Vabel
Vabel
Vabel
Di musim panas yang hangat dan cerah sedikit menggoda Belalang untuk memainkan
biola kesayangan sambil bernyanyi dan menari. Hampir setiap harinya itulah yang dilakukan
belalang. Ia tidak terpikir untuk melakukan aktifitas lainnya seperti bekerja atau bersiap untuk
mengumpulkan bekal musim dingin.
Sedikit pun tidak pernah terlintas dalam benak belalang bahwa musim panas yang sedang
dinikmatinya sekarang sudah akan berakhir. Musim panas yang membuatnya ceria sudah akan
berganti ke musim dingin, dimana hujan akan turun dengan lebat disertai suhu udara yang sangat
rendah.
Disaat belalang sedang asiknya bermain biola, dia melihat semut yang sedang giat
melewati rumahnya. Belalang yang masih riang tersebut ingin mengajak semut bermain bersama
dan semut pun diundangnya untuk bersenang-senang ke kediaman belalang.
Tak disangka belalang ternyata semut menolak undangan belalang dengan santun, semut berkata
pada belalang,
“Maaf Belalang, aku masih ingin bekerja untuk bekal di musim dingin. Aku harus
mengumpulkan cadangan makanan yang banyak serta memperbaiki tempat tinggal agar lebih
hangat.”
“Berhentilah memikirkan hal yang tidak penting semut, mari kita bernyanyi dan bersenang-
senang, ayolah nikmati hidup kita”, Sanggah belalang. Belalang pun masih dengan kebiasaannya
untuk bersenang-senang tanpa memikirkan apapun.
Tidak disangka musim panas berakhir jauh lebih cepat dari pada biasanya. Belalang yang
terbiasa gembira lantas panik bukan main. Ia tidak memiliki persediaan makanan yang cukup
ditambah rumahnya yang rusak dan tidak layak huni karena diterjang badai.
Dengan harapan tinggi dan lunglai belalang menuju rumah semut dan meminta bantuan untuk
diperbolehkan tinggal bersama dan meminta makan. Mendengar permohonan tersebut semut
menjawab, “Maafkan aku belalang aku tidak bisa membantumu, rumahku terlalu sempit
untukmu, dan bekalku hanya cukup untuk keluargaku saja”.
Belalang akhirnya pun meninggalkan rumah semut dengan rasa menyesal dan sedih. Dalam hati
ia bergumam, “Andai saja aku mengikuti nasihat semut saat itu untuk bekerja keras, pasti saat ini
aku bisa kenyang dan tidur nyenyak di dalam rumah”.
Tamat.
Ulat Yang Sombong
Di sebuah hutan yang lebat, hiduplah 2 ekor ulat. Yang satu bernama Fintu yang bersifat
ramah, rendah hati dan baik. Sedangkan yang satunya bernama Tuvi yang bersifat angkuh dan
suka meremehkan binatang lain.Pada suatu hari, saat Fintu sedang mencari makanan, ia bertemu
Tuvi.
“Hai Tuvi, bolehkah aku meminta sedikit makananmu?” pinta Fintu.
“Hey, Fintu! Ini makananku dan tetap makananku. Sana cari makanan yang lain!” tolak Tuvi.
“B-baiklah…” Fintu menunduk dan berlalu.
Lain hari, akan ada pesta hutan. Semua binatang diundang. Putha si burung hantu dengan
gesitnya membagikan undangan berupa daun itu dimalam hari dan menaruhnya di depan pintu
rumah para binatang.
Esok harinya, terdengar sorakan dari para binatang.
“Asyik! Pasti di sana ada banyak makanan! Aku bisa makan sepuasnya!” sorak Cattya si anak
kucing.
“Aku juga bisa makan biji-bijian, kan? Oh ya, bagi para ulat kalian tenang saja, aku tak akan
memakan kalian, kok!” pekik Chacky si ayam jago.
Fintu hanya tersenyum mendengar pernyataan teman-temannya itu
Namun tiba-tiba…
“Ah, ini hanya pesta kecil! Lihat saja, suatu saat nanti, aku akan membuat pesta yang lebih
besar!” Dengan angkuh Tuvi berkata.
“Tuvi! Kau tak boleh begitu!” seru Piku si beruang madu.
“Huh! Biarkan saja!” balas Tuvi sambil pergi.
Beberapa hari kemudian, Tuvi dan Fintu sudah menjadi kepompong. Mereka menjalani hidup
sebagai kepompong biasa.
Beberapa minggu kemudian, mereka sudah keluar dari kepompongnya. Tak disangka, sayap
Tuvi ternyata berwarna hitam! Sedangkan Fintu malah berwarna-warni.
Tuvi tahu, ini akibat keangkuhannya. Ia sangat menyesal.
Tamat
Cerita Fabel Semut dan Belalang
Ketika mereka sedang bercakap-cakap, tiba-tiba ada bahaya yang tengah mengintai. Ada seorang
pemburu yang hendak menembak merpati. Merpati pun langsung bergegas terbang dan
meninggalkan semut sendirian.
Menyaksikan kejadikan itu, akhirnya semutpun berlari kea rah pemburu dan menggigit kakinya.
Akhirnya, penburu tersebut merintih kesakitan. Merpati berkata,”Terima kasih semut karena
engkau sudah menyelamatkanku”.
“Sama-sama burung merpati, engkau tadi juga menyelamatkan nyawaku” jawab semut. Akhirnya
mereka pun segera berpisah.
Cerita Fabel Rusa dan Kura-Kura
Pada suatu masa, hiduplah seekor keledai yang sedang pergi untuk mencari seekor anjing gunung.
Ia pun pergi ke sebuah gunung yang amat tinggi, Dengan senjaga ia mencari anjing gunung untik
diajak berburu bersama di hutan lebat.
Sesudah beberapa saat menaiki gunubg, akhirnya ia berhasil menemukan seekor anjing gunung
yang tengah berjalan. Lalu iapun mengajak anjing tersebut untuk berburu dan kebetulan anjing
gunungnya bersedia.
Akhirnya, keledai dan juga anjing tersebut pergi ke hutan lebat untuk berburu. Namun, ketika
hendak memasuki hutan, mereka bertemu dengan seekor macan tutul yang tengah tiduran di bawah
pohon besar. Akhirnya, keledai pun mengajak macan tutul untuk berburu bersama sekalian.;
Sesudah berhasil menemukan teman berburu, akhirnya keledai mengajak semua personilnya untuk
memasuki hutan lebat. Alhasil mereka bisa menangkap hewan-hewan buruan bersama dan
mendapatkan cukup banyak buruan sejak pagi sampai sore hari.
Mereka membawa hewan tangkapan ke tempat yang terbuka dan kemudian menumpuk hasil
buruan bersama tersebut. Adapun hewan buruan yang mereka dapatkan adalah kelinci, rusa,
kerbau, kijang, kambing dan juga uncai. Dan kini saatnya mereka berbagi hewan tangkapan satu
sama lain.
“Kedelai, silahkan bagilah makanan itu” Pinta sang macan tutul. Kemudian macan tutulpun
menghitung jumlah tangkapan yang didapat. Sesudah itu, sang kedelai membagi hewan tersebut
menjadi tiga bagian yang banyaknya sama.
Melihat hal tersebut, sang macan tutul menjadi marah dan langsung menerkam kedelai hingga
mati. Dengan demikian, bertambahlah tumpukan hewan tangkapannya. Lalu, macan tutul pun
menoleh kepada anjing gunung dan berkata, “Sekarang kamu yang harus membagikan hewan
tersebut”.
Akhirnya, anjing gunung pun mendekati hewan tangkapan tersebutdan membagi dua tumpukan
yang sama besarnya. Sesudah itu, ia menggingit kelinci di mulutnya yang besarnya amat kecil dan
tentu saja tidak berarti untuk sang macan tutul.
Macan tutul yang awalnya marah akhirnya reda ketika melihat anjing gunung berhasil
membagikan hewan tangkapan dengan sangat adil. “Kau sangatlah pandai di dalam membuat suatu
keputusan anjing gunung. Engkau membagikan makanan tersebut dengan sangat adil. Dari mana
kamu belajar? Apakah kamu belajar dari keledai?” Tanya sang macan tutul.
“Ya aku belajar dari keledai” Jawab sang anjing gunung sambil pergi menjauh dari hadapan macan
tersebut. “Aku tak mau mengulang nasib yang sama dengan keledai” Celetuk aning gunung yang
sangat kecewa dengan keserakahan sang macan tutul. Akhirnya, ia pun berjanji pada diri sendiri
bahwa di suatu hari tidak akan mau lagi bekerja sama dengannya.
Cerita Fabel Kadal dan Ular Air
Karena sang kadal amat ingin menyeberangi kolam, akhirnya tanpa berfikir panjang
ia menerima ajakan ular. Kemudian sang ular meminta kadal untuk mencari tali untuk
diikatkan kepada ekornya. Tujuannya agar kadal tidak tenggelam saat berenang.
Akhirnya, kadal pun mencari tali di bagian pinggir kolam dan ia mendapatkannya.
Kemudian kadal menalikan kaki depannya kepada ekor ular dengan sedikit kuat. Akhirnya
ular dan kadal tersebut berenang di kolam yang luas bersama-sama. Namun, ketika sampai
di bagian tengah kolam, ular berfikir untuk membuat kadal tenggelam.
Saat akan melakukan hal itu, tiba-tiba tubuh ular tersebut tertarik ke bagian atas dan
dia tidak dapat melepaskan diri. Hal itu lantaran sang kadal disambar oleh alap-alap
sehingga itu menyebabkan tubuh ular menjadi bergelantungan.
Cerita Fabel Kelinci dan Anjing Petani
Ternyata, peristiwa tersebut dilihat oleh burung gagak yang tengah bertengger di
pohon yang daunnya tidak begitu lebat. Ketika anjing tersebut melewati pohon, gagak
bertanya kepada anjing, “Ternyata seekorn kelinci bisa lari lebih kencang dibanding
anjing”.
Lalu anjing pun menjawab, “Apakah engkau tidak melihat perbedaan yang amat
mencolok di antara aku dengan kelinci tersebut?” Gagak menimpal,”Aku tidak melihat
perbedaan tersebut. Memangnya perbedaan apakah yang engkau maksudkan?”
Anjing pun menjawab,”Aku lari untuk menangkap makanan, sementara kelinci berlari
untuk mempertahankan hidupnya. Suatu keinginan bisa berpengaruh untuk kerasnya
suatu usaha”.
Cerita Fabel Kuda yang Memakai Kulit Harimau
Terdapat seekor kuda yang tengah berjalan dari suatu ladang gandum menuju suatu
hutan yang cukup lebat. Ia sudah sangat puas memakan gandum yang terdapat di ladang.
Dan dia merasa sangat gembira karena tidak ada petani yang menjaga ladang gandumnya.
Saat berada di perjalanan menuju hutan yang lebat, tidak senjaga ia bertemu dengan
semacam kulit harimau. Kemudian ia mendekatinya dan benar saja, itu adalah kulit
harimau yang mungkin saja ditinggal oleh para pemburu hewan. Akhirnya, kuda tersebut
mencoba memasang kulit harimau pada tubuhnya dan ternyata sangat pas.
Kemudian, di benaknya pun terlintas untuk menakuti hewan-hewan di hutan yang
ia jumpai kemudian di bergegas untuk sembunyi. Akhirnya ia pun berhasil menemukan
semak-semak dengan memakai kulit harimau. Di sana ia bersembunyi sambil menunggu
hewan di hutan melewatinya.
Tidak lama setelah itu, ada beberapa domba gunung yang berjalan menuju arahnya.
Lalu kuda siap untuk melompat. Akhirnya, sang kuda pun meloncat ke arah domba dan
secara serentak domba tersebut berlarian kesana kemari karena ketakutan. Kuda tersebut
akhirnya tertawa dan puas karena berhasil menakuti domba-domba tersebut.
Kemudian, kuda kembali ke persembunyiannya di semak-semak untuk menunggu
datangnya hewan lain yang melewatinya. Akhirnya datanglah seekor tapir yang berjalan
dengan lambat. Kemudian sang kuda melompat ke arah tapir. Tapir pun berlari dengan
sekencang-kencangnya karena takut dengan kuda yang mengenakan kulit harimau tersebut.
Sesudah itu, kuda kembali bersembunyi untuk menakuti hewan lainnya. Kali ini
kuda tersebut menunggu cukup lama. Akhirnya, datanglah seekor kucing hutan yang
sedang lari dengan membawa tikus di mulitnya. Namun, kucing tersebut tidak melewati
semak-semak melainkan asik memakan tikus yang ia mangsa di dekat pohon besar.
Menyaksikan hal itu, akhirnya kuda memiliki inisiatif untuk mengagetkan sang
kucing dari belakang. Saat sudah amat dekat dengan kucing, kuda tersebut mengaum
layaknya seekor harimau. Namun, ia baru menyadari bahwa ia tidak mengeluarkan auman
harimau akan tetapi auman kuda. Mendengar hal tersebut kucing pun menoleh ke arah
belakang dan melihat kura berpakaian harimau dan mengeluarkan suara kuda.
Akhirnya kucing pun tertawa terbahak-bahak dan berkata, “JIka aku melihat engkau
menggunakan kulit harimau, tentu saja aku akan merasa ketakutan. Namun aumanmu
adalah suara kuda”.
Cerita Kancil dan Buaya Singkat
Cerita Kancil dan Buaya - Suatu hari, ada seekor kancil sedang duduk bersantai di bawah pohon.
Ia ingin menghabiskan waktu siangnya dengan menikmati suasana hujan yang asri dan sejuk.
Beberapa waktu kemudian, perutnya keroncongan. Ya, kancil yang konon katanya cerdik itu lapar.
Ia sedang berpikir untuk mendapatkan mentimun yang letaknya berada di seberang sungai. Tiba-
tiba terdengar suara kecipak keras dari dalam sungai. Ternyata itu adalah buaya.
Kancil yang cerdik itu pun punya ide jitu untuk menghilangkan rasa laparnya. Ia bangkit dari
duduknya dan berjalan cepat ke arah sungai untuk menghampiri buaya. “selamat siang buaya,
apakah kau sudah makan?” Tanya kancil berpura-pura. Namun buaya itu tetap diam, nampaknya
ia tertidur pulas sehingga tidak menjawab pertanyaan kancil. Si kancil pun mendekat. Kini jaraknya
dengan buaya hanya satu meter saja “hai bbaya, aku punya banyak daging segar. Apakah kau
sudah makan siang?” Tanya kancil dengan suara yang dikeraskan. Buaya itu tiba-tiba mengibaskan
ekornya di air, ia bangun dari tidurnya. “ada apa? Kau mengganggu tidurku saja” jawab buaya
agak kesal. “sudah kubilang, aku punya banyak daging segar. Tapi aku malas untuk memakannya.
Kau tahu bukan kalau aku tidak suka daging? Jadi aku berniat memberikan daging segar itu
untukmu dan teman-temanmu” jawab kancil polos. “benarkah itu? Aku dan beberapa temanku
memang belum makan siang.
Hari ini ikan-ikan entah pergi kemana, sehingga kami tak punya cukup makanan” jawab buaya
kegirangan. “kebetulan sekali, kau tidak perlu khawatir akan kelaparan buaya. Selama kau punya
teman yang baik sepertiku. Benarkan? Hehehe” ujar kancil sembari memperlihatkan deretan gigi
runcingnya. “terimaksih kancil, ternyata hatimu begitu mulia. Sangat berbeda dengan apa yang
dikatakan oleh teman-teman di luar sana. Mereka bilang kalau kau licik dan suka memanfaatkan
keluguan temanmu untuk memenuhi segala ambisimu” jawab buaya yang polos tanpa ragu-ragu.
Mendengar itu, kancil sebenarnya agak kesal. Namun, ia harus tetap terlihat baik demi
mendapatkan mentimun yang banyak di seberang sungai “aku tidak mungkin sejahat itu. Biarlah.
Mereka hanya belum mengenalku saja, sebab selama ini sikapku terlalu cuek dan tidak peduli
dengan omong kosong seperti itu. Cerita kancil dan buaya.
Sekarang, panggilah teman-temanmu” ujar kancil. Buaya itu pun tersenyum lega, akhirnya ada
jatah makan siang hari ini. “teman-teman, keluarlah. Kita punya jatah makan siang daging segar
yang sangat menggoda. Kalian sangat lapar bukan?” Pekik buaya dengan suara yang sengaja
dikeraskan agar teman-temannya cepat keluar. Tak lama kemudian, 8 ekor buaya yang lain pun
keluar secara bersamaan. Melihat kedatangan buaya itu, kancil berkata “ayo berbaris yang rapi.
Aku punya banyak daging segar untuk kalian”. Mendengar itu, 9 ekor buaya itu pun berbaris rapi
di sungai. “baiklah, aku akan menghitung jumlah kalian, agar daging yang aku bagikan bisa
merata dan adil” tipu kancil.
Kancil pun meloncat-loncat girang melewati 9 ekor buaya sembari berkata ‘satu, dua, tiga,
empat, lima, enam, tuju, delapan, dan sembilan” hingga akhirnya ia sampai di seberang sungai. 9
buaya itu berkata “mana daging segar untuk makan siang kami?”. Kancil terbahak-bahak lalu
berkata “betapa bodohnya kalian, bukankah aku tak membawa sepotong pun daging segar di
tangan? Itu artinya aku tak punya daging segar untuk jatah makan siang kalian. Enak saja, mana
bisa kalian makan tanpa ada usaha?”. 9 ekor buaya itu pun merasa tertipu, salah satu diantara
mereka berkata “akan ku balas semua perbuatanmu”. Kancil pun pergi sembari berkata
“terimakasih buaya bodoh, aku pamit pergi untuk mencari mentimun yang banyak. Aku lapar
sekali”.