Arga Wahyu Hidayat FF Full Text Apotek 2017
Arga Wahyu Hidayat FF Full Text Apotek 2017
Arga Wahyu Hidayat FF Full Text Apotek 2017
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
DESEMBER 2017
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
DESEMBER 2017
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur diucapkan kepada Gusti Allah yang Maha Agung atas
segala rahmat dan pertolongan-Nya dalam penulisan laporan praktek kerja profesi
Apoteker ini. Penyusun mengucapkan terima kasih atas dukungan kepada:
1. Ibu Irma Nuryantie, S. Farm, Apt. dan Ibu Dra. Azizahwati, M.S, Apt. selaku
pembimbing yang telah membimbing, memotivasi selama praktek kerja
berlangsung dan penyusunan laporan.
2. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi UI yang telah
memberikan kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
3. Dr. Hayun, M.Si., Apt, selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi UI sekaligus pembimbing akademis yang telah memberikan
bimbingan, saran, bantuan dan dukungan selama perkuliahan di Fakultas
Farmasi.
4. Seluruh karyawan Apotek Kimia Farma No. 389 atas bantuan dan
dukungannya selama pelaksanaan praktek kerja profesi Apoteker.
5. Seluruh dosen dan staff Fakultas Farmasi yang telah mengajar, mendidik, dan
membantu selama masa perkuliahan dan penyusunan laporan akhir.
6. Ayah, Ibu dan keluarga, terima kasih atas kasih sayang, doa dan semangat
selama menyelesaikan perkuliahan dan laporan Praktek kerja ini.
Akhir kata, semoga Gusti Allah yang Maha Agung berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan semoga laporan PKPA ini
dapat memberi manfaat nyata bagi Farmasi UI, masyarakat dan Indonesia.
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB 1
PENDAHULUAN
Kesehatan, baik sehat secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU
No. 36 Tahun 2009), adalah suatu kebutuhan sekaligus hak bagi setiap warga
negara Indonesia yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar (UUD) RI tahun 1945.
Kesehatan merupakan suatu faktor yang sangat krusial dalam mewujudkan sumber
daya manusia yang unggul dan berkualitas demi tercapainya tujuan bangsa, yaitu
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dalam
koridor pembangunan nasional.
Apotek sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam proses distribusi akhir
dari sediaan farmasi dan alat kesehatan memiliki dua fungsi utama, yaitu
pengabdian kepada masyarakat (non profit oriented) dan bisnis sebagai retailer
(profit oriented), kedua fungsi dari Apotek tersebut tidak dapat dipisahkan antara
satu dengan yang lainnya, Apotek sebagai unit bisnis harus dikelola dengan baik
untuk menjaga kelangsungan hidupnya (sustainability) dengan menjaga arus kas
dan biaya operasional tetap dalam tingkat yang aman.
dan evaluasi mengenai Obat yang dibutuhkan oleh masyarakat telah diberikan
dengan sebaik – baiknya, sehingga tujuan Apotek dalam memelihara dan menjaga
kesehatan masyarakat dapat tercapai.
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 389, Jalan
Nusantara Raya No. 33 Depok bertujuan agar calon Apoteker:
a. Mampu memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam pengelolaan
Apotek, serta melakukan praktek pelayanan kefarmasian sesuai dengan
ketentuan perundang – undangan dan etika yang berlaku.
b. Memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis untuk
melakukan praktek kefarmasian di Apotek.
c. Memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktek kefarmasian serta
mempelajari strategi dan kegiatan – kegiatan yang dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan praktek kefarmasian.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM APOTEK
anak – anak dan orang lanjut usia. Selain itu, Apotek harus mempunyai luas yang
cukup dan memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran
pelaksanaan tugas dan fungsi Apotek, serta memelihara mutu perbekalan kesehatan
di bidang farmasi. Apotek sekurang-kurangnya harus memiliki ruang penerimaan
Resep, ruang pelayanan Resep dan peracikan maupun produksi sediaan secara
terbatas; ruang penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan; ruang konseling;
ruang penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan; dan ruang arsip. Bangunan
Apotek harus bersifat permanen dan merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat
perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan
yang sejenis (Menteri Kesehatan RI, 2017)..
Apotek juga harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat
kesehatan, penerangan yang baik, alat pemadam kebakaran yang befungsi baik,
ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis, serta papan
nama. Papan nama terdiri atas papan nama Apotek yang memuat paling sedikit
informasi mengenai nama Apotek, nomor SIA, dan alamat, serta papan nama
praktek Apoteker yang memuat paling sedikit informasi mengenai nama Apoteker,
nomor SIPA, dan jadwal praktek Apoteker. Papan nama harus dipasang di dinding
bagian depan bangunan atau dipancangkan di tepi jalan, secara jelas dan mudah
terbaca. Selain itu, jadwal praktek Apoteker harus berbeda dengan jadwal praktek
Apoteker yang bersangkutan di fasilitas kefarmasian lain (Menteri Kesehatan RI,
2017).
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
Paling lama dalam waktu 6 hari kerja sejak menerima permohonan dan
dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen administratif, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan
setempat terhadap kesiapan Apotek. Tim pemeriksa harus melibatkan unsur dinas
Universitas Indonesia
8
kesehatan kabupaten/kota yang terdiri atas tenaga kefarmasian dan tenaga lainnya
yang menangani bidang sarana dan prasarana. Paling lama dalam waktu 6 hari kerja
sejak tim pemeriksa ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan
setempat yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota. Paling lama dalam waktu 12 hari kerja sejak Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota menerima laporan dan dinyatakan memenuhi persyaratan,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIA dengan tembusan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2.4. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
Obat keras adalah Obat yang hanya dapat dibeli di Apotek dengan Resep dokter.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis
tepi berwarna hitam. Contoh: Captopril, Glibenklamid.
Universitas Indonesia
10
2.4.1.1 Pengelolaan Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, dan Obat Keras.
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan perlu diperhatikan pola penyakit, pola
konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat sekitar Apotek.
b. Pengadaan
Pengadaan harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian. Pengadaan Obat dilakukan kepada
PBF resmi dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) yang berisi nama Obat dan
jumlah Obat yang dipesan. SP dibuat rangkap dua, satu untuk PBF dan satu untuk arsip
Apotek.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan faktur dan
kondisi fisik barang yang diterima.
d. Penyimpanan
Aspek yang perlu diperhatikan pada penyimpanan Obat/bahan Obat yaitu harus
disimpan dalam wadah asli dari pabrik pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin
keamanan dan stabilitasnya, apabila ada suatu keadaan yang menyebabkan Obat harus
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus
ditulis informasi yang jelas (nama Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa) pada
wadah baru. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis dan pengeluaran Obat memakai
sistem First Expire First Out dan First In First Out. Obat yang memiliki nama maupun
bentuk kemasan yang mirip (Look Alike Sound Alike/ LASA) tidak boleh diletakkan
berdekatan dan harus diberikan penanda dengan stiker LASA pada tempat
penyimpanan Obat.
e. Pemusnahan dan penarikan
Pemusnahan Obat selain narkotika, psikotropika dan prekursor yang kadaluwarsa atau
rusak harus dilakukan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan, dan dilakukan oleh
Apoteker serta disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain. Resep yang telah disimpan
melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan oleh Apoteker disaksikan
oleh petugas lain di Apotek.
Universitas Indonesia
11
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai
kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pengelolaan persediaan. Pengelolaan
persediaan dapat menggunakan prinsip pareto, analisis ABC, maupun analisis VEN
atau kombinasi ketiganya. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan,
kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan
internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
1. Narkotika
Menurut Undang-Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika, Narkotika
digolongkan menjadi:
a. Narkotika Golongan I
Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan. Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk
reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah mendapatkan
Universitas Indonesia
12
2. Psikotropika
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma
ketergantungan digolongkan menjadi (Presiden RI, 1997):
a. Psikotropika golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: MDMA (3,4-
methylenedioxy-methamphetamine), LSD (Asam lisergat dietilamida)
b. Psikotropika golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu penge-tahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Metamfetamin.
c. Psikotropika golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengObat-an dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Amobarbital.
Universitas Indonesia
13
3. Prekursor
Pengelolaan prekursor farmasi terdapat dalam Peraturan Pemerintah nomor 44
tahun 2010, Peraturan Kepala BPOM nomor 40 tahun 2013 dan Peraturan
Pemerintah nomor 3 tahun 2015. Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan
pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong
untuk keperluan proses produksi industri farmasi atau produk antara, produk
ruahan, dan produk jadi Narkotika dan Psikotropika. Prekursor digolongkan
menjadi 2, yaitu Prekursor Tabel I seperti Potassium Permanganat, 1-Fenil 2-
Propanon, Asam Asetat Anhidrat, Asam Asetil Antranilat, Isosafrol, 3,4-
Metilendioksifenil 2-Propanon, Piperonalm Safrol, Efedrin, Pseudoefedrin,
Fenil Propanol Amin Hidroklorida, Ergometrin dan Asam Lisergat, serta
Prekursor Tabel II seperti Asam Hidroklorida, Asam Sulfat, Toluen, Dietil Eter,
Aseton, Metil Etil Keton, Asam Fenil Asetat, Asam Antranilat dan Piperidin.
Prekursor dalam penggolongan Tabel I merupakan bahan awal dan pelarut yang
sering digunakan dan diawasi lebih ketat dibandingkan Prekursor dalam
penggolongan pada Tabel II.
Universitas Indonesia
15
d. Pemusnahan
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dapat
dilakukan dalam hal diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang
berlaku dan/atau tidak dapat diolah kembali, telah kadaluarsa, tidak memenuhi
syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan, dibatalkan izin
edarnya, atau berhubungan dengan tindak pidana.
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
19
Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau pelayanan swamedikasi
disertai edukasi kepada pasien yang memerlukan Obat non Resep untuk penyakit
ringan dengan memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai maupun Obat
Wajib Apotek.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam
pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan
dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan
lain, pasien atau masyarakat. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi
khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, efikasi, dan lain-
lain. Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk membantu penelusuran
kembali dalam waktu yang relatif singkat.
d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime
questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan
metode Health Belief Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau
keluarga pasien sudah memahami Obat yang digunakan. Kriteria pasien/keluarga
pasien yang perlu diberi konseling:
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal, ibu
hamil dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, AIDS, epilepsi).
3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS PT. KIMIA FARMA APOTEK
PT. Kimia Farma Apotek dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang
membawahi 3 direktur (Direktur Operasional, Direktur Keuangan serta Direktur
SDM dan Umum) dan 1 manajer (Manajer Pengembangan). Direktur Operasional
membawahi Manajer Controller, Manajer Compliance dan Risk Management serta
Manajer Principal and Merchandise. Direktur Keuangan membawahi Manajer
Akuntansi, Keuangan dan IT serta Manajer Apotek Bisnis (Unit Bisnis). Direktur
SDM dan Umum membawahi Manajer Human Capital dan General Affair.
Ada 2 (dua) jenis Apotek Kimia Farma, yaitu Apotek administrator yang
sekarang disebuat Business Manager (BM) dan Apotek pelayanan. Business
Manager membawahi beberapa Apotek pelayanan yang berada dalam suatu
wilayah. Business Manager bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang
dan administrasi Apotek pelayanan yang berada di bawahnya. Dengan adanya
konsep unit BM, diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari Apotek dalam
suatu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam
pengambilan keputusan- keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian
masalah. Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah:
a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah.
b. Apotek pelayanan akan lebih fokus kepada kualitas pelayanan, sehingga mutu
pelayanan akan meningkat dan diharapkan akan berdampak pada peningkatan
penjualan.
c. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan
berimbas pada efisiensi biaya administrasi.
22 Universitas Indonesia
23
Apotek Kimia Farma 389 yang berlokasi di Jl. Nusantara Raya No. 33,
Pancoran Mas, Depok (lampiran) merupakan salah satu unit Business Manager
yang dimiliki oleh PT. Kimia Farma Apotek, sebagai unit Business Manager,
Apotek Kimia Farma No. 389 mengelola administrasi, pengadaan atau pembelian,
piutang dagang, hutang dagang, pajak, kas, personalia, dan kasir besar untuk
kepentingan seluruh Apotek pelayanan yang berada di bawah BM wilayah Depok.
3.3.1 Lokasi
Apotek Kimia Farma No. 389 berlokasi di Jalan Nusantara Raya No. 33,
Depok. Ditinjau dari lokasinya, Apotek ini cukup strategis karena berada tepat di
pinggir jalan dengan arus lalu lintas dua arah yang sering dilalui kendaraan yang
juga dilewati oleh kendaraan umum. Lokasi Apotek sekitar 300 meter dari
Universitas Indonesia
24
persimpangan pitara yang cukup ramai dan dekat dengan lokasi untuk memutar
kendaraan serta terletak dekat dengan tempat-tempat umum seperti pusat
perbelanjaan, pertokoan, pasar, pemukiman penduduk, klinik maupun praktek
dokter serta dekat dengan rumah sakit.
Universitas Indonesia
25
c. Ruang Tunggu
Ruang tunggu Apotek terletak pada sebelah kiri dari arah masuk pintu depan,
di dalam ruang tunggu terdapat pendingin ruangan untuk memberikan
kenyamanan pada pelanggan yang sedang menunggu penyiapan Obat.
Sayangnya tidak tersedia televisi maupun bahan bacaan seperti koran maupun
majalah bagi pasien yang menunggu peracikan Obat.
d. Area Pelayanan
Area pelayanan terdiri dari tempat penerimaan Resep sekaligus kasir, tempat
penyiapan Obat, tempat penyerahan Obat, dan tempat pembelian Obat-Obat
OTC (over the counter). Antara pelanggan dengan bagian dalam area pelayanan
dibatasi oleh meja berbentuk huruf L dengan tinggi setara dada orang dewasa,
kecuali pada bagian penyerahan Obat. Pada bagian penyerahan Obat,
disediakan meja yang lebih rendah dengan dua kursi yang saling berhadapan
untuk Apoteker memberikan konseling maupun tenaga teknis kefarmasian
memberikan informasi mengenai Obat kepada pasien.
Penempatan Obat ethical di rak disusun berdasarkan abjad, kelas terapi, serta
bentuk sediaan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah serta mempersingkat
waktu yang dibutuhkan saat pengambilan Obat. Obat ethical dengan bentuk
solid (tablet dan kapsul dalam strip atau blister) disusun di rak yang dapat
diputar sehingga dapat menghemat tempat untuk meletakan Obat. Untuk Obat-
Universitas Indonesia
26
Obat yang tidak stabil pada suhu ruangan, penyimpanannya diletakkan di dalam
lemari pendingin yang memiliki pengatur dan catatan suhu, lemari pendingin
tersebut terletak di ruang peracikan. Obat-Obat golongan Narkotika dan
Psikotropika disimpan terpisah pada lemari yang tidak dapat digeser, dibaut
pada dinding, terbuat dari kayu, memiliki dua bagian, dan masing-masing
bagian memiliki kunci yang berbeda. Kunci lemari Narkotika tersebut dipegang
oleh Apoteker dan seorang Tenaga Teknis Kefarmasian senior yang
dikuasakan.
Area peracikan Obat berada dalam satu ruangan dengan area penyimpanan
Obat. Di dalam ruangan ini dilakukan penimbangan, peracikan, dan
pengemasan Obat-Obat racikan. Area peracikan obat memiliki fasilitas yang
cukup lengkap dan memadai untuk peracikan seperi timbangan, mortar dan
stamper, bahan baku, cangkang kapsul, kertas puyer berlogo, kertas perkamen,
serta mesin press untuk kertas puyer berlogo Kimia Farma.
f. Area Kerja Apoteker Pengelola Apotek
Area ini tidak memiliki ruangan khusus melainkan berada dibawah lemari
Narkotika dan Psikotropika. Area ini digunakan oleh APA untuk melakukan
tugas dan tanggung jawabnya, baik dalam hal teknis kefarmasian (fungsi
kontrol) dan non teknis kefarmasian (fungsi manajerial). Dilengkapi meja
dengan lemari yang berisi berkas – berkas administrasi Apotek, seperti bon
permintaan barang Apotek (BPBA), faktur, serta dokumentasi pelaksanaan
home care.
g. Ruang Penunjang Lainnya
Terdapat toilet di bagian belakang Apotek, tepat lurus dengan pintu masuk yang
dihalangi oleh banner promosi Obat OTC.
Kepala Apotek Kimia Farma No. 389 adalah seorang Apoteker Pengelola
Apotek (APA) yang juga merangkap sebagai Manager Apotek Pelayanan (MAP).
Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, APA dibantu dan membawahi Asisten
Apoteker lulusan Sekolah Menengah Farmasi yang berjumlah 4 orang dengan shift
Universitas Indonesia
27
yang berbeda beda. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi Apotek Kimia Farma
No. 389 dapat dilihat pada Lampiran 3.
Universitas Indonesia
28
4. Membuat kuitansi pembayaran dan salinan Resep untuk Obat yang tidak
ditebus atau ditebus sebagian oleh pasien, dan Obat yang diulang
5. Mengontrol, mengatur, dan menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) sesuai dengan bentuk dan jenis barang
6. Memeriksa kesesuaian barang yang datang dari distributor dengan faktur
dan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) yang telah dibuat
7. Melayani penjualan Obat bebas, Obat bebas terbatas, Obat herbal, alat
kesehatan, dan BMHP disertai pemberiaan informasi yang dibutuhkan
kepada pasien
8. Memastikan ketersediaan barang-barang Apotek untuk kebutuhan penjualan
bebas
c. Tenaga Non Kefarmasian, terdiri dari sales promotion girl (SPG) dan satpam.
3.5.1.1 Perencanaan
Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dilakukan
dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain data historis penjualan/ LIPH
(Laporan Ikhtisar Penjualan Harian), pola peresepan, epidemiologi dan buku
penolakan yang kemudian dianalisis menggunakan metode ABC (Pareto) dan
analisis VEN.
3.5.1.2 Pengadaan
Proses pengadaan dilakukan dengan cara memberikan daftar Obat yang
akan dipesan ke bagian supervisor pengadaan. Supervisor pengadaan kemudian
memberikan semua pesanan Obat ke distributor dan selanjutnya distributor tersebut
Universitas Indonesia
29
3.5.1.3 Penerimaan
Penerimaan barang dilakukan dengan cara memeriksa kessesuaian antara
surat pesanan dengan faktur, meliputi kesesuaian jumlah, jenis, bentuk sediaan,
kekuatan sediaan, volume, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa. Kemudian
diperiksa juga kesesuaian antara faktur dengan fisik barang. Setelah pemeriksaan
selesai, dibuat tanda terima pada BPBA dengan ditandatangani oleh Apoteker dan
diberi stempel Apotek.
3.5.1.4 Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan di bagian OTC dan ruang peracikan.
Penyimpanan Obat disusun berdaskan alfabetis, bentuk sediaan, kelas terapi, dan
kondisi penyimpanan. Untuk Obat-Obat OTC ditempatkan pada bagian swalayan.
Penyusunan Obat di bagian swalayan berdasarkan bentuk sediaan, efek
farmakologi, dan kategori barang sehingga memudahkan petugas dalam mengambil
Obat atau barang yang diinginkan pembeli.
Universitas Indonesia
30
(BAP) untuk BM Depok dan nantinya dibuat BAP secara menyeluruh. Sementara
itu, untuk penyimpanan Resep narkotika dan psikotropika caranya sama seperti
Resep non narkotik dan non psikotropik.
3.5.1.5 Pemusnahan
Kegiatan pemusnahan dilakukan pada Resep yang telah disimpan lebih
dari lima tahun dan Obat yang kadaluwarsa atau rusak. Pemusnahan Obat
kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Pemusnahan
Obat non narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh
tenaga kefarmasian lain. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan
oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar. Pemusnahan
dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan
atau izin edarnya dicabut dilakukan oleh pemilik izin edar dengan laporan kepada Kepala
BPOM.
3.5.1.6 Pengendalian
Pengendalian ketersediaan di Apotek dilakukan menggunakan kartu stok,
stock opname, dan penandaan tanggal kadaluarsa. Kartu stok diisi pada setiap
barang yang masuk ataupun keluar. Stock opname dilakukan setiap triwulan. Stock
opname dilakukan untuk seluruh item Obat dalam satu waktu. Stok opname
dilakukan setiap 3 bulan sekali dan hasilnya digunakan untuk memperbaharui stok
yang terdapat pada sistem KIS sehingga saldo yang terdapat dalam sistem sesuai
dengan stok fisik.
3.5.2.2 Dispensing
Kegiatan dispensing di dilakukan dengan menyiapkan Obat sesuai dengan
permintaan dalam Resep yang dilanjutkan dengan pembuatan etiket. Sebelum Obat
Universitas Indonesia
32
3.5.2.4 Konseling
Pasien-pasien yang menerima konseling antara lain pasien dengan kondisi
khusus terutama geriatri, ibu hamil dan menyusui, serta pediatri; pasien yang
menggunakan Obat dengan instruksi khusus seperti inhaler, injeksi insulin dan
spiriva; serta pasien dengan tingkat kepatuhan rendah. Biasanya kegiatan konseling
ini terintegrasi dengan proses penyerahan Obat ataupun saat melaksanakan
pelayanan kefarmasian di rumah. Saat melakukan penyerahan Obat, Apoteker
memulai proses konseling dengan memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan
tujuan dilakukannya konseling, serta meminta izin untuk meminta waktu untuk
melaksanakan konseling. Konseling diawali dengan mengajukan Three Prime
Questions pada pasien dan dilanjutkan dengan menggali informasi terkait
pengobatan pasien. Selanjutnya dari permasalahan yang ada, Apoteker akan
memberikan solusi terkait masalah yang dialami pasien.
Universitas Indonesia
BAB 4
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA PROFESI
34 Universitas Indonesia
35
Universitas Indonesia
36
Universitas Indonesia
37
Universitas Indonesia
38
Universitas Indonesia
39
Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN
Dalam melakukan pengelolaan atas unit usaha yang dimilikinya, PT. Kimia
Farma Apotek memiliki unit Business Manager (BM). Tanggung jawab dari masing
– masing unit BM adalah pengelolaan persediaan, pengadaan, pelayanan, maupun
administrasi keuangan dari Apotek – Apotek pelayanan yang berada dibawah
wilayah operasinya. Metode perencanaan pengadaan menggunakan sistem ini
dibuat berdasarkan buffer stock, lead time dan stock level baik setiap maupun
seluruh Apotek pelayanan berdasarkan rata-rata penjualan per hari yang diperoleh
dari riwayat penjualan masing-masing Apotek tiap satu bulan menggunakan sistem
informasi manajemen yang terintegrasi.
40 Universitas Indonesia
41
Peranan Business Manager (BM) yang lain adalah dalam pelaksanaan studi
kelayakan terhadap pengembangan Apotek yang akan dilakukan di wilayah
operasinya, ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan Apotek,
diantaranya adalah lokasi. Tingkat kestrategisan lokasi suatu Apotek berbanding
lurus dengan peningkatan jumlah pasien/konsumen yang datang ke Apotek,
semakin strategis suatu lokasi, umumnya jumlah pasien/konsumen yang
berkunjung juga akan semakin banyak, hal berbanding lurus dengan meningkatnya
penjualan Apotek tersebut.
Apotek Kimia Farma No. 389 merupakan Apotek yang merangkap sebagai
Business Manager dari Apotek Kimia Farma di wilayah Depok. Apotek tersebut
memiliki lokasi yang cukup strategis karena terletak di tepi Jalan Raya Nusantara
yang ramai dan merupakan jalan alternatif bagi kendaraan yang akan menuju
Jakarta melalui Kukusan, Depok maupun kendaraan yang menuju Sawangan,
Depok. Apotek Kimia Farma No. 389 berlokasi pada bagian jalan yang akan
dilewati kendaraan pada jam pulang kerja, sehingga karyawan yang bekerja di
Universitas Indonesia
42
Jakarta dan memiliki rumah di Depok dapat membeli Obat maupun perbekalan
kesehatan lainnya pada saat pulang dari lokasi kerjanya, hal ini ditunjang dengan
tersedianya area parkir kendaraan yang cukup memadai, berdasarkan pengamatan
dan estimasi penulis, area parkir kendaraan dapat menampung hingga dua mobil
atau sepuluh sepeda motor. Selain mudah untuk dijangkau dengan kendaraan
pribadi, Apotek Kimia Farma No. 389 juga mudah untuk dijangkau dengan
kendaraan umum karena dilewati oleh angkutan umum. Apotek Kimia Farma No.
389 berada dekat dengan pemukiman penduduk, sekolah, pusat perbelanjaan dan
pasar, stasiun kereta api, serta rumah sakit dan klinik maupun praktek dokter
pribadi, hal ini menunjang banyaknya penjualan Obat Resep yang dilayani oleh
Apotek.
Strategi lain yang digunakan oleh Apotek Kimia Farma No. 389 untuk
meningkatkan penjualan adalah dengan melakukan kerjasama dengan asuransi
seperti Mandiri InHealth dan BPJS Kesehatan, pemeriksaan kesehatan seperti
pengukuran tekanan darah, asam urat, kolesterol serta gula darah, maupun
pelayanan home pharmacy care untuk pasien loyal yang telah melakukan beberapa
kali pembelian dengan nilai transaksi yang besar serta memiliki penyakit kronis
maupun kelompok lansia yang membutuhkan pemantauan keberhasilan terapi.
Universitas Indonesia
43
Apotek Kimia Farma No. 389 telah memiliki desain rancang bangun yang
telah terstandarisasi, hal yang diatur dalam standarisasi rancang bangun Apotek
diantaranya adalah adanya tiang dengan logo kimia farma yang dapat menyala pada
malam hari, memiliki cat dengan warna yang khas, yaitu putih dengan aksen orange
dan biru yang merupakan warna khas dari Apotek Kimia Farma, pintu dan dinding
yang terbuat dari kaca besar dengan tulisan Kimia Farma berwarna orange dan biru
yang memudahkan pelanggan untuk melihat ke dalam Apotek dan menarik
perhatian pelanggan, adanya ciri khas tersebut penting untuk mengidentifikasi
keberadaan Apotek Kimia Farma sehingga Apotek mudah dikenali oleh pasien
yang telah mengenal reputasi kimia farma. Namun ada hal yang perlu diperhatikan
mengenai penggunaan kaca besar tembus pandang sebagai dinding, diantaranya
adalah peletakan salah satu gondola yang posisinya terlalu dekat dengan dinding
kaca sehingga sinar matahari dapat langsung menyinari dan berpotensi
meningkatkan suhu Obat OTC yang dipajang pada area tersebut, hal ini tentunya
dapat mempengaruhi waktu kadaluarsa dari Obat tersebut.
Apotek Kimia Farma No. 389 juga memiliki papan nama praktek Apoteker,
yang memuat informasi mengenai nama Apoteker, nomor SIPA dan jadwal praktek
Apoteker sesuai dengan yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek. Salah satu kekurangan
yang dimiliki oleh Apotek Kimia Farma No. 389 adalah Apotek tidak memiliki
mesin ATM, sehingga pasien dapat mengalami kesulitan apabila uang tunai yang
dibawa tidak cukup, apabila terjadi hal demikian transaksi dapat dilakukan
menggunakan mesin Electronic Debet Card (EDC).
Swalayan farmasi yang dimiliki Apotek Kimia Farma No. 389 sudah cukup
baik dan tertata rapih, terletak di area ruang tunggu pasien untuk memudahkan
konsumen membeli secara langsung, meskipun demikian Asisten Apoteker atau
Universitas Indonesia
44
Apoteker yang bertugas selalu siap untuk memberikan saran dan informasi terhadap
pasien swamedikasi terkait produk upaya pelayanan diri sendiri (UPDS) yang akan
dibelinya. Swalayan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 389 sudah cukup lengkap,
pengaturan penataan Obat dan barang diletakkan berdasarkan kategorinya, seperti
baby care, topical, paper product, milk and nutrition, oral care, haircare, skin care,
medicine, dan suplemen serta vitamin. Adanya swalayan farmasi diharapkan dapat
menaikkan omset dari Apotek. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, diketahui
bahwa pelanggan merasa kesulitan dalam memperoleh informasi terkait harga
barang barang swalayan karena pada produk yang dipajang di rak tidak
dicantumkan harga. Hal ini menyebabkan pasien harus mengecek harga di kasir
terlebih dahulu. Hal ini berpotensi merepotkan pelanggan jika Apotek sedang dalam
keadaan ramai dan petugas harus melakukan pengecekan pada komputer terlebih
dahulu untuk mengetahui harga barang yang ditanyakan oleh pasien. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penambahan label harga di masing masing kotak barang atau
Obat yang dipajang di swalayan.
Apotek Kimia Farma No. 389 dipimpin oleh Apoteker Pengelola Apotek
(APA) sekaligus Manajer Apotek Pelayanan (MAP) yang memimpin dan
mengelola Apotek beserta sumber dayanya. Dalam menjalankan kegiatan teknis
kefarmasian dan nonkefarmasian, APA dibantu oleh Asisten Apoteker (AA).
Kegiatan operasional Apotek Kimia Farma No. 389 adalah setiap hari dari pukul
8.00 hingga 23.00 WIB, yang terbagi dalam 2 shift, yaitu pagi pada pukul 8.00 -
15.00 WIB dan sore pada pukul 15.00 - 23.00 WIB. Apoteker berada di Apotek
pada pukul 9.00 – 15.00 WIB, sementara pada shift 2 tidak ada Apoteker yang stand
by di Apotek, permasalahan ini dapat diatasi dengan merekrut seorang Apoteker
lain untuk menggantikan APA pada jam tertentu pada waktu operasi Apotek.
Dalam melakukan pelayanan kepada pasien, apabila ada Obat yang dicari
oleh pasien maupun tertera di Resep tidak tersedia di Apotek, upaya yang dilakukan
untuk memenuhi permintaan adalah dengan memberikan penawaran Obat lain yang
memiliki komposisi dan dosis yang sama sebagai pengganti Obat yang dicari,
setelah itu dilakukan pencatatan terhadap Resep maupun Obat yang ditolak untuk
mempersiapkan persediaan agar di masa mendatang kejadian penolakan dapat
Universitas Indonesia
45
Universitas Indonesia
46
keluarnya Obat idealnya harus dicatat pada kartu stok, akan tetapi, akibat kesibukan
yang cukup tinggi, pencatatan dalam kartu stok seringkali terlewat, selain itu
ditambah dengan penjualan barang menggunakan sistem dropping dari Apotek
terdekat yang terkadang tidak tercatat dalam sistem sehingga struk pembelian tidak
bisa tercetak. Hal ini menyebabkan data yang tertulis pada kartu stok tidak sesuai
dengan jumlah Obat secara fisik, sehingga mempersulit pengawasan terhadap stok
dan ketersediaan barang termasuk pada saat dilakukan stock opname dan
perencanaan persediaan, dimana terjadi ketidak akuratan perencanaan persediaan
yang menyebabkan kekosongan persediaan (out of stock). Stock opname yang
dilakukan setiap tiga bulan sekali berfungsi untuk mengecek barang secara fisik
apakah sesuai dengan jumlah yang ada di komputer. Pada saat penulis
melaksanakan PKPA di Apotek Kimia Farma No. 389, kegiatan stock opname
sudah selesai dilaksanakan sehingga penulis tidak mendapatkan gambaran
bagaimana teknis pelaksanaan kegiatan tersebut.
Proses pelayanan Resep di Apotek Kimia Farma No. 389 dilakukan sesuai
dengan standar operasional yang telah ditetapkan oleh PT. Kimia Farma Apotek,
terdiri dari 6 langkah pelayanan Resep, Apoteker memiliki peranan dalam
melakukan skrining Resep mulai dari memeriksa kelengkapan persyaratan
administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Setelah semua
pengecekan dilakukan, kegiatan dispensing selanjutnya dilakukan oleh petugas
yang berbeda, dengan strategi ini diharapkan pengecekan dan koreksi dilakukan
selama beberapa kali mulai dari awal Resep diterima sampai Obat akan diserahkan
kepada pasien. Hal ini dimaksud untuk menghindari kesalahan dalam dispensing
Obat.
Universitas Indonesia
47
Universitas Indonesia
48
Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
49 Universitas Indonesia
50
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
51 Universitas Indonesia
52
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
54
Lampiran 2. Desain dan Rancang Bangun Apotek Kimia Farma No. 389
Lemari Pendingin
Area Peracikan
Tangga Toilet
Rak obat ethical
Ruang Tunggu
Lemari Pendingin
Rak produk OTC
Area
Swalayan
Rak OTC
Rak OTC
Rak OTC
Rak OTC
Pintu Masuk
Area Parkir
Universitas Indonesia
55
Universitas Indonesia
56
Universitas Indonesia
57
Universitas Indonesia
58
Universitas Indonesia
59
Universitas Indonesia
60
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DEPOK
DESEMBER 2017
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
ii
5.2 Saran ...................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 30
LAMPIRAN ........................................................................................................ 32
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Perbandingan tulang belakang normal dengan tulang belakang yang
mengalami kifosis ………………………………………………… 5
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
2
mengalami fraktur pada tulang. Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang
bergerak. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan
sendi dan menyebabkan gangguan pembentukan tulang baru pada permukaan
persendian. (Price A, Sylvia, 2005).
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan tugas khusus ini adalah untuk menganalisis
terapi osteoporosis dan osteoarthritis berdasarkan Resep dokter yang masuk di
Apotek Kimia Farma No. 389 dan melakukan monitoring terhadap terapi pasien
lansia dengan penyakit osteoporosis dan osteoarthritis melalui pelayanan Home
Pharmacy Care untuk mengetahui dan meningkatkan keberhasilan terapi yang
diterima pasien.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
3 Universitas Indonesia
4
Gambar 2.2 Perbandingan tulang belakang normal dengan tulang belakang yang
mengalami kifosis
Universitas Indonesia
5
2.3 Patogenesis
Menurut Dipiro et. al, (2008), patogenesis terjadinya osteoporosis adalah:
a. Pengeroposan tulang terjadi ketika proses resorpsi tulang lebih besar dari
kemampuan osteoblas untuk membentuk tulang baru.
b. Kepadatan mineral tulang/Bone Mass Density (BMD), kualitas tulang dan
integritas struktural tulang akan berkurang.
c. Pria dan wanita mulai kehilangan sejumlah kecil massa tulang pada usia 30-40
tahun hal ini terjadi sebagai konsekuensi dari pembentukan tulang yang
berkurang.
d. Defisiensi estrogen selama menopause dapat meningkatkan proliferasi,
diferensiasi dan aktivasi osteoklas baru serta memperpanjang usia osteoklas.
Meningkatnya jumlah osteoklas menyebabkan proses resorpsi tulang lebih
besar dari proses pemberntukan tulang.
e. Osteoporosis juga berhubungan dengan usia, hormon, kalsium, dan kekurangan
vitamin D. Faktor tersebut menyebabkan resorpsi tulang menjadi semakin cepat
dan mengurangi pembentukan osteoblas.
f. Osteoporosis akibat Obat mungkin terjadi karena penggunaan Obat
kortikosteroid sistemik (prednisone dosis >7,5 mg/hari), kortikosteroid
menyebabkan penurunan penyerapan kalsium dari usus, peningkatan hilangnya
kalsium dari usus, peningkatan hilangnya kalsium melalui ginjal dalam air seni
dan peningkatan hilangnya kalsium tulang.
Universitas Indonesia
6
ini diantaranya disebabkan oleh proses hamil dan menyusui serta proses
menopause.
c. Genetika dan Ras
Beberapa ras seperti kulit hitam amerika mempunyai tulang yang lebih besar
dengan struktur tulang lebih kuat daripada bangsa kaukasia sehingga akan
relatif jarang mengalami fraktur karena osteoporosis.
d. Gangguan hormonal
Wanita yang memasuki masa menopause mengalami pengurangan produksi
hormon esterogen, penurunan jumlah atau hilangnya estrogen dari dalam tubuh
akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini
disebabkan oleh penurunan efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan
penurunan konservasi kalsium di ginjal.
Universitas Indonesia
7
vitamin D3, dimana vitamin D (D3 + D2/berasal dari makanan) diubah oleh
hepar dan ginjal menjadi kalsitriol.
f. Penggunaan Obat tertentu dalam waktu lama
Penggunaan Obat seperti kortikosteroid, sitostatika (metotreksat), anti kejang
dan anti koagulan (heparin, warfarin) dapat menyebabkan penurunan
penyerapan kalsium dari usus, peningkatan hilangnya kalsium dari usus,
peningkatan hilangnya kalsium melalui ginjal dalam air seni dan peningkatan
hilangnya kalsium tulang.
Universitas Indonesia
8
dinyatakan dengan T-score. Nilai T-score dalam berbagai kondisi adalah sebagai
berikut:
Tabel II.1 Nilai T-Score menurut WHO
Kondisi Nilai T-Score
Tulang ≥ -1 (10% di bawah SD rata-rata atau lebih tinggi)
Normal
Osteopenia -1 sampai dengan 2,5 (10-25% di bawah SD rata-rata)
Osteoporosis ≤ - 2,5 (25% di bawah SD rata-rata)
kaki secara teratur dapat dilakukan untuk mencegah maupun sebagai terapi non-
farmakologi osteoporosis untuk meningkatkan kepadatan massa tulang. Paparan
sinar matahari di pagi dan sore juga dianjurkan untuk penderita osteoporosis
maupun seseorang dengan resiko osteoporosis. (Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, 2008b).
Universitas Indonesia
10
Pertimbangan terapi tanpa pengukuran BMD adalah untuk (i) Pria dan
wanita dengan peningkatan risiko kerapuhan tulang; serta (ii) Pria dan wanita yang
menggunakan glukokortikoid dalam jangka waktu lama. Terapi dapat dilakukan
dengan Biphosphonate, jika pasien mengalami intoleransi dengan Biphosphonate
pilihan terapi Obat lainnya adalah Raloxifene, Kalsitonin nasal, Teriparatide dan
Bifosfonat parenteral. Jika kerapuhan tetap berlanjut setelah pemakaian
Biphosphonate, maka pilihan terapi lainnya adalah Teriparatide.
hasil pengukuran BMD, jika T-score >-1, maka nilai BMD termasuk normal, tetapi
tetap diperlukan monitoring DXA setiap 1-5 tahun. Dan jika diperlukan
pengobatan, maka pilihan pengobatannya adalah Biphosponate, Raloxifene,
Kalsitonin (Dipiro et. al, 2008). Jika T-score -1 s/d -2,5, maka termasuk dalam
osteopenia. Dapat dilakukan monitoring DXA setiap 1-5 tahun. Dan jika diperlukan
pengobatan, maka pilihan pengobatannya adalah Biphosponate, Raloxifene,
Kalsitonin.
disebabkan oleh adanya perubahan degeneratif yang terjadi pada sendi yang sudah
mengalami deformasi, atau degenerasi sendi yang terjadi dalam kondisi medis
tertentu seperti inflamasi, trauma, gangguan endokrin dan sebagainya (Robbins,
2007).
2.10 Patogenesis
Osteoartritis terjadi akibat kondrosit (sel pembentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi) gagal dalam memelihara homeostasis antara degradasi
dan sintesis matriks ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan diameter dan orientasi
serat kolagen tulang rawan, yang menyebabkan tulang rawan sendi kehilangan sifat
kompresibilitasnya yang unik akibat perubahan biomekanik. (Price dan Wilson,
2013). Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis osteoarthritis,
terutama setelah terjadi sinovitis. Sinoviosit yang mengalami peradangan akan
menghasilkan berbagai sitokin pro inflamasi seperti interleukin 1 (IL 1) dan tumor
necrosis factor-alpha (TNFα) yang akan dilepaskan ke dalam rongga sendi dan
merusak matriks tulang rawan sendi (kartilago). (Robbins, 2007).
Universitas Indonesia
13
Gejala yang dominan adalah rasa nyeri lokal pada sendi yang terkena
osteoarthritis. Pada awal terjadinya osteoarthritis, rasa sakit dapat meningkat saat
beraktivitas dan menurun atau hilang saat istirahat. Apabila osteoarthritis tidak
ditangani, rasa sakit dapat timbul jika pasien melakukan aktivitas minimal atau saat
istirahat. Kekakuan sendi biasanya berlangsung kurang dari 30 menit. Sendi yang
terasa hangat, berwarna kemerahan menunjukkan terjadinya inflamasi pada
Universitas Indonesia
14
persendian. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi lutut, pinggul, dan tulang
belakang. Selain rasa sakit, keterbatasan gerak, kekakuan, krepitus (gemeretak pada
sendi), dan kelainan bentuk mungkin terjadi. (Dipiro et. al, 2008).
Universitas Indonesia
15
medis tertentu. Banyak faktor yang dipertimbangkan dalam memberi Obat untuk
pasien osteoarthritis, diantaranya adalah intensitas rasa sakit, efek samping yang
potensial dari Obat dan penyakit penyerta. (Dipiro et. al, 2008).
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE
3.2 Sampel
Sampel dalam tugas khusus ini adalah seorang pasien dengan penyakit
kronis yang membeli Obat di Apotek Kimia Farma No. 389.
17 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Home Pharmacy Care dilakukan kepada salah satu pasien Apotek
Kimia Farma No. 389 yang menderita osteoporosis dan osteoarthritis sebagai
berikut:
Obat ketiga yang diresepkan oleh dokter adalah kalsium karbonat. Kalsium
karbonat merupakan suplemen kalsium yang paling sering digunakan untuk
pengobatan osteoporosis maupun hipokalsemia karena mengandung paling banyak
unsur kalsium (40%) dibandingkan dengan kalsium laktat (13%), kalsium fosfat (25
%) dan kalsium sitrat (21 %). Kalsium merupakan unsur pembentuk tulang yang
penting dan dapat meningkatkan massa tulang akan tetapi tidak cukup baik untuk
mencegah terjadinya fraktur sehingga pemberian suplemen kalsium umumnya tidak
diberikan tunggal, melainkan dikombinasikan dengan vitamin D untuk
meningkatkan kadar kalsium serum. Efek samping yang umum terjadi karena
pemberian kalsium diantaranya adalah konstipasi dan flatulensi pada saluran
gastrointestinal. Pemberian kalsium juga dimaksudkan sebagai antasida untuk
mengurangi efek samping tukak lambung yang mungkin terjadi akibat pemberian
Universitas Indonesia
22
yang diberikan satu kali sehari. Apoteker tidak memberikan glukosamin karena
pada salinan Resep tertera “det” yang berarti sudah diberikan seluruhnya.
b. Meloxicam
Dosis yang direkomendasikan untuk mengurangi nyeri adalah 7.5 mg per hari
yang diberikan satu kali sehari. Dosis maksimal per hari adalah 15 mg (Dipiro
et. al, 2008). Dosis yang diresepkan oleh dokter adalah 15 mg perhari yang
diberikan satu kali sehari. Apoteker memberikan meloxicam sebanyak 25 tablet
dengan dosis sesuai dengan Resep dokter.
c. CaCO3
Untuk pencegahan dan pengobatan osteoporosis, maksimal dosis pada
pemberian single dose adalah 500-600 mg. Batas pemberian maksimal perhari
adalah 2500 mg, lebih dari itu tidak akan meningkatkan manfaat dan mungkin
meningkatkan resiko gangguan kardiovaskular (Dipiro et. al, 2011). Kebutuhan
kalsium untuk laki-laki berusia > 70 tahun adalah 1200 mg per hari. Dosis yang
diresepkan oleh dokter tidak tertera pada Resep. Apoteker memberikan
osteocare yang mengandung 300 mg (unsur) kalsium, 150 mg (unsur)
magnesium, 5 mg (unsur) zinc dan 2.5 mcg vitamin D3 per tablet. Osteocare
dapat diberikan 2-3 tablet per hari. Apoteker memberikan osteocare sebanyak
30 tablet dengan dosis dua kali sehari satu tablet.
d. Actonel
Dosis yang direkomendasikan untuk pengobatan osteoporosis post menopause
adalah satu kali sehari satu tablet 5 mg, satu kali seminggu satu tablet 35 mg,
dua kali sebulan satu tablet 75 mg dan satu kali sebulan satu tablet 150 mg;
Dosis yang direkomendasikan untuk meningkatkan massa tulang pada pria
dengan osteoporosis adalah satu kali seminggu satu tablet 35 mg; Dosis yang
direkomendasikan untuk pencegahan dan pengobatan osteoporosis yang
disebabkan oleh Obat-Obat glukokortikoid adalah satu kali sehari satu tablet 5
mg. (Dipiro et. al, 2008). Dosis yang diresepkan oleh dokter adalah satu tablet
35 mg yang diberikan satu minggu sekali. Apoteker memberikan Actonel
sebanyak 4 tablet dengan dosis sesuai dengan Resep dokter.
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
25
b. Meloxicam
Meloxicam dapat berinteraksi dengan Obat golongan ACE inhibitor dan
meniadakan efek antihipertensi, penggunaan meloxicam bersamaan dengan
warfarin dapat meningkatkan efek antikoagulan dari warfarin dan
meningkatkan resiko pendarahan.
c. Osteocare (CaCO3)
Kalsium dapat menghambat absorpsi dari Obat lain seperti bifosfonat,
levotiroksin, dan antibiotik tetrasiklin serta kuinolon.
d. Actonel
Actonel dapat berinteraksi dengan antasida, kalsium atau Obat oral yang
mengandung kation divalen lainnya. Jika Actonel digunakan bersamaan dengan
Obat tersebut maka absorbsi Actonel akan terpengaruh (menurun). (MIMS,
2013).
Universitas Indonesia
26
untuk dikunjungi oleh personil Apotek yang akan melaksanakan Home Pharmacy
Care.
disamping nyeri pada tulang dan otot, tindakan dokter untuk menetapkan regimen
pemberian Obat mingguan sudah tepat, apabila efektifitas terapi tidak meningkat
maupun efek samping tukak lambung masih terjadi, Apoteker dapat memberikan
saran kepada dokter untuk mengganti risedronate dengan Obat golongan bifosfonat
lainnya seperti alendronate dan ibandronate. Pilihan terapi Obat lainnya adalah
Raloxifene, Kalsitonin nasal, Teriparatide dan Bifosfonat parenteral. Jika
kerapuhan tetap berlanjut setelah pemakaian Biphosphonate, maka pilihan terapi
lainnya adalah Teriparatide. (Dipiro et. al, 2011).
Keluhan lain yang disampaikan oleh pasien adalah keluhan tukak pada
lambungnya, setelah dilakukan wawancara, diketahui pasien sering membeli
natrium diklofenak untuk menghilangkan rasa nyeri yang diderita olehnya.
Berdasarkan pengakuan pasien, rasa nyeri pada pinggang dan punggungnya
membaik setelah mengkonsumsi natrium diklofenak. Penggunaan natrium
diklofenak tanpa Resep yang dikombinasikan dengan meloxicam yang sudah
diberikan oleh dokter menyebabkan tukak lambung yang diderita oleh pasien, hal
ini diperparah lagi akibat salah satu efek samping dari actonel yang dapat
menyebabkan tukak lambung. Setelah mendapat keterangan yang memadai, saran
yang dapat diberikan adalah menghentikan konsumsi natrium diklofenak tanpa
Resep dan mengkonsumsi meloxicam dalam kondisi perut terisi. Alternatif lain
yang dapat diberikan adalah memberikan saran kepada dokter penulis Resep untuk
Universitas Indonesia
28
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan Home Pharmacy Care yang dilakukan pada Tn. S dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
5.2 Saran
Diperlukan monitoring dan evaluasi secara rutin untuk menilai kepatuhan
dan cara meminum Obat pasien.
29 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Dipiro. J.T. et. al, (2008). Pharmacotherapy Handbook 7th Edition. New York:
Dipiro, J.T. et. al, (2011). Pharmacotherapy Handbook 8th Edition. New York:
Katzung B.G. (2009). Basic and Clinical Pharmacology 9th Edition. New York:
McGraw-Hill.
Kumar, V, Cortan, R.S, dan Robbins, S.L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins
Volume 2, Edisi 7. Jakarta: EGC
Price, S.A dan Wilson, L.M. (2013). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6. Jakarta: EGC
30 Universitas Indonesia
LAMPIRAN
32
Universitas Indonesia