0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
179 tayangan70 halaman

Laporan Menkep Fix - Revisi Baruuu

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 70

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan merupakan
komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi
masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan
dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan
dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Pelayanan
keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam
pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi kunci, yang
dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60% pelayanan rumah sakit merupakan
pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan
lain dilakukan oleh perawat.
Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan
penting dalam penyelenggaraan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Keperawatan sebagai profesi mengharuskan pelayanan keperawatan diberikan
secara profesional oleh perawat dengan kompetensi yang memenuhi standar dan
memperhatikan kaidah etik dan moral. Untuk menjadikan perawat sebagai tenaga
profesional maka perlu dilakukan pembinaan secara terus menerus secara
berkesinambungan, sehingga menjadikan perawat sebagai tenaga kerja yang perlu
diperhatikan, diakui dan dihargai keprofesionalannya melalui penerapan sistem
manajemen. Menurut Effendi (2002), keperawatan sebagai pelayanan yang
professional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan obyektif
klien, mengacu pada standard professional keperawatan dan menggunakan etika
keperawatan sebagai tuntunan utama. Keperawatan profesional secara umum
merupakan tanggung jawab seorang perawat yang selalu mengabdi kepada
manusia dan kemanusiaan, sehingga dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan
2

keperawatan dengan benar (rasional) dan baik (etikal). Tuntutan masyarakat


terhadap kualitas pelayanan keperawatan di era global ini dirasakan sebagai suatu
fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu keperawatan di
Indonesia pada saat ini dan di masa akan datang perlu mendapatkan prioritas
utama dalam pengembangan keperawatan dengan memperhatikan dan mengelola
perubahan yang terjadi di Indonesia secara profesional. Kontribusi pelayanan
keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang dilaksanakan di sarana
kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan perawatan.
Menurut Swanburg (2000), manajemen keperawatan adalah kelompok dari
perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada
akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer
menjalankan profesi mereka. Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi
oleh proses, peran dan fungsi dari manajemen pelayanan keperawatan, karena
manajemen keperawatan adalah suatu tugaskhusus yang harus dilaksanakan oleh
manajer keperawatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
serta mengawasi sumber-sumber yang ada,baik sumber daya maupun sumber dana
sehingga dapat memberikan pelayanankeperawatan yang efektif dan efisien baik
kepada klien, keluarga dan masyarakat. Manajemen pelayanan keperawatan
merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber daya yang
dimiliki untuk mencapai tujuan. Keperawatan di Indonesia di masa depan sampai
saat ini masih berada dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi,
maka akan terjadi beberapa perubahaan dalam aspek keperawatan yaitu: penataan
pendidikan tinggi keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan
dan kehidupan keprofesian, dan penataan lingkungan untuk perkembangan
keperawatan.pelayanan keperawatan melalui pelaksana fungsi perncanaan,
pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan pengendalian
mutu keperawatan.
Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaiman
konsep dan Aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri. Ciri–ciri
mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain: memenuhi standar profesi yang
3

ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan


secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawatan,
memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial, ekonomi,
budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati. Hal ini
dapat dicapai dengan adanya manajemen yang baik. Perawat sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial
yang tangguh, sehingga pelayanan yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan
klien. Kemampuan manajerial dapat dimiliki melalui berbagai cara salah satunya
untuk dapat ditempuh dengan meningkatkan ketrampilan melalui bangku kuliah
yang harus melalui pembelajaran dilahan praktik. Mengingat pentingnya peranan
manajemen pelayanan keperawatan, maka dalam laporan ini penulis akan
menguraikan tentang analisa manajemen keperawatan di Ruang Perawatan Melati
Rumah Sakit Baladhika Husada Jember, sehingga dapat menggambarkan
bagaimana aplikasi dari manajemen keperawatan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 1 minggu di
Ruang Perawatan Melati RS Baladhika Husada Jember, mahasiswa
mampu mengetahui aplikasi manajemen keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mengumpulkan data, menganalisis data dan memahami data masalah
dalam pengorganisasian asuhan keperawatan;
2) Mengorganisasaikan pelaksanaan kegiatan keperawatan;
3) Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan;
4) Mengidentifikasi masalah yang terjadi;
5) Merencanakan beberapa alternatif pemecahan masalah;
6) Mengusulkan dan menerapkan alternatif tersebut kepada manajer
keperawatan;
7) Membuat Planning of Action dalam manajemen keperawatan.

1.3 Manfaat
a. Bagi Profesi
4

Perawat mempunyai inovasi baru untuk meningkatkan manajemen


pelayanan keperawatan di ruang rawat inap.
b. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menambah pengetahuannya dalam melakukan
manajemen keperawatan di ruang rawat inap.
c. Bagi Rumah Sakit
Dapat menambah informasi dan meningkatan kualitas manajemen
pelayanan keperawatan di ruang rawat inap.
5

BAB 2
PENGKAJIAN

2.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan tanggal 17-18 November 2014 meliputi
ketenagaan, sarana dan prasarana, metode, sumber keuangan dan pangsa pasar.
Data yang didapat dianalisis menggunakan analisis SWOT sehingga diperoleh
beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu sebagai prioritas masalah.

2.1.1 Analisis Situasi


1. Ketenagaan (Man /M1)
a. Analisis ketenagaan jumlah tenaga keperawatan dan non keperawatan
a) Jumlah tenaga keperawatan: 10 orang
b) Jumlah tenaga medis: tidak ada dokter jaga yang menetap pada ruang
perawatan melati, ruang melati menggunakan dokter tamu dengan visite
dokter menyesuaikan dari kasus pasien yang ada. Namun, terdapat satu
dokter umum yang melayani seluruh ruang rawat inap di Rumah Sakit
Baladhika Jember yang berpusat di UGD RS Baladhika Husada Jember.
c) Jumlah tenaga non keperawatan: 2 orang (Cleaning Service dan Laundry)

b. Latar belakang pendidikan, masa kerja, jenis pelatihan yang diikuti


Berikut ini adalah hasil pengkajian yang di dapat terkait pendidikan,
status ketenagakerjaan, masa kerja, dan pelatihan yang diikuti oleh perawat
yang ada di ruang melati :
6

Tabel 1. Data Kepegawaian meliputi pendidikan, status ketenagakerjaan,


masa kerja, dan jenis pelatihan di Ruang Melati Rumah Sakit
Baladhika Husada Jember
No. Nama Pendidikan Status Masa kerja Jenis pelatihan yang
terakhir pernah diikuti
1. Purwanto Serma Amd. Serma 17 tahun a.
Kep. Pelatihan BCLS di
UGD Rumah Sakit
Saiful Anwar.
2. Triyo Handoko Serma Amd. Serma 17 tahun
Kep.
3. Suheriyanto Kopka SPK Kopka 22 tahun a. pelatihan long
malap
b. pelatihan long
darlap
4. Wiwik Amd. Kep. PNS 21 tahun a. seminar JKN
sugiyatmini b. pelatihan
perawatan
syok
c. pelatihan
kebidanan
(IMD)
5. Martini Amd. Kep. PNS 24 tahun
6. Djoko setiawan S. Kep. PNS 21tahun a. Pelatihan
Kegawatdadruratan
b. Pelatihan Ambulan
7. Eka deni enisya Amd. Kep. PNS 15 tahun
8. Soni wahyudi Amd. Kep. Sukwan 1 tahun
9. Idyatama Fitra Amd. Kep. Sukwan 1 tahun a. Pelatihan PPGD
Permana
10. Reny Qurotul Amd. Kep. Sukwan 1 tahun a. pelatihan PPGD
A. b. seminar
c. pelatihan BCLS
11. Endi (cleaning
service)
12. Rudi (laundry)

Data dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 10 orang tenaga
perawat dimana 1 orang perawat berlatar belakang pendidikan SPK, 8 orang
berlatar pendidikan D3 keperawatan dan 1 orang berlatar belakang pendidikan
Sarjana keperawatan. Perbandingan status ketenagakerjaan, sebagai berikut:
7

Gambar 1. Status Ketenagakerjaan Perawat Ruang Melati Rumah Sakit Baladhika Husada
Jember November Tahun 2014
Untuk tenaga non profesional sudah optimal dan dapat dikatakan berlebih,
namun dalam tenaga profesional belum terpenuhi. Hal ini dipejelas oleh hasil
wawancara salah satu tenaga perawat ruang Melati Bp Dj bahwa di ruangan ini
sedikit personil sehingga apabila ada satu atau dua orang saja yang pergi untuk
melaksanakan dinas keluar, melanjutkan sekolah dan mengikuti pelatihan akan
sangat kesulitan dan terasa sekali kekurangan personilnya, dan penilaian pihak
Rumah Sakit dilihat dari pengalaman bekerja di Rumah Sakit, jadi untuk
melanjutkan kuliah ke jenjang selanjutnya memiliki sedikit kesulitan.
8

c. Struktur organisasi
struktur organisasi pada ruang rawat penyakit dalam Melati yaitu:

Kesdam V Brawijaya

Kepala Rumah Sakit

Ka sie Rawat Inap Ka sie Rawat Jalan


Mayor Eri Kapten Selamet

Ka Sub sie rawat Inap


A. Jalil Achbab S.Kep., Ners.

Kepala ruangan
Purwanto Serma Amd. Kep.

Perawat pelaksana
1. Triyo Handoko Serma Amd. Kep.,
2. Suheriyanto Kopka SPK
3. Wiwik sugiyatmini Amd. Kep.,
4. Martiani Amd. Kep.,
5. Djoko setiawan S. Kep.,
6. Eka deni enisya Amd. Kep.,
7. Soni wahyudi Amd. Kep.,
8. Reny Qurotul A. Amd. Kep.,
9. Idyatama Fitra Amd. Kep.,

Gambar 2. Struktur Organisasi Ruang Perawatan Melati tahun 2014

c. Tingkat ketergantungan pasien (2 hari)


Jumlah total pasien di ruang rawat melati pada tanggal 17 november 2014
adalah 10 orang. Dengan tingkat ketergantungan 3 orang pasien mandiri
dan 7 pasien tingkat ketergantungannya adalah parsial.
9

Jumlah total pasien di ruang rawat melati pada tanggal 18 november 2014
adalah 7 orang. Dengan tingkat ketergantungan semua pasien adalah
parsial.
Tabel 2. Kategori Perawatan pasien di Ruang Melati Rumah Sakit Baladhika Husada
Jember

Kategori Perawatan Klien Jumlah


No Hari
Total care Partial care Self care pasien
1. Senin, 17-11-2014 - 7 3 10
2. Selasa, 18-11-2014 - 7 - 7

d. Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien


(setiap hari dan kesimpulan selama 2 hari)
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah
perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi
klien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar per shiftnya,
yaitu sebagai berikut:
Tabel 3. Angka pengukur kebutuhan perawat dengan kategori tiga shift dengan klasifikasi
ketergantungan pasien
Kebutuhan Perawat
Waktu Klasifikasi
Pagi Sore Malam
Self care 0,17 0,14 0,07
Partial care 0,27 0,10 0,15
Total care 0,36 0,30 0,20

Jumlah rata-rata pasien per hari berdasarkan tingkat ketergantungan pasien dari
tanggal 17 November 2014 hingga 18 November 2014 sebagai berikut:
Tabel 4. Penghitungan rata-rata perawatan pasien di Ruang Melati Rumah Sakit
Baladhika Husada Jember

Kategori Perawatan Klien Jumlah


No Hari
Total care Partial care Self care pasien
1. Senin, 17-11-2014 - 7 3 10
2. Selasa, 18-11-2014 - 7 - 7
Jumlah - 14 3 17
Rata-rata - 7 1,5 (2) 8,5 (9)

Jumlah tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien tanggal 17


November 2014 hingga 18 November 2014 sebagai berikut:
10

Tabel 5. Penghitungan kebutuhan Perawat di Ruang Melati Rumah Sakit Baladhika


Husada Jember
Jumlah
Tingkat
rata-rata
ketergantungan Pagi Sore Malam
pasien per
pasien
hari
Total care - - - -
Partial care 7 7 x 0,27 = 1,89 7 x 0,10 = 0,7 7 x 0,15 = 1,05
Self care 2 2 x 0,17 = 0,34 2 x 0,14 = 0,28 2 x 0,07 = 0,14
Jumlah 9 2,23 (2) 0,98 (1) 1,19 (1)

Berdasarkan tabel di atas yang telah dihitung menurut Douglas, jumlah


tenaga perawat yang dibutuhkan rata-rata dalam 1 hari yaitu:
1) Pagi : 2 orang perawat yang terdiri dari 1 orang Karu, 1perawat pelaksana.
Pada Ruang Perawatan Melati, jumlah perawat yang bertugas pada dinas
pagi adalah 2-3 orang sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
kecukupan tenaga perawat.
2) Sore : 1 orang perawat yang terdiri dari 1 orang perawat pelaksana.
Sedangkan pada Ruang Perawatan Melati, jumlah perawat yang bertugas
pada dinas sore adalah 2 orang sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
kesesuaian tenaga perawat menurut Douglas.
3) Malam : 1 orang perawat yang terdiri dari 1 orang perawat pelaksana. Pada
Ruang Perawatan Melati, jumlah perawat yang bertugas pada dinas malam
adalah 2 orang perawat yang sebelumnya sudah melakukan shift sore,
sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah perawat yang bertugas telai
sesuai dengan perhitungan Douglas.
Namun yang patut menjadi pantauan adalah beban kerja perawat pada shift
sore. Pada hasil pengkajian, secara administrasi perawat menerapkan dinas
dengan 3 shift, namun secara aplikatifnya perawat melaksanakan 2 shift,
dengan shift pagi dimulai dari pukul 07.00 wib hingga 14.00 wib dan shift sore
dimulai dari pukul 14.00 wib hingga 07.00 wib. Penggunaan dua shift
merupakan musyawarah kesepakatan bersama perawat Rumah Sakit dan
hasilnya perawat menyetujui serta menerima kesepakatan dengan
pertimbangan yakni keamanan perawat pada saat pulang dengan shift sore yang
pada umumnya malam hari, biaya transportasi yang menjadi murah dan efektif
11

untuk perawat dengan jarak rumah perawat yang lumayan jauh dari rumah
sakit, dan jumlah pasien yang tidak terlalu banyak.

f. Alur masuk pasien.


a) Alur masuk melalui IGD
Informasi/
IGD Ruangan melati
pendaftaran
Gambar 3. Alur masuk pasien ke Ruang Perawatan Melati melalui IGD RS Baladhika Husada
Jember

b) Alur masuk melalui PPKI

PPKI (Wira Sakti) Informasi/ Ruangan Melati


pendaftaran

Gambar 4. Alur masuk pasien ke Ruang Perawatan Melati melalui PPKI (Wira Sakti) RS
Baladhika Husada Jember

c) Alur masuk melalui poli

Poli Spesialis Informasi/ Ruangan Melati


pendaftaran
Gambar 5. Alur masuk pasien ke Ruang Perawatan Melati melalui Poli Spesialis RS Baladhika
Husada Jember

g. Analisis masalah pada bagian ketenagaan


1. Kurangnya personil tenaga keperawatan dan non keperawatan yang
profesional dalam ruang Melati Rumah Sakit Baladhika Husada Jember.
Kurangnya personil tenaga keperawatan dan non keperawatan yang profesional
dalam ruang Melati Rumah Sakit Baladhika Husada Jember. Jumlah tenaga
keperawatan dapat terbilang cukup dan sesuai dengan teori Douglas dan aturan
kebijakan kemenkes 340 tahun 2010, perbandingan tempat tidur dan perawat
pada RS tipe A dan B adalah 1 : 1, pada RS tipe C adalah 2 : 3, dan pada RS tipe
D adalah 2 : 1. Hal ini menunjukkan jumlah tenaga keperawatan yang ada di
Ruang Melati masih kurang sehingga perlu adanya penambahan tenaga
keperawatan. Selain itu, jumlah tenaga non keperawatan seperti CS dan bagian
laundry sudah ada namun masih kurang dan kinerja CS hanya pada pagi hari,
sedangkan sore hari CS hanya membersihkan rumah sakit seluruhnya, sehingga
saat sore sampai malam hari jika ada masalah kebersihan perawat yang
12

merangkap melakukannya, tenaga transporter di Ruang rawat ini juga belum ada.
Tidak adanya tenaga administrasi dan transporter semakin menambah beban kerja
perawat karena perawat harus berperan ganda untuk mengirim data administrasi
pasien sehingga terkadang tidak ada satu orang yang menetap di nurse station.
Menurut Kemenkes 129 tahun 2009, standar ruang rawat inap harus memiliki
perawat dengan minimal pendidikan D3 keperawatan, sedangkan dari hasil
pengkajian masih terdapat perawat SPK di ruang rawat inap Melati Rumah Sakit
Baladhika Husada Jember. Tenaga profesional masih kurang, hanya terdapat 1
tenaga keperawatan dengan gelar sarjana, dan masih terdapat 1 perawat dengan
latar belakang SPK, bila dilihat dengan kebijakan kemenkes 340 tahun 2010,
minimal untuk Rumah Sakit dengan tipe C memiliki perawat dengan
latarbelakang pendidikan sarjana 1, 8 orang D3 dan 1

2. Sarana dan Prasarana (M2/ Material)


a. Lokasi dan Denah Ruangan

Gambar 6. Denah RS Baladhika Husada Jember


Ruangan Melati merupakan salah satu ruangan untuk penyakit dalam.
Terdapat di bagian paling selatan dari RS DKT. Di bagian selatan dibatasi
oleh perumahan penduduk , pada bagian utara dibatasi oleh ruangan ICU dan
13

UGD, dan pada bagian Barat dibatasi oleh rungan Mawar yaitu untuk ruang
perawatan penyakit dalam juga. Untuk bagian timur dari ruangan Melati ini
langsung dibatasi oleh jalan raya JL.PB Sudirman. Untuk bagian-bagian
dalam ruangan Melati ini terdapat Ruang Karu (Kepala Ruang), dan untuk
ruang Nurse Station tidak ada ruangan tersendiri melainkan dijadikan satu
dengan ruangan Karu. Untuk tempat perlengkapan obat-obatan dan keperluan
peralatan kesehatan terdapat pada lemari-lemari dan tempat-tempat khusus di
lorong jalan masuk dan sebagian juga terletak di dalam ruang Karu. Untuk
ruang pasien terdapat 12 ruangan terbagi dari 2 VIP Annisa dan 4 ruang VIP 1
dan 6 ruang VIP 2. Di setiap ruang dilengkapi kamar mandi sendiri dan AC
pada VIP 1 dan 2 serta VIP Annisa. Di setiap ruang juga di lengkapi dengan
televisi. Dan setiap ruang terdapat 2 tempat tidur, satu untuk pasien dan satu
untuk keluarga pasien. Di depan kamar kelas 1 juga terdapat taman yang
dapat menambah keindahan serta menambah suasana yang sejuk di area
Ruang Melati.

b. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja perawat di Ruang Melati cukup kondusif. Suasana
keakraban tercipta di lingkungan kerja namun tetap mengutamakan
kebutuhan pasien. Waktu ishoma (Istirahat, sholat, makan) perawat digunakan
dengan sebaik-baiknya sehingga selain waktu ishoma perawat, bekerja sesuai
dengan tanggungjawabnya kepada pasien. Terdapat ruang Karu yang
dijadikan satu dengan nurse station. Di dalam ruang Karu terdapat televisi,
dan kipas angin serta troli untuk sebagian obat-obatan. Ruangan Karu cukup
luas namun udara yang masuk ke ruangan relatif kecil sehingga terkesan
panas. Terdapat ruangan khusus yang digunakan untuk musholla sehingga
perawat tidak perlu meninggalkan nurse station untuk sholat ke musholla
rumah sakit.

c. Gambaran kapasitas tempat tidur diruangan (2 hari)


14

Ruangan Melati terabagi menjadi 3 kelas ruangan yaitu 2 kamar VIP


Annisa, 4 kamar VIP 1 , dan 6 kamar VIP 2. Pada ruang VIP Annisa
gambaran tempat tidur terdapat 2 tempat tidur satu untuk pasien dan 1 untuk
pihak pengunjung dan keluarga dan keduanya dalam kondisi yang baik serta
ruangannya cukup luas. Untuk kamar VIP 1 dan 2 juga terdapat 2 tempat
tidur, untuk pasien dan untuk keluarga dan juga masih dalam kondisi yang
baik. Selama pengkajian hari pertama untuk ruangan VIP Annisa tidak ada
yang menempati karena masih dalam proses renovasi, sedangkan 10 kamar
baik di ruang VIP 1 dan VIP 2 terisi penuh yaitu 10 pasien. Hari kedua
pengkajian ruangan yang terisi pasien adalah 7 ruangan yaitu 4 pasien di
kamar VIP 1 dan 3 pasien di kamar VIP 2.

d. Peralatan dan fasilitas


1). Peralatan

NO NAMA ALAT DATA STANDAR KETERANGAN


PASIEN : PASIEN :
ALAT ALAT
1. Ambu Bag 1 1 ruangan 1 Terpenuhi
2. Bag and mask - -
3. Cucing - -
4. Dressing Cart - -
5. Gunting Aj. besar - -
6. Gunting Aj kecil - -
7. Humidifier dan 6 1 Terpenuhi
8. Flowmet - -
9. Pinset anatomi - -
10. Pinset Chirrurghi 10:12 5:1 Terpenuhi
11. Standar Infus 2 1 ruangan 2 Terpenuhi
12. Stetoscope - -
13. Tempat Korentang 2 1 ruangan 2 Terpenuhi
14. Tensimeter - -
15. Termometer raksa 10:3 5:1 Terpenuhi
16. Termometer digital - minimal 1 Tidak terpenuhi
17. Tromol kecil (gas) - minimal 1 Tidak terpenuhi
18. Tromol sedang (gas) - minimal 1 Tidak terpenuhi
19. Tromol besar (gas) - minimal 1 Tidak terpenuhi
20. Tromol tabung - -
21. Arteri klem - -
22. Masker O2 trakeostomi - -
15

23. Masker O2 - -
24. Nasal Kanul - minimal 1 Tidak terpenuhi
25. Venasektio set 2 minimal 1 Terpenuhi
26. Gunting verband 1 1 ruangan 3 Tidak terpenuhi
27. Suction pump 1 1 ruangan 3 Tidak terpenuhi
28. Nebulizer - -
29. Manset anak 7 minimal 2 Terpenuhi
30. Bak Injeksi - minimal 2 Tidak terpenuhi
31. Bak Instrumen - minimal 2 Tidak terpenuhi
32. Bak Instrumen besar - -
33. Nose speculum 1 minimal 5 Tidak terpenuhi
34. Tongoe Spatel - -
35. Tampon hidung - -
36. Tampoling lokal 1 - Terpenuhi
37. Kereta/trolly 1 - Terpenuhi
38. Kursi roda 1 - Terpenuhi
39. Lemari es 1 - Terpenuhi
40. Rontgen lamp - -
41. Head lamp 1 minimal 1 Terpenuhi
42. Senter 1 - Terpenuhi
43. Bengkok besar - 5:1 Tidak terpenuhi
44. Bengkok sedang -
45. Bengkok Plastik - -
46. Sterilisator - -
47. Gelas objek - -
48. Martir dan tempatnya - -
Bak 1 - Terpenuhi
Emergency/Emergency -
49. kit - -
50. Branchart 10:12 4:1 Terpenuhi
51. Urinal 10:12 4:1 Terpenuhi
52. Pot 1 - Terpenuhi
53. Lampu darurat - -
54 Komputer, printer 1 - Terpenuhi
Telpon

2). Fasilitas untuk pasien


16

No. Nama barang Jumlah Kondisi


1. Tempat tidur 24 Baik
2. Meja pasien 12 Baik
3. Kipas angin 4 Baik
4 Kursi roda 1 Kurang
5. Branchart -
6. Jam dinding 12 10 baik, 2
kurang baik
7. Timbangan -
8 Kamar Mandi dan WC 12 Baik
9. Dapur -
10. Spoel hock 7 Baik
11. Kasur 24 Baik
12. Kursi 27 Baik
13. Linen : -
14. Sprei 39 Baik
15. Selimut 30 Baik
16. Sarung bantal 12 Baik
17. Perlak -

3). Fasilitas untuk petugas kesehatan


No. Nama barang Jumlah Kondisi
e. 1. Ruangan Nurse station 1 Baik
2. Ruang pertemuan perawat -
3. Ruang sidang -
4 Kamar periksa -
5. Kamar mandi dan WC 1 Baik
6. Ruang PKRS -
7. Ruang kepala Ruangan 1 Baik
8 Ruang supervisor -
9. Ruang staf dokter -
10. Ruang alat - Memakai lorong
jalan
Alur pengadaan barang
Alur pengadaaan barang di Ruang Melati dilakukan melaui dua jalan. Hal
tersebut meliputi:
1. Pengadaan barang melalui bagian perbekalan umum
Pengadaan barang yang melalui bagian perbekalan umum yaitu
seluruh jenis barang yang bukan obat-obatan. Alurnya yaitu perawat di Ruang
Melati mendata barang-barang yang dibutuhkan oleh Ruang Melati misalnya
17

ATK (Alat Tulis Kantor), alkohol, peralatan kesehatan, dll. Daftar barang
yang telah dibuat kemudian diserahkan kepada Bagian Perbekalan Umum.
Bagian Perbekalan Umum memesan atau membeli kepada supplier. Setelah
barang yang dipesan datang, barang kemudian diserahkan kepada Ruang
Melati. Terkadang Bagian Perbekalan Umum telah memiliki stok barang yang
dibutuhkan ruangan. Jika stok barang masih ada, pihak ruangan langsung
mengambil barang yang dibutuhkan kepada Bagian Perbekalan Umum.
Suplay barang dari Bagian Perbekalan Umum kepada pihak ruangan biasanya
dilakukan 1 bulan sekali.

Perawat Ruang Bagian Perbekalan Supplier


Melati me-list Umum
barang Memesan

Stok barang masih ada


Ruang Melati Bagian Perbekalan
di Perbekalan Umum Umum

Gambar 2. Alur Pengadaan Barang


Barang langsung Melalui Perbekalan Umum
diserahkan ke Ruang
Melati
2. Pengadaan barang melalui apotek
Pengadaan barang melalui apotek yaitu dikhususkan untuk jenis obat-
obatan saja. Alurnya yaitu dokter memberikan resep obat kepada perawat
ruangan. Kemudian perawat ruangan mengambil obat sesuai dengan yang
diresepkan dokter ke apotek. Setelah obat diterima dari apotek, perawat
memberikan obat kepada pasien.

Resep dokter Perawat ruang Apotek

Pasien Perawat ruang


Gambar 7. Alur Pengadaan Barang Melalui Apotek di Ruang Perawatan RS
Baladhika Husada Jember
18

f. Denah ruangan (gambarkan)


19

g. Analisis masalah pada bagian sarana dan prasarana


Permasalahan yang terdapat di Ruang Melati terkait sarana dan
prasarana meliputi:
1. Belum tersedianya peralatan medis yang lengkap sesuai dengan standart
minimal ruang rawat inap.
2. Belum lengkapnya ketersediaan fasilitas untuk petugas kesehatan

3. Metode (M3/Method)
a. Visi, Misi Rumah sakit
1) Visi Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember (RS DKT
Jember) adalah:
“Menjadi penyelenggara pembinaan kesehatan TNI AD yang dipercaya
dengan dilandasi profesionalisme, disiplin, bermoral, dan soliditas”
Visi adalah suatu pernyataan tentang gambaran keadaan dan
karakteristik yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pada jauh dimasa
yang akan datang. Oleh karena itu, visi lembaga harus mempunyai
sifat-sifat berikut:
a) Berorientasi pada masa depan;
b) Tidak dibuat berdasarkan kondisi atau tren saat ini;
c) Mengekspresikan kreativitas;
d) Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi
masyarakat dan lembaga;
e) Memperhatikan sejarah, kultur, dan nilai organisasi meskipun ada
perubahan;
f) Terduga atau terencana, dapat dicapai dalam rentang waktu tertentu
g) Mempunyai standar yang tinggi, ideal, serta harapan bagi anggota
lembaga;
h) Memberikan klarifikasi bagi manfaat lembaga serta tujuan-
tujuannya;
i) Memberikan semangat dan mendorong timbulnya dedikasi pada
lembaga;
20

j) Menggambarkan keunikan lembaga dalam kompetisi serta


citranya;
k) Bersifat ambisius serta menantang segenap anggota lembaga.
Setelah dianalisis, visi yang dimiliki oleh Rumah Sakit Tingkat III
Baladhika Husada Jember (RS DKT Jember) masih belum memenuhi
sifat-sifat di atas, di antaranya adalah belum adanya rentang waktu
(batas waktu) pencapaian tujuan dan belum menunjukkan
kekarakteristikan atau keunikan dari rumah sakit sebagai organisasi.
Visi mungkin dapat diubah menjadi seperti ini:
“Menjadi penyelenggara pembinaan kesehatan TNI AD dengan
keunggulan di bidang pelayanan kemoterapi lingkup kabupaten Jember
yang dipercaya dengan dilandasi profesionalisme, disiplin, bermoral,
dan soliditas pada tahun 2020”
2) Misi Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember (RS DKT
Jember) adalah:
a) “Menyelenggarakan dukungan kesehatan yang handal
b) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima
c) Menyelenggarakan fungsi organik dengan seksama”
Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh
lembaga dalam usahanya mewujudkan Visi. Misi merupakan sesuatu
yang nyata untuk dituju serta dapat pula memberikan petunjuk garis
besar cara pencapaian Visi.
Misi yang baik dan efektif menurut Lewis & Smith seharusnya:
a) mampu memberi informasi kepada anggota, staf, dan mitra
organisasi tentang kegiatan dan tugas lembaga, produk atau jasa
utama lembaga, sifat unik lembaga, konsumen utama lembaga dan
alasannya, pihak lain yang juga berkepentingan dengan lembaga,
nilai dasar lembaga, serta perkembangan dan perubahan lembaga
dalam jangka waktu tertentu di masa depan (misalnya 5 tahun ke
depan) yang dapat merefleksikan tujuan lembaga di dalam Visi
21

b) memberikan referensi yang jelas tentangpembentukan strategi dan


tujuan organisasi;
c) menentukan prioritas untuk alokasi sumber dayadan menetapkan
tugas-tugas yang harus dilakukan;
d) bertindak sebagai sumber inspirasi untuk anggota dan staf dalam
mencapai tujuan organisasi.
Setelah dianalisis, Misi yang dimiliki Rumah Sakit Tingkat III
Baladhika Husada Jember (RS DKT Jember) masih kurang memenuhi
syarat tersebut, sehingga misi yang dimiliki Rumah Sakit Tingkat III
Baladhika Husada Jember (RS DKT Jember) belum dapat dikatakan
baik dan efektif karena masih terdapat beberapa syarat yang belum
terpenuhi di antaranya belum menunjukkan karakteristik atau keunikan
produk atau jasa yang dihasilkan, belum menunjukkan siapa konsumen
utama dan pihak lain yang berkepentingan di dalamnya, serta belum
menginspirasikan dan menunjukkan strategi atau cara untuk mencapai
tujuan organisasi di masa depan dalam kurun waktu tertentu.

b. Visi, Misi, Tujuan, Falsafah keperawatan ruangan


1) Visi keperawatan ruangan
Menjadikan keperawatan yang profesional
Setelah dianalisis, visi keperawatan tersebut dinilai kurang baik,
karena visi tersebut belum menunjukkan keunikan atau karakteristik
dari kegiatan ruangan dan belum menentukan jangka waktu yang
digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan sehingga tingkat
keberhasilannya sulit diukur.
2) Misi keperawatan ruangan
Misi keperawatan Ruang Melati Rumah Sakit Tingkat III Baladhika
Husada Jember (RS DKT Jember) adalah:
a) Menyelenggarakan dukungan dan pelayanan keperawatan yang
profesional dan bermutu sesuai dengan standar asuhan
keperawatan
22

b) Meningkatkan sumber daya keperawatan meliputi skill, knowledge,


dan attitude
c) Meningkatkan fasilitas saranan dan prasarana pelayanan
keperawatan
d) Mengoptimalkan etika profesi dalam memberikan pelayanan
keperawatan
Setelah dianalisis, misi keperawatan yang dimiliki oleh ruang Melati
sudah cukup baik, namun misi tersebut belum menentukan jangka
waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
sehingga tingkat keberhasilannya sulit diukur karena belum ada
indikator yang digunakan.
3) Tujuan keperawatan ruangan
Tujuan keperawatan Ruang Melati Rumah Sakit Tingkat III Baladhika
Husada Jember (RS DKT Jember) adalah:
a) Terselenggaranya pelayanan dan asuhan keperawatan yang
bermutu tinggi
b) Memberi asuhan keperawatan yang paripurna dan efektif terhadap
pasien operatif bedah
c) Terpenuhinya fasilitas yang memadai sesuai kebutuhan
d) Mencegah terjadinya infeksi nosokomial pada semua kasus pasien
bedah dirawat
e) Mampu memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien post
operatif bedah
f) Mengembangkan ilmu keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
pasien bedah
g) Meningkatkan kolaborasi dan kerjasama dengan tim kesehatan
pasien dan keluarganya
h) Mengembangkan kemampuan profesional sesuai dengan
perkembangan untuk memenuhi kebutuhan pasien
i) Memandirikan pasien untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
23

Setelah dilakukan analisis, tujuan keperawatan yang dimiliki ruang


Melati sudah baik, yang mana menggunakan kalimat yang singkat,
padat, dan kuat, sesuai dengan misi keperawatan yang telah dibentuk.
4) Falsafah keperawatan ruangan
Falsafah keperawatan Ruang Melati Rumah Sakit Tingkat III
Baladhika Husada Jember (RS DKT Jember) adalah:
a) Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan bio-psiko-
sosial-spiritual yang unik
b) Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal
c) Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama
dari semua anggota tim kesehatan dan pasien/keluarga
d) Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas pemberian
asuhan keperawatan
e) Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan secara
terus menerus.
Setelah dilakukan analisis, falsafah keperawatan yang dimiliki ruang
Melati sudah cukup baik, di mana di dalamnya telah mengandung
nilai-nilai dan dasar tindakan dari perawatan di ruang Melati, yang
merupakan ruang rawat inap untuk masalah kesehatan interna
(penyakit dalam).
Ruangan Melati telah mempunyai misi, tujuan, dan falsafah
keperawatan yang dapat dijadikan landasan dasar dalam pelaksanaan
kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Visi, misi, tujuan,
dan falsafah termasuk dalam bentuk dari kegiatan perencanaan
(planning) dalam sistem manajemen. Berikut adalah gambar hirarki
dari bentuk-bentuk perencanaan.
24

Visi

Dibentuklah Visi
Organisasi

Falsafah
Menetapkan
tujuan bersama

Membentuk
organisasi

Memiliki tujuan
sama

Sekelompok
orang

Berdasarkan hirarki perencanaan tersebut, bentuk perencanaan yang


dimiliki oleh ruang Melati belum ada sepenuhnya. Bentuk perencanan
yang ada di ruang Melati adalah misi, tujuan, dan falsafah, serta
prosedur (SOP) dalam melaksanakan tindakan. Di ruang melati belum
dibentuk adanya strategi, kebijakan, serta program-program untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Model penugasan asuhan keperawatan


Model penugasan asuhan keperawatan di ruang Melati dilakukan secara
langsung menggunakan metode kasus (case method nursing), di mana
kepala ruangan (karu) memberikan tugas langsung pada perawat pelaksana
yang sedang jaga untuk melaksanakan suatu asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah kesehatan tertentu, dengan prinsip berpegangan
pada pedoman standar asuhan keperawatan (SAK) dan standar operasional
prosedur (SOP) yang ada. Dengan metode ini, s etiap pasien ditugaskan
kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan
25

khusus seperti pasien isolasi atau pasien yang membutuhkan intensive care
(Marquis & Huston, 1998).
Bagan model penugasan asuhan keperawatan dengan metode kasus (case
method nursing) adalah sebagai berikut.

Kepala Ruang (Karu)

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

Bagan Sistem Asuhan Keperawatan “Case Method Nursing” (Marquis & Huston, 1998)
Kelebihan penggunaan metode ini adalah:
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan penggunaan metode ini adalah:
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.
Model penugasan dengan metode kasus yang digunakan oleh ruangan
Melati sudah sesuai dengan karakteristik yang ada di ruangan Melati di
mana jumlah bed pasien dan jumlah perawat berbanding 1:1. Cara
pemilihan agar model penugasan asuhan keperawatan menjadi efektif dan
efisien, harus didasarkan pada jumlah tenaga, kualifikasi staf, dan
klasifikasi pasien (Rakhmawati, 2007). Aplikasi yang diterapkan di ruang
melati yaitu sebagai berikut:
1. karu membagi jumlah pasien secara sama rata kepada sejumlah
perawat yang bertugas pada setiap shiftnya;
2. setiap perawat mendapat 3 sampai 4 pasien kelolaan pada setiap
shiftnya.
26

Berikut rincian tugas kepala ruang (Karu) dan perawat pelaksana dalam
penugasan asuhan keperawatan dengan metode kasus yang diterapkan di
ruang melati.
1. Kepala ruang (karu) secara umum bertugas sebagai pengawas dan
pengendali kegiatan pelayanan keperawatan di ruang melati dengan
uraian tugas sebagai berikut.
a. Melaksanakan fungsi perencanaan yaitu merencanakan jumlah dan
kategori tenaga perawat dalam menjalankan askep yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasien, merencanakan jumlah jenis
peralatan perawatan yang diperlukan pasien, merencanakan dan
menetukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan yang akan
diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
b. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan yaitu mengatur
dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan askep ruang
melati, menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan
dalam pemberian askep.
c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian
meliputi mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
yang dilaksanakan perawat pelaksana, mengawasi dan
mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan yang
digunakan perawat pelaksana saat memberikan askep, mengawasi
pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan
keperawatan yang dilakukan perawat pelaksana.
2. Perawat pelaksana bertugas menerima pasien dan mengkaji kebutuhan
pasien secara komprehensif, membuat tujuan dan rencana
keperawatan, melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek
bila diperlukan, mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan
pelayanan yang diberikan oleh perawat lain, mengevaluasi
keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
27

d. Timbang terima
Timbang terima (operan) antarperawat selalu dilaksanakan di ruangan
Melati Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember (RS DKT
Jember). Timbang terima dilakukan oleh perawat setiap pergantian shift,
dua kali dalam sehari,jam 15.00 WIB dan jam 07.00WIB. Timbang terima
dilakukan di ruang perawat dan di ruang pasien, dengan dibuktikan catatan
dokumentasi keperawatan yang telah ditulis oleh perawat jaga
sebelumnya. Catatan dokumentasi keperawatan timbang terima meliputi
tanggal, hari, dan jam pelaksanaan, nomor, nama pasien, dan tindakan
yang sudah dilakukan maupun tindakan yang akan dilakukan.
Menurut teori, timbang terima merupakan waktu dimana terjadi
perpindahan atau transfer tentang pasien dari perawat satu ke perawat yang
lain. Tujuan dari timbang terima ini adalah menyediakan waktu, informasi
yang akurat tentang rencana keperawatan, terapi, kondisi terbaru, dan
perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya. Timbang terima adalah
suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2008).
Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan akurat
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer keperawatan
kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam
secara tertulis atau lisan, diperlukan juga suatu komunikasi yang jelas
tentang kebutuhan pasien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi
dan yang belum, serta responpasien yang terjadi.
Perawat di ruangan Melati sudah melaksanakan timbang terima secara
lisan dengan berjalan bersama dengan perawat lainnya dan menyampaikan
a. kondisi pasien terkini;
b. keluhan pasien;
28

c. tindakan askep yang sudah dilakukan kepada pasien;


d. terapi medis yang sudah diberikan kepada pasien;
e. evaluasi perkembangan pasien;
f. rencana tindakan selanjutnya untuk pasien;
Menurut Nursalam (2008), cara ini lebih efektif dari pada harus
menghabiskan waktu orang lain untuk membaca dan akan membantu
perawat dalam menerima timbang terima secara nyata.

e. Supervisi keperawatan
Supervisi keperawatan di Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada
Jember (RS DKT Jember) dilakukan secara bertingkat, dari kasie/kabid
dan dari dalam ruanagan sendiri (kepala ruangan).Kepala sie (Kasie) atau
Kabid akan melakukan supervisi ke setiap ruangan setiap pagi per harinya.
Kasie yang melakukan supervisi keperawatan adalah Bapak Mayor
Eri.Namun dalam beberapa hari terakhir, pelaksanaan supervisi tidak
dilakukan karena yang bertugas sedang ada dinas di luar kota. Supervisi
keperawatan dalam ruangan Melati sendiri dilakukan secara langsung oleh
kepala ruangan (Karu) Melati, yaitu Bapak Purwanto, kepada para perawat
pelaksana yang sedang jaga shift. Kegiatan supervisi oleh kepala ruangan
juga selalu dilakukan pada pagi hari (saat shift pagi).
Kegiatan supervisi yang dilakukan di ruang Melati, baik oleh Kasie/Kabid
maupun oleh Karu ruang Melati dilakukan secara langsung (supervisi
langsung) dengan di ruang perawat Melati. Supervisor menanyakan
mengenai kondisi ruangan dan bagaimana pelaksanaannya. Namun belum
ada format khusus yang digunakan untuk penilaian dari kegiatan supervisi
terkait pemberian asuhan keperawatan perawat pada pasien.Supervisi
keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan di
rumah sakit. Supervisi dilakukan bukan untuk mencari kesalahan dan
menghukum, tetapi memberi pengarahan dan petunjuk agar perawat dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan secara efektif dan efisien.
29

Menurut teori supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk


penyelesaian tugas-tugas keperawatan (Swansburg & Swansburg, 1999).
Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar,
mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi
secara terus menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta
bijaksana sehingga setiap tenaga keperawatan dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan baik, trampil, aman, cepat dan tepat secara
menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang mereka
miliki(Kron, 1987).
Supervisi mengandung pengertian yang demokratis dimana bukan hanya
mengawasi apakah seluruh staf keperawatan menjalankan tugas sebaik-
baiknya sesuai dengan intruksi atau ketentuan yang telah dibuat, tetapi
berusaha bersama perawat memperbaiki pelayanan keperawatan yang
diberikan. Oleh karena itu, staf keperawatan yang disupervisi bukan
sebagai pelaksana pasif, melainkan partner kerja yang memiliki ide-ide,
pendapat dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai dan diikutsertakan
dalam usaha-usaha perbaikan proses keperawatan.
Berikut adalah contoh instrumen yang dapat digunakan saat kegiatan
supervisi untuk menilai kegiatan perawat.
Instrumen Supervisi
Nama perawat :
Ruangan :
Hari/Tanggal :
NO TUGAS PERAWAT TUGAS DAPAT DILAKUKAN KET
TELADAN Sangat baik Baik Cukup Kurang
1 Memelihara kebersihan
ruangan
2 Menerima pasien baru
sesuai SOP
3 Memelihara peralatan
medis salah pakai
4 Melakukan pengkajian
keperawatan dan
menentukan
5 Mengatur rencana
keperawatan sesuai
kemampuan
30

6 Melakukan tindakan
keperawatan sesuai
kebutuhan
- Melaksanakan
tindakan pengobatan
sesuai program
- Penkes
7 Melatih/ membantu pasien
untuk latihan gerak
Melakukan tindakan
8 akurat pada klien (panas
tinggi, shock, pendarahan,
alergi, henti nafas dan
jantung) sesuai prosedur,
melapor ke dokter
jaga/supervisor/PKK
Malaksanakan evakuasi
tindakan keperawatan
9 sesuai kemampuan
Mengobservasi kondisi
pasien
10 Berperan serta dengan
anggota tim lain
11 Melaksanakan tugas pagi,
sore, malam serta libur
12 secara bergilir
f. Ronde keperawatan
Ronde keperawatan dilaksanakan ketika terdapat permasalahan
keperawatan ataupun ketika terdapat hal-halbaru mengenai suatu tindakan
keperawatan dalam mengatasi masalah kesehatan yang unik, langka, atau
kasus yang sulit/rumit. Ronde keperawatan merupakan diskusi case study
bersama yang dilakukan oleh kepala ruangan, perawat ruangan, beserta
tim kesehatan lain (misalnya dokter, ahli gizi, farmasi, radiologis, dll).
Sampai saat ini, ronde keperawatan belum pernah dilakukan di ruangan
Melati. Perawat di ruang Melati selama ini hanya mengikuti diskusi
mingguan (bukan ronde keperawatan) yang dilakukan di aula bersama
dengan perawat dari ruangan yang lain, setiap hari Rabu, untuk membahas
mengenai studi atau penelitian terkini dan berbagi (sharing)pengetahuan
dan pengalaman antarperawat.
Menurut teori, ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh
perawat, juga melibatkan pasien,untuk membahas dan melaksanakan
31

asuhan keperawatan pada kasus tertentu, dilakukan oleh perawat primer


atau konselor, kepala ruangan, perawat associate, serta perlu melibatkan
seluruh anggota tim kesehatan (Sitorus & Yulia, 2005).
Tujuan dilaksanakannya ronde keperawatan menurut Sitorus dan Yulia
(2005) adalah:
1) Menumbuhkan cara berpikir secara kritis
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal
dari masalah klien
3) Meningkatkan validitas data klien
4) Menilai kemampuan justifikasi
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
6) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan
Mengingat banyaknya manfaat yang didapat dalam melaksanakan ronde
keperawatan, diharapkan ke depannya perawat di ruangan Melati dapat
melakukan ronde keperawatan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan perawat, terutama dalam mengatasi masalah kesehatan
melalui forum diskusi.

g. Discharge planning
Discharge planning dilakukan oleh perawat ruangan Melati secara
langsung kepada pasien dan keluarga yang akan pulang dari rumah sakit.
Discharge planning yang diberikan berupa Health Education (HE) atau
pemberian pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga, tentang
anjuran pengobatan dan perawatan saat di rumah. Discharge planning ini
tidak didokumentasikan secara tertulis oleh perawat dan tidak ada format
penulisan khususnya, perawat hanya menyampaikannya secara lisan pada
pasien dan keluarga yang akan pulang dari rumah sakit.
Secara teori, Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya
pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan
kesinambungan perawatan, baik dalam proses penyembuhan maupun
dalam mempertahankan derajat kesehatannya, sampai pasien merasa siap
untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan
32

beberapa proses formal yang melibatkan tim atau memiliki tanggung


jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok
lainnya.Sebagai salah satu anggota team Discharge Planner, perawat
mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data
yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah aktual dan potensial,
menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan
tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam
mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal
dan mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan.
Program Health Education yang bisa diberikan saat pemberian discharge
planning yaitu
1. kontrol dan obat/perawatan;
2. nutrisi;
3. aktivitas dan istirahat;
4. perawatan diri, dll.

h. Sentralisasi obat
Sentralisasi obat adalah kegiatan pengelolahan obat dimana seluruh obat
yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolahan sepenuhnya
oleh perawat (Nursalam, 2008).
1) Pengadaan obat
Pengadaan obat dilakukan oleh perawat ruangan apabila persediaan
obat yang ada di ruangan telah habis. Alur pengadaan obat di ruang
Melati Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember (RS DKT
Jember) adalah sebagai berikut.
Penggunaan obat di ruangan  obat habis digunakan  pengadaan
obat  mengambil obat dari apotek  obat tersedia di ruangan 
penggunaan obat di ruangan  obat habis digunakan  pengadaan
obat kembali  dst.
Kelemahan penggunaan metode alur pengadaan obat tersebut adalah:
33

a) Ruangan tidak memiliki persediaan cadangan obat yang disimpan


untuk jaga-jaga dalam keadaan mendesak
b) Ruangan dapat kesulitan mendapatkan obat yang diinginkan bila
persediaan di apotek sedang habis
c) Ruangan tidak dapat menganalisis kebutuhan obat yang diperlukan
2) Penyimpanan obat
Penyimpanan obat dilakukan dengan tujuan untuk menyimpan atau
menjaga obat-obatan agar tetap aman, tidak rusak, dan dapat
digunakan saat diperlukan. Penyimpanan obat di ruangan Melati
dilakukan di nurse station. Obat diletakkan dan disimpan di dalam
kotak atau loker kecil di atas troli, obat dibedakan berdasarkan jenis
dan nama generik dari kandungan obat tersebut. Beberapa obat ada
juga yang dimasukkan ke dalam lemari es (kulkas) dan dijaga agar
tetap beku, misalnya Dulcolax dan Insulin.
3) Penyiapan obat
Obat disiapkan di nurse station oleh perawat dengan menggunakan
prinsip konsep steril. Penggunaan konsep steril dalam penyiapan obat
ini bertujuan untuk meminimalkan masuknya zat asing (bakteri, virus,
kuman) ke dalam obat yang akan diberikan pada pasien atau
dimasukkan ke dalam tubuh pasien. Penyiapan obat dilakukan
maksimal 30–60 menit sebelum obat digunakan atau diberikan pada
pasien.
4) Pemberian atau penggunaan obat
Pemberian obat atau penggunaan obat pada pasien dilakukan dengan
menggunakan prinsip 4 BENAR,1 W yaitu:
a) BENAR pasien
b) BENAR obat
c) BENAR dosis
d) BENAR rute
e) WASPADA terhadap reaksi obat
i. Dokumentasi keperawatan
34

Pendokumentasian kegiatan keperawatan dilakukan secara manual, dengan


tulisan tangan pada rekam medis pasien. Tidak ada tim khusus yang
ditugaskan untuk mencatat atau mendokumentasikan tindakan
keperawatan yang diberikan pada pasien. Pendokumentasian keperawatan
dilakukan secara mandiri oleh perawat yang sedang berjaga (shift) setelah
melakukan tindakan keperawatan.Pendokumentasian keperawatan
meliputi dalam lima proses keperawatan, yaitu pengkajian, analisis
masalah (diagnosa keperawatan), perencanaan tindakan, implementasi, dan
evaluasi. Pada pengkajian, perawat mencatat nama pasien dan wali pasien,
jenis kelamin pasien, usia pasien, alamat pasien, diagnosa medis pasien,
keluhan utama pasien (alasan di bawa ke RS), tanggal MRS, nomor
register, dan dokter yang menangani pasien, serta hasil pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan lain yang dilakukan. Setelah itu, perawat menuliskan
diagnosa keperawatan sesuai dengan keluhan yang dialami pasien.
Selanjutnya, perawat membuat rencana tindakan intervensi keperawatan
untuk pasien, sesuai dengan diagnosa yang diangkat, baik intervensi
keperawatan mandiri maupun intervensi kolaboratif. Dalam rencana
intervensi, juga dituliskan tujuan dan kriteria hasil dari intervensi tersebut.
Selanjutnya perawat mencatat perkembangan pasien dalam lembar
implementasi dan evaluasi. Hal-hal yang perlu dicatat dalam
pendokumentasian keperawatan implementasi dan evaluasi adalah tanggal
dan waktu pelaksanaan tindakan, tindakan keperawatan yang dilakukan,
perkembangan dari pasien, evaluasi dari intervensi (dengan format SOAP),
dan paraf dari perawat jaga yang melaksanakan tindakan keperawatan
tersebut.

j. Program pengendalian indikator mutu


Program pengendalian indikator mutu salah satunya adalah dilakukan
penilaian tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan.
Berdasarkan hasil pengkajian kepada beberapa keluarga pasien didapatkan
keluarga pasien mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh
35

Ruangan Melati sudah cukup baik dan mengatakan puas terhadap


pelayanan yang diberikan. Sebelumnya pengukuran kepuasan pasien
dilakukan dengan pasien menulis saran dan keluhan di kotak saran yang
tersedia, namun sudah tidak berjalan lagi. Saat ini, pasien langsung
mengatakan pada perawat terkait keluhan dan saran yang akan diberikan,
baik secara lisan pada perawat maupun melalui sms (pesan). Namun di
ruang Melati tidak pernah dilakukan kuesioner yang mengukur tentang
kepuasan pasien, sehingga nilai mutu pelayanan di ruang Melati tidak
dapat dipastikan dan dibuktikan.

k. Program pengendalian indikator klinik


Pengendalian indikator klinik dilakukan melalui rapat koordinasi
antarperawat dalam ruangan. Namun rapat kordinasi ini hanya dilakukan
ketika terdapat beberapa masalah yang dilakukan oleh perawat. Misalnya
saat perawat melakukan kesalahan dalam pemberian obat pada pasien.

l. Pelaksanaan standar SAK


Pelaksanaan standar SAK (Standar Asuhan Keperawatan) sudah dilakukan
oleh perawat di ruangan Melati dinilai cukup. Perawat di ruang Melati
kadang juga selalu mendiskusikan masalah kesehatan pasien dengan
dokter dan beradu argumen/pendapat. Hal ini menunjukkan bahwa perawat
di ruang Melati sebagian besar telah menguasai ilmu masalah kesehatan
dan asuhan keperawatan pada penyakit, terutama penyakit dalam. Di ruang
Melati, juga terdapat buku SAK (Standar Asuhan Keperawatan) dengan
pembaharuan terakhir tahun 2010, yang biasa digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Buku SAK berisi mengenai
standar asuhan keperawatan pada penyakit, membahas pengertian,
etiologi, patogenesis, gambaran klinis dan diagnosis, patofisiologi,
pemeriksaan penunjang/diagnostik, penatalaksanaan medis, komplikasi,
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, dan intervensi atau
rencana keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan penyakit
36

tertentu. Penyakit-penyakit yang dibahas pada buku SAK, di antaranya


adalah apendisitis, BPH (Benign Prostate Hyperplasia), cedera kepala,
fraktur, hemoroid, stroke, combustio (luka bakar), pneumothorak, katarak,
asma bronkial, kejang demam, DHF, diare, hipertensi, anemia, hepatitis,
Gagal Ginjal Akut, Gastroenteritis (GE), dan lain-lain.

m. Pelaksanaan standar SOP


Pelaksanaan standar SOP (Standar Operasional Prosedur) diterapkan
dalam melakukan tindakan keperawatan. Pelaksanaan standar SOP sudah
dilakukanperawat di ruang Melati dinilai kurang. Hal ini dikarenakan
masih banyak perawat yang tidak menggunakan APD (misalnya sarung
tangan) saat menginjeksikan obat ke pasien, saat melepas infus pasien,
atau saat memberikan obat kemoterapi. Padahal di ruang Melati telah
terdapat Buku Standar Operasional Prosedur Kedaruratan Keperawatan
dengan pembaharuan terakhir tahun 2010.

n. Jenis 10 diagnosa medis terbanyak di ruangan dan 10 jenis tindakan


tersering di ruangan
1) 10 Jenis Diagnosa Medis terbanyak di ruangan Melati
a) GE
b) Ca Mamae
c) Ca Limfoma
d) DHF
e) Ca Limfoma
f) CVA
g) HT
h) Ca Paru
i) Thypoid
j) DM
2) 10 Jenis Tindakan Tersering di ruangan Melati
a) Mengukur TTV dan Tensi (TD, HR, RR, Suhu)
37

b) Injeksi IV bolus (Ceftriaxone, Ranitidin, OMZ, Dexamethaxone)


c) Memberikan obat oral
d) Menyiapkan mandi
e) Melakukan Skin test
f) Infus (ganti plabot/infus set, aff infus)
g) Cek laboratorium (cek darah, urin, sputum, dll)
h) Kemoterapi
i) Tranfusi darah
j) Bed making (verbed)

o. Patient safety
Di ruangan Melati Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember (RS
DKT Jember), tidak terdapat tim khusus yang menangani dan mengurusi
tentang patient safety. Di sana, juga tidak terdapat format identifikasi
dalam menjaga patient safety (misal SOP pencegahan pasien jatuh,
pencegahan terjadinya alergi obat pada pasien, dll), atau penggunaan alat-
alat untuk kepentingan safety pasien, misalnya penggunaan gelang
identitas untuk mencegah kekeliruan dalam memasukkan obat pada pasien
lain yang bernama sama.

p. Analisis masalah pada bagian metode


Masalah yang mungkin timbul pada bagian metode adalah sebagai berikut.
1) Perencanaan kegiatan/program yang dilakukan di ruang Melati masih
belum efektif karena kurangnya landasan/dasar untuk melaksanakan
kegiatan asuhan keperawatan, seperti belum adanya visi, strategi,
program, dan anggaran (budgeting) untuk pelaksanaan program atau
kegiatan.
2) Kurangnya dalam menjaga safety pasien dalam melaksanakan tindakan
keperawatan karena tidak adanya format dan standar (SOP) serta alat
yang digunakan untuk melakukan safety pada pasien di Ruang Melati.
38

3) Kurang efektifnya program pengendalian indikator klinik karena


kurangnya pengetahuan perawat tentang cara pencegahan dan
pengendalian, terutama terhadap kejadian infeksi nosokomial,
misalnya menggunakan Universal Precaution(UPI) dengan cucitangan
7 langkah pakai sabun.
4) Kurang efektifnya program pengendalian indikator mutu karena tidak
adanya program yang dilakukan untuk menjaga dan mengendalikan
mutu pelayanan kesehatan yang diberikan, terutama dalam menilai
mutu perawatan yang diberikan.

4. Sumber Keuangan (MONEY/M4)


a. Sistem yang digunakan dalam hal keuangan ruangan
Hasil pengkajian yang kami peroleh, pasien pulang, dana diterima
oleh petugas ruangan dan di proses oleh kepala ruangan untuk penghitungan
rincian seluruh jasa pelayanan yang telah digunakan pasien selama dirawat
inap di ruang kartika. Kemudian total dana beserta data rincian jasa pelayanan
yang telah jadi di serahkan pada bagian anggaran untuk direkap keseluruhan,
termasuk pengurangan untuk BPJS dan alat bahan yang digunakan.
Dikalkulasi selama 1 bulan, kemudian total jasa pelayanan selama 1 bulan
dikembalikan kepada ruangan, diterima oeh kepala ruangan, kemudian oleh
kepala ruangan dana jasa pelayanan dibagikan kepada seluruh anggotannya
dan sebagian digunakan untuk uang khas guna membeli alat bahan yang tidak
disediakan oleh pengadaan umum. Peramalan rata-rata pembiayaan pasien
setiap harinya dapat diketahui setelah pasien 1x24 jam dirawat inap.

b. Sumber kesejahteraan karyawan/ruangan.


Setiap bulannya anggota mendapatkan dana jasa pelayanan di akhir
bulan. Pengelolaan dana sepenuhnya dikelola oleh bagian angaran pusat
Rumah Sakit. Pada saat pasien pulang, dana diterima oleh petugas ruangan
dan di proses oleh kepala ruangan untuk penghitungan rincian seluruh jasa
pelayanan yang telah digunakan pasien selama dirawat inap di ruang kartika.
39

Kemudian total dana beserta data rincian jasa pelayanan yang telah jadi di
serahkan pada bagian anggaran untuk direkap keseluruhan, termasuk
pengurangan untuk BPJS dan alat bahan yang digunakan. Dikalkulasi selama
1 bulan, kemudian total jasa pelayanan selama 1 bulan dikembalikan kepada
ruangan, diterima oleh kepala ruangan, kemudian oleh kepala ruangan dana
jasa pelayanan dibagikan kepada seluruh anggotannya. Selain dana jasa
pelayanan, anggota pegawai juga mendapatkan THR disetiap tahunnya yang
didapatkan dari kas rumah sakit.

c. Analisis masalah pada bagian keuangan


Kesejahteraan tenaga perawat sesuai harapan perawat Ruang Perawatan
Melati, namun masih banyak yang perlu mendapat perhatian oleh manajemen
RS Baladhika Husada Jember.

5. Pemasaran Bangsal (MARKET/M5)


a. Jumlah rata-rata pasien / hari, diruang Melati bulan Agustus, September,
Oktober 2014
bulan Agustus 2014 = keseluruhan jumlah pasien dalam 1 bulan =
jumlah hari dalam 1 bulan
= 206
31
=7
bulan September 2014 = keseluruhan jumlah pasien dalam 1 bulan
=
jumlah hari dalam 1 bulan
= 205
30
=7
bulan Oktober 2014 = keseluruhan jumlah pasien dalam 1 bulan =
jumlah hari dalam 1 bulan
= 222
31
40

=7
b. BOR ruangan bulan Agustus, September, Oktober 2014
bulan Agustus 2014 = jumlah hari perawatan di RS dalam waktu tertentu x 100%
( jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu satuan waktu)

= 155 x 100%
12 x 31
= 41%
bulan September 2014= jumlah hari perawatan di RS dalam waktu tertentu x 100%
( jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu satuan waktu)

= 215 x 100%
12 x 30
= 60%
bulan Oktober 2014 = jumlah hari perawatan di RS dalam waktu tertentu x 100%
( jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu satuan waktu)

= 36 x 100%
12 x 31
= 9%
Berdasarkan pengkajian, menurut bagian Kasubsie Rawat Inap promosi
rumah sakit selama ini tidak dilakukan melalui iklan, namun selama ini
pihak Kasubsie Rawat Inap melakukan kerjasama promosi dengan babinsa
dan POSKES disetiap KODIM dan KORAMIL.
41

c. Isikan data ruang perawatan Melati berikut ini


Bulan (2014)
Kriteria
Agustus September Oktober
Jumlah Tempat Tidur 12 12 12
BOR (%) 41% 60% 9%
Standar ideal BOR* 60-85 60-85 60-85
Pergerakan BOR - - -
ALOS (hari) 3 hari 3 hari 4 hari
Standar ideal ALOS* 6-9 hari 6-9 hari 6-9 hari
TOI (hari) 5 hari 2 hari 34 hari
Standar ideal TOI* 1-3 hari 1-3 hari 1-3 hari
BTO 4 kali 6 kali 1 kali
Standar ideal BTO* 40-50 40-50 40-50
MOR(%) - - -
*Standar Depkes RI
d. Tingkat kepuasan pasien tahun 2013 dan yang terbaru
Pada tahun 2013 dan 2014 ruang melati tidak melakukan pengukuran tingkat
kepuasan pasien, dulu pernah dilakukan penyediaan kotak saran namun kotak
saran tersebut tidak ada isinya terkait saran atau komentar pasien tentang mutu
pelayanan di ruang melati dan kepuasan pasien. Menurut perawat yang
bertugas di ruang melati selama ini pasien hanya memberikan ucapan
terimakasih secara langsung kepada perawat tanpa menuliskan saran terkait
perbaikan mutu pelayanan maupun terkait kepuasan pasien sehingga
penyediaan kotak saran tersebut ditiadakan, oleh karena itu kelompok kami
melakukan pengkajian tingkat kepuasan pasien dengan cara membagikan
kuisioner kepada pasien di ruang melati dan didapat hasil bahwa sebagian
besar pasien dan keluarga menyatakan puas terhadap pelayanan yang
diberikan.

e. Tingkat kepuasan perawat tahun 2013 dan yang terbaru


Pada tahun 2013 dan 2014 ruang melati tidak melakukan pengukuran tingkat
kepuasan perawat, sehingga belum ada data tentang tingkat kepuasan perawat
yang tersedia di ruang melati, oleh karena itu kelompok kami melakukan
pengkajian tingkat kepuasan perawat dengan cara membagikan kuisioner
kepada perawat di ruang melati dan didapat hasil bahwa sebagian besar
perawat menyatakan puas.
42

f. Apakah ada arah penunjuk ruang, penunjuk tempat di ruangan? Berdasarkan


pengkajian yang dilakukan didapat hasil belum tersedianya penunjuk arah
menuju ruang Melati pada persimpangan jalan menuju ruangan melati, namun
dari pengkajian di ruang Melati sudah tersedia papan nama ruangan.

g. Analisis masalah pada bagian market


Berdasarkan hasil pengkajian didapat BOR di Ruang Melati pada bulan
Agustus 2014 sebesar 41%, bulan September sebesar 60%, dan bulan Oktober
sebesar 9% mengacu pada teori ideal BOR sebesar 60-85% jadi BOR di
Ruang Melati belum bisa dikatakan ideal atau tidaknya karena perhitungan
BOR yang dilakukan kelompok kami di ruang melati hanya terhitung dalam
waktu hitungan perbulan sedangkan BOR menurut teori dihitung dalam
hitungan tahun dan perhitungannya dilakukan pada jumlah total keseluruhan
bed pasien yang tersedia di rumah sakit.

Berdasarkan hasil pengkajian didapat ALOS di Ruang Melati pada bulan


Agustus 2014 yaitu 3 hari, bulan September sebanyak 3 hari dan bulan
Oktober sebanyak 4 hari mengacu pada teori ideal ALOS antara 6-9 hari jadi
ALOS di Ruang Melati bisa dikatakan baik maka disarankan untuk
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan.

Berdasarkan hasil pengkajian didapat TOI di Ruang Melati pada bulan


Agustus 2014 yaitu 5 hari, bulan September sebanyak 2 hari dan bulan
Oktober sebanyak 34 hari mengacu pada teori ideal TOI antara 1-3 hari jadi
TOI di Ruang Melati pada bulan Agustus dan Oktober bisa dikatakan terlalu
lama waktunya antara pergantian satu tempat tidur yang ditinggalkan oleh
pasien sampai ditempati kembali oleh pasien baru, maka disarankan untuk
perawat ruang melati agar lebih mengefesiensikan penggunaan tempat tidur.

Berdasarkan hasil pengkajian didapat BTO di Ruang Melati pada bulan


Agustus 2014 yaitu 4 kali, bulan September sebanyak 6 kali dan bulan
43

Oktober sebanyak 1 kali mengacu pada teori ideal BTO dalam 1 tahun antara
40-50 kali pemakaian 1 tempat tidur, jadi BTO di Ruang Melati belum bisa
dikatakan ideal atau tidaknya dikarenakan perhitungan BTO yang dilakukan
saat pengkajian hanya dalam hitungan per bulan sedangkan BTO menurut
teori dihitung dalam hitungan tahun dan perhitungannya dilakukan pada
jumlah total keseluruhan frekuensi pemakaian tempat tidur yang tersedia di
rumah sakit.
44

BAB 3
ANALISIS SWOT

3.1 Analisis SWOT


UNSUR MANAJEMEN BOBOT RATING BOBOT X RATING
INTERNAL FACTOR (IFAS)
1. STRENGTH
a. Pelayanan yang diberikan 0.20 4 0.80
perawat ruang Melati
menunjukkan keramahan
serta kesigapan dalam
bertindak dan menangani
permasalahan kesehatan.
b. Ruangan Melati 0.25 4 1.00
menyediakan pelayanan dan
pengobatan kemoterapi yang
unggul dan handal
c. Semua ruangan di ruang 0.10 3 0.30
Melati selalu terjaga
kebersihannya.
d. Sistem keuangan di ruang 0.15 3 0.45
Melati menggunakan sistem
transparansi antara kedua
belah pihak (pasien dan S–W=
ruangan).
45

2. WEAKNESS 2,55–
a. Jumlah SDM tenaga perawat 0.10 1 0.10 0,40 =
yang dimiliki ruangan 2,15
Melati sebagian besar masih
berpendidikan D III
Keperawatan (8 orang), S1
Keperawatan 1 orang dan
SPK 1 orang serta jumlah
tenaga profesional kurang
mencukupi (hanya 10 orang
perawat) dan belum
memiliki dokter tetap
sedangkan jumlah tenaga
non keperawatan hanya 2
orang
b. Jumlah alat-alat medis yang 0.05 1 0.05
dimiliki ruang Melati belum
memenuhi syarat standart
minimal untuk ruang rawat
inap rumah sakit tingkat III
serta belum lengkapnya
fasilitas untuk tenaga
kesehatan seperti belum
tersedia ruang khusus
dokter, ruang PKRS serta
belum dilakukan pemisahan
antara ruang karu dan ruang
perawat.
c. Shift kerja hanya dua kali 0.05 1 0.05
yaitu pagi (07.00 – 14.00
WIB) dan sore (14.00 –
07.00 WIB) yang telah
menjadi kesepakatan
bersama, sehingga dirasa
menguntungkan untuk
semua pegawai karena lebih
aman, nyaman, dan efektif.
d. Kegiatan pendokumentasian 0.03 2 0.06
asuhan keperawatan masih
dilakukan secara manual.
e. Discharge planning tidak 0.05 2 0.10
didokumentasikan secara
tertulis, hanya dilakukan
secara langsung kepada
pasien serta belum
tersedianya media untuk
kegiatan pendidikan
kesehatan.
f. Belum terdapat penunjuk 0.02 2 0.04
arah ruangan dan dapat
menjadi masalah untuk
46

NILAI IFAS 1 2,95


EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
3. OPPORTUNITY
a. Rumah sakit terletak dekat 0.20 4 0.80
jalan umum dan pusat kota
sehingga akses jalan menuju
rumah sakit mudah
b. Merupakan satu-satunya 0.25 4 1.00
rumah sakit rujukan untuk
TNI-AD di wilayah Jember
c. Memiliki kerjasama promosi 0.15 4 0.6
dengan Babinsa, POSKES
(KODIM, KORAMIL).
d. Tidak ada peraturan jam 0.10 3 0.30
kunjungan (jam besuk) tetap
untuk mengunjungi pasien
e. Terdapat kamera CCTV di 0.05 3 0.15
seluruh area rumah sakit
sebagai pemantau keamanan
di rumah sakit.

4. THREATENED O–T=
a. Terdapat rumah sakit lain 0.08 1 0.08 2,85 –
yang juga menyediakan 0.32 =
pelayanan dan pengobatan 2,53
kemoterapi di Kabupaten
Jember
b. Banyak persaingan rumah 0.07 1 0.07
sakit lain yang memiliki
tenaga medis spesialis
c. Rumah sakit lain memiliki 0.05 1 0.05
peralatan medis yang
canggih dan terbaru dalam
penanganan masalah
kesehatan.
d. Rumah sakit lain di 0.01 2 0.02
Kabupaten Jember sudah
menjalankan sistem
komputerisasi dalam
manajemen.
e. Banyaknya rumah sakit 0.02 2 0.04
pesaing yang memiliki
akreditasi lebih tinggi
f. Rumah sakit lain sering 0.02 2 0.04
mengadakan pelatihan dan
seminar tentang kesehatan
NILAI EFAS 1 3.17

3.2 Diagram Layang


O
47

Kuadran IV 2.53
Kuadran I
Turn Arround Agresif

W S

2.15
Kuadran III Kuadran II
Defensif Defersifikasi

T
48

Keterangan:
Hasil tersebut menggambarkan posisi strategis Rumkit Baladhika Husada Jember
berdasarkan analisis faktor-faktor strategis eksternal (EFAS) dan faktor-faktor
strategis internal (IFAS) yang dapat dilihat pada diagram SWOT, di mana posisi
Rumkit berada dalam kuadran I yang mendukung strategi agresif atau
pertumbuhan.

3.3 Matriks SWOT dalam Rencana Strategi


Berdasarkan analisis antar komponen, maka dapat ditarik kesimpulan
beberapa langkah yang dapat dibuat untuk melakukan strategi dan
pengembangan ruang perawatan Melati RS. Baladhika Husada Jember yang
dilihat dari unsur input, proses, dan output, yang tergambar seperti matriks
SWOT sebagai berikut.
49

KEKUATAN KELEMAHAN
INTERNAL a. Pelayanan yang diberikan perawat ruang a. Jumlah SDM tenaga perawat yang dimiliki ruangan Melati
Melati menunjukkan keramahan serta sebagian besar masih berpendidikan D III Keperawatan (8
kesigapan dalam bertindak dan menangani orang), S1 Keperawatan 1 orang dan SPK 1 orang serta
permasalahan kesehatan. jumlah tenaga profesional kurang mencukupi (hanya 10
b. Ruangan Melati menyediakan pelayanan dan orang perawat) dan belum memiliki dokter tetap
pengobatan kemoterapi yang unggul dan sedangkan jumlah tenaga non keperawatan hanya 2 orang
handal b. Jumlah alat-alat medis yang dimiliki ruang Melati belum
c. Semua ruangan di ruang Melati selalu terjaga memenuhi syarat standart minimal untuk ruang rawat inap
kebersihannya. rumah sakit tingkat III serta belum lengkapnya fasilitas
d. Sistem keuangan di ruang Melati untuk tenaga kesehatan seperti belum tersedia ruang
menggunakan sistem transparansi antara khusus dokter, ruang PKRS serta belum dilakukan
kedua belah pihak (pasien dan ruangan). pemisahan antara ruang karu dan ruang perawat.
c. Shift kerja hanya dua kali yaitu pagi (07.00 – 14.00 WIB)
dan sore (14.00 – 07.00 WIB) yang telah menjadi
kesepakatan bersama, sehingga dirasa menguntungkan
untuk semua pegawai karena lebih aman, nyaman, dan
efektif.
d. Kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan masih
dilakukan secara manual.
e. Discharge planning tidak didokumentasikan secara
tertulis, hanya dilakukan secara langsung kepada pasien
serta belum tersedianya media untuk kegiatan pendidikan
EKSTERNAL kesehatan.
f. Belum terdapat penunjuk arah ruangan dan dapat menjadi
masalah untuk mengakses menuju ruangan.
PELUANG Strategi SO Strategi WO
a. Rumah sakit terletak I III
dekat jalan umum dan a. Rumah sakit dengan ruang perawatan melati a. Merevisi dan menyusun kembali serta menanamkan visi,
pusat kota sehingga dengan unggulan pelayanan kemoterapi dapat misi, tujuan, strategi dan falsafah Rumah Skit dan ruangan
akses jalan menuju dijadikan sebagai dasar meningkatkan sebagai tujuan pelayanan customer oriented
50

rumah sakit mudah keilmuan dan memberikan pelayanan yang b. Bekerja sama dengan pihak rekanan lain dalam bentuk
b. Merupakan satu- prima pada pasien dengan kanker. modal, sehingga tidak hanya jasa yang didapatkan oleh
satunya rumah sakit b. Ruang Perawatan Melati dengan unggulan pihak rumah sakit maupun pihak rekanan lain yang
rujukan untuk TNI- pelayanan kemoterapi sebagai wahana mampu meningkatkan perkembangan dan pembangunan
AD di wilayah Jember penelitian keperawatan dan medis dalam rumah sakit.
c. Memiliki kerjasama penanganan pasien kanker. c. Menjalin kemitraan dengan pihak lain untuk membantu
promosi dengan c. Ruang perawatan Melati yang digunakan pengadaan fasilitas yang dibutuhkan
Babinsa, POSKES sebagai lahan pendidikan atau pelatihan bagi d. SAK dapat menjadi materi dalam penyuluhan, Discharge
(KODIM, mahasiswa dapat dijadikan sebagai dasar planning dapat di tuliskan pada lembar asuhan
KORAMIL). untuk melakukan pengembangan ilmu dan keperawatan
d. Tidak ada peraturan memberikan pelayanan yang lebih baik. e. Meningkatkan sarana dan prasarana, dan meletakkan
jam kunjungan (jam d. Dukungan dari seluruh komponen rumah penunjuk arah di tempat yang strategis
besuk) tetap untuk sakit agar tercipta atau tercapainya tujuan, f. Kerjasama antar semua pihak rumah sakit, untuk menjaga
mengunjungi pasien dan visi bersama secara keseluruhan lingkungan rumah sakit tetap aman dan kondusif
e. Terdapat kamera e. Meningkatkan promosi yang mampu
CCTV di seluruh area memaparkan keunggulan pelayanan yang
rumah sakit sebagai disiplin, aman dan prima, kepada khalayak
pemantau keamanan ramai mengenai pelayanan jasa yang dimiliki
di RS. rumah sakit.
f. Pemantauan kualitas pelayanan dan
keamanan pasien dapat melalui CCTV
sebagai bahan monitoring, controling, dan
evaluasi.
ANCAMAN Strategi ST Strategi WT
a. Terdapat rumah sakit II IV
lain yang juga a. Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan a. Pembaharuan dan revisi terkait visi dan misi Rumah Sakit
menyediakan Standar Operasional prosedur (sop) dapat dan ruangan agar mampu bersaing dan unggul.
pelayanan dan digunakan secara maksimal dengan b. Pembuatan perencanaan pasien pulang dengan referensi
pengobatan mensosialisasikan terlebih dahulu kepada pada rumah sakit terkemuka, standar kemenkes dan jurnal
kemoterapi di perawat ruangan sehingga pemberian asuhan ilmiah.
Kabupaten Jember keperawatan dapat dilakukan secara c. Pengembangan kualitas mutu melalui peningkatan kinerja
51

b. Banyak persaingan maksimal. gugus pengendali mutu layanan kesehatan sehingga rumah
rumah sakit lain yang b. Digunakannya rumah sakit sebagai lahan sakit mampu bersaing dalam memberikan mutu yang lebih
memiliki tenaga pendidikan/pelatihan bagi siswa/mahasiswa baik.
medis spesialis dapat dijadikan sebagai dasar melakukan d. Meningkatkan kualitas pelayanan khususnya di bidang
c. Rumah sakit lain pengembangan ilmu dan memberikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
memiliki peralatan pelayanan yang lebih baik.
medis yang canggih c. Membuat program pendidikan, pelatihan,
dan terbaru dalam studi banding tentang pelayanan keperawatan
penanganan masalah dengan rumah sakit lain
kesehatan. d. Meningkatkan promosi mengenai pelayanan
d. Rumah sakit lain di jasa rumah sakit melalui berbagai media.
Kabupaten Jember Misalnya melalui website rumah sakit,
sudah menjalankan brosur, media, kegiatan pengabdian
sistem komputerisasi masyarakat.
dalam manajemen. e. Meningkatkan hubungan dengan lintas sektor.
e. Banyaknya rumah
sakit pesaing yang
memiliki akreditasi
lebih tinggi
f. Rumah sakit lain
sering mengadakan
pelatihan dan seminar
tentang kesehatan
52

BAB 4
PRIORITAS MASALAH DAN POA

4.1 Daftar Masalah


No Pernyataan Masalah
1. Kurangnya tenaga keperawatan dan non keperawatan
2. Kurangnya tenaga profesional dalam ruang Melati Rumah Sakit Baladhika
Husada Jember.
3. Kurang pelatihan untuk perawat dalam melakukan update ilmu pengetahuan dan
skill kompetensi.
4. Belum tersedianya peralatan medis yang lengkap sesuai dengan standart minimal
ruang rawat inap
5. Belum lengkapnya ketersediaan fasilitas untuk petugas kesehatan.
6. Perencanaan kegiatan/program yang dilakukan di ruang Melati masih belum
efektif
7. Kurangnya dalam menjaga safety pasien dalam melaksanakan tindakan
keperawatan
8. Kurang efektifnya program pengendalian indikator klinik
9. Kurang efektifnya program pengendalian indikator mutu
10. Kesejahteraan tenaga perawat sesuai harapan perawat Ruang Perawatan Melati,
namun masih banyak yang perlu mendapat perhatian oleh manajemen RS
Baladhika Husada Jember
11. Belum adanya indikator untuk mengukur tingkat kepuasan perawat maupun
pasien

4.2 Penampisan Prioritas Masalah


Skor
No Prioritas Masalah Jumlah Prioritas
M S V C A
1. Kurangnya tenaga keperawatan 5 3 3 3 2 270 7
dan non keperawatan
2. Kurangnya tenaga profesional 5 5 4 4 2 800 2
dalam ruang Melati Rumah
Sakit Baladhika Husada Jember
3. Kurang pelatihan untuk perawat 4 3 3 3 3 324 5
dalam melakukan update ilmu
pengetahuan dan skill
kompetensi.
4. Belum tersedianya peralatan 5 2 1 2 5 100 9
medis yang lengkap sesuai
dengan standart minimal ruang
rawat inap
5 Belum lengkapnya ketersediaan 5 2 2 1 5 100 10
fasilitas untuk petugas
kesehatan.
6 Perencanaan kegiatan/program 4 3 4 3 2 288 6
yang dilakukan di ruang Melati
masih belum efektif
53

7 Kurangnya dalam menjaga 5 5 3 3 4 1000 1


safety pasien dalam
melaksanakan tindakan
keperawatan
8 Kurang efektifnya program 5 3 3 3 3 405 4
pengendalian indikator klinik
9 Kurang efektifnya program 5 3 3 4 3 540 3
pengendalian indikator mutu
10 Kesejahteraan tenaga perawat 5 3 2 1 2 60 11
sesuai harapan perawat Ruang
Perawatan Melati, namun masih
banyak yang perlu mendapat
perhatian oleh manajemen RS
Baladhika Husada Jember
11 Belum adanya indikator untuk 5 3 3 3 2 270 8
mengukur tingkat kepuasan
perawat maupun pasien

Keterangan :
Magnitude (M) : Berapa banyak orang yang terkena dampak masalah tersebut
Severity (S) : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukan dengan case
fatality dari masing-masing
Vulnerability (V) : Menunjukan sejauh mana masalah tersebut
Community and political concern (C): Menunjunkan sejauh mana masalah
tersebut menjadi concern atau kegusaran orang dan para pemangku kebijakan
Affordability (A) : Menunjukan ada tidaknya dana yang tersedia untuk mengatasi
masalah tersebut
Adapun skor penilaian yang digunakan adalah :
1 : Tidak ada
2 : Kurang
3 : Cukup
4 : Banyak
5 : Sangat Banyak

4.3 Penampisan Prioritas Tindakan


a. Sebutkan daftar masalahnya
1. Masalah: Kurangnya dalam menjaga safety pasien dalam melaksanakan
tindakan keperawatan
Skor Jumlah Prioritas
No. Prioritas Tindakan
C A R L
54

1. Mendiskusikan pada Kepala 5 5 4 4 400 1


Ruang Perawatan Melati dan
seluruh perawat pelaksana untuk
memudahkan pelaksanaan
patient safety.
2. Melakukan sosialisasi terkait 4 4 4 5 320 2
pelaksanaan patient safety,
misalnya pengadaan marker atau
penanda tingkat ketergantungan
pasien, pemasangan side rail,
dan informasi 9 keselamatan
pasien di rumah sakit.
3. Melakukan pelatihan pada semua 4 4 4 4 256 3
staf tentang pelaksanaan patient
safety sesuai standard
operasional prosedur yang terkini
dengan standard depkes RI.
4. Membentuk tim khusus dengan 3 4 4 4 184 4
fokus melakukan pengontrolan
terhadap patien safety

2. Masalah: Kurangnya tenaga profesional dalam ruang Melati Rumah Sakit


Baladhika Husada Jember
Skor Jumlah Prioritas
No. Prioritas Tindakan
C A R L
1. Mendiskusikan pada Komando 5 5 5 5 625 1
Kesdam V Brawijaya, Kepala
Rumah Sakit, semua kepalaa sie,
gugus penjamin mutu serta
Kepala Ruang Perawatan Melati
terkait peningkatan jenjang
pendidikan perawat.
2. Mensosialisasikan kepada 5 5 5 4 500 2
seluruh perawat ruangan tentang
program peningkatan jenjang
pendidikan perawat.
3. Pengajuan proposal program dan 4 5 4 4 320 4
pengajuan bantuan dana
peningkatan jenjang pendidikan
perawat.
4. Perencanaan perawat ruangan 5 4 4 3 240 5
untuk mengikuti pelatihan dan
menempuh pendidikan.

3. Masalah: Kurang efektifnya program pengendalian indikator mutu


55

Skor Jumlah Prioritas


No. Prioritas Tindakan
C A R L
1. Mendiskusikan pembuatan 5 5 5 5 625 1
program pengendalian indikator
mutu bersama kepala rumah
sakit, kepala sie rawat inap,
gugus pengendali mutu rumkit
dan kepala ruang perawatan
melati.
2. Pengajuan proposal program 4 5 4 4 320 2
pengendali mutu ruangan.
3. Membuat format dan alat ukur 4 4 4 4 256 3
pengendali mutu ruang
perawatan.
4. Menguji alat ukur pengendali 4 4 4 3 192 4
mutu ruang perawatan
5. Mensosialisasikan program 4 4 3 3 144 5
pengendali mutu ruang
perawatan.
6. Melakukan controlling, 3 3 3 3 81 6
monitoring dan evaluating
program.

Skala prioritas masalah yang dipakai adalah dengan menggunakan metode sebagai
berikut :
Capability ( C ) : Kemampuan ruangan dalam mengatasi masalah
Accessible (A) : Kemudahan masalah untuk diatasi
Readliness (R) : Kesiapan ruangan dalam mengatasi masalah
Leverage (L) : Daya pendorong dalam mengatasi masalah

Adapun skor penilaian yang digunakan adalah :


1 : Tidak Mampu
2 : Kurang Mampu
3 : Cukup Mampu
4 : Mampu
5 : Sangat Mampu\

b........................... dst
56

4.4 Planning of Action


No. Penanggung
Masalah Rencana Kegiatan Kriteria Hasil Waktu
Jawab
1. Kurangnya a. Mendiskusikan pada Kepala Ruang Setelah diberikan intervensi, masalah d. Karu Melati 3 bulan
dalam menjaga safety pasien selama rawat inap di
Perawatan Melati dan seluruh perawat e. Perawat
safety pasien ruangan Melati RS DKT Jember
dalam pelaksana untuk memudahkan pelaksanaan terselesaikan, dengan kriteria hasil: ruang Melati
melaksanakan a. Ruangan Melati mampu membuat
patient safety
tindakan
program untuk menjaga safety dari
keperawatan b. Melakukan sosialisasi terkait pelaksanaan
pasien
patient safety, misalnya pengadaan marker
b. Ruangan Melati mampu
atau penanda tingkat ketergantungan
melakukan sosialisasi dan
pasien, pemasangan side rail, dan
menginformasikan tentang
informasi 9 keselamatan pasien di rumah
pelaksanaan patient safety
sakit.
c. Tidak terjadi kecelakaan saat
c. Menginformasikan pada semua staf tentang
menjalani rawat inap di RS yang
pelaksanaan patient safety sesuai standard
terkait keamanan (safety)
operasional prosedur yang terkini dengan
standar dari Departemen Kesehatan RI.
2. Kurangnya a. Mendiskusikan pada Komando Kesdam V Setelah diberikan intervensi, masalah d. Komando 6 – 12
tenaga kurangnya tenaga SDM profesional di bulan
Brawijaya, Kepala Rumah Sakit, semua Kesdam V
profesional ruangan Melati RS DKT Jember
dalam ruang kepala sie, gugus penjamin mutu serta terselesaikan, dengan kriteria hasil: Brawi-jaya
Melati Rumah a. Jumlah tenaga kesehatan (SDM),
Kepala Ruang Perawatan Melati terkait e. Kepala
Sakit
baik yang profesional maupun
Baladhika peningkatan jenjang pendidikan perawat. Rumah Sakit
57

No. Penanggung
Masalah Rencana Kegiatan Kriteria Hasil Waktu
Jawab
Husada Jember b. Mensosialisasikan kepada seluruh perawat non-profesional memenuhi standar DKT Jember
ruangan tentang program peningkatan minimal untuk ruang rawat inap f. Kepala sie di
jenjang pendidikan perawat. RS tingkat III RS DKT
c. Membuat dan mengatur jadwal perawat b. Tenaga kesehatan (perawat) Jember
yang akan mengikuti program peningkatan mempunyai jenjang pendidikan g. Kepala
jenjang pendidikan perawat. yang cukup profesional (minimal ruangan
d. Pengajuan proposal program dan S1 Keperawaatn) Melati
pengajuan bantuan dana peningkatan c. Kualitas dan kuantitas tenaga
jenjang pendidikan perawat. kesehatan lebih terjamin (baik)
e. Pemberangkatan perawat untuk mengikuti sehingga dapat memberikan
pelatihan dan menempuh pendidikan. pelayanan profesional yang
paripurna dan komprehensif
3. Kurang a. Mendiskusikan pembuatan program Setelah diberikan intervensi, masalah c. Kepala RS 3–6
efektifnya kurang efektifnya program bulan
pengendalian indikator mutu bersama DKT Jember
program pengendalian indikator mutu di
pengendalian kepala rumah sakit, kepala sie rawat inap, ruangan Melati RS DKT Jember d. Kepala sie
indikator mutu menjadi lebih efektif, dengan kriteria
gugus pengendali mutu rumkit dan kepala ruang rawat
hasil:
ruang perawatan melati. a. Ruangan mampu membuat inap
b. Pengajuan proposal program pengendali program pengendalian indikator e. Kepala gugus
mutu ruangan. mutu, misalnya melalui pengen-dali
c. Membuat format dan alat ukur pengendali penyebaran kuesioner untuk mutu RS
58

No. Penanggung
Masalah Rencana Kegiatan Kriteria Hasil Waktu
Jawab
mutu ruang perawatan. mengukur tingkat kepuasan f. Kepala
d. Menguji alat ukur pengendali mutu ruang perawat atau pasien sebagai ruangan
perawatan perbaikan untuk pelayanan Melati
e. Mensosialisasikan program pengendali b. Mutu pelayanan dapat meningkat g. Perawat
mutu ruang perawatan. ruangan
f. Melakukan controlling, monitoring dan
evaluating dari program.
59

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Analisis masalah safety


Patient safety (keselamatan pasien) adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. identifikasi yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisa insiden. Kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjut serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
dilakukan (Permenkes RI No 1691, 2011).
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani
segera di rumah sakit, maka dibuatlah standar keselamatan pasien yang terdiri dari
tujuh standar, yaitu :
a. hak pasien;
b. mendidik pasien dan keluarga;
c. keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan;
d. penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien;
e. peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;
f. mendidik staf tentang keselamatan pasien;
g. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

5.1.1 Tujuan Keselamatan Pasien


Bisnis utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit dengan tujuan
agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat
ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih menderita
akibat dari terjadinya risiko yang sebenarnya dapat dicegah, dengan kata lain
pasien harus dijaga keselamatannya dari akibat yang timbul karena error.
Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera pasien,tetapi
fakta tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang mengalami KTD
(Kejadian Tidak Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat dicegah (non error)
60

maupun yang dapat dicegah (error), berasal dari berbagai asuhan pelayanan
pasien. Bila program keselamatan pasien tidak dilakukan akan berdampak pada
terjadinya tuntutan sehingga meningkatkan biaya urusan hukum, menurunkan
efisisiensi.

5.1.2 Tujuan Keselamatan Pasien


Ada beberapa tujuan keselamatan pasien sebagai berikut :
a. terciptaya budaya keselamatan pasien rumah sakit;
b. terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian yang tidak diharapkan.
Langkah-langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit, yaitu :
a. bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;
b. pimpin dan dukungan terhadap staf
c. kembangkan sistem pelaporan terhadap eror (kesalahan)
d. libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
e. belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien deanan staf lain
f. cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

5.1.3 Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)


Sasaran keselamatan pasien diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit BAB IV pasal 8. Dalam pelaksanaannya, Keselamatan Pasien
di Rumah Sakit mengacu pada enam sasaran ( Six Goals Patient Safety ) yaitu :
a. ketepatan identifikasi pasien;
b. meningkatkatkan komunikasi efektif;
c. peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
d. kepastian tepat lokasi-tepat prosedur-tepat pasien operasi;
e. pengurangan resiko infeksi terkai pelayanan kesehatan;
f. pengurangan pasien jatuh.
Program Sasaran Keselamatan Pasien RS Santo Borromeus mengacu pada
Nine Saving Safety Solution dari WHO Patient Safety 2007 yang digunakan oleh
61

Komite Keselamatan Pasien RS PERSI (KKPRS PERSI), dan dari JCI yang
merupakan badan dunia yang pertama kali terakreditasi oleh International
Standar Quality yang menjadikan sasaran keselamatan pasien menjadi salah satu
tolak ukur dalam akreditasi.

5.1.4 Analisis Masalah


Sesuai dengan kebijakan di RS BALADHIKA HUSADA JEMBER,
sebagai salah satu Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD) yang menjunjung tinggi
tingkat kedisiplinan sebagai salah satu harga mati. Seperti halnya, dalam
kedisiplinan terhadap kinerja perawat dalam memberikan pelayanan terhadap
pasien. Tepatnya di Ruang Melati sebagai salah satu ruang pavilliun dengan ruang
kamar VIP kelas 1 dan 2, tingkat pelayanan yang optimal sangat diutamakan.
Sehingga para perawat dan staf di ruang melati ini memiliki tanggung jawab yang
lebih besar terhadap tingkat kepuasan pasien.
Dalam ruang melati ini, baik Kepala Ruang dan perawat pelaksana sudah
membuat kebijakan terkait safety patiens. Dari 7 standar yang ditetapkan
Permenkes RI No 1691, 2011 ini, ada beberapa poin yang belum terlaksana ,
sebagai berikut :
1. Hak Pasien : dimana hak pasien ini menjadi factor penting yang sangat
diperhatikan oleh perawat, misalnya hak mendapatkan pelayanan yang
maksimal dan memuaskan. (Terpenuhi)
2. Mendidik pasien dan keluarga : perawat seringkali tidak menjelaskan tindakan
yang akan dilakukan terhadap pasien maupun keluarga. Terkecuali jika
keluarga pasien bertanya langsung kepada perawat. (Belum Terpenuhi)
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan dalam poin ini sendiri
sudah menjadi factor utama yang perlu diperhatikan dalam setiap tindakan
keperawatan. Namun masih ada kekurangan dalam layanan ini, seperti
kurangnya total care dan pengawasan langsung kepada pasien karena
kurangnya tenaga perawat. (Belum Terpenuhi)
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien : belum ada metode dan program
62

untuk mengevaluasi kinerja perawat di dalam ruang melati ini. (Belum


Terpenuhi)
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien : kepala ruang
di melati ini sudah maksimal dalam menjalankan perannya. (Terpenuhi)
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien : kepala ruang melati ini selalu
mengingatkan staf terkait prioritas keselamatan pasien. (Terpenuhi)
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien :
komunikasi terjal;in dengan baik dalam ruangan ini (Terpenuhi)

Langkah-langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit sesuai dengan


kebijakan yang berlaku didalam ruangan melati , yaitu :
1. Bangun Kesadaran akan nilai keselamatan pasien (kesadaran akan
keselamatan sudah menjadi prioritas utama didalam semua tindakan yang
dilakukan)
2. Pimpin dan dukungan terhadap staf (peran KaRu dalam hal ini sudah cukup
baik)
3. Kembangkan sistem pelaporan terhadap eror (sistem pelaporan dalam ruangan
ini tidak berjalan dengan baik, karena tidak ada bagian pengawasan tersendiri,
sehingga terjadi eror tidak ada tindak lanjut terhadap pelaku eror)
4. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien ( sudah dilakukan dengan baik)
5. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien dengan staf lain
(terjalinya hubungan yang baik antar perawat dan tenaga kesehatan lainya
dalam ruangan ini sehingga komunikasi terkait keperluan pentingnya
keselamatan pasien terjalin dengan baik.)
6. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien (Pencegahan
dalam resiko cidera terhadap pasien ini masih kurang, contohnya : tidak
adanya bed side trail (sehingga pencegahan terhadap resiko jatuhnya pasien
sangat minimal, tidak ada bell emergency (sehingga dalam keadaan darurat
tidak bisa langsung menghubungi ners station, dan kuranganya tenaga
kesehatan merupakan kendala utama dalam penjagaan terhadapkeselamatan
pasien.
63

Sesuai dengan kebijakan Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang


Keselamatan Pasien Rumah Sakit BAB IV pasal 8. Dalam pelaksanaannya, di
ruang melati ini ( Six Goals Patient Safety ) yaitu :
1. ketepatan identifikasi pasien (identifikasi pasien di ruang melati ini sangat
baik. Semua tercantum direkamedis pasien dengan lengkap. Namun,
sebaiknya melakukan marker atau penandaan pada pasien, untuk
mengelompokkan dan meningkatkan kewaspadaan terhadap keselamatan
pasien);
2. meningkatkatkan komunikasi efektif (komunikasi sudah terjalin baik
antara pasien, keluarga pasien dan perawat di ruang melati ini. Misalnya
konsultasi terkait kondisi pasien terkini);
3. peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (di rumah sakit ini
sendiri dasar prinsip yang digunakan adalah 5B 1W. Namun lebih baiknya
prinsip di rumah sakit ini sendiri menggunakan prinsip 12 B agar lebih
optimal)
4. kepastian tepat lokasi-tepat prosedur-tepat pasien operasi (di ruang melati
ketepatan pasien baik lokasi dan prosedur sudah berjalan dengan sangat
baik, karena baiknya identifikasi pasien itu sendiri oleh perawat ruangan)
5. pengurangan resiko infeksi terkai pelayanan kesehatan (sudah berupaya
menggunakan prinsip pencegahan infeksi disetiap tindakan. Namun
seringkali tidak menggunakan APD lengkap disetiap tindakan yang
memerlukan prinsip steril)
6. pengurangan pasien jatuh (untuk resiko ini belum terlaksana dengan baik
karena keterbatasan jumlah personil perawat ruangan, namun perawat
ruangan memberdayakan keluarga pasien untuk memantau keadaan pasien
dan untuk sarana siderail).

5.2 Analisis masalah ketenagaan


Kurangnya personil tenaga keperawatan dan non keperawatan yang
profesional dalam ruang Melati Rumah Sakit Baladhika Husada Jember. Jumlah
tenaga keperawatan dapat terbilang cukup dan sesuai dengan teori Douglas dan
64

aturan kebijakan kemenkes 340 tahun 2010, perbandingan tempat tidur dan
perawat pada RS tipe A dan B adalah 1 : 1, pada RS tipe C adalah 2 : 3, dan pada
RS tipe D adalah 2 : 1. Selain itu, jumlah tenaga non keperawatan seperti CS dan
bagian laundry sudah ada namun masih kurang dan kinerja CS hanya pada pagi
hari, sedangkan sore dan malam hari CS hanya membersihkan rumah sakit
seluruhnya, sehingga saat sore sampai malam hari jika ada masalah kebersihan
perawat yang merangkap melakukannya, tenaga transporter di Ruang rawat ini
juga belum ada. Tidak adanya tenaga administrasi dan transporter semakin
menambah beban kerja perawat karena perawat harus berperan ganda untuk
mengirim data administrasi pasien sehingga terkadang tidak ada satu orang yang
menetap di nurse station.
Hal tersebut menunjukkan jumlah tenaga keperawatan yang ada di Ruang
Melati masih kurang sehingga perlu adanya penambahan tenaga keperawatan.
Menurut Kemenkes 340 tahun 2010, standar ruang rawat inap harus memiliki
perawat dengan minimal pendidikan D3 keperawatan, sedangkan dari hasil
pengkajian masih terdapat perawat SPK di ruang rawat inap Melati Rumah Sakit
Baladhika Husada Jember. Tenaga profesional pun masih kurang, hanya terdapat 1
tenaga keperawatan dengan gelar sarjana, dan masih terdapat 1 perawat dengan
latar belakang SPK, bila dilihat dengan kebijakan kemenkes 340 tahun 2010,
minimal untuk Rumah Sakit dengan tipe C memiliki perawat dengan
latarbelakang pendidikan sarjana 1, 8 orang D3 dan 1 orang SPK. Diharapkan
setelah diberikan progam peningkatan kualitas pendidikan perawat, masalah
kurangnya tenaga SDM profesional di ruangan Melati RS DKT Jember
terselesaikan dan mampu dilanjutkan oleh perawat-perawat ruangan.

5.3 Analisis Masalah Mutu Pelayanan


Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat dipenuhinya kebutuhan
masyarakat atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang sesuai dengan
standart profesi yang baik dengan pemanfaatan sumber daya secara wajar, efisien,
efekif dalam keterbatasan secara aman dan memuaskan pelangan sesuai dengan
norma dan etika yang baik (Azwar, 2011). Hakikat dasar rumah sakit adalah
65

pemenuhan kebutuhan dan tuntutan pasien yang mengharapkan penyelesaian


masalah kesehatannya pada rumah sakit. Pasien memandang bahwa hanya rumah
sakit yang mempu memberikan pelayanan medis sebagai penyembuhan dan
pemulihan atas rasa sakit yang dideritanya. Pasien mengharapkan pelayanan yang
siap, cepat, tanggap dan nyaman terhdap keluhan penyakit pasien.
Kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh rumah sakit sebagai provider, dimana mutu pelayanan kesehatan
bagi pasien berarti empati, respek dan tanggapakan kebutuhannya, dalam hal ini
kebutuhan pelayanan yang diberikan oleh petugas keehatan. Sedangkan mutu
pelayanan kesehatan bagi petugas berarti bebas melakukan segala sesuatu secara
professional. Untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai
dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang memadai serta terlindungi oleh
aturan perundang-undangan yang berlaku.
Upaya rumah sakit untuk tetap bertahan dan berkembang adalah dengan
meningkatkan pelayanan kepada pasien yang sesuai dengan ketentuan atau
Standar Pelayanan Rumah Sakit sebagaimana yang ada dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1333/Menkes/SK/XII/1999 Tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit. Hal tersebut karena pasien merupakan sumber
pendapatan yang ditunggu oleh rumah sakit, baik secara langsung (out of pocket)
maupun secara tidak langsung melalui asuransi kesehatan. Dalam memenuhi
kebutuhan pasien tersebut dipengaruhi oleh mutu pelayanan kesehatan bagi pasien
berarti empati, respek dan cepat tanggap akan kebutuhannya, dalam hal ini
kebutuhan pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan dan standar dari
mutu pelayanan kesehatan bagi petugas berarti bebas melakukan segala sesuatu
secara professional, dalam peningkatan derajat kesehatan pasien dan masyarakat
sesuai dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang memadai serta terlindungi
aturan perundang-undangan yang berlaku (Mulyadi, 2013). Depkes RI (2001)
menyebutkan bahwa terdapat beberapa indikator mutu pelayanan kesehatan,
antara lain:
a. Indikator mutu pelayanan rumah sakit
1. Indikator pelayanan non bedah
a) Angka pasien yang dekubitus
66

b) Angka kejadian infeksi karena jarum infus


c) Angka kejadian infeksi karena transfusi darah
d) Angka ketidaklengkapan catatan medik
e) Angka keterlambatan pertama gawat darurat
b. Indikator untuk mutu standar asuhan keperawatan
1. Standar dokumentasi
Instrumen yang digunakan untuk mengetahui cataatan keperawatan yang
dibuat oleh perawat dilakukan dalam rekam medis sesuai aturan
dokumentasi atau tidak
2. Observasi
Dilakukan selama pemberian asuhan keperawatan berlangsung yang
dilakukan oleh observer
3. Angket
Indikator masukan untuk memahami persepsi pasien terhadap proses asuhan
keperawatan yang diberikan oleh perawat selama proses asuhan
keperawatan berlangsung.
Pengkajian yang dilakukan di Ruang Melati Rumah Sakit Baladhika Husada
Jember mendapatkan bahwa belum tersedianya indikator maupun alat pengukuran
terkait kepuasan baik bagi pasien maupun tenaga kesehatan. Tingkat kepuasan
dapat menjadi salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Kurangnya perhatian pihak rumah sakit khususnya Ruang Melati terkait tingkat
kepuasan pasien dan tenaga kesehatan menyebabkan belum terlaksananya upaya
khusus atau program khusus untuk pengendalian mutu rumah sakit khususnya
Ruang Melati. Pengukuran tingkat kepuasan dapat dilakukan melalui pengadaan
kotak saran dan juga penyebaran kuesioner. Kotak saran yang dahulu pernah
dimiliki oleh Ruang Melati tidak berjalan efektif sehingga saat ini kotak saran
sudah tidak disediakan. Untuk pengukuran tingkat kepuasan menggunakan
kuesioner belum pernah dilakukan oleh pihak Ruang Melati. Hingga saat ini,
pengukuran tingkat kepuasan untuk pasien masih menggunakan layanan pesan
singkat melalui customer service yang disediakan rumah sakit. Selain dari tingkat
kepuasan, masih terdapat beberapa indikator mutu pelayanan kesehatan yang
harus ada untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Angka pasien yang dekubitus, angka kejadian infeksi karena jarum infus
serta angka kejadian infeksi karena transfusi darah dicatat di dalam data rekam
67

medis pasien di Ruang Melati. Kejadian meliputi dekubitus dan infeksi baik
karena jarum infus maupun transfusi darah terhitung sangat jarang kejadiannya
yaitu hampir tidak ada kasus dalam kurun waktu satu tahun. Untuk catatan rekam
medis pasien telah dilengkapi sesuai dengan format rekam medis dari rumah sakit.
Sedangkan angka keterlambatan pertama gawat darurat tidak tersedia karena
Ruang Melati merupakan ruang perawatan penyakit dalam. Terkait standar
dokumentasi asuhan keperawatan, perawat di Ruang Melati telah melakukan
dokumentasi keperawatan sesuai dengan format pendokumentasian di dalam
catatan medis pasien. Observasi terkait tindakan keperawatan juga telah dilakukan
oleh perawat jaga pada setiap shift. Untuk penyebaran angket atau kuesioner
terkait pemahaman pasien terhadap proses asuhan keperawatan belum dilakukan
oleh Ruang Melati. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perencanaan untuk
menanggulangi permasalahan terkait program indikator mutu pelayanan
kesehatan.
Pembuatan rencana strategis diharapkan dapat meminimalkan
permasalahan kurang efektifnya program pengendalian indikator mutu pelayaanan
kesehatan. Langkah awal tindakan yang dapat dilakukan oleh pihak rumah sakit
khususnya petugas kesehatan di Ruang Melati yaitu mendiskusikan pembuatan
program pengendalian indikator mutu bersama kepala rumah sakit, kepala sie
rawat inap, gugus pengendali mutu rumkit dan kepala ruang perawatan Melati.
Selanjutnya dapat diikuti pengajuan proposal program, pembuatan format dan alat
ukur, pengujian alat ukur, sosialisasi program serta pelaksanaan controlling,
monitoring dan evaluating program. Setelah dilaksanakannya tindakan
berdasarkan rencana strategis yang telah disusun, diharapkan rumah sakit
khususnya Ruang Melati dapat menjalankan program pengendalian indikator
mutu pelayanan kesehatan dengan efektif dan efisien.

BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Manajemen keperawatan adalah kelompok dari perawat manajer yang
mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada akhirnya manajemen
68

keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer menjalankan profesi


mereka. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada 17 hingga 18
November 2014 dilakukan analisis situasi ketenagaan, sarana dan prasarana,
metode, money, market. Dimana setiap situasi terdapat kesenjangan antara teori
dan praktik. Masalah pada bagian ketenagaan yaitu kurangnya personil tenaga
keperawatan dan non keperawatan yang professional. Masalah pada bagian sarana
dan prasarana yaitu Belum tersedianya peralatan medis yang lengkap sesuai
dengan standart minimal ruang rawat inap dan Belum lengkapnya ketersediaan
fasilitas untuk petugas kesehatan. Masalah pada bagian metode yaitu perencanaan
kegiatan/program yang dilakukan di ruang Melati masih belum efektif, kurangnya
dalam menjaga safety pasien dalam melaksanakan tindakan keperawatan, kurang
efektifnya program pengendalian indikator klinik, kurang efektifnya program
pengendalian indikator mutu. Pada sumber keuangan yaitu kesejahteraan tenaga
perawat sesuai harapan perawat Ruang Perawatan Melati. Masalah kesehatan pada
Market yaitu belum dilakukannya pengukuran tingkat kepuasan perawat maupun
pasien.
Berdasarkan hasil analisis SWOT pada ruangan Rawat Melati
menggambarkan strategi agresif atau pertumbuhan yang berada pada kuadran 1.
Salah satu langkah yang dapat dibuat untuk melakukan strategi dan
pengembangan ruang perawatan melati yaitu Rumah sakit dengan ruang
perawatan melati dengan unggulan pelayanan kemoterapi dapat dijadikan sebagai
dasar meningkatkan keilmuan dan memberikan pelayanan yang prima pada pasien
dengan kanker. Prioritas masalah yang pertama yaitu Kurangnya dalam menjaga
safety pasien dalam melaksanakan tindakan keperawatan, dengan prioritas
tindakan Mendiskusikan pada Kepala Ruang Perawatan Melati dan seluruh
perawat pelaksana untuk memudahkan pelaksanaan patient safety. Berdasarkan
pembahasan dari hasil pengkajian masih terdapat kesenjangan antar teori dan
kenyataan dilapangan.

6.2 Saran
69

Saran dalam laporan ini ditujukan bagi pasien, perawat, dan rumah sakit.
Saran tersebut adalah

6.2.1 Bagi Pasien


Pasien diharapkan dapat memberikan saran dalam peningkatan mutu
pelayanan Rumah Sakit.

6.2.2 Bagi Perawat


Perawat diharapkan mampu meningkatkan manajemen pelayanannya
dengan melakukan perencanaan, penggorganisasian, pelaksanaan, controlling, dan
evaluasi dalam peningkatan kualitas pelayanan.

6.2.3 Bagi Rumah Sakit


Diharapkan rumah sakit dapat memfasilitasi dan memenuhi kebutuhan
kebutuhan yang diperlukan oleh manajemen ruangan rawat inap. Karena hal ini
dapat membantu rumah sakit dalam meningkatkan kualitas layanannya, sehingga
pendapatan rumah sakit menjadi meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
70

Azwar, A. A. 2011. Pengantar Administrasi Kesehatan. Tangerang: Binarupa


Aksara.

Bakti Husada, (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.


Jakarta : KKPS-RS.

Depkes, RI. 2001. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit.
Jakarta: Depkes RI.

Henni, D. 2009. Akuntansi Rumah Sakit. Bandung: Pustaka UNPAD.


http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/akuntansi_rs.pdf

Kron & Gray. 1987. The Management of Patient Care Putting Leadership Skills
to Work. 6thed.Philadelphia: W.B.Sounders.

Marquis, B.L. & Huston, C.J. 1998. Management Decision Making for Nurses. 3rd
ed. Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher.

Mulyadi, D., dkk. 2013. Analisis Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Pada
Rumah Sakit Islam Karawang. [Serial Online].
http://jurnal.feunsika.ac.id/wp-content/uploads/2013/06/Analisis-
Manajemen-Mutu-Pelayanan-Kesehatan-Pada-Rumah-Sakit-Islam-
Karawang.pdf [Diakses pada 19 November 2014].

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam PraktikKeperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Rakhmawati, Windy. 2007. Model Penugasan Tim dalam Asuhan Keperawatan.


Disampaikan pada Lokakarya Metode Penugasan Tim bagi Perawat pada 5
Desember 2007.

Sitorus R. & Yulia. 2005. Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah


Sakit Panduan Implementasi. Jakarta: EGC.

Swansburg, RC & Swansburg RJ. 1999. Introductory Management and


Leadership for Nurses an Interactive Text. 2ndEdition. Canada: Jones and
Barlett Publisher.

Anda mungkin juga menyukai