaan Medis
10. Penata laksanaan Keperawatan .......................................................................
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ASMA .................
1. Pengkajian .......................................................................................................
2. Data Dasar Pengkajian Klien ..........................................................................
3. Diagnosa Keperawatan ...................................................................................
4. Intervensi dan Implementasi Keperawatan .....................................................
5. Evaluasi ...........................................................................................................

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................

A. Kesimpulan ...........................................................................................................
B. Saran .....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit asma merupakan salah satu masalah kesehatan diseluruh dunia, baik
di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Saat ini, penyakit asma
juga sudah tidak asing lagi di masyarakat indonesia. Asma dapat di derita oleh semua
lapisan masyarakat dari usia anak-anak sampai usia dewasa. Asma dapat timbul pada
segala umur, dimana 30% penderita mempunyai gejala pada umur 1 tahun, sedangkan
80-90% anak yang menderita asma gejala pertamanya muncul sebelum umur 4-5
tahun, asma juga merupakan salah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa
disembuhkan secara total. Terutama apabila pekerjaan dan lingkungannya serta faktor
ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi
penyebab serangan.
Berbagai penelitian telah mengemukakan bahwa latihan pernafasan
memberikan perbaikan pada pasien dengan kondisi asma. fisioterapi juga dapat
membantu mengatasi permasalahan yang ditimbulkan asma. Dari berbagai macam
modalitas fisioterapi untuk mengatasi asma,secara umum paling banyak digunakan
adalah latihan kontrol pernafasan, teknik pembersihan saluran nafas, latihan pola
pernafasan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep teoritis asma bronkhial?
2. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan klien dengan asma?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang konsep teoritis asma bronkhial?
2. Untuk mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan klien dengan asma?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Teoritis Asma Bronkhial


1. Pengertian
Asma merupakan penyakit pada jalan nafas yang tidak dapat pulih yang terjadi
karena spasme bronkus yang di sebabkan oleh berbagai penyabab ( Hudak dan
Gallo, 1997).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronki berrespon dalam secara hiperaktif terhadap stimulus tertentu
(Smeltezer, Suzanee C, 2002).
2. Etiologi
Etiologi asama dapat di bagi atas :
a. Asma Ekstrinsik/Alergi
Asma yang di sebabkan oleh elergen yang di ketahui masanya sudah terdapat
semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus,
binatang dan debu.
b. Asma Instrinsik/Idopatik
Asma yang tidak di temukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya faktor-
faktor non spesipik seperti : flu, latihan fisik atau emosi sering memicu
serangan asma. Asma inin sering muncul atau timbul sesudah usia 40 tahun
setelah menderita infeksi sinus atau cabang trakeobronchial.
c. Asma Campuran
Asma yang terjadi atau timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan
instrinsik.
3. Macam-macam faktor pencetus
a. Alergen
Faktor alergi dianggap mempunyai peranan pada penderita asma, di samping
itu hiperaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting bila
tingkat hiperaktivitas bronkus tinggi di perlukan jumlah alergen yang sedikit
dan sebaliknya untuk menimbulkan serangan asma.
Alergan dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan. Contohnya debu, bulun
binatang, serbuk bunga, sepora jamur, bakteri dan folusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya obat-obatan dan
makanan.
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contohnya
perhiasan, logam dan jam tangan.
b. Infeksi
Biasanya virus penyebabnya respiratory synchyhal virus (RSV) dan virus pada
influeza.
c. Iritasi
Hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau asam dari cat dan polutan udara, air
dingin dan udara dingin.
d. ISPA
e. Reflek Gastroesopagus
Iritasi trakeobronkeal karena isi lambung dapat memperberat penyakit asma.
f. Psikologis
4. Gambaran Klinis Asma
Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea, dan mengi. Pada beberapa
keadaan batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala. Serangan asma sering
terjadi pada malam hari. Serangan asma biasanya terjadi secara mendadak dengan
batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan pernafasan lambat, mengi, dan
laborius. Serangan asma dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam
dan dapat hilang secara spontan. Meski serangan asma jarang yang fatal, kadang
terjadi reaksi kontinu yang lebih berat yang disebut status asmatikus. Kondisi ini
merupakan kondisi yang mengancam hidup.
5. Klasifikasi Asma
Berdasarkan episodik serangan asma dapat dibedakan menjadi:
a. Asma episodik yang jarang
Biasanya terdapat pada anak usia 3-6 tahun, serangan umumnya dicetuskan
oleh infeksi virus pada saluran nafas. Frekuensi serangan 3-4/th. Lamanya
serangan beberapa hari dan langsung menjadi sembuh. Gejala menonjol pada
malam hari dapat berlangsung 3-4 hari, sedangkan batuk 10-14 hari, serangan
tidak ditemukan kelainan.
b. Asma episodik sedang
2/3 golongan ini serangan pertama timbul pada usia sebulan sampai 3 tahun,
serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut, pada usia 5-6 tahun
dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.
c. Asma kronik/persisten
Serangan pertama terjadi pada usia 6 bulan (25%), sebelum usia 3 tahun
(75%), pada 2 tahun pertama (50%) biasanya serangan episodik pada usia 5-6
tahun akan lebih jelas terjadi obstrusi jalan nafas yang persisten dan hampir
selalu terdapat wheezing setiap hari. Pada malam hari sering terganggu oleh
batuk atau wheezing dan waktu ke waktu serangan yang berat dan
memerlukam perawatan rumah sakit.
6. Klasifikasi Asma Berdasarkan Berat Penyakit
a. Tahap I : Intermitten
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan:
1) Gejala intermiten < 1 kali dalam seminggu
2) Gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam sampai beberapa hari)
3) Gejala serangan asma malam hari <2 kali dalam sebulan
4) Asimptomatis dan nilai fungsi paru normal diantara perioda eksaserbasi
5) PEF atau FEV1 : > 80% dari prediksi, variabilitas < 20%
6) Pemakaian obat untuk mempertahankan kontrol: obat untuk mengurangi
gejala dipakai hanya ketika perlu inhalasi jangka pendek B2 agonis
7) Intensitas pengobatan tergantung pada derajat eksaserbasi kortikosteroid
oral mungkin dibutuhkan
b. Tahap II
Penampilan klinik sebelum mendapatkan pengobatan :
1) Gejala > 1 kali seminggu tapi < 1 kali sehari
2) Gejala eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur
3) Gejala serangan asma malam hari > 2 kali dalam sebulan
4) PEF atau FEV1 : > 80% dari prediksi, variabilitas 20-30%
5) Pemakaian obat harian untuk mempertahankan kontrol : obat-obatan
pengontrol serangan harian mungkin perlu bronkodilator jangka panjang
ditambah dengan obat-obatan anti inflamasi (terutama untuk seranagn
asma malam hari)
c. Tahap III : persisten sedang
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala harian
2) Gejala eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur
3) Gejala serangan asma malam hari >1 kali seminggu
4) Pemakaian inhalasi jangka pendek B2 agonis setiap hari
5) PEV atau PEV1 : > 60%- <80% dari prediksi, variabilitas > 30%
6) Pemakaian obat-obatan harian untuk mempertahankan kontrol: obat-obatan
pengontrol serangan harian inhalasi kortikosteroid bronkodilator jangka
panjang (terutama untuk serangan asma pada malam hari).
d. Tahap IV: persisten berat
Penampilan klinik sebelum mendapatkan pengobatan:
1) Gejala terus menerus
2) Gejala eksaserbasi sering
3) Gejala serangan asma malam hari sering
4) Aktivitas fisik sangat terbatas oleh asma
5) FEV atau FEV1: ≤ 60% dari prediksi
6) Variabilitas >30%
7. Stadium
Secara klinis asma dibagi dalam 3 stadium
a. Stadium I
Waktu terjadinya edema dinding bronkus, batuk paroksismal karena iritasi dan
batuk kering, sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing
yang merangsang batuk.
b. Stadium II
Sekresi bronkus bertambah batuk dengan dahak jernih dan berbusa pada
stadium ini mulai terasa sesak nafas, berusaha bernafas lebih dalam, ekspirasi
memanjang dan ada wheezing otot nafas tambahan turut bekerja terdapat
retraksi supra sternal epigastrium.
c. Stadium III
Obstruksi/ spasme bronkus lebih berat. Aliran darah sangat sedikit sehingga
suara nafas hampir tidak terdengar, stadium ini sangat berbahaya karena sering
disangka ada perbaikan pernafasan dangkal tidak teratur dan frekuensi nafas
menjadi tinggi.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
1) Sinar X (ro.torak): terlihat adanya hiperinflasi paru-paru diagprama
mendatar.
2) Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat kompilkasi, maka
kelainan yang di dapat adalah sebagai berikut :
Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak dihilus akan
bertambah. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah. Bila terdapat komplikasi, maka
terdapat gambaran infiltrate pada paru bila terjadi pneuomonia
mediastinum pneumotoraks, dan pneumoperikadium, maka dapat dilihat
bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru. Hasil pemeriksaan elektro
kardiografi. Perubahan aksis jantung yakni pada umumnya terjadi reighate
axsis defiasi dan clok wise rotation. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi
jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right Bundle Branch Block) tanda-tanda
hipokasemia, yakni terdapatnya sinus tacikardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negatif.
3) Tes fungsi paru
a) Menentukan penyebab dyspnea
b) Volume residu meningkat
c) FEV1/ FVC: rasio volume respirasi kuat dan kapasitas vital.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) GDA
2) PaO2 menurun, PaCO2 normal/me/turun
3) pH normal/meningkat
4) Sputum(lab): menentukan adanya infeksi biasanya pada asma tanpa
disertai infeksi.
9. Komplikasi
a. Pneumothorak
b. Pneumomediastinum dan empisema subkutis
c. Atelektasis
d. Aspirasi
e. Kegagalan jantung/ gangguan irama jantung
f. Sumbatan saluran nafas yang meluas atau gagal nafas
g. Asidosis
10. Pencegahan
a. Menghindari faktor pencetus
b. Obat-obatan
11. Penata Laksanaan Medis
a. Tujuan terapi asma:
1) Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
2) Mencegah kekambuhan
3) Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
4) Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise
5) Menghindari efek samping obat asma
6) Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversibel
b. Obat anti asma:
1) Bronkodilator: adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol.
2) Antikolinergin: iptropiem bromid (atrovont)
3) Kortikosteroid: predrison, hidrokortison, orodexon.
4) Mukolitin: BPH, OBH, bisolvon, mucapoel, dan banyak minum air putih.
12. Penata Laksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan yang harus segera dilaksanakan pada pasien
bergantung pada tingkat keparahan gejala. Pasien dan keluarga merasa takut dan
cemas karena sesak nafas yang dialami pasien. Oleh sebab itu, pendekatan yang
tenang merupakan aspek yang penting di dalam asuhan keperawatan.
a. Kaji setatus respirasi pasien dengan memonitor tingkat keparahan gejala, suara
nafas, peak flow, oksimetrinadi, dan tanda-tanda vital.
b. Kaji riwayat reaksi alergi terhadap obat sebelum memberikan medikasi.
c. Identifikasi medikasi yang tengah digunakan oleh pasien.
d. Berikan medikasi sesuai yang diresepkan dan monitor respons pasien terhadap
medikasi tersebut, medikasi mungkin mencakup antibiotic jika pasien telah
lebih dulu mengalami infeksi pernafasan.
e. Berikan terapi cairan jika pasien mengalami dehidrasi.
f. Bantu prosedur intubasi jika diperlukan
g. Menjaga lingkungan pasien supaya tetap sejuk, lembab, dan teroksigenasi

B. Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan Asma


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, ras, dll
b. Informasi dan diagnosa medik yang penting
c. Data riwayat kesehatan
d. Riwayat kesehatan dahulu: pernah menderita penyakit asma sebelumnya,
menderita kelelahan yang amat sangat dengan sianosis pada ujung jari.
e. Riwayat kesehatan sekarang
1) Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu dan tidak bergairah, puca,
tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas.
2) Sesak setelah melakukan aktivitas/ menghadapi suatu krisis emosional.
3) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu.
4) Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat keluarga (+) asma
2) Riwayat keluarga (+) menderita penyakit alergi, seperti rinitis alergi,
sinustis, dermatitis, dll.
2. Data dasar pengkajian klien
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala:
1) Keletihan, kelelahan, malaise
2) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernafas
3) Ketidakmampuan untuk tidur perlu tidur dalam posisi duduk tinggi
4) Dispnea pada saat istirahat, aktivitas, dan hiburan
b. Sirkulasi
Gejala: pembengkakan pada ekstremitas bawah
c. Integritas ego
Gejala:
1) Peningkatan faktor resiko
2) Perubahan pola hidup
d. Makanan dan cairan
Gejala:
1) Mual atau muntah
2) Nafsu makan menurun
3) Ketidakmampuan untuk makan
e. Pernafasan
Gejala:
1) Nafas pendek, dada rasa tertekan dan ketidakmampuan untuk bernafas
2) Batuk dengan produksi sputum berwarna keputihan

Tanda:

1) Pernafasan biasanya cepat, fase ekspirasi biasanya memanjang


2) Penggunaan otot bantu pernafasan
3) Bunyi nafas mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan
selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi nafas
f. Keamanan
Gejala : riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat
g. Seksualitas
Penurunan libido
3. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Klien mengatakan sesak Faktor ekstrinsik: Tidak efektifnya
nafas Faktor alergi:faktor jalan nafas
DO: Frekuensi nafas cepat, psikologi
retraksi dinding dada (+), suara
pernafasan terdengar wheezing. Faktor intrinsik :
Igr dan Ig.A

Respon imunologi

Brochospasmus

Edema
Kompensasi tubuh
terhadap adanya
kekurangan suplai
02 yaitu dengan
meningkatkan
frekuensi nafas
2. DS: Klien mengatakan batuk adanya Resiko tinggi
DO: Pasien terlihat batuk-batuk, peningkatan infeksi
sekret (+), suhu tubuh 36-37ᵒC, sekresi mukosa

sekret terakumulasi
di jalan nafas

Mukus adalah
media media yang
cocok untuk
perkembangbiakan
bakteri

4. Diagnosa keperawatan
a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkosepasme,
penurunan produksi sekret, sekresi tertahan, sekresi kental, penurunan energi,
kelemahan.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai O2, kerusakan
alveoli.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea,
kelemahan, produksi seputum, anoreksia, mual atau muntah.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahannan
utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret).
5. Intervensi keperawatan
a. Diagnosa keperawatan:
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme,
penurunan produksi sekret, sekresi tertahan, sekresi kental, penurunan energi,
kelemahan.
1) Dibuktikan oleh:
Adanya keluhan kesulitan bernafas, perubahan kedalaman atau kecepatan
pernafasan, penggunaan otot aksesoris pernafasan, bunyi nafas tidak
normal (mengi, rhonci), batuk (menetap), dengan atau tanpa produksi
sputum.
2) Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan paien jalan nafas
bersih dan bunyi jelas.
3) Kriteria hasil:
Menunjukan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas, misalnya;
batuk efektif dan mengeluarkan sekret. Menunjukan jalan nafas pasien
dengan bunyi nafas bersih.
4) Rencana tindakan keperawatan
no Intervensi Rasional
MANDIRI
1 Auskultuasi bunyi nafas. Catat Beberapa derajat sepasme bronkus
adanya bunyi nafas, seperti; terjadi dengan obstruksi jalan nafas
mengi, ronchi dan dapat atau tidak dimanifestasikan
adanya bunyi nafas adventisius,
misalnya; bunyi nafas redup dengan
ekspirasi mengi (emvisema), atau
tidak adanya bunyi nafas (asma
berat), krekels basah (bronkitis).
2 Kaji atau pantau frekuensi Tacipnea biasanya ada pada beberapa
pernafasan derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama setres atau
adanya proses infeksi akut.
3 Catat adanya atau derajat dipsnea dispungsi pernafasan adalah fariabel
yang tergantung pada tahap proses
kronis.
4 Kaji pasien untuk posisi yang Peninggian kepala tempat tidur
nyaman mempermudah fungsi.
5 Pertahankan polusi lingkungan Pernafasan dengan menggunakan
minimum gravitasi pencetus tipe reaksi alergi
pernafasan yang dapat mentriger
episode akut.
6 Dorong atau bantu latihan nafas Memberikan pasien beberapa cara
abdomen dan mengeluarlkannya untuk mengatasi dan mengontrol
melalui mulut atau bibir dispnea.
7 Obserpasi karakteristik batuk Batuk dapat menetapa tetapi tidak
efektif, khususnya bila pasien lansia,
sakit akut atau kelemahan.
8 Tingkatkan masukan cairan Hidrasi membantu menurunkan
sampai 3000 ml/hari sesuai kekentalan sekret, mempermudah
toleransi jantung pengeluaran .
KOLABORASI
1 Berikan obat sesuai indikasi: Merilekskan otot halus dan
bronkodilator, xantin menurunkan kongesti lokal,
menurunkan sepasme jalan nafas,
mengi dan produksi mukosa.
Menurunkan edema mukosa dan
sepasme oto polos.

b. Diagnosa keperawatan:
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai O2,
kerusakan alveoli
1) Kemungkinan dibuktikan oleh :
Dispnea, bingung, gelisah, ketidak mampuan membuang sekret, nilai GDA
tidak normal (hipoksia dan hiperkapnia), perubahan tanda vital penurunan
toleransi terhadap aktifitas
2) Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperwatan diharapkan pentilasi dan
oksigenasi jaringan adekuat
3) Kriteria hasil:
Menunjukan perbaikan pentilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan
GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan.
Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai dengan tingkat
kemampuan atau situasi kilen
4) Rencana tindakan keperawatan
Intervensi Rasional
MANDIRI
1 Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Berguna dalam
evaluasi derajat distres
pernafasan dan atau
kronisnya proses
penyakit
2 Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien Pengiriman oksigen
untuk memilih posisi yang mudah untuk dapat diperbaiki
bernafas dengan posisi duduk
tinggi dan latihan nafas
untuk menurunkan
kolaks jalan nafas,
dipsne dan kerja nafas.
3 Plpasi fremitus Penurunan getaran
vribasi diduga ada
pengumpulan cairan
atau udara terjebak.
4 Awasi tingkat kesadaran atau status mental Gelisah dan ansietas
adalah manivestasi
pada hipoksia
KOLABORASI
1 Awasi atau gambarkan seri GDA dan nadi PaCO2 biasanya
oksimetri meningkat (broncitis,
emfisema) dan PaO2
secara umum menurun,
sehingga hipoksia
terjadi dengan derajat
lebih kecil atau lebih
besar.
c. Diagnosa keperawatan: perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan dispnea, kelemahan, produksi sputum, anoreksia, mual
atau muntah.
1) Kemungkinan dibuktikan oleh:
Penurunan berat badan, kehilangan masa otot, tonus otot buruk,
kelemahan, mengeluh gangguan sensasi pengecap keengganan untuk
makan, kurang tertarik pada makanan.
2) Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan klien
terpenuhi
3) Kriteria hasil:
Menunjukan prilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat badan yang ideal.
4) Rencana tindakan keperawatan
Intervensi Rasional
MANDIRI
1 Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat Pasien distres
ini pernafasan akut sering
anoreksia karena
dispnea, produksi
seputum dan obat
2 Dorong periode istirahat semalam satu jam Membantu menurunkan
sebelum dan sesudah makan kelemahan selama
waktu makan dan
memberikan kesmpatan
untuk meningkatkan
masukan kalori total
3 Hindari makanan pengasil gas dan Dapat menghasilkan
minuman karbonat distensi abdomen yang
mengganggu nafas
abdomen dan gerakan
diafragma dapat
meningkatkan dispnea
4 Timbang berat badan sesui indikasi Berguna untuk
menentukan kebutuhan
kalori, menyusun
tujuan berat badn dan
evaluasi keadekuatan
rencana nutrisi
KOLABORASI
1 Konsul ahli gizi untuk memberikan Metode makan dan
makanan yang mudah dicerna, dan nutrisi kebutuhan kalori
yang seimbang. didasarkan pada situasi
atau kebutuhan
individu untuk
memberikan nutrisi
maksimal kepada
pasien.

6. Evaluasi
a. Diagnosa I
1) Pasien mempunyai frekuensi pernafasan sesuai usia
2) Pasien mampu menyebutkan bahwa ia dapat bernafas dengan lebih baik
3) Pasien mampu membuang sekresi
4) Pasien mengatakan mengi minimal
5) Pasien mampu mentoleransikan aktivitas yang normal
b. Diagnosa II
1) Pasien mampu menunjukan bunyi paru bersih
2) Warna kulit normal
3) Gas-gas darah dalam batas normal
c. Diagnosa III
1) Klien mengatakan mual dan muntah tidak ada
2) Selera makan klien kembali dan klien tampak segar
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang disebabkan oleh
reaksi hiperresponsif sel imun tubuh. Penyakit asma menimbulkan gejala seperti
dispnea, wheezing, dan batuk akibat obstruksi jalan nafas yang bersifat refersibel dan
terjadi secara episodik berulang. Menejemen pengendalian asma terdiri dari 6 tahapan
yaitu sebagai berikut:
1. Pengetahuan
2. Monitor
3. Menghindari faktor resiko
4. Pengobatan medis jangka panjang
5. Metode pengobatan alternatif
6. Terapi penanganan terhadap gejala dan pemeriksaan teratur
B. Saran
Dengan mengetahui apa dan bagaimana penyakit asma, maka beberapa saran
penulis sebagai beriku:
1. Untuk para penderita
Jangan menganggap remeh penyakit asma. namun, seringlah berkonsultasi
bersama dokter dan jangan terlalu memikirkan tentang penyakit yang di derita
karena itu akan bisa memicu asma akan kambuh kembali
2. Untuk para keluarga penderita
Perhatikanlah keluarga yang menderita penyakit asma. karena asma adalah
penyakit yang serius.
3. Untuk para dokter atau ahli medis
Rawatlah pasien dengan baik, jangan pernah meremehkan tingkat keparahan
penyakit asma yang diderita oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, Andra Saferi dan Putri, Yessie Mariza.2013.Keperawatan Medikal Bedah
I.Yogyakarta:Nuha Medika

Tucker, Susan Martin.1999.Standar Perawatan Pasien.Jakarta:EGC

Reeves, Charlene J,dkk.2001.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:Salemba Medika

Suddarth, Brunner.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai