Laporan Menkep Fix - Revisi Baruuu
Laporan Menkep Fix - Revisi Baruuu
Laporan Menkep Fix - Revisi Baruuu
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 1 minggu di
Ruang Perawatan Melati RS Baladhika Husada Jember, mahasiswa
mampu mengetahui aplikasi manajemen keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mengumpulkan data, menganalisis data dan memahami data masalah
dalam pengorganisasian asuhan keperawatan;
2) Mengorganisasaikan pelaksanaan kegiatan keperawatan;
3) Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan;
4) Mengidentifikasi masalah yang terjadi;
5) Merencanakan beberapa alternatif pemecahan masalah;
6) Mengusulkan dan menerapkan alternatif tersebut kepada manajer
keperawatan;
7) Membuat Planning of Action dalam manajemen keperawatan.
1.3 Manfaat
a. Bagi Profesi
4
BAB 2
PENGKAJIAN
Data dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 10 orang tenaga
perawat dimana 1 orang perawat berlatar belakang pendidikan SPK, 8 orang
berlatar pendidikan D3 keperawatan dan 1 orang berlatar belakang pendidikan
Sarjana keperawatan. Perbandingan status ketenagakerjaan, sebagai berikut:
7
Gambar 1. Status Ketenagakerjaan Perawat Ruang Melati Rumah Sakit Baladhika Husada
Jember November Tahun 2014
Untuk tenaga non profesional sudah optimal dan dapat dikatakan berlebih,
namun dalam tenaga profesional belum terpenuhi. Hal ini dipejelas oleh hasil
wawancara salah satu tenaga perawat ruang Melati Bp Dj bahwa di ruangan ini
sedikit personil sehingga apabila ada satu atau dua orang saja yang pergi untuk
melaksanakan dinas keluar, melanjutkan sekolah dan mengikuti pelatihan akan
sangat kesulitan dan terasa sekali kekurangan personilnya, dan penilaian pihak
Rumah Sakit dilihat dari pengalaman bekerja di Rumah Sakit, jadi untuk
melanjutkan kuliah ke jenjang selanjutnya memiliki sedikit kesulitan.
8
c. Struktur organisasi
struktur organisasi pada ruang rawat penyakit dalam Melati yaitu:
Kesdam V Brawijaya
Kepala ruangan
Purwanto Serma Amd. Kep.
Perawat pelaksana
1. Triyo Handoko Serma Amd. Kep.,
2. Suheriyanto Kopka SPK
3. Wiwik sugiyatmini Amd. Kep.,
4. Martiani Amd. Kep.,
5. Djoko setiawan S. Kep.,
6. Eka deni enisya Amd. Kep.,
7. Soni wahyudi Amd. Kep.,
8. Reny Qurotul A. Amd. Kep.,
9. Idyatama Fitra Amd. Kep.,
Jumlah total pasien di ruang rawat melati pada tanggal 18 november 2014
adalah 7 orang. Dengan tingkat ketergantungan semua pasien adalah
parsial.
Tabel 2. Kategori Perawatan pasien di Ruang Melati Rumah Sakit Baladhika Husada
Jember
Jumlah rata-rata pasien per hari berdasarkan tingkat ketergantungan pasien dari
tanggal 17 November 2014 hingga 18 November 2014 sebagai berikut:
Tabel 4. Penghitungan rata-rata perawatan pasien di Ruang Melati Rumah Sakit
Baladhika Husada Jember
untuk perawat dengan jarak rumah perawat yang lumayan jauh dari rumah
sakit, dan jumlah pasien yang tidak terlalu banyak.
Gambar 4. Alur masuk pasien ke Ruang Perawatan Melati melalui PPKI (Wira Sakti) RS
Baladhika Husada Jember
merangkap melakukannya, tenaga transporter di Ruang rawat ini juga belum ada.
Tidak adanya tenaga administrasi dan transporter semakin menambah beban kerja
perawat karena perawat harus berperan ganda untuk mengirim data administrasi
pasien sehingga terkadang tidak ada satu orang yang menetap di nurse station.
Menurut Kemenkes 129 tahun 2009, standar ruang rawat inap harus memiliki
perawat dengan minimal pendidikan D3 keperawatan, sedangkan dari hasil
pengkajian masih terdapat perawat SPK di ruang rawat inap Melati Rumah Sakit
Baladhika Husada Jember. Tenaga profesional masih kurang, hanya terdapat 1
tenaga keperawatan dengan gelar sarjana, dan masih terdapat 1 perawat dengan
latar belakang SPK, bila dilihat dengan kebijakan kemenkes 340 tahun 2010,
minimal untuk Rumah Sakit dengan tipe C memiliki perawat dengan
latarbelakang pendidikan sarjana 1, 8 orang D3 dan 1
UGD, dan pada bagian Barat dibatasi oleh rungan Mawar yaitu untuk ruang
perawatan penyakit dalam juga. Untuk bagian timur dari ruangan Melati ini
langsung dibatasi oleh jalan raya JL.PB Sudirman. Untuk bagian-bagian
dalam ruangan Melati ini terdapat Ruang Karu (Kepala Ruang), dan untuk
ruang Nurse Station tidak ada ruangan tersendiri melainkan dijadikan satu
dengan ruangan Karu. Untuk tempat perlengkapan obat-obatan dan keperluan
peralatan kesehatan terdapat pada lemari-lemari dan tempat-tempat khusus di
lorong jalan masuk dan sebagian juga terletak di dalam ruang Karu. Untuk
ruang pasien terdapat 12 ruangan terbagi dari 2 VIP Annisa dan 4 ruang VIP 1
dan 6 ruang VIP 2. Di setiap ruang dilengkapi kamar mandi sendiri dan AC
pada VIP 1 dan 2 serta VIP Annisa. Di setiap ruang juga di lengkapi dengan
televisi. Dan setiap ruang terdapat 2 tempat tidur, satu untuk pasien dan satu
untuk keluarga pasien. Di depan kamar kelas 1 juga terdapat taman yang
dapat menambah keindahan serta menambah suasana yang sejuk di area
Ruang Melati.
b. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja perawat di Ruang Melati cukup kondusif. Suasana
keakraban tercipta di lingkungan kerja namun tetap mengutamakan
kebutuhan pasien. Waktu ishoma (Istirahat, sholat, makan) perawat digunakan
dengan sebaik-baiknya sehingga selain waktu ishoma perawat, bekerja sesuai
dengan tanggungjawabnya kepada pasien. Terdapat ruang Karu yang
dijadikan satu dengan nurse station. Di dalam ruang Karu terdapat televisi,
dan kipas angin serta troli untuk sebagian obat-obatan. Ruangan Karu cukup
luas namun udara yang masuk ke ruangan relatif kecil sehingga terkesan
panas. Terdapat ruangan khusus yang digunakan untuk musholla sehingga
perawat tidak perlu meninggalkan nurse station untuk sholat ke musholla
rumah sakit.
23. Masker O2 - -
24. Nasal Kanul - minimal 1 Tidak terpenuhi
25. Venasektio set 2 minimal 1 Terpenuhi
26. Gunting verband 1 1 ruangan 3 Tidak terpenuhi
27. Suction pump 1 1 ruangan 3 Tidak terpenuhi
28. Nebulizer - -
29. Manset anak 7 minimal 2 Terpenuhi
30. Bak Injeksi - minimal 2 Tidak terpenuhi
31. Bak Instrumen - minimal 2 Tidak terpenuhi
32. Bak Instrumen besar - -
33. Nose speculum 1 minimal 5 Tidak terpenuhi
34. Tongoe Spatel - -
35. Tampon hidung - -
36. Tampoling lokal 1 - Terpenuhi
37. Kereta/trolly 1 - Terpenuhi
38. Kursi roda 1 - Terpenuhi
39. Lemari es 1 - Terpenuhi
40. Rontgen lamp - -
41. Head lamp 1 minimal 1 Terpenuhi
42. Senter 1 - Terpenuhi
43. Bengkok besar - 5:1 Tidak terpenuhi
44. Bengkok sedang -
45. Bengkok Plastik - -
46. Sterilisator - -
47. Gelas objek - -
48. Martir dan tempatnya - -
Bak 1 - Terpenuhi
Emergency/Emergency -
49. kit - -
50. Branchart 10:12 4:1 Terpenuhi
51. Urinal 10:12 4:1 Terpenuhi
52. Pot 1 - Terpenuhi
53. Lampu darurat - -
54 Komputer, printer 1 - Terpenuhi
Telpon
ATK (Alat Tulis Kantor), alkohol, peralatan kesehatan, dll. Daftar barang
yang telah dibuat kemudian diserahkan kepada Bagian Perbekalan Umum.
Bagian Perbekalan Umum memesan atau membeli kepada supplier. Setelah
barang yang dipesan datang, barang kemudian diserahkan kepada Ruang
Melati. Terkadang Bagian Perbekalan Umum telah memiliki stok barang yang
dibutuhkan ruangan. Jika stok barang masih ada, pihak ruangan langsung
mengambil barang yang dibutuhkan kepada Bagian Perbekalan Umum.
Suplay barang dari Bagian Perbekalan Umum kepada pihak ruangan biasanya
dilakukan 1 bulan sekali.
3. Metode (M3/Method)
a. Visi, Misi Rumah sakit
1) Visi Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember (RS DKT
Jember) adalah:
“Menjadi penyelenggara pembinaan kesehatan TNI AD yang dipercaya
dengan dilandasi profesionalisme, disiplin, bermoral, dan soliditas”
Visi adalah suatu pernyataan tentang gambaran keadaan dan
karakteristik yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pada jauh dimasa
yang akan datang. Oleh karena itu, visi lembaga harus mempunyai
sifat-sifat berikut:
a) Berorientasi pada masa depan;
b) Tidak dibuat berdasarkan kondisi atau tren saat ini;
c) Mengekspresikan kreativitas;
d) Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi
masyarakat dan lembaga;
e) Memperhatikan sejarah, kultur, dan nilai organisasi meskipun ada
perubahan;
f) Terduga atau terencana, dapat dicapai dalam rentang waktu tertentu
g) Mempunyai standar yang tinggi, ideal, serta harapan bagi anggota
lembaga;
h) Memberikan klarifikasi bagi manfaat lembaga serta tujuan-
tujuannya;
i) Memberikan semangat dan mendorong timbulnya dedikasi pada
lembaga;
20
Visi
Dibentuklah Visi
Organisasi
Falsafah
Menetapkan
tujuan bersama
Membentuk
organisasi
Memiliki tujuan
sama
Sekelompok
orang
khusus seperti pasien isolasi atau pasien yang membutuhkan intensive care
(Marquis & Huston, 1998).
Bagan model penugasan asuhan keperawatan dengan metode kasus (case
method nursing) adalah sebagai berikut.
Bagan Sistem Asuhan Keperawatan “Case Method Nursing” (Marquis & Huston, 1998)
Kelebihan penggunaan metode ini adalah:
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan penggunaan metode ini adalah:
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.
Model penugasan dengan metode kasus yang digunakan oleh ruangan
Melati sudah sesuai dengan karakteristik yang ada di ruangan Melati di
mana jumlah bed pasien dan jumlah perawat berbanding 1:1. Cara
pemilihan agar model penugasan asuhan keperawatan menjadi efektif dan
efisien, harus didasarkan pada jumlah tenaga, kualifikasi staf, dan
klasifikasi pasien (Rakhmawati, 2007). Aplikasi yang diterapkan di ruang
melati yaitu sebagai berikut:
1. karu membagi jumlah pasien secara sama rata kepada sejumlah
perawat yang bertugas pada setiap shiftnya;
2. setiap perawat mendapat 3 sampai 4 pasien kelolaan pada setiap
shiftnya.
26
Berikut rincian tugas kepala ruang (Karu) dan perawat pelaksana dalam
penugasan asuhan keperawatan dengan metode kasus yang diterapkan di
ruang melati.
1. Kepala ruang (karu) secara umum bertugas sebagai pengawas dan
pengendali kegiatan pelayanan keperawatan di ruang melati dengan
uraian tugas sebagai berikut.
a. Melaksanakan fungsi perencanaan yaitu merencanakan jumlah dan
kategori tenaga perawat dalam menjalankan askep yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasien, merencanakan jumlah jenis
peralatan perawatan yang diperlukan pasien, merencanakan dan
menetukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan yang akan
diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
b. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan yaitu mengatur
dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan askep ruang
melati, menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan
dalam pemberian askep.
c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian
meliputi mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
yang dilaksanakan perawat pelaksana, mengawasi dan
mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan yang
digunakan perawat pelaksana saat memberikan askep, mengawasi
pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan
keperawatan yang dilakukan perawat pelaksana.
2. Perawat pelaksana bertugas menerima pasien dan mengkaji kebutuhan
pasien secara komprehensif, membuat tujuan dan rencana
keperawatan, melaksanakan rencana yang telah dibuat selama praktek
bila diperlukan, mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan
pelayanan yang diberikan oleh perawat lain, mengevaluasi
keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
27
d. Timbang terima
Timbang terima (operan) antarperawat selalu dilaksanakan di ruangan
Melati Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember (RS DKT
Jember). Timbang terima dilakukan oleh perawat setiap pergantian shift,
dua kali dalam sehari,jam 15.00 WIB dan jam 07.00WIB. Timbang terima
dilakukan di ruang perawat dan di ruang pasien, dengan dibuktikan catatan
dokumentasi keperawatan yang telah ditulis oleh perawat jaga
sebelumnya. Catatan dokumentasi keperawatan timbang terima meliputi
tanggal, hari, dan jam pelaksanaan, nomor, nama pasien, dan tindakan
yang sudah dilakukan maupun tindakan yang akan dilakukan.
Menurut teori, timbang terima merupakan waktu dimana terjadi
perpindahan atau transfer tentang pasien dari perawat satu ke perawat yang
lain. Tujuan dari timbang terima ini adalah menyediakan waktu, informasi
yang akurat tentang rencana keperawatan, terapi, kondisi terbaru, dan
perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya. Timbang terima adalah
suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2008).
Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan akurat
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer keperawatan
kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam
secara tertulis atau lisan, diperlukan juga suatu komunikasi yang jelas
tentang kebutuhan pasien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi
dan yang belum, serta responpasien yang terjadi.
Perawat di ruangan Melati sudah melaksanakan timbang terima secara
lisan dengan berjalan bersama dengan perawat lainnya dan menyampaikan
a. kondisi pasien terkini;
b. keluhan pasien;
28
e. Supervisi keperawatan
Supervisi keperawatan di Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada
Jember (RS DKT Jember) dilakukan secara bertingkat, dari kasie/kabid
dan dari dalam ruanagan sendiri (kepala ruangan).Kepala sie (Kasie) atau
Kabid akan melakukan supervisi ke setiap ruangan setiap pagi per harinya.
Kasie yang melakukan supervisi keperawatan adalah Bapak Mayor
Eri.Namun dalam beberapa hari terakhir, pelaksanaan supervisi tidak
dilakukan karena yang bertugas sedang ada dinas di luar kota. Supervisi
keperawatan dalam ruangan Melati sendiri dilakukan secara langsung oleh
kepala ruangan (Karu) Melati, yaitu Bapak Purwanto, kepada para perawat
pelaksana yang sedang jaga shift. Kegiatan supervisi oleh kepala ruangan
juga selalu dilakukan pada pagi hari (saat shift pagi).
Kegiatan supervisi yang dilakukan di ruang Melati, baik oleh Kasie/Kabid
maupun oleh Karu ruang Melati dilakukan secara langsung (supervisi
langsung) dengan di ruang perawat Melati. Supervisor menanyakan
mengenai kondisi ruangan dan bagaimana pelaksanaannya. Namun belum
ada format khusus yang digunakan untuk penilaian dari kegiatan supervisi
terkait pemberian asuhan keperawatan perawat pada pasien.Supervisi
keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan di
rumah sakit. Supervisi dilakukan bukan untuk mencari kesalahan dan
menghukum, tetapi memberi pengarahan dan petunjuk agar perawat dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan secara efektif dan efisien.
29
6 Melakukan tindakan
keperawatan sesuai
kebutuhan
- Melaksanakan
tindakan pengobatan
sesuai program
- Penkes
7 Melatih/ membantu pasien
untuk latihan gerak
Melakukan tindakan
8 akurat pada klien (panas
tinggi, shock, pendarahan,
alergi, henti nafas dan
jantung) sesuai prosedur,
melapor ke dokter
jaga/supervisor/PKK
Malaksanakan evakuasi
tindakan keperawatan
9 sesuai kemampuan
Mengobservasi kondisi
pasien
10 Berperan serta dengan
anggota tim lain
11 Melaksanakan tugas pagi,
sore, malam serta libur
12 secara bergilir
f. Ronde keperawatan
Ronde keperawatan dilaksanakan ketika terdapat permasalahan
keperawatan ataupun ketika terdapat hal-halbaru mengenai suatu tindakan
keperawatan dalam mengatasi masalah kesehatan yang unik, langka, atau
kasus yang sulit/rumit. Ronde keperawatan merupakan diskusi case study
bersama yang dilakukan oleh kepala ruangan, perawat ruangan, beserta
tim kesehatan lain (misalnya dokter, ahli gizi, farmasi, radiologis, dll).
Sampai saat ini, ronde keperawatan belum pernah dilakukan di ruangan
Melati. Perawat di ruang Melati selama ini hanya mengikuti diskusi
mingguan (bukan ronde keperawatan) yang dilakukan di aula bersama
dengan perawat dari ruangan yang lain, setiap hari Rabu, untuk membahas
mengenai studi atau penelitian terkini dan berbagi (sharing)pengetahuan
dan pengalaman antarperawat.
Menurut teori, ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh
perawat, juga melibatkan pasien,untuk membahas dan melaksanakan
31
g. Discharge planning
Discharge planning dilakukan oleh perawat ruangan Melati secara
langsung kepada pasien dan keluarga yang akan pulang dari rumah sakit.
Discharge planning yang diberikan berupa Health Education (HE) atau
pemberian pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga, tentang
anjuran pengobatan dan perawatan saat di rumah. Discharge planning ini
tidak didokumentasikan secara tertulis oleh perawat dan tidak ada format
penulisan khususnya, perawat hanya menyampaikannya secara lisan pada
pasien dan keluarga yang akan pulang dari rumah sakit.
Secara teori, Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya
pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan
kesinambungan perawatan, baik dalam proses penyembuhan maupun
dalam mempertahankan derajat kesehatannya, sampai pasien merasa siap
untuk kembali ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan
32
h. Sentralisasi obat
Sentralisasi obat adalah kegiatan pengelolahan obat dimana seluruh obat
yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolahan sepenuhnya
oleh perawat (Nursalam, 2008).
1) Pengadaan obat
Pengadaan obat dilakukan oleh perawat ruangan apabila persediaan
obat yang ada di ruangan telah habis. Alur pengadaan obat di ruang
Melati Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember (RS DKT
Jember) adalah sebagai berikut.
Penggunaan obat di ruangan obat habis digunakan pengadaan
obat mengambil obat dari apotek obat tersedia di ruangan
penggunaan obat di ruangan obat habis digunakan pengadaan
obat kembali dst.
Kelemahan penggunaan metode alur pengadaan obat tersebut adalah:
33
o. Patient safety
Di ruangan Melati Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember (RS
DKT Jember), tidak terdapat tim khusus yang menangani dan mengurusi
tentang patient safety. Di sana, juga tidak terdapat format identifikasi
dalam menjaga patient safety (misal SOP pencegahan pasien jatuh,
pencegahan terjadinya alergi obat pada pasien, dll), atau penggunaan alat-
alat untuk kepentingan safety pasien, misalnya penggunaan gelang
identitas untuk mencegah kekeliruan dalam memasukkan obat pada pasien
lain yang bernama sama.
Kemudian total dana beserta data rincian jasa pelayanan yang telah jadi di
serahkan pada bagian anggaran untuk direkap keseluruhan, termasuk
pengurangan untuk BPJS dan alat bahan yang digunakan. Dikalkulasi selama
1 bulan, kemudian total jasa pelayanan selama 1 bulan dikembalikan kepada
ruangan, diterima oleh kepala ruangan, kemudian oleh kepala ruangan dana
jasa pelayanan dibagikan kepada seluruh anggotannya. Selain dana jasa
pelayanan, anggota pegawai juga mendapatkan THR disetiap tahunnya yang
didapatkan dari kas rumah sakit.
=7
b. BOR ruangan bulan Agustus, September, Oktober 2014
bulan Agustus 2014 = jumlah hari perawatan di RS dalam waktu tertentu x 100%
( jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu satuan waktu)
= 155 x 100%
12 x 31
= 41%
bulan September 2014= jumlah hari perawatan di RS dalam waktu tertentu x 100%
( jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu satuan waktu)
= 215 x 100%
12 x 30
= 60%
bulan Oktober 2014 = jumlah hari perawatan di RS dalam waktu tertentu x 100%
( jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu satuan waktu)
= 36 x 100%
12 x 31
= 9%
Berdasarkan pengkajian, menurut bagian Kasubsie Rawat Inap promosi
rumah sakit selama ini tidak dilakukan melalui iklan, namun selama ini
pihak Kasubsie Rawat Inap melakukan kerjasama promosi dengan babinsa
dan POSKES disetiap KODIM dan KORAMIL.
41
Oktober sebanyak 1 kali mengacu pada teori ideal BTO dalam 1 tahun antara
40-50 kali pemakaian 1 tempat tidur, jadi BTO di Ruang Melati belum bisa
dikatakan ideal atau tidaknya dikarenakan perhitungan BTO yang dilakukan
saat pengkajian hanya dalam hitungan per bulan sedangkan BTO menurut
teori dihitung dalam hitungan tahun dan perhitungannya dilakukan pada
jumlah total keseluruhan frekuensi pemakaian tempat tidur yang tersedia di
rumah sakit.
44
BAB 3
ANALISIS SWOT
2. WEAKNESS 2,55–
a. Jumlah SDM tenaga perawat 0.10 1 0.10 0,40 =
yang dimiliki ruangan 2,15
Melati sebagian besar masih
berpendidikan D III
Keperawatan (8 orang), S1
Keperawatan 1 orang dan
SPK 1 orang serta jumlah
tenaga profesional kurang
mencukupi (hanya 10 orang
perawat) dan belum
memiliki dokter tetap
sedangkan jumlah tenaga
non keperawatan hanya 2
orang
b. Jumlah alat-alat medis yang 0.05 1 0.05
dimiliki ruang Melati belum
memenuhi syarat standart
minimal untuk ruang rawat
inap rumah sakit tingkat III
serta belum lengkapnya
fasilitas untuk tenaga
kesehatan seperti belum
tersedia ruang khusus
dokter, ruang PKRS serta
belum dilakukan pemisahan
antara ruang karu dan ruang
perawat.
c. Shift kerja hanya dua kali 0.05 1 0.05
yaitu pagi (07.00 – 14.00
WIB) dan sore (14.00 –
07.00 WIB) yang telah
menjadi kesepakatan
bersama, sehingga dirasa
menguntungkan untuk
semua pegawai karena lebih
aman, nyaman, dan efektif.
d. Kegiatan pendokumentasian 0.03 2 0.06
asuhan keperawatan masih
dilakukan secara manual.
e. Discharge planning tidak 0.05 2 0.10
didokumentasikan secara
tertulis, hanya dilakukan
secara langsung kepada
pasien serta belum
tersedianya media untuk
kegiatan pendidikan
kesehatan.
f. Belum terdapat penunjuk 0.02 2 0.04
arah ruangan dan dapat
menjadi masalah untuk
46
4. THREATENED O–T=
a. Terdapat rumah sakit lain 0.08 1 0.08 2,85 –
yang juga menyediakan 0.32 =
pelayanan dan pengobatan 2,53
kemoterapi di Kabupaten
Jember
b. Banyak persaingan rumah 0.07 1 0.07
sakit lain yang memiliki
tenaga medis spesialis
c. Rumah sakit lain memiliki 0.05 1 0.05
peralatan medis yang
canggih dan terbaru dalam
penanganan masalah
kesehatan.
d. Rumah sakit lain di 0.01 2 0.02
Kabupaten Jember sudah
menjalankan sistem
komputerisasi dalam
manajemen.
e. Banyaknya rumah sakit 0.02 2 0.04
pesaing yang memiliki
akreditasi lebih tinggi
f. Rumah sakit lain sering 0.02 2 0.04
mengadakan pelatihan dan
seminar tentang kesehatan
NILAI EFAS 1 3.17
Kuadran IV 2.53
Kuadran I
Turn Arround Agresif
W S
2.15
Kuadran III Kuadran II
Defensif Defersifikasi
T
48
Keterangan:
Hasil tersebut menggambarkan posisi strategis Rumkit Baladhika Husada Jember
berdasarkan analisis faktor-faktor strategis eksternal (EFAS) dan faktor-faktor
strategis internal (IFAS) yang dapat dilihat pada diagram SWOT, di mana posisi
Rumkit berada dalam kuadran I yang mendukung strategi agresif atau
pertumbuhan.
KEKUATAN KELEMAHAN
INTERNAL a. Pelayanan yang diberikan perawat ruang a. Jumlah SDM tenaga perawat yang dimiliki ruangan Melati
Melati menunjukkan keramahan serta sebagian besar masih berpendidikan D III Keperawatan (8
kesigapan dalam bertindak dan menangani orang), S1 Keperawatan 1 orang dan SPK 1 orang serta
permasalahan kesehatan. jumlah tenaga profesional kurang mencukupi (hanya 10
b. Ruangan Melati menyediakan pelayanan dan orang perawat) dan belum memiliki dokter tetap
pengobatan kemoterapi yang unggul dan sedangkan jumlah tenaga non keperawatan hanya 2 orang
handal b. Jumlah alat-alat medis yang dimiliki ruang Melati belum
c. Semua ruangan di ruang Melati selalu terjaga memenuhi syarat standart minimal untuk ruang rawat inap
kebersihannya. rumah sakit tingkat III serta belum lengkapnya fasilitas
d. Sistem keuangan di ruang Melati untuk tenaga kesehatan seperti belum tersedia ruang
menggunakan sistem transparansi antara khusus dokter, ruang PKRS serta belum dilakukan
kedua belah pihak (pasien dan ruangan). pemisahan antara ruang karu dan ruang perawat.
c. Shift kerja hanya dua kali yaitu pagi (07.00 – 14.00 WIB)
dan sore (14.00 – 07.00 WIB) yang telah menjadi
kesepakatan bersama, sehingga dirasa menguntungkan
untuk semua pegawai karena lebih aman, nyaman, dan
efektif.
d. Kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan masih
dilakukan secara manual.
e. Discharge planning tidak didokumentasikan secara
tertulis, hanya dilakukan secara langsung kepada pasien
serta belum tersedianya media untuk kegiatan pendidikan
EKSTERNAL kesehatan.
f. Belum terdapat penunjuk arah ruangan dan dapat menjadi
masalah untuk mengakses menuju ruangan.
PELUANG Strategi SO Strategi WO
a. Rumah sakit terletak I III
dekat jalan umum dan a. Rumah sakit dengan ruang perawatan melati a. Merevisi dan menyusun kembali serta menanamkan visi,
pusat kota sehingga dengan unggulan pelayanan kemoterapi dapat misi, tujuan, strategi dan falsafah Rumah Skit dan ruangan
akses jalan menuju dijadikan sebagai dasar meningkatkan sebagai tujuan pelayanan customer oriented
50
rumah sakit mudah keilmuan dan memberikan pelayanan yang b. Bekerja sama dengan pihak rekanan lain dalam bentuk
b. Merupakan satu- prima pada pasien dengan kanker. modal, sehingga tidak hanya jasa yang didapatkan oleh
satunya rumah sakit b. Ruang Perawatan Melati dengan unggulan pihak rumah sakit maupun pihak rekanan lain yang
rujukan untuk TNI- pelayanan kemoterapi sebagai wahana mampu meningkatkan perkembangan dan pembangunan
AD di wilayah Jember penelitian keperawatan dan medis dalam rumah sakit.
c. Memiliki kerjasama penanganan pasien kanker. c. Menjalin kemitraan dengan pihak lain untuk membantu
promosi dengan c. Ruang perawatan Melati yang digunakan pengadaan fasilitas yang dibutuhkan
Babinsa, POSKES sebagai lahan pendidikan atau pelatihan bagi d. SAK dapat menjadi materi dalam penyuluhan, Discharge
(KODIM, mahasiswa dapat dijadikan sebagai dasar planning dapat di tuliskan pada lembar asuhan
KORAMIL). untuk melakukan pengembangan ilmu dan keperawatan
d. Tidak ada peraturan memberikan pelayanan yang lebih baik. e. Meningkatkan sarana dan prasarana, dan meletakkan
jam kunjungan (jam d. Dukungan dari seluruh komponen rumah penunjuk arah di tempat yang strategis
besuk) tetap untuk sakit agar tercipta atau tercapainya tujuan, f. Kerjasama antar semua pihak rumah sakit, untuk menjaga
mengunjungi pasien dan visi bersama secara keseluruhan lingkungan rumah sakit tetap aman dan kondusif
e. Terdapat kamera e. Meningkatkan promosi yang mampu
CCTV di seluruh area memaparkan keunggulan pelayanan yang
rumah sakit sebagai disiplin, aman dan prima, kepada khalayak
pemantau keamanan ramai mengenai pelayanan jasa yang dimiliki
di RS. rumah sakit.
f. Pemantauan kualitas pelayanan dan
keamanan pasien dapat melalui CCTV
sebagai bahan monitoring, controling, dan
evaluasi.
ANCAMAN Strategi ST Strategi WT
a. Terdapat rumah sakit II IV
lain yang juga a. Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan a. Pembaharuan dan revisi terkait visi dan misi Rumah Sakit
menyediakan Standar Operasional prosedur (sop) dapat dan ruangan agar mampu bersaing dan unggul.
pelayanan dan digunakan secara maksimal dengan b. Pembuatan perencanaan pasien pulang dengan referensi
pengobatan mensosialisasikan terlebih dahulu kepada pada rumah sakit terkemuka, standar kemenkes dan jurnal
kemoterapi di perawat ruangan sehingga pemberian asuhan ilmiah.
Kabupaten Jember keperawatan dapat dilakukan secara c. Pengembangan kualitas mutu melalui peningkatan kinerja
51
b. Banyak persaingan maksimal. gugus pengendali mutu layanan kesehatan sehingga rumah
rumah sakit lain yang b. Digunakannya rumah sakit sebagai lahan sakit mampu bersaing dalam memberikan mutu yang lebih
memiliki tenaga pendidikan/pelatihan bagi siswa/mahasiswa baik.
medis spesialis dapat dijadikan sebagai dasar melakukan d. Meningkatkan kualitas pelayanan khususnya di bidang
c. Rumah sakit lain pengembangan ilmu dan memberikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
memiliki peralatan pelayanan yang lebih baik.
medis yang canggih c. Membuat program pendidikan, pelatihan,
dan terbaru dalam studi banding tentang pelayanan keperawatan
penanganan masalah dengan rumah sakit lain
kesehatan. d. Meningkatkan promosi mengenai pelayanan
d. Rumah sakit lain di jasa rumah sakit melalui berbagai media.
Kabupaten Jember Misalnya melalui website rumah sakit,
sudah menjalankan brosur, media, kegiatan pengabdian
sistem komputerisasi masyarakat.
dalam manajemen. e. Meningkatkan hubungan dengan lintas sektor.
e. Banyaknya rumah
sakit pesaing yang
memiliki akreditasi
lebih tinggi
f. Rumah sakit lain
sering mengadakan
pelatihan dan seminar
tentang kesehatan
52
BAB 4
PRIORITAS MASALAH DAN POA
Keterangan :
Magnitude (M) : Berapa banyak orang yang terkena dampak masalah tersebut
Severity (S) : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukan dengan case
fatality dari masing-masing
Vulnerability (V) : Menunjukan sejauh mana masalah tersebut
Community and political concern (C): Menunjunkan sejauh mana masalah
tersebut menjadi concern atau kegusaran orang dan para pemangku kebijakan
Affordability (A) : Menunjukan ada tidaknya dana yang tersedia untuk mengatasi
masalah tersebut
Adapun skor penilaian yang digunakan adalah :
1 : Tidak ada
2 : Kurang
3 : Cukup
4 : Banyak
5 : Sangat Banyak
Skala prioritas masalah yang dipakai adalah dengan menggunakan metode sebagai
berikut :
Capability ( C ) : Kemampuan ruangan dalam mengatasi masalah
Accessible (A) : Kemudahan masalah untuk diatasi
Readliness (R) : Kesiapan ruangan dalam mengatasi masalah
Leverage (L) : Daya pendorong dalam mengatasi masalah
b........................... dst
56
No. Penanggung
Masalah Rencana Kegiatan Kriteria Hasil Waktu
Jawab
Husada Jember b. Mensosialisasikan kepada seluruh perawat non-profesional memenuhi standar DKT Jember
ruangan tentang program peningkatan minimal untuk ruang rawat inap f. Kepala sie di
jenjang pendidikan perawat. RS tingkat III RS DKT
c. Membuat dan mengatur jadwal perawat b. Tenaga kesehatan (perawat) Jember
yang akan mengikuti program peningkatan mempunyai jenjang pendidikan g. Kepala
jenjang pendidikan perawat. yang cukup profesional (minimal ruangan
d. Pengajuan proposal program dan S1 Keperawaatn) Melati
pengajuan bantuan dana peningkatan c. Kualitas dan kuantitas tenaga
jenjang pendidikan perawat. kesehatan lebih terjamin (baik)
e. Pemberangkatan perawat untuk mengikuti sehingga dapat memberikan
pelatihan dan menempuh pendidikan. pelayanan profesional yang
paripurna dan komprehensif
3. Kurang a. Mendiskusikan pembuatan program Setelah diberikan intervensi, masalah c. Kepala RS 3–6
efektifnya kurang efektifnya program bulan
pengendalian indikator mutu bersama DKT Jember
program pengendalian indikator mutu di
pengendalian kepala rumah sakit, kepala sie rawat inap, ruangan Melati RS DKT Jember d. Kepala sie
indikator mutu menjadi lebih efektif, dengan kriteria
gugus pengendali mutu rumkit dan kepala ruang rawat
hasil:
ruang perawatan melati. a. Ruangan mampu membuat inap
b. Pengajuan proposal program pengendali program pengendalian indikator e. Kepala gugus
mutu ruangan. mutu, misalnya melalui pengen-dali
c. Membuat format dan alat ukur pengendali penyebaran kuesioner untuk mutu RS
58
No. Penanggung
Masalah Rencana Kegiatan Kriteria Hasil Waktu
Jawab
mutu ruang perawatan. mengukur tingkat kepuasan f. Kepala
d. Menguji alat ukur pengendali mutu ruang perawat atau pasien sebagai ruangan
perawatan perbaikan untuk pelayanan Melati
e. Mensosialisasikan program pengendali b. Mutu pelayanan dapat meningkat g. Perawat
mutu ruang perawatan. ruangan
f. Melakukan controlling, monitoring dan
evaluating dari program.
59
BAB 5 PEMBAHASAN
maupun yang dapat dicegah (error), berasal dari berbagai asuhan pelayanan
pasien. Bila program keselamatan pasien tidak dilakukan akan berdampak pada
terjadinya tuntutan sehingga meningkatkan biaya urusan hukum, menurunkan
efisisiensi.
Komite Keselamatan Pasien RS PERSI (KKPRS PERSI), dan dari JCI yang
merupakan badan dunia yang pertama kali terakreditasi oleh International
Standar Quality yang menjadikan sasaran keselamatan pasien menjadi salah satu
tolak ukur dalam akreditasi.
aturan kebijakan kemenkes 340 tahun 2010, perbandingan tempat tidur dan
perawat pada RS tipe A dan B adalah 1 : 1, pada RS tipe C adalah 2 : 3, dan pada
RS tipe D adalah 2 : 1. Selain itu, jumlah tenaga non keperawatan seperti CS dan
bagian laundry sudah ada namun masih kurang dan kinerja CS hanya pada pagi
hari, sedangkan sore dan malam hari CS hanya membersihkan rumah sakit
seluruhnya, sehingga saat sore sampai malam hari jika ada masalah kebersihan
perawat yang merangkap melakukannya, tenaga transporter di Ruang rawat ini
juga belum ada. Tidak adanya tenaga administrasi dan transporter semakin
menambah beban kerja perawat karena perawat harus berperan ganda untuk
mengirim data administrasi pasien sehingga terkadang tidak ada satu orang yang
menetap di nurse station.
Hal tersebut menunjukkan jumlah tenaga keperawatan yang ada di Ruang
Melati masih kurang sehingga perlu adanya penambahan tenaga keperawatan.
Menurut Kemenkes 340 tahun 2010, standar ruang rawat inap harus memiliki
perawat dengan minimal pendidikan D3 keperawatan, sedangkan dari hasil
pengkajian masih terdapat perawat SPK di ruang rawat inap Melati Rumah Sakit
Baladhika Husada Jember. Tenaga profesional pun masih kurang, hanya terdapat 1
tenaga keperawatan dengan gelar sarjana, dan masih terdapat 1 perawat dengan
latar belakang SPK, bila dilihat dengan kebijakan kemenkes 340 tahun 2010,
minimal untuk Rumah Sakit dengan tipe C memiliki perawat dengan
latarbelakang pendidikan sarjana 1, 8 orang D3 dan 1 orang SPK. Diharapkan
setelah diberikan progam peningkatan kualitas pendidikan perawat, masalah
kurangnya tenaga SDM profesional di ruangan Melati RS DKT Jember
terselesaikan dan mampu dilanjutkan oleh perawat-perawat ruangan.
medis pasien di Ruang Melati. Kejadian meliputi dekubitus dan infeksi baik
karena jarum infus maupun transfusi darah terhitung sangat jarang kejadiannya
yaitu hampir tidak ada kasus dalam kurun waktu satu tahun. Untuk catatan rekam
medis pasien telah dilengkapi sesuai dengan format rekam medis dari rumah sakit.
Sedangkan angka keterlambatan pertama gawat darurat tidak tersedia karena
Ruang Melati merupakan ruang perawatan penyakit dalam. Terkait standar
dokumentasi asuhan keperawatan, perawat di Ruang Melati telah melakukan
dokumentasi keperawatan sesuai dengan format pendokumentasian di dalam
catatan medis pasien. Observasi terkait tindakan keperawatan juga telah dilakukan
oleh perawat jaga pada setiap shift. Untuk penyebaran angket atau kuesioner
terkait pemahaman pasien terhadap proses asuhan keperawatan belum dilakukan
oleh Ruang Melati. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perencanaan untuk
menanggulangi permasalahan terkait program indikator mutu pelayanan
kesehatan.
Pembuatan rencana strategis diharapkan dapat meminimalkan
permasalahan kurang efektifnya program pengendalian indikator mutu pelayaanan
kesehatan. Langkah awal tindakan yang dapat dilakukan oleh pihak rumah sakit
khususnya petugas kesehatan di Ruang Melati yaitu mendiskusikan pembuatan
program pengendalian indikator mutu bersama kepala rumah sakit, kepala sie
rawat inap, gugus pengendali mutu rumkit dan kepala ruang perawatan Melati.
Selanjutnya dapat diikuti pengajuan proposal program, pembuatan format dan alat
ukur, pengujian alat ukur, sosialisasi program serta pelaksanaan controlling,
monitoring dan evaluating program. Setelah dilaksanakannya tindakan
berdasarkan rencana strategis yang telah disusun, diharapkan rumah sakit
khususnya Ruang Melati dapat menjalankan program pengendalian indikator
mutu pelayanan kesehatan dengan efektif dan efisien.
6.1 Simpulan
Manajemen keperawatan adalah kelompok dari perawat manajer yang
mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada akhirnya manajemen
68
6.2 Saran
69
Saran dalam laporan ini ditujukan bagi pasien, perawat, dan rumah sakit.
Saran tersebut adalah
DAFTAR PUSTAKA
70
Depkes, RI. 2001. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit.
Jakarta: Depkes RI.
Kron & Gray. 1987. The Management of Patient Care Putting Leadership Skills
to Work. 6thed.Philadelphia: W.B.Sounders.
Marquis, B.L. & Huston, C.J. 1998. Management Decision Making for Nurses. 3rd
ed. Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher.
Mulyadi, D., dkk. 2013. Analisis Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Pada
Rumah Sakit Islam Karawang. [Serial Online].
http://jurnal.feunsika.ac.id/wp-content/uploads/2013/06/Analisis-
Manajemen-Mutu-Pelayanan-Kesehatan-Pada-Rumah-Sakit-Islam-
Karawang.pdf [Diakses pada 19 November 2014].