Laporan 5
Laporan 5
Laporan 5
PRAKTIKUM V
PENENTUAN KADAR PARASETAMOL DAN KAFEIN
DENGAN MENGGUNAKAN HIGH PERFOMANCE
LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC)
DISUSUN OLEH :
1. Afina (E0016002)
2. Fanny Septiadi Hidayatullah (E0016015)
3. Kartika Widiastuti (E0016019)
4. Selvy Ainun Nur Syamsiah (E0016033)
5. Windi Afiyani (E0016041)
A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami cara kerja instrument HPLC.
2. Mahasiswa dapat melakukan preparasi dengan tepat dan akurat, serta
dapat mengikuti manual pengoperasian instrument HPLC.
3. Mahasiswa dapat menentukan / menghitung kadar Parasetamol dan
Kafein dengan menggunakan High Peformance Liquid Chromatography (
HPLC )
B. DASAR TEORI
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) adalah metoda
kromatografi cair bertekanan tinggi. HPLC sangat berguna untuk analisis
kimia secara kualitatif dan kuantitatif senyawa organic atau anorganik yang
berkadar sangat kecil, dalam skala ng/L. juga metoda ini hanya memerlukan
jumlah cuplikan yang sangat kecil(ml). oleh karena itu HPLC, misalnya dapat
digunakan dalam analisis cuplikan Kimia Lingkungan, Farmasi, atau
kedokteran. (Tim Dosen Kimia Instrumen.2001:1)
Analisis kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran
luas/area puncak analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas/ area
standar. Pada prakteknya teknik perbandingan kurang menghasilkan data
yang akurat bila hanya melibatkan satu konsentrasi standar. Oleh karena itu,
lebih akurat dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi.
Kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan atas
distribusi differensial komponen sampel diantara dua fasa. Menurut
pengertian ini kromatografi selalu melibatkan dua fasa ,yaitu fasa diam
(stationary phase) dan fase gerak (mobile phase). Fasa diam berupa padatan
atau cairan yang terikat pada permukaan padatan (kertas atau suatu adsorben)
sedangkan fasa gerak berupa cairan disebut eluen. Fase gerak ini
mengakibatkan terjadinya migrasi differensial komponen-komponen dalam
sampel. (Budiasih,dkk.199:68)
Prinsip kerja HPLC adalah berdasarkan distribusi differensial komponen
di antara dua fasa yang disebabkan oleh perbedaan kepolaran. Prinsip kerja
alat instrument HPLC adalah sebagai berikut : dengan bantuan pompa, fasa
gerak cair dialirkan melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukan ke dalam
aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan
komponen – komponen campuran. Karena perbedaan kekuatan interaksi
antara solute – solute terhadap fasa diam. Solute – solute yang kurang kuat
interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih dulu. Sebaliknya,
solute –solute yang kuat interaksinya dengan fasa diam maka solute –solute
tersebut akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen campuran yang
keluar kolom dideteksi oleh detector kemudian direkam dalam bentuk
kromatogram. Kromatogram HPLC serupa dengan kromatogram GC, jumlah
peak menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak menyatakan
konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk
mengontrol kerja sistem HPLC.
Adapun Instrumentasi Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi atau HPLC :
1. Fasa gerak
Fasa gerak dalam HPLC adalah zat cair. HPLC mempunyai lebih
banyak pilihan fasa gerak. Dalam HPLC, fasa gerak selain berfungsi
membawa komponen – komponen campuran menuju detektor, fasa
gerak dapat berinteraksi dengan solute – solute. Oleh karena itu, fasa
gerak dalam HPLC merupakan salah satu factor penentu keberhasilan
proses pemisahan.
a. Persyaratan fasa gerak HPLC
Zat cair yang akan digunakan sebagai fasa gerak HPLC harus
memenuhi beberapa persyaratan berikut :
1) Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk
cuplikan yang dianalisis.
2) Zat cair harus murni sekali untuk menghindarkan masuknya
kotoran yang dapat mengganggu interpretasi kromatogram.
3) Zat cair harus jernih sekali untuk menghindarkan penyumbatan
dalam kolom.
4) Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar,
dan tidak beracun.
5) Zat cair tidak kental.
6) Fasa gerak harus sesuai dengan detektor
2. Pompa
Pompa dalam HPLC berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair
melalui kolom yang berisi serbuk halus. Pompa yang dapat digunakan
dalam HPLC harus memenuhi persyaratan :
a. Menghasilkan tekanan sampai 600 psi
b. Kecepatan alir berkisar 0,1 – 10 mL / menit
c. Bahan tahan korosi.
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak
melalui kolom. Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja
konstan (constant pressure) dan pemindahan konstan (constant
displacement). Pemindahan konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa reciprocating
menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating),oleh
karena itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik
untuk, menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila
detektor sensitif terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran
reservoir tidak terbatas. Pompa syringe memberikan aliran yang tidak
berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.
3. Injektor
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus
dengan disturbansi yang minimum dari material kolom. Ada dua
model umum yaitu stopped flow dan solvent flowing. Ada tiga tipe
dasar injektor yang dapat digunakan :
a. Stop-Flow : Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja
atmosfir, sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini
bisa digunakan karena difusi di dalam cairan kecil dan resolusi
tidak dipengaruhi.
b. Septum : Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang
digunakan pada kromatografi Gas. Injektor ini dapat digunakan
pada kinerja sampai 60 - 70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan
dengan semua pelarut-pelarut Kromatografi Cair.Partikel kecil dari
septum yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan
penyumbatan.
c. Loop Valve : Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk
menginjeksi volume lebih besar dari 10 µ dan dilakukan dengan
cara automatis (dengan menggunakan adaptor yang sesuai,
volume yang lebih kecil dapat diinjeksikan secara manual). Pada
posisi LOAD, sampel diisi kedalam loop pada kinerja atmosfir, bila
VALVE difungsikan, maka sampel akan masuk ke dalam kolom.
4. Kolom
Kolom HPLC biasanya terbuat dari stainless steel walaupun ada
juga yang terbuat dari gelas berdinding tebal. Kolom utama berisi fasa
diam, tempat terjadinya pemisahan campuran menjadi komponen-
komponennya. Bergantung keperluannya kolom utama dapat
digunakan untuk analisis atau preparatif. Untuk keperluan preparatif,
setiap komponen yang keluar dari kolom ditampung pada tabung yang
berbeda dan keluaran HPLC dihubungkan dengan fraction colector.
Berhasil atau gagalnya suatu analisis tergantung pada pemilihan kolom
dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu :
a. Kolom analitik : Diameter dalam 2 -6 mm. Panjang kolom
tergantung pada jenis material pengisi kolom. Untuk kemasan
pellicular, panjang yang digunakan adalah 50 -100 cm. Untuk
kemasan poros mikropartikulat, 10 -30 cm. Dewasa ini ada yang 5
cm. Kolom utama berisi fasa diam dan jenisnya bervariasi
bergantung keperluan, misalnya dikenal kolom C-18, c-8,
cyanopropyl. Kolom jenis C-18 dan C-8 paling banyak dipakai
dalam HPLC.
b. Kolom preparatif : Umumnya memiliki diameter 6 mm atau
lebih besar dan panjang kolom 25 -100 cm.
5. Detektor
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen
sampel di dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya
(analisis kuantitatif).Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang
tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas,
dan memberi respons untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang
rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan,
tetapi tidak selalu dapat diperoleh. Detektor KCKT yang umum
digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel panjang gelombang
dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan range
yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara luas,
terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif
jika dibandingkan dengan detektor UV. Detektor-detektor lainnya
antara lain :
a. Detektor Fluorometer
b. Detektor lonisasi nyala
c. Detektor Spektrofotometer Massa
d. Detektor Refraksi lndeks
e. Detektor Elektrokimia
f. Detektor Reaksi Kimia
6. Recorder
Recorder berfungsi menampilkan hasil dari pemisahan
kromatografi. Kromatogram berupa waktu retensi (sumbu x) dan
intensitas penyerapan (sumbu y). Hal ini dapat digunakan untuk
analisis kualitatif suatu komponen. Area puncak setara dengan
konsentrasi sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.
Hasil kromatogram akan kurang baik dikarenakan adanya
pelebaran puncak. Pelebaran yang terjadi dapat disebabkan oleh tiga
faktor, yaitu :
a. Difusi Eddy
Difusi Eddy terjadi karena perbedaan waktu kedatangan komponen
ke detektor yang menyebabkan puncak kromatogram melebar. Hal
ini disebabkan karena terdapat perbedaan ukuran partikel penyusun
kolom yang tidak merata.
b. Transfer massa
Transfer massa terjadi karena perbedaan waktu kedatangan
komponen ke detektor yang menyebabkan puncak kromatogram
melebar.
d. Difusi longitudinal
Difusi longitudinal terjadi karena perbedaan waktu kedatangan
komponen ke detektor yang menyebabkan puncak kromatogram
melebar.
D. CARA KERJA
1. Pembuatan Pelarut Metanol : Air
HASIL
Paracetamol
- Ditimbang 10 mg parasetamol
- Dilarutkan dengan 100 mL pelarut metanol : air
HASIL
Kafein
- Ditimbang 10 mg kafein
- Dilarutkan dengan 100 mL pelarut metanol : air
HASIL
HASIL
HASIL
HASIL
HASIL
HASIL
4. Pembuatan Larutan Sampel
- Ditimbang
- Digerus sampai halus
- Ditimbang 20 mg/25 mg/ 10 mg
- Dimasukkan dalam labu ukur dengan volume 25 mL/ 50 mL
- Di ad kan sampai batas dengan pelarut metanol:air
- Disaring dengan menggunakan syringe membrane selulosa
nitrate
- Diambil 50 µL/ 75 µL / 100 µL, dimasukkan dalam vial, di ad
kan sampai 1,5 mL dengan pelarut metanol:air.
- Dianalisis dengan HPLC
HASIL
V. HASIL
1. Larutan Baku Parasetamol
Konsentrasi Area
4 ppm 535,25409
6 ppm 716,59131
8 ppm 946,19635
10 ppm 1272,78845
12 ppm 1731,20166
14 ppm 2050,13062
a 0,988948
b 156,3544
r 0,988948
2. Larutan Baku Kafein
Konsentrasi Area
5 ppm 335,26624
10 ppm 507,40317
15 ppm 572,0451
20 ppm 632,47296
25 ppm 875,70819
30 ppm 1150,57385
a 154,723488
b 29,95360554
r 0,964136839
3. Larutan sampel
Parasetamol Area
50 mL 297,28467
75 mL 447,43201
Kafein Area
50 mL 14,42905
75 mL 20,89403
4. Perhitungan Kadar
a. Parasetamol 50 mL
1) (Area – a) : b = (1168,07849 – 0,980) : 156,3544 = 7,464 ppm
20 𝑚𝑔⁄ 50 𝜇𝑙⁄ 0,05 𝑚𝑙⁄
2) 25 𝑚𝑙 diambil 1,5 𝑚𝑙 1,5 𝑚𝑙 =
1,5 𝑚𝑙⁄
0,05 𝑚𝑙 = 30 ml
3) 7,464 𝑥 30 = 223, 92
4) 223,92 x 25 = 5598 μg = 5,598 mg
5) Berat 1 tablet bodrex 0,841 gram = 841 mg
841 𝑚𝑔
Kadar mg = x 5,598 mg = 235, 3959 mg
20 𝑚𝑔
235,3959 𝑚𝑔
Kadar % = x 100 % = 39,232 %
600 𝑚𝑔
b. Parasetamol 75 mL
1) (Area – a) : b = (1749,47058 – 0,988948) : 156,3544 = 11,182
ppm
20 𝑚𝑔⁄ 75 𝜇𝑙⁄ 0,075 𝑚𝑙⁄
2) 25 𝑚𝑙 diambil 1,5 𝑚𝑙 1,5 𝑚𝑙 =
1,5 𝑚𝑙⁄
0,075 𝑚𝑙 = 20 ml
3) 11,182 𝑥 20 = 223, 64
4) 223,64 x 25 = 5591 μg = 5,591 mg
5) Berat 1 tablet bodrex 0,841 gram = 841 mg
841 𝑚𝑔
Kadar mg = x 5,591 mg = 235, 10155 mg
20 𝑚𝑔
235,10155 𝑚𝑔
Kadar % = x 100 % = 39,184 %
600 𝑚𝑔
c. Parasetamol 100 mL
1) (Area – a) : b = (2093,36060 – 0,9889468) : 156,3544 =13,382
ppm
20 𝑚𝑔⁄ 100 𝜇𝑙⁄ 0,1 𝑚𝑙⁄
2) 25 𝑚𝑙 diambil 1,5 𝑚𝑙 1,5 𝑚𝑙 =
1,5 𝑚𝑙⁄
0,1 𝑚𝑙 = 15 ml
3) 13,382 𝑥 15 = 200,73
4) 200,73 x 25 = 5018,25 μg = 5,01825 mg
5) Berat 1 tablet bodrex 0,841 gram = 841 mg
841 𝑚𝑔
Kadar mg = x 5,01825 mg = 211,017412 mg
20 𝑚𝑔
211,017412 𝑚𝑔
Kadar % = x 100 % = 35,170 %
600 𝑚𝑔
d. Kafein 50 mL
1) (Area – a) : b = (56,52762 – 154,723488) : 29,95360554 = -3,278
ppm
20 𝑚𝑔⁄ 500 𝜇𝑙⁄ 0,05 𝑚𝑙⁄
2) 25 𝑚𝑙 diambil 1,5 𝑚𝑙 1,5 𝑚𝑙 =
1,5 𝑚𝑙⁄
0,05 𝑚𝑙 = 30 ml
3) −3,278 𝑥 30 = −98,34
4) −98,34 x 25 = -2458,5 μg = -2,4585 mg
5) Berat 1 tablet bodrex 0,841 gram = 841 mg
841 𝑚𝑔
Kadar mg = x (-2,4585) mg = -17,103 mg
20 𝑚𝑔
−17,103 𝑚𝑔
Kadar % = x 100 % = -34,206 %
50 𝑚𝑔
e. Kafein 75 mL
1) (Area – a) : b = (83,89502 – 154,723488) : 29,95360554 = -2,364
ppm
20 𝑚𝑔⁄ 75 𝜇𝑙⁄ 0,075 𝑚𝑙⁄
2) 25 𝑚𝑙 diambil 1,5 𝑚𝑙 1,5 𝑚𝑙 =
1,5 𝑚𝑙⁄
0,075 𝑚𝑙 = 20 ml
3) −2,364 𝑥 20 = −47,28
4) −47,28x 25 = -1182 μg = -1,182 mg
5) Berat 1 tablet bodrex 0,841 gram = 841 mg
841 𝑚𝑔
Kadar mg = x (-1,182) mg = -49,7031 mg
20 𝑚𝑔
−49,7031 𝑚𝑔
Kadar % = x 100 % = -99,4062 %
50 𝑚𝑔
f. Kafein 100 mL
1) (Area – a) : b = (99.95150 – 154,723488) : 29,95360554 = -1,828
ppm
20 𝑚𝑔⁄ 100 𝜇𝑙⁄ 0,1 𝑚𝑙⁄
2) 25 𝑚𝑙 diambil 1,5 𝑚𝑙 1,5 𝑚𝑙 =
1,5 𝑚𝑙⁄
0,1 𝑚𝑙 = 15 ml
3) −1,828 𝑥 15 = −27,42
4) −27,42 𝑥 25 = -685,5 μg = -0,6855 mg
5) Berat 1 tablet bodrex 0,841 gram = 841 mg
841 𝑚𝑔
Kadar mg = x (-0,6855) mg = -28,825 mg
20 𝑚𝑔
−28,825 𝑚𝑔
Kadar % = x 100 % = -57,65 %
50 𝑚𝑔
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu tentang penetapan kadar parasetamol
dan kafein menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
atau high performance liquid chromatography (HPLC). Sampel yang
digunakan pada praktikum kali ini yaitu tablet parasetamol. Prinsip dasar
dari HPLC (High Performance Liquid Chromatography) pada praktikum
kali ini adalah adanya perbedaan koefisien distribusi antara komponen fasa
gerak dan fasa diam.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu membuat pelarut methanol-
air dengan perbandingan 90:10 sebanyak 500 mL dengan cara methanol
450 mL dimasukan kedalam labu ukur 500 mL kemudian ditambahkan
aquadest 50 mL sampai batas kalibrasi. Langkah selanjutnya yaitu
membuat larutan baku sampel kafein dan parasetamol masing-masing 100
ppm dengan cara menimbang kafein dan parasetamol murni masing-
masing sebanyak 10 mg, kemudian dimasukan kedalam dua labu ukur 100
ml dan ditambah pelaut methanol-air sampai batas kalibrasi. Langkah
selanjutnya yaitu membuat larutan baku campuran kafein parasetamol
dengan masing-masing perbandingan (parasetamol : kafein) yaitu 4 ppm :
5 ppm , 6 ppm : 10 ppm , 8 ppm : 15 ppm , 10 ppm : 20 ppm , 12 ppm : 25
ppm dan 14 ppm : 30 ppm dengan menggunakan pelarutnya yaitu pelarut
methanol dan air.
Langkah selanjutnya yaitu membuat larutan campuran dengan cara
satu tablet bodrex digerus halus yang sebelumnya sudah ditimbang
kemudian serbuk tablet bodrex ditimbang kembali sebanyak 20 mg dan
dilarutkan dalam labu ukur 25 mL menggunakan pelarut methanol-air
sampai batas kalibrasi, selanjutnya disaring menggunakan syringe
membrane selulosa nitrat dan filtrat diambil sebanyak 50 mL, 75 mL dan
100 mL yang masing-masing filtrat dimasukan kedalam vial dan ditambah
pelarut methanol air sampai batas kalibrasi 1,5 mL, kemudian dianalisis
menggunakan HPLC. Penyaringan dilakukan karena larutan sampel
mangandung senyawa pengikat (binder), penstabil (stabilizer) dan
pengotor (impurity) yang mungkin terdapat pada berbagai membran.
Selain itu, daya matriks membran terhadap berbagai pelarut organik harus
diuji terlebih dahulu, karena ada beberapa jenis membran yang dapat larut
oleh pelarut tertentu. Pelarut yang digunakan yaitu pelarut kombinasi
antara methanol dengan air menggunakan perbandingan 90:10 sebanyak
500 ml. Dignakannya pelarut camburan atau kombinasi karena bertujuan
untuk memberikan faktor kapasitas yang cocok sehingga faktor human
error dapat dihindarkan.
Fase gerak yang digunakan sudah memenuhi persyaratan fasa
gerak HPLC yaitu: jernih, murah, mudah diperoleh, dan tidak kental.
Proses degassing dilakukan untuk menghomogenkan dan menghilangkan
gelembung-gelembung gas pada larutan induk. Karena dengan adanya gas
dalam larutan sampel dapat menghambat pergerakan eluen sehingga
terganggunya pemisahan pada kolom karena larutan sampel tidak merata
dan akan menyebabkan terjadinya pelebaran puncak kromatogram. Selain
itu, penghilangan gas ini juga diperlukan untuk menghindari noise pada
detektor terutama fase organik berair.
Pada larutan baku kafein dan parasetamol setelah dianalisis
menggunakan metode HPLC dengan beberapa ppm mulai dari 4 ppm : 5
ppm , 6 ppm : 10 ppm , 8 ppm : 15 ppm , 10 ppm : 20 ppm , 12 ppm : 25
ppm sampai 14 ppm : 30 ppm menunjukan hasil jika luas area parasetamol
lebih tinggi daripada luas kafein, hal ini dikarenakan kadar parasetamol
lebih tinggi daripada kafein jika dilihat dari kemasan sampel.
Pada penetapan kadar sampel yang menggunakan obat sakit kepala
berupa bodrex setelah dianalisis menggunakan HPLC didapat hasil pada
masing-masing larutan sampel yaitu 50 mL, 75 mL dan 100 mL
menunjukan hasil jika parasetamol mempunyai kadar yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan kafein hal ini sesuai dengan literatur yang
tertera dalam kemasan yang menunjukan kadar parasetamol lebih tinggi
(600 mg) dibandingkan dengan kadar kafein (50 mg). Akan tetapi saat
dilakukan penghitungan kadar menggunakan rumus didaptkan hasil kadar
kafein menunjukan nilai negativ, hal ini mungkin dikarenakan nilai area
kafein yang terlalu rendah saat dideteksi menggunakan HPLC.
VII. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan :
5. Sampel yang digunakan berupa tablet sakit kepala yaitu merk Bodrex.
6. Larutan baku kafein dan parasetamol didapat dari serbuk kafein dan
parasetamol murni.
7. Pelarut yang digunakan menggunakan kombinasi methanol dan air.
8. Area parasetamol lebih luas dibandingkan area kafein.
9. Kadar parasetamollebih tinggi dibandingkan kadar kafein.
DAFTAR PUSTAKA
Sudjadi dan Rahman, A. 1994. Analisis Obat dan Makanan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Lar. Sampel C34 100 mL Lar. Sampel C34 50 mL Lar. Sampel D12 100 mL
Lar. Sampel D12 50 mL Lar. Sampel D12 75 mL Lar. Sampel C12 75 mL