Teori Pemrosesan Informasi Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

Teori Pemrosesan Informasi

Makalah Psikologi Belajar dan Pembelajaran

Disusun oleh :

Putri Sulistyorini (171414039)


Dewi Isabella Palma (171414044)
Putri Karunia K. (171414054)
Asarela Josephine F. (171414057)
Rosiana Serlin Matul (171414055)

Dosen Pengampu :
Dra. Haniek Sri Pratini M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Belajar merupakan perubahan perilaku seseorang dalam situasi tertentu yang
disebabkan oleh “pengalaman berulang” terhadap situasi. Dalam tinjauan psikologi
kognitif, belajar diartikan sebagai proses memperoleh pengetahuan. Pengalaman hidup
yang dialami oleh si pelajar agar menjadi mandiri. Belajar erat kaitannya dengan
pengembangan kognitif (penguasaan intelektual), afektif (berhubungan dengan sikap
dan nilai) dan psikomotorik (keterampilan bertindak atau berprilaku). Dalam pandangan
pakar psikologi dalam mengukur hasil belajar kognitifis ditentukan oleh kematangan
kognisi si pelajar. Dalam hal ini otak sebagai organ tubuh yang berkaitan dengan
intelegensi menjadi sangat dominan sebagai pusat memori.
Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar
sibernetik (pengolahan informasi). Dalam teori sibernetik, psikologi kognitif mengkaji
proses belajar dari hasil belajar itu penting. Namun, sistem informasi lebih penting dari
kajian proses belajar itu sendiri. Sistem informasi inilah yang pada akhirnya akan
menentukan proses belajar. Teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu pun proses
belajar yang ideal untuk segala situasi dan yang cocok untuk semua siswa. Asumsi ini
didasarkan pada suatu pemahaman yaitu, cara belajar sangat ditentukan oleh sistem
informasi. Saat penjelasan, seorang siswa dapat memperoleh informasi dengan satu
proses dan siswa yang lain juga dapat memperoleh informasi yang sama. Namun, yang
berbeda adalah proses belajarnya.
Dalam teori pemrosesan informasi, terdapat beberapa model mengajar yang
akan mendorong pengembangan pengetahuan dalam diri siswa dalam hal
mengendalikan stimulus yaitu mengumpulkan dan mengorganisasikan data, menyadari
dan memecahkan masalah, mengembangkan konsep sehingga mampu menggunakan
lambang verbal dan non verbal dalam penyampaiannya. Bahkan orientasi utama pada
model mengajarnya mengarah kepada kemampuan siswa dalam mengolah, menguasai
informasi sehingga dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan
ilmu pengetahuan.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Siapa tokoh pencetus teori pemrosesan informasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan teori pemrosesan informasi menurut Gagne ?
3. Bagaimana pendekatan dalam pemrosesan informasi ?
4. Bagaimana aplikasi teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran terutama
dalam pembelajaran matematika ?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori pemrosesan informasi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui siapa tokoh pencetus teori pemrosesan informasi.
2. Untuk mengetahui dan memahami teori pemrosesan informasi menurut Gagne.
3. Untuk mengetahui pendekatan dalam teori pemrosesan informasi.
4. Untuk mengetahui aplikasi teori pemrosesan informasi dalam pembelajaran
terutama dalam pembelajaran matematika.
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori pemrosesan informasi.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini dibuat untuk mengetahui dan memahami tentang teori
pemrosesan informasi terutama dalam pendekatan dalam teori pemrosesan informasi
serta aplikasi dalam pembelajaran di kelas terutama dalam pembelajaran matematika.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tokoh Pencetus Teori Pemrosesan Informasi


Robert Mills Gagne adalah seorang ilmuwan psikologi yang lahir pada tahun 1916 di
North Andover, MA dan meninggal pada tahun 2002. Tahun 1937 Gagne memperoleh gelar
A.B. dari Yale dan tahun 1940 gelar Ph.D. pada bidang psikologi dari Brown University serta
gelar Prof. diperoleh ketika mengajar di Connecticut College For Women dari tahun 1940 -
1949, Penn State University dari tahun 1945 - 1946 dan terakhir diperolehnya dari Florida State
University.
Tahun 1949 - 1958 Gagne menjadi Directur Perceptual and Motor Skills Laboratory
US Air Force. Pada waktu inilah dia mengembangkan teori “Conditions of Learning” yang
mengarahkan pada hubungan tujuan pembelajaran dan kesesuaiannya dengan desain
pengajaran. Teori ini dipublikasikan pada tahun 1965 (Anonim,1; Gagne,1). Dia juga dikenal
sebagai seorang psikolog eksperimental yang berkonsentrasi pada belajar dan pengajaran. Pada
awal karirnya, Gagne seorang behaviorist. Kontribusi Gagne dalam bidang pengembangan
pengajaran adalah tulisan-tulisannya tentang: Instructional Sistem Design, The Condition of
Learning (1965) dan Princeples of Instructional Design.
Gagne merupakan pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam
training pilot AU Amerika. Munculnya teori pemrosesan informasi berawal dari modifikasi
teori matematika, yang telah disusun oleh para peneliti dengan tujuan untuk menilai dan
meningkatkan pengiriman pesan. Di sisi lain, terjadinya kondisi pemberian dan penerimaan
informasi pengetahuan akan tetap kita temukan dalam proses pembelajaran yang secara
langsung berkaitan erat dengan proses kognitif. Karena itu teori pemrosesan informasi
memberikan persfektif baru pada pengolahan pembelajaran yang akan menghasilkan belajar
yang efektif. Dan dalam perkembangan selanjutnya dalam teori ini akan ditemukan persepsi,
pengkodean, dan penyimpanan di dalam memori jangka panjang. Sehingga pada akhirnya teori
ini akan berpengaruh terhadap siswa dalam hal pemecahan masalah.

2
2.2 Teori Pemrosesan Informasi oleh Gagne
Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar sibernetik.
Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik adalah pengolahan
informasi. Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif mengkaji proses belajar penting dari hasil
belajar namun yang lebih penting dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi,
sistem informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar. Teori
pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar sibernetik. Secara
sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik adalah pengolahan informasi.
Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif mengkaji proses belajar penting dari hasil belajar
namun yang lebih penting dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi, sistem
informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
Berdasarkan kondisi internal dan eksternal, Gagne menjelaskan bagaimana proses
belajar itu terjadi. Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori
pemrosesan informasi, yaitu sebagai berikut :
1. Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses
sebagai informasi.
2. Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori
jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
3. Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat
diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.
Seperangkat proses yang bersifat internal yang dimaksud oleh Gagne adalah kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan
terjadinya proses kognitif dalam diri individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan
dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Teori pemrosesan informasi bermula dari asumsi bahwa pembelajaran merupakan
faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan salah satu hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut teori ini, belajar merupakan proses mengelola informasi, namun teori
ini menganggap sisitem informasi yang diproses yang nantinya akan dipelajari siswa adalah
yang lebih penting. Karena informasi inilah yang akan menentukan proses dan bagaimana
proses belajar akan berlangsung akan sangat oleh sistem informasi yang dipelajari.

2
Robert Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengembangkan teori belajar yang
mencapai kulminasinya (titik uncak) pada “The Condition of Learning”. Banyak gagasan
Gagne tentang teori belajar, seperti belajar konsep dan model pemrosesan informasi, pada
bukunya “The Condition of Learning” mengemukakan bahwa: Learning is change in human
disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to
process a groeth.
Dalam bukunya Robert M. Gagne disebutkan bahwa : A very special kind of intellectual
skill, of particular in probelem solving, is called a cognitive strategy. In term of modern
learning theory, a cognitive strategy is a control process. An internal process by means of which
thinking. Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar. Fase-fase itu
merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau guru. Setiap
fase dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran siswa. Kejadian-kejadian
belajar itu akan diuraikan dibawah ini, yaitu:

Fase Proses
Motivasi siswa yang belajar harus diberi motivasi
untuk memanggil informasi yang telah
dipelajari sebelumnya
Pengenalan siswa harus memberikan perhatian pada
bagian-bagian yang esensial dari suatu
kejadian instruksional, jika belajar akan
terjadi
Perolehan apabila siswa memperhatikan informasi
yang relevan, maka ia telah siap untuk
menerima pelajaran
Retensi informasi baru yang diperoleh harus
dipindahkan dari memori jangka pendek
ke memori jangka panjang. Ini dapat
terjadi melalui penggulangan kembali
Pemanggilan pemanggilan dapat ditolong dengan
memperhatikan kaitan-kaitan antara
konsep khususnya antara pengetahuan
baru dengan pengetahuan sebelumnya

2
Generalisasi biasanya informasi itu kurang nilainya,
jika tidak dapat diterapkan diluar konteks
di mana informasi itu dipelajari.

Penampilan tingkah laku yang dapat diamati. Belajar


terjadi apabila stimulus mempengaruhi
individu sedemikan rupa sehingga
performancenya berubah dari situasi
sebelum belajar kepada situasi sesudah
belajar
Umpan balik para siswa harus memperoleh umpan
balik tentang penampilan mereka yang
menunjukkan apakah mereka telah atau
belum mengerti tentang apa yang
diajarkan

2.1.1 Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi


Pada hakikatnya model pembelajaran dengan pemerosesan informasi didasarkan pada
teori belajar kognitif. Model pembelajaran tersebut berorientasi pada kemampuan siswa
memproses informasi dan sistem yang dapat memperbaiki kemampuan belajar siswa.
Pemrosesan informasi menunjuk kepada cara-cara mengumpulkan atau menerima stimulus
dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep dan
pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non-verbal.
Proses informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding),
diikuti dengan penyimpanan informasi (stroge) dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali
informas-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrival).[8] Teori belajar pemerosesan
informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup
beberapa tahapan.

2
Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Sistem syaraf
menggunakan kode internal yang merepresentasikan stimulus eksternal. Dengan cara ini
representasi objek/kejadian eksternal dikodekan menjadi informasi internal dan siap disimpan.
Stroge adalah informasi yang diambilkan dari memori jangka pendek kemudian
diteruskan untuk diproses dan digabungkan ke dalam memori jangka panjang. Namun tidak
semua informasi dari memori jangka pendek dapat disimpan. Kunci penting dalam
penyimpanan di memori jangka panjang adalah adanya motivasi yang cukup untuk mendorong
adanya latihan berulang hal-hal dari memori jangka pendek.
Retrieval adalah hasil akhir dari proses memori. Mengacu pada pemanfaatan informasi
yang disimpan. Agar dapat diambil kembali, informasi yang disimpan tidak hanya tersedia
tetapi juga dapat diperoleh karena meskipun secara teoritis informasi yang disimpan tersedia
tetapi tidak selalu mudah untuk menggunakan dan menempatkannya.
Teori ini ditemukan oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor
yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya diamksudkan untuk menemukan
teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar,
yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat
mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks.
Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak pada tiga asumsi berikut :
1. Antara stimulus dan respon berpijak pada asumsi, yaitu pemrosesan informasi ketika
pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu
2. Stimulus yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk
ataupun isinya
3. Salah satu tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.

Dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen, yaitu komponen
struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen-komponen
pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas bentuk informasi, serta
proses terjadinya ”lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah sebagai berikut :

a. Sensory Receptor (SR)


Sensory Receptor adalah sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR
informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi hanya bertahan dalam waktu yang sangat
singkat dan mudah tergangu atau berganti.

2
b. Working Memory (WM)
Working Memory diasumsikan mampu menangkap informasi yang mendapat perhatian
individu, perhatian dipengaruhi oleh persepsi. Karekateristik Working Memory adalah
memiliki kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan 15 detik jika tidak diadakan
pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah informasi tidak melebihi
kapasitas disamping melakukan pengulangan.

c. Long Term Memory (LTM)


Long Term Memory diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oleh
individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan di
dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Sedangkan lupa adalah proses gagalnya
memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Tennyson mengemukakan proses
penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilisasikan pengetahuan baru pada
pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan.

2.3 Pendekatan Teori Pemrosesan Informasi


Pendekatan pemrosesan informasi adalah pendekatan kognitif di mana anak mengolah
informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Inti
dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses berpikir . Menurut pendekatan ini, anak
secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara
bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks.
Secara sederhana analogi sistem pemrosesan informasi aktif yang dikemukakan oleh
psikologi kognitif untuk menggambarkan hubungan antara kognisi dengan otak adalah dengan
melihat sistem kerja komputer yang seakan-akan menjelaskan bagaimana kognisi manusia
bekerja dengan menganalogikan hardware sebagai otak fisik dan software sebagai kognisi.
Teori pemrosesan informasi adalah teori yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan,
dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak.
Ada tiga karakteristik utama pendekatan pemrosesan informasi, yaitu :
1. Proses Berfikir
Menurut pendapat Siegler (2002), berpikir (thinking) adalah pemrosesan informasi.
Dalam hal ini Siegler memberikan perspektif luas tentang apa itu penyandian
(encoding), merepre-sentasikan, dan menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya,

2
mereka sedang melakukan proses berpikir. Siegler percaya bahwa pikiran adalah
sesuatu yang sangat fleksibel, yang menyebabkan individu bisa beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan, tugas, dan tujuan. Tetapi, ada
batas kemampuan berpikir manusia ini. Individu hanya dapat memerhatikan sejumlah
informasi yang terbatas pada satu waktu, dan kecepatan untuk memproses informasi
juga terbatas.
2. Mekanisme Pengubah
Siegler berpendapat bahwa dalam pemrosesan informasi fokus utamanya adalah pada
peran mekanisme pengubah dan perkembangan. Dia percaya bahwa ada empat mekanisme
yang bekerja sama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak: encoding
(penyandian), otomatisasi, konstruksi strategi, dan generalisasi.

a. Encoding (penyandian)
Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori . Seperti halnya teori Gagne
yang menyatakan informasi dipilih secara selektif, maka dalam encoding menyandikan
informasi yang relevan dengan mengabaikan informasi yang tidak relevan adalah aspek utama
dalam problem solving. Namun, anak membutuhkan waktu dan usaha untuk melatih encoding
ini, agar dapat menyandi secara otomatis.
Ada enam konsep yang dikenal dalam encoding, yaitu :
1). Atensi
Atensi adalah mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental. Salah satu keahlian
penting dalam memerhatikan adalah seleksi. Atensi bersifat selektif karena sumber daya otak
terbatas.
2). Pengulangan (rehearsal)
Pengulangan (rehearsal) adalah repitisi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih
lama berada di dalam memori. Pengulangan akan bekerja dengan baik apabila murid perlu
menyandikan dan mengingat daftar item untuk periode waktu yang singkat.
3). Pemrosesan mendalam
Setelah diketahui bahwa pengulangan (rehearsal) bukan cara yang efisien untuk menye-diakan
informasi untuk memori jangka panjang menyatakan bahwa kita dapat memproses informasi
pada berbagai level.
4) Elaborasi

2
Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan memori dalam penyandian. Jadi saat anda
menyajikan konsep demokrasi kepada murid, mereka kemungkinan mengingatnya dengan
lebih baik jika mereka diberi contoh lebih bagus dari demokrasi. Mencari contoh adalah cara
yang bagus utuk mengelaborasi informasi. Misalnya, referensi diri (self-reference) adalah cara
yang efektif untuk mengelaborasi informasi.
5). Mengkonstruksi citra (imaji)
Ketika kita mengkonstruksi citra dari sesuatu, kita sedang mengelaborasi informasi. Allan
Paivio percaya bahwa memori disimpan melalui satu atau dua cara: sebagai kode verbal atau
sebagi kode citra/imaji. Paivio mengatakan bahwa semakin detail dan unik dari suatu kode
citra, maka semakin baik memori anda dalam mengigat informasi itu. Para peneliti telah
menemukan bahwa mengajak anak untuk menggunakan imaji guna mengingat informasi verbal
adalah cara yang baik bagi anak yang lebih tua ketimbang anak yang lebih muda.
6). Penataan
Apabila murid menata (mengorganisasikan) informasi ketika mereka menyediakanya, maka
memori mereka akan banyak terbantu. Semakin tertata imformasi yang disampaikan, semakin
mudah untuk mengingatnya. Ini terutama berlaku jika menata imformasi secara hirarkis atau
menjelaskannya. Chunking (“pengemasan”) adalah strategi penataan memori yang baik, yakni
dapat mengelompokan atau “mengepak” informasi menjadi unit-unit “higherorder” yang dapat
diingat sebagai satu tunggal. Chunking dilakukan dengan membuat sejumlah besar informasi
menjadi lebih mudah dikelola dan lebih bermakna.
b. Otomatisasi
Otomatisasi adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha .
Peristiwa ini terjadi karena pertambahan usia dan pengalaman individu sehingga otomatis
dalam memproses informasi, yaitu cepat dalam mendeteksi kaitan atau hubungan dari
peristiwa-peristiwa yang baru dengan peristiwa yang sudah tersimpan pada memori dan
akhirnya akan menemukan ide atau pengetahuan baru dari setiap kejadian.

c. Konstruksi Strategi
Konstruksi strategi adalah penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Dalam hal ini
Siegler menyatakan bahwa anak perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan
mengkoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan sebelumnya yang relevan untuk
memecahkan masalah.

d. Generalisasi

2
Untuk melengkapi mekanisme pengubah, maka manfaat dari langkah ketiga yaitu konstruksi
strategi akan terlihat pada proses generalisasi, yaitu kemampuan anak dalam mengaplikasikan
konstruksi strategi pada permasalahan lain. Pengaplikasian itu melalui proses transfer, yaitu
suatu proses pada saat anak mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk
mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi yang baru.

3. Modifikasi Diri
Modifikasi diri dalam pemrosesan informasi secara mendalam tertuang dalam metakognisi,
yang berarti kognisi atau kognisi atau mengetahui tentang mengetahui, yang di dalamnya
terdapat dua hal yaitu pengetahuan kognitif dengan aktivitas kognitif.
Pengetahuan kognitif melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pemikiran seseorang pada
saat sekarang, sedangkan aktivitas kognitif terjadi saat murid secara sadar menyesuaikan dan
mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan suatu
tujuan.
Berkaitan dengan modifikasi diri Deanna Kuhn mengatakan metakognisi harus lebih
difokuskan pada usaha untuk membantu anak menjadi pemikir yang lebih kritis, terutama di
sekolah menengah. Baginya ketrampilan kognitif terbagi dua, yaitu mengutamakan
kemampuan murid untuk mengenali dunia, dan ketrampilan untuk mengetahui pengetahuannya
sendiri.
Michael Pressly dan rekan - rekannya seperti yang telah dikutip Santrock, mereka telah
mengembangkan model metakognitf yang disebut model pemrosesan informasi yang baik.
Model ini menyatakan bahwa kognisi yang kompeten adalah hasil dari sejumlah faktor yang
saling berinteraksi.

2.4 Aplikasi Pembelajaran Teori Pemrosesan Informasi


Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan
proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini dapat dimudahkan
dengan menggunakan metode pembelajaran yang mengikuti urutan tertentu sebagai peristiwa
pembelajaran (the events of instruction), yang mempreskripsikan kondisi belajar internal dan
eksternal utama untuk kapabilitas apapun. Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran
yang diasumsikan sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses
internal dalam kegiatan belajar adalah:

2
1. Pembelajaran yang dilakukan dikondisikan untuk menimbulkan minat peserta didik,
dan dikondisikan agar perhatian peserta didik terpusat pada pembelajaran sehingga
mereka siap untuk menerima pelajaran.
2. Memulai pelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran agar peserta didik
mengetahui apa yang diharapkan setelah menerima pelajaran.
3. Guru harus mengingatkan kembali konsep yang telah dipelajari sebelumnya.
4. Guru siap untuk menyampaikan materi pelajaran.
5. Dalam pembelajaran guru memberikan bimbingan atau pedoman kepada siswa untuk
belajar.
6. Guru memberikan motivasi untuk memunculkan respon siswa
7. Guru memberikan umpan balik atau penguatan atas respon yang diberikan siswa baik
dalam bentuk lisan maupun tulisan.
8. Mengevaluasi hasil belajar.
9. Memperkuat retensi dan transfer belajar.

Dalam mengorganisasikan pembelajaran perlu dipertimbangkan ada tidaknya prasyarat


belajar untuk suatu kapabilitas, apakah siswa telah memiliki prasyarat belajar yang diperlukan.
Ada prasyarat belajar utama, yang harus dikuasai siswa, dan ada prasyarat belajar pendukung
yang dapat memudahkan belajar.
Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu :
Benda untuk didemostrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar
gerak, film bersuara, dan mesin belajar.

Gagne merumuskan “ The domains of Learning “, yaitu kemampuan belajar manusia yang
terbagi kepada lima kategori :
a. Motor/skill ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh
otot dan fisik.
b. Informasi verbal ialah hasil pembelajaran yang berupa informasi dinyatakan dalam bentuk
verbal ( kata-kata atau kalimat) baik tertulis atau lisan. Hal ini dapat berupa pemberian nama
atau label terhadap sesuatu benda atau fakta, pemberian definisi, atau perumusan mengenai
berbagai hal dalam bentuk verbal.
c. Kemampuan intelektual, yaitu kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan dunia luar
yang berkaitan dengan simbol-simbol. Misalnya dalam simbol-simbol matematik seperti
tambah, kurang, bagi, kali dan sebagainya.

2
d. Strategi kognitif ialah kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan mengelola
seluruh aktifitasnya. Strategi kognitif ini merupakan kemampuan mengendalikan ingatan dan
cara-cara berpikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Ini memberikan kemudahan bagi pelajar
untuk memilih informasi verbal dan kemampuan intelektual yang sesuai untuk diterapkan
selama proses pembelajaran dan berfikir.
e. Sikap : hasil pembelajaran yang berupa kecakapan indifidu untuk memilih tindakan. Sikap
dapat diartikan sebagai keadaan diri individu akan memberi arah dalam bertindak menghadapi
suatu objek atau rangsangan. Dalam sikap terdapat pemikiran, peradaan yang menyertai
pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.

2.4.1 Aplikasi Teori Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran Matematika


Mata pelajaran matematika merupakan pelajaran yang menekankan pada konsep
sehingga dalam mempelajari matematika siswa harus memahami konsep dasar matematika
terlebih dahulu. Namun, kita tahu bahwa penguasaan siswa terhadap konsep-konsep
matematika masih lemah dan menganggap ilmu matematika sukar dan sulit dipahami.
Mengingat matematika berkenaan dengan konsep-konsep abstrak dan penalaran deduktif maka
proses belajar harus dilakukan secara berkelanjutan. Di dalam belajar matematika terjadi proses
berfikir dan dalam proses berfikir terjadi pemrosesan informasi yaitu konsep matematika yang
ada dalam pikiran diproses sehingga terjadi penyimpanan konsep baru, pemanggilan konsep
yang sudah ada sebelumnya atau pengaitan antar konsep yang sudah ada dengan konsep yang
baru masuk . Pemrosesan informasi didalam pikiran berlangsung terus menerus selama ada
informasi baru yang masuk dalam pikiran. Oleh karena itu, teori ini dapat digunakan dalam
proses belajar matematika.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui sinkronisasi antara proses pemahaman
konsep matematika dengan penerapan teori ini. Sebagai contoh apabila konsep-konsep
matematika yang diberikan dalam bentuk pengkodean, maka kemunkinan besar konsep
tersebut akan mudah diterima oleh siswa dari pada harus menghafal secara konfensional. Salah
satu contoh materi dalam pembelajaran matematika yaitu simbol dalam Logika dan Teori
Himpunan. Dalam materi ini lebih banyak menggunakan simbol untuk menjelaskan suatu
pembuktian.

2
2.5 Kelebihan dan Kelemahan Teori Pemrosesan Informasi

2.5.1 Kelebihan
Teori pemrosesan informasi memiliki keunggulan dalam strategi pembelajaran, yaitu sebagai
berikut :
1. Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
2. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
3. Membantu meningkatkan keaktifan peserta didik dalam berpikir sehingga peserta didik
akan didorong untuk berfikir di dalam kegiatan pembelajaran.
4. Peserta didik akan berusaha untuk mengaitkan proses pembelajaran yang menarik
dengan materi yang disampaikan.
5. Guru dan peserta didik dituntut untuk kreatif dalam kegiatan belajar mengajar.

2.5.2 Kekurangan
1. Pendidik dituntut untuk lebih berkreasi dan melakukan inovasi-inovasi dalam
pembelajaran, sehingga jika pendidik tidak mampu berkreasi maka yang akan terjadi
adalah suasana jenuh yang akan membuat proses belajar mengajar tidak menyenangkan
dan akan berdampak buruk pada para peserta didik.
2. Pendidik juga dituntut untuk lebih mendalami karakter individual peserta didik agar
dapat mengetahui apakah siswanya dapat diajak lebih aktif atau tidak dalam proses
pembelajaran.
3. Bila pendidik maupun peserta didik tidak bisa berfikir aktif dan kreatif maka tujuan
pembelajaran yang dilakukan tidak akan bisa dicapai.

2
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tokoh pencetus teori pemrosesan informasi adalah Robert Mills Gagne. Beliau
lahir pada tahun 1916 dan meninggal pada tahun 2002. Selama hidupnya beliau banyak
menorehkan prestasi. Sehingga beliau banyak memperoleh gelar. Kemudian pada tahun
1949 – 1958 Gagne menjadi directure perceptual and motor skills laboratory US Air
Force. Pada waktu inilah beliau mengembangkan teori “ Conditions of Learning “ yang
mengarah pada hubungan tujuan pembelajaran dan kesesuaiannya dengan desain
pembelajaran. Munculnya teori pemrosesan informasi karena adanya modifikasi teori
matematika.
Teori pemrosesan informasi merupakan bagian dari teori sibernetik. Secara
sederhana pengertian teori sibernetik adalah pengolahan informasi. Gagne menjelaskan
bagaimana belajar itu terjadi dan terdapat model proses belajar yang dikembangkan
oleh Gagne yaitu rangsangan yang diterima oleh indera akan disalurkan ke pusat syaraf
dan langsung di proses sebagai informasi. Informasi tersebut diseleksi, ada yag dibuang
dan ada yang di simpan dalam memori jangka pendek dan memori jangka panjang.
Kemudian informasi tersebut akan bergabung dengan informasi yang ada dan dapat
dipanggil kembali setelah melakukan pengolahan. Gagne mengungkapkan terdapat

2
delapan fase dalam belajar yaitu motivasi, pengenalan, perolehan, retensi, pemanggilan,
generalisasi, penampilan, dan umpan balik.
Pendekatan yang dilakukan teori ini adalah pendekatan kognitif dalam
mengolah informasi, memonitirnya dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi
tersebut. Ada tiga karakteristik utama pendekatan pemrosesan informasi, yaitu proses
berpikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri. Inti teori pemrosesan informasi
adalah teori yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan dan pemanggilan kembali
pengetahuan dari otak.
Aplikasi dalam pembelajaran ini terdapat sembilan tahapan dalam peristiwa
pembelajaran yang diasumsikan sebagai cara – cara eksternal yang berpotensi
mendukung proses – proses internalnya. Gagne juga membuat tujuh macam
pengelompokan media yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media
cetak,gambar diam, gambar gerak,film bersuara dan mesin belajar. Adapun lima
kategori dalam kemampuan belajarr manusia, yaitu motor/skill, informasi verbal,
kemampuan intelektual, strategi kognitif, dan sikap. Mengingat matematika berkenaan
dengan konsep – konsep abstrak da penalaran deduktif maka proses belajar yang
dilakukan harus berkelanjutan. Didalam belajar matematika terjadi proses berpikir dan
didalam proses berpikir terjadi pemrosesan informasi yaitu konsep matematika yang
ada dalam pikiran diproses sehingga terjadi penyimpanan konsep baru, pemanggilan
konsep yang sudah ada sebelumnya atau pengaitan antar konsep yang sudah ada dengan
konsep yang baru masuk.
Setelah mengetahui lebih lanjut tentang teori pemrosesan informasi, hal itu
tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan dari sebuah teori. Teori pemrosesan
informasi lebih menonjolkan cara berpikir yang berorientasi pada proses. Teori ini
membantu meningkatkan keaktifan peserta didik dalam berpikir sehingga peserta didik
akan didorong untuk berpikir dalam kegiatan pembelajaran, guru dan peserta
didikdituntut untuk lebih kreatif dalam kegiatan belajar mengajar. Tetapi, teori ini
menuntut pendidik untuk lebih berkreasi dan menuangkan inovasi-inovasi baru dalam
pembelajaran. Sehingga jika pendidik tidak mampu berkreasi maka yang akan terjadi
adalah suasana jenuh yang akan membuat proses belajar mengajar tidak menyenangkan
dan akan berdampak buruk pada peserta didik.

2
TANYA JAWAB

1. Lily Ardianita (171414062)


Pertanyaan : berikan contoh faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi
pemrosesan informasi !
Jawab : Di dalam faktor internal terdapat dua yaitu psikologis dan fisiologis. Faktor
dari psikologis yaitu mengenai kecerdasan siswa, motivasi , minat, sikap dan bakat.
Salah satu contoh siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari
bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri. Faktor fisiologis terletak pada
keadaan fisik. Apakah dalam keadaan sehat atau sakit ?. Keadaan sehat tentunya akan
memberikan pengaruh positif dalam belajar.
Kemudian, di dalam faktor eksternal terdapat faktor lingkungan sosial dan lingkungan
non-sosial. Lingkungan non-sosial terlihat pada lingkungan sekolah, masyarakat dan
keluarga. Salah satu contoh adalah dalam lingkungan keluarga. Hubungan antara
orangtua, kakak dan adik baik akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa seperti minta
bantu mengerjakan PR. Salah satu contoh lingkungan non-sosial seperti kondisi udara

2
yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak
terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.

2. Maria Gracia (171414061)


Pertanyaan : jelaskan lebih spesifik tentang model pembelajaran serta contoh konkret
penerapan dan menurut kalian model pembelajaran manakah yang tepat ?
Jawab : model pembelajarana adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Rumpun model pembelajaran
terdiri dari 4 model pembelajaran, yaitu model pembelajaran pemrosesan informasi,
model pembelajaran interaksi sosial, model pembelajaran personal, dan model
pembelajaran perilaku. Rumpun model pembelajaran informasi ini berdasarkan teori
belajar kognitif yang dimana berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses
informasi. Adapun ciri – ciri model pembelajaran sebagai berikut
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh,
model pembelajaran penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan
berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam
kelompok secara demokratis.
2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. Misalnya model berfikir induktif
dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif.
3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Misalnya model synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran
mengarang.
4. Memiliki bagian-bagian model dalam pelaksanaan, yaitu: urutan langkah-langkah
pembelajaran (syntax); adanya prinsip-prinsip reaksi; sistem social; sistem
pendukung.
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut
meliputi: dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur, dan dampak
pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedomaan model
pembelajaran yang dipilihnya.
Contoh model pembelajaran

1) PICTURE AND PICTURE


Langkah-langkah :

 Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai


 Menyajikan materi sebagai pengantar
 Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan
materi
 Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-
gambar menjadi urutan yang logis
 Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
 Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai
 Kesimpulan/rangkuman

2
2) EXAMPLES NON EXAMPLES
Contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan KD
Langkah-langkah :

 Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran


 Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
 Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
 Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas
 Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
 Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
yang ingin dicapai
 Kesimpulan

3. Donata (171414049)
Pertanyaan : menurut pendapat kelompok, bagaimana solusi yang tepat jika peserta
didik tidak dapat diajak lebih aktif dalam proses pembelajaran ?
Jawab : Solusi yang ditawarkan kelompok jika siswa tidak dapat diajak lebih aktif
dalam kegiatan pembelajaran, pendidik dapat memberikan refleksi mengenai
bagaimana kegiatan belajar mengajar yang diinginkan oleh siswa dan meminta saran
dari siswa kegiatan belajar yang akan memudahkan siswa menyerap informasi.
Berdasarkan refleksi dan saran dari siswa, pendidik dapat mengambil saran dari siswa
dengan harapan siswa akan lebih aktif dan antusias selama proses pembelajaran.
Pendidik dapat pula melakukan selingan ketika kegiatan belajar dengan permainan atau
cerita motivasi agar membangun minat siswa. Ketika minat siswa terbangun, maka
siswa akan otomatis menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Solusi lainnya,
pendidik dapat melakukan pembiasaan berbicara, menulis, dan mendengar agar siswa
terlatih menjadi siswa yang aktif dan kritis. Kemudian pendidik harus dituntut lebih
kreatif dalam memberikan pengajaran. Misalnya dengan memberikan sebuah alat
peraga, percobaan, atau pengamatan dalam pembelajaran. Dapat pula dengan mengajak
siswa tersebut untuk maju mengerjakan soal, banyak memberikan latihan soal dan lain-
lain.

4. (151414022)
Pertanyaan :
a. Bagaimana mengkondisikan pembelajaran agar perhatian siswa terpusat pada
pembelajaran sehingga mereka siap untuk belajar ?
Jawab : mengkondisikan pembelajaran agar perhatian siswa berpusat pada
pembelajaran sehingga mereka siap untuk belajar dapat dilakukan dengan

2
memberikan pengantar materi pelajaran dengan suasana yang menyenangkan
seperti game dalam penerapan materi dalam kehidupan.
b. Dalam contoh matematika dikatakan bahwa siswa akan lebih mudah untuk
mengingat simbol – simbol pada himpunan ataupun logika. Namun, pada
kenyataannya siswa seringkali keliru dengan simbol-simbol yang
diajarkan/diberikan. Bagaimana kita sebagai guru mengatasi kasus tersebut ?
Jawab : cara mengatasi kasus tersebut bisa dengan melakukan perulangan/review
materi tersebut. Kemudian, bisa dengan memberikan latihan soal dan mendatangi
siswa satu persatu dengan harapan siswa paham dengan yang diajarkan. Selain itu,
dapat dilakukan dengan membuka sesi pertanyaan dengan harapan siswa mau
bertanya kepada guru yang bersangkutan.

5. Brigita Florensia Rusmiyati ( 151414060)


Pernyataan :
a. Berilah contoh dalam pembelajaran matematika pada model pembelajaran
pemrosesan informasi dengan tahapan encoding – storage – retrieval.
Jawab : tahapan encoding yaitu proses yang pertama kali dilakukan ketika
menerima suatu informasi. Pembelajar umumnya menyimpan informasi yang
diterima tidak persis seperti sama namun mereka melakukan pengkodean
(encoding), yaitu dengan memodifikasi informasi dengan suatu cara. Pengkodean
biasanya dilakukan untuk membuat informasi baru yang dimiliki menjadi bermakna
dan menghubungkannya dengan informasi-informasi yang telah ada di Long Term
Memory (Memori Jangka Panjang). Salah satu contoh Limit. Materi Limit
dipelajari ketika siswa telah menerima dan memahami tentang Fungsi ( f(x) )
sebagai dasar dari materi tersebut. Limit akan mudah dipahami karena adanya
proses penerimaan informasi baru mengenai konsep Limit dan menghubungkannya
dengan teori Fungsi ( f(x) ) yang telah diterima dan dipahami sebelumnya dan
informasi tersebut akan menjadi informasi baru yang akan disimpan pada Long
Term Memory. Kemudian, proses menyimpan informasi baru ini yang disebut
dengan Storage. Informasi yang telah diterima akan dibentuk menjadi encoding dan
proses selanjutnya akan disimpan di dalam memori. penyimpanan (storage)
mencakup bagaimana informasi dipertahankan seiring dengan waktu dan
bagaimana informasi direpresentasikan dalam ingatan. Memori dijadikan tempat
penyimpanan untuk segudang informasi yang telah dialami sehingga memori
berfungsi untuk menghubungkan kejadian yang lalu dengan kejadian sekarang dan
kejadian yang akan datang. Setelah itu, bagian terakhir dari pemrosesan informasi
adalah pengambilan informasi tersebut atau disebut dengan retrieval. Ini terjadi
ketika informasi yang disimpan pada ingatan dikeluarkan dari penyimpanan.
Pengambilan kembali ingatan dapat dilakukan secara otomatis dan membutuhkan
beberapa usaha sementara beberapa pengambilan bisa menjadi gagal karena lupa.
Misalnya ketika kita sedang mengerjakan soal lim (𝑥 3 − 125) kita bisa
𝑛→0
menggunakan pemfaktoran dengan paskal untuk dapat menyelesaikan soal tersebut
atau dengan menggunakan cara lainnya. Namun, ada saja siswa yang bingung

2
bagaimana menyelesaikan soal tersebut karena lupa dengan teori-teori matematika
lainnya telah diajarkan.

6. (151414062)
Pertanyaan : diketahui bahwa orang yang mengalami dimensia pada tahap tertentu,
misalnya dementia moderate akan kehilangan pengetahuan seperti cara makan
(sesuatu yang sering dilakukan, otomatis akan masuk Long Term Memory). Apakah
sesorang yang mengalami demensia masih mampu menggunakan memori jangka
panjangnya ?
Jawab : menurut kelompok kami seorang yang mengalami demensia masih mampu
menggunakan memori jangka panjang. Sebab, demensia terjadi tergantung dari
penyebab. Ada beberapa penyakit yang biasanya menimbulkan demensia seperti
Alzheimer, Demensia vaskuler, Lewy body Disease,dan lain-lain. Biasanya demensia
menyerang memori jangka pendek dan fungsi memori jangka panjangnya sendiri
kebanyakan tidak bermasalah, sehingga jangan salah jika mereka masih bisa
menceritakan hal-hal di masa lalu dengan baik, tapi malah lupa jika ditanya makan apa
saja sejam yang lalu.

7. Priantoro Dwi K. (171414046)


Pertanyaan : bagaimana cara pendidik mengetahui siswanya tidak berpikir aktif dan
kreatif ?
Jawab : cara pendidik mengetahui siswanya tidak berpikir aktif dan kreatif dapat dilihat
melalui cara siswa mengerjakan soal yang telah diberikan. Kemudian, dapat dilihat juga
bagaimana siswa menjawab pertanyaan secara langsung (berbicara). Karena dengan
adanya komunikasi baik secara lisan maupunn tulisan, pendidik dapat melihat dan
memahami cara berpikir peserta didik dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
Seorang pendidik dapat mengetahui siswanya tidak berpikir aktif dan kreatif melalui
kegiatan belajar mengajar. Guru akan memberikan bahan untuk diskusi kelompok dan
meminta kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Berdasarkan kegiatan
diskusi, guru harus mengamati siswanya dalam kegiatan tersebut agar pendidik dapat
mengetahui siswanya yang kurang aktif dan kreatif. Siswa yang kurang aktif hanya
akan mendengarkan selama diskusi berlangsung dan cenderung hanya menyampaikan
pendapat ketika dimintai pendapat saja. Siswa yang kurang kreatif akan ikut saja
dengan pemikiran teman-temannya dan tidak menyampaikan pendapatnya sendiri.
Ketika melakukan presentasi hasil diskusi, pendidik juga dapat mengamati siswanya
yang kurang aktif dan kreatif. Siswa tersebut biasanya tidak ingin berbicara didepan
umum karena takut salah. Disitu tugas pendidik untuk memberikan motivasi dan
pembiasaan agar terbangun sikap aktif dan kreatif dalam diri siswanya. Pendidik dapat
pula mengetahui keaktifan dan kekreativan siswanya dari hasil pembelajaran; bisa dari
nilai ulangan atau dari esai yang diisikan siswa pada lembar jawab ulangan essaynya.
Berdasarkan jawaban siswa akan terlihat siswa yang aktif dan kreatif dari bahasa yang
mereka gunakan, dari sudut pandang yang mereka ambil, dan dari efektivitas kalimat
yang dia gunakan.

2
DAFTAR PUSTAKA

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/07/19/kekurangan-dan-kelebihan-teori-
pemrosesan-informasi-dan-kerja-otak/ (diakses tanggal 9 Maret 2018 pukul 15.25
WIB).

http://damyke0330.blogspot.co.id/2013/04/teori-pemrosesan-informasi-oleh-
damyke.html (diakses tanggal 9 Maret 2018 pukul 15.55 WIB).

eprints.umm.ac.id/23021/2/jiptummpp-gdl-fitriamufi-42481-2-babi.pdf (diakses
tanggal 14 Maret 2018 pukul 15.24 WIB).

http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.co.id/2015/06/teori-pemrosesan-
informasi-robert-mills.html (diakses tanggal 9 Maret 2018 pukul 15.00 WIB).

http://www.academia.edu/8975414/TEORI_PEMROSESAN_INFORMASI (diakses
tanggal 10 Maret 2018 pukul 13.40 WIB).

Anda mungkin juga menyukai