Sinusitis PDF
Sinusitis PDF
Sinusitis PDF
OLEH KELOMPOK 7
1. ASBULLAH (1811165805)
4. FITRIANA (1811165848)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-
dan Pendidikan Kesehatan pada Penyakit Sinusitis. Kami menyadari masih banyak
kekurangan yang kami lakukan dalam penyelesaian makalah ini. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan demi tercapainya
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… iii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………… 1
1. 1 Latar Belakang…………………………………………………………… 1
1. 2 Tujuan…………………………………………………………………….. 2
1. 3 Rumusan Masalah……………………………………………………….. 2
BAB 3 PENUTUP………………………………………………………………… 44
3.1 SIMPULAN……………………………………………………………….. 44
3.2 SARAN…………………………………………………………………….. 45
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………....... 46
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
sinus parasanal. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus
maxillaris, sinus frontalis, sinus sphenoidalis dan sinus ethmoidalis. Setiap rongga
sinus ini dilapisi lapisan mukosa yang merupakan lanjutan mukosa rongga hidung
anatomi dan fisiologis normal, sinus terisi udara. Deviasi dari struktur anatomi
penyakit sinus.
hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari
ibu jari bagian atas yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi
pencemaran alam sekitar, dan jangkitan bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada
sinusitis adalah bersin-bersin terutama di waktu pagi, rambut rontok, mata sering
gatal, kaki pegal-pegal, cepat lelah dan asma. Jika kondisi ini berkepanjangan
Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis sangat
kompleks, hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang 75% disebabkan
oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan
memberikan tes kulit positif dan kadar IgE total yang meninggi. Terbanyak pada
kelompok umur 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan
1
seimbang. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah
Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis
akut yang tidak respon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang
tidak menyepelekan pilek yang terus menerus karena bisa jadi pilek yang tak
sinusitis, salah satu cara untuk mengujinya adalah dengan tes kulit epidermal
berupa tes kulit cukit (Prick test, tes tusuk) di mana tes ini cepat, simpel, tidak
menyakitkan, relatif aman dan jarang menimbulkan reaksi anafilaktik. Uji cukit
(tes kulit tusuk) merupakan pemeriksaan yang paling peka untuk reaksi-reaksi
yang diperantarai oleh IgE dan dengan pemeriksaan ini alergen penyebab dapat
ditentukan.
2
10. Apa saja komplikasi dari penyakit Sinusitis?
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
cairan atau kerusakan tulang dibawahnya. Sinus paranasal adalah ronga rongga
yang terdapat pada tulang – tulang di wajah. Terdiri dari sinus frontal (di dahi),
sinus etmoid (pangkal hidung), sinus maksila (pipi kanan dan kiri), sinus
yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis
2001)
Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan sinusitis etmoid,
sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang. Pada anak hanya sinus
maksila dan sinus etmoid yang berkembang, sedangkan sinus frontal dan sinus
sphenoid belum.
4
Sinus maksila disebut juga antrum highmore, merupakan sinus yang
sering terinfeksi, oleh karen merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak
ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran secret (drenase) dari sinus
maksila hanya tergantung dari gerakan silia, dasar sinus maksila adalah dasar akar
1. Anatomi
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit
dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat
pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila,sinus
frontal, sinus etmoid dan sinus sfenid kanan dan kiri. Sinus paranasal
rongga hidung.
5
Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa
rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan,
kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah
ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid
anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus
sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian posterosuperior
rongga hidung. Sinus – sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada
a. Sinus Maksila
dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum.
Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan
Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila
adalah 1) dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang
atas, yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 danM2), kadang – kadang
juga gigi taring (C) dan gigi molar M3,bahkan akar-akar gigi tersebut
dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke
komplikasi orbita; 3) Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar
sinus, sehingga drenase hanya tergantung dari gerak silia, lagi pula
6
adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan pembengkakan akibat radang
atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan
b. Sinus Frontal
bulan ke empat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel
usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20
tahun. Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih
besar dari lainya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah.
Kurang lebih 15% orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan
dinding sinus pada foto Rontgen menunjukan adanya infeksi sinus. Sinus
frontal dipisahkan oleh tulang yang relative tipis dari orbita dan fosa
c. Sinus Etmoid
focus bagi sinus-sinus lainnya. Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid
7
ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya 0,5 cm dibagian anterior
etmoid, yang terletak diantar konka media dan dinding dinding medial
medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus medius dan
biasanya lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak diposterior
disebut resesus frontal, yang berhubungan sinus frontal. Selo etmoid yang
yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid darirongga orbita. Di bagian
8
d. Sinus Sfenoid
posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum
lebarnya 1,7 cm. volumenya bervariasi dari 5 sampai 7,5 ml. saat sinus
2. Fisiologi
sinus paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak
tulang muka.
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain :
ternyata tidak didapati pertukaran udara yang definitive antara sinus dan
lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga di butuhkan
beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus. Lagi pula mukosa
9
sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan kelenjar yang sebanyak mukosa
hidung.
orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Akan
muka. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya
Sinus ini mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonasi suara dan
resonator yang efektif. Lagi pula tidaj ada kolerasi antara resonasi suara
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak,
10
2.3 Etiologi
macam, yaitu :
a. Faktor local adalah smua kelainan pada hidung yang dapat mnegakibatkan
benda asing, iritasi polutan, dan gangguan pada mukosilia (rambut halus
a. Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran
Parainfluenza virus).
11
b. Bakteri
menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus
biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c. Infeksi jamur
b. Alergi
12
2.4 Tanda dan Gejala
a. Hidung tersumbat
c. Sakit Kepala
d. Hiposmia / anosmia
13
e. Hoalitosis
f. Post nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak
bercampur darah.
Gejala : Sekret kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan
pusing.
Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang
Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di nasofaring
6. Sinusitis Kronis
demam.
14
2.5 Klasifikasi
a. Sinusitis Akut
Sinusitis akut merupakan suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlangsug
Sinusitis sub akut merupakan infeksi sinus yang berlangsung dari 4 minggu
fase akut dan sub akut, biasanya perubahan tak reversible timbul setelah 3
c. Sinusitis Kronik
Fase kronik dimulai setelah 12 minggu dan berlangsung sampai waktu yang
tidak terbatas.
2.6 Patofisiologi
terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak
15
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan
media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen.
Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi
antibiotic. Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi),
makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai
pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan
operasi.
membagi rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik jika
lebih dari 8 minggu. Sedangkan Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut
dengan batas sampai 4 minggu, subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan
kronik jika lebih dari 3 bulan. Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik
umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak terobati secara
adekuat. Pada sinusitis kronik adanya factor predisposisi harus dicari dan di obati
secara tuntas.
temukan (20%). Pada sinusitis kronik, factor predisposisi lebih berperan, tetapi
umumnya bakteri yang ada lebih condong ka rarah bakteri negative gram dan
anaerob.
16
2.7 WOC (Web Of Caution)
Penyebaran bakteri
secara sistemik Iritasi sinus Kesalahan interpretasi
Komplikasi Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Gangguan menelan
Meningitis akut
Abses subdural di otak
17
2.8 Epidemiologi
Angka kejadian sinusitis sulit diperkirakan secara tepat karena tidak ada
batasan yang jelas mengenai sinusitis. Dewasa lebih sering terserang sinusitis
dibandingkan anak. Hal ini karena sering terjadinya infeksi saluran nafas atas
1. Hidung tersumbat
3. Sakit kepala
4. Hiposmia
5. Halitosis
6. Post nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak
1. Rinoskopi anterior
dan hiperemis, terlihat sekret mukopus pada meatus media. Pada sinusitis
2. Rinoskopi posterior
4. Transiluminasi
yang dimasukkan ke dalam mulut dan bibir dikatupkan. Arah sumber cahaya
18
menghadap ke atas. Pada sinus normal tampak gambaran terang pada daerah
mukosa
2.11 Komplikasi
Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan
Paling sering timbul akibat sinusitis frotal dan biasanya ditemukan pada anak
2. Kelainan orbita
Disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata. Yang paling
Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses sub
cavernosus.
3. Kelainan intracranial
19
Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau sub dural, abses otak dan
2.12 Pencegahan
2. Rajin berolahraga, karena tubuh yang sehat tidak mudah terinfeksi virus
maupun bakteri
3. Hindari stres
4. Hindari merokok
2.13 Penatalaksanaan
4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih dari
Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat timbul rasa nyeri,
20
6. Kortikosteoid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup parah.
Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis, otitis
media kronik, bronchitis kronis, atau ada komplikasi serta abses orbita atau
saluran sinus paranasalis yaitu dengan cara membebaskan muara sinus dari
menggunakan kateter balon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk
2. Periksa jika nyeri pada area sinus menetap atau jika terdapat rabas nasal dan
7. Untuk pencegahan hindari allergen (seperti debu, asap, tembakau) jika diduga
menderita alergi
21
2.15 ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Anamnesa
kelompok usia 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan
pembentukan sinusnya belum sempurna. Hasil positif pada tes kulit yang
terbanyak adalah debu rumah (87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan kulit
manusia (50%).
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pada klien dengan Sinusitis keluhan utama yang timbul seperti nyeri
3. Pemeriksaan fisik
umum per system dan observasi keadaan umum, dan pemeriksaan TTV.
a. keadaan umum
c. B1-B6
22
B1 (breathing) : Tidak teratur, suara nafas ronkhi berhubugan dengan
adanya
B2 (blood) : Normal
B4 (bladder) : Normal
BB turun
4. Pemeriksaan penunjang
meatus medius
Penebalan mukosa
2.16 Diagnosa
proses inflamasi
3. Nyeri akut b.d iritasi jalan nafas atas sekunder akibat infeksi
dan pengobatannya
23
6. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan
Intervensi
24
c. Eksudat dalamjalan brikaldi
alveoli k. Buka jalan napas,
d. Materi asing dalam gunakan teknik
jalan nafas chinlift
e. Adanya jalan nafas l. Posisikan pasien
tambahan untuk mengatur
f. Sekresi bertahan / fentilasi
sisa sekresi m. Pasang mayo bila
g. Sekresi dalam perlu
bronki n. Melakukan fisio
terapi dada bila
Fisiologi perlu
a. Jalan nafas alergi o. Auskultasi suara
b. Asma napas catat adanya
c. Penyakit paru suara tambahan
obstruktif kronik p. Monitor respirasi
d. Hiperplasi dinding dan status oksigen
bronchial
e. Infeksi
f. Disfungsi
neorumuskuler
25
metabolisme n. Monitor TD, nadi,
h. Medikasi RR
i. Trauma o. Monitor warna dan
j. Aktifitas berlebihan suhu kulit
p. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
q. Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehagangatan
tubuh
r. Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan akibat
panas
s. Auskultasi TD,
nadi, suhu,dan RR
t. Catat adanya
fluktuasi tekana
darah
u. Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
v. Monitor suara paru
w. Monitor kualitas
dari nadi
x. Monitor sianosis
perifer
y. Identifikasi
penyebab dari
perubahan
z. Identifikasi pola
pernapasan
upnormal
Analgesic
Administration
a. Tentukan pilihan
analgesik
tergantuentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
b. Cek instruksi
dokter tentang jenis
obat, dois, dan
frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Tentukan analgesik
pilihan, rute
peberian, dan dosis
26
optimal
e. Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
f. Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
3. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta
Nyeri Akut NOC NIC
a. Pain level Pain Manajemen
Definisi : b. Pain control a. Lakukan
Pengalaman sensor dan c. Comfort level pengkajian nyeri
emosional ag tidak secara
menyenangkan yang Kriteria hasil : komperhensif
muncul akibat kerusakan a. Mampu mengontrol termasuk lokasi,
jaringan yan aktul atau nyeri (tahu penyebab karakteristik,
potensial atau nyeri, mampu durasi, frekuensi,
digambarkan dalam hal menggunakan tehnik kualitas dan faktor
kerusakan sedemikian nonfarmakologi untuk presipitasi
rupa (International mengurangi nyeri, b. Obserfasi reaksi
Asociation For The mencari bantuan) nonverbal dari
Study of Pain) : Awitan b. Melaporkan bahwa ketidak nyamanan
yang iba-tiba atau lambat nyeri berkurang c. Gunakan teknik
dari intensitas ringan dengan menggunakan komunikasi
hingga berat dengan manajemen nyeri terapeutik untuk
akhir yang daat c. Mampu mengenali mengetahui
diantisipasi atau nyeri (skala, intensitas, pengalaman nyeri
diprediksi dan frekuensi, dan tanda pasien
berlangsung < 6 bulan. nyeri) d. Kaji kutur yang
d. Menyatakan rasa mempengaruhi
Batasan karakteristik : nyaman setelah nyeri respon nyeri
a. Perubahan selera berkurang e. Evaluasi
makan pengalaman nyeri
b. Perubahan tekanan masa lampau
darah f. Bantu pasien dan
c. Perubahan frekuensi keluarga untuk
jantung mencari dan
d. Perubahan frekuensi menemukan
pernafasan dukungan
e. Laporan isyarat g. Kontrol
f. Diaforesis lingkungan yang
g. Perilaku distraksi dapat
(Miss; berjalan mempengaruhi
mondar-mandir nyeri seperti suhu
mencari oranglain ruangan,
atau aktifitaslain, pencahayaan, dan
altifitas yang kebisingan
berulang) h. Kurangi faktor
h. Mengekrpersikan presipitasi nyeri
perilaku (Miss; i. Pilih dan lakukan
27
Gelisah, merengek, penanganan nyeri
menangis). (farmakologi, non
i. Masker wajah (Mis; farmakologi dan
mata kurang interpersonal)
bercahaya, tamak j. Berikan analgetik
kacau, gerakan mata untuk mengurangi
berpencar ata nyeri
tetappada satu foku k. Tingkatkan
meringis) istirahat
j. Sikap melindungi l. Kolaborasi dengan
area nyeri dokter jika ada
k. Fokus menyempit keluhan dan
(Miss; gangguan tindakan nyeri
persepsi nyeri, tidak berhasil
hambatan proses
berfikir, penurunan Analgesic
intraksi dengn Administration
oranglain dan a. Tentukan pilihan
lingkungan) analgesik
l. Indikasi nyeri yang tergantuentukan
dapat diamati lokasi,
m. Perubahan posisi karakteristik,
untuk menghidari kualitas, dan
nyeri derajat nyeri
n. Sikap tubuh sebelum
melindungi pemberian obat
o. Dilatasi pupil b. Cek instruksi
p. Melaporkan nyeri dokter tentang
secara verbal jenis obat, dois,
q. Gangguan tidur dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
Faktor yang d. Tentukan
Berhubungan analgesik pilihan,
Agen cedera (Miss; rute peberian, dan
Biologis, zat kimia, fisik, dosis optimal
psikologis) e. Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
f. Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
28
spesifik atau tidak a. Klien mampu menenangkan
dikietahui oleh individu); mengidentifikasi dan b. Nyatakan dengan
perasaan takut yang mengungkapkan gejala jelas harapan
disebabkan oleh cemas terhadap pelaku
antisipasiterhadap b. Mengidentifikasi,men pasien
bahaya. Hal ini gungkapkan dan c. Jelaskan semua
merupakan isyarat mengungkapkan untuk prosedur dan apa
kewaspadaan yang mengontrolcemas yang dirasakan
memperingatkan individu c. Vital sign dalam batas selama prosedur
akan adanya bahaya dan normal d. Pahami prespektif
memampukan individu d. Postur tubuh,ekspresi pasien terhadap
untuk bertindak wajah, bahasa tubuh situasi stress
menghadapi ancaman. dan tingkat aktivitas e. Temani pasien
mununjukkan untuk memberikan
Batasan karakteristik : berkurangnya keamanan dan
a. Perilaku kecemasan. mengurangi takut
a) Penurunan f. Dorong keluarga
produktifitas untuk menemani
b) Gerakan yang anak
irelevan g. Lakukan back/neck
c) Gelisah rub
d) Melihat sepintas h. Dengarkan dengan
e) Insomnia penuh perhatian
f) Kontak mata yang i. Identifikasi tingkat
buruk kecemasan
g) Mengekspresikan j. Bantu pasien
kekhawatiran mengenalsituasi
karena perubahan yang menimbulkan
dalam peristiwa kecemasan
hidup k. Dorong pasien
h) Agitasi untuk
i) Mengintai mengungkapkan
j) Tampak waspada perasaan,ketakutan,
persepsi
b. Affektif l. Instruksikan pasien
a) Gelisah, disstres menggunakan
b) Kesedihan yang tekhnikrelaksasi
mendalam m. Berikan obat untuk
c) Ketakutan mengurangi
d) Perasaan tidak kecemasan.
adekuat
e) Berfokus pada
diri sendiri
f) Peningkatan
kewaspadaan
g) Iritabilitas
h) Gugup senang
berlebihan
i) Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidak
berdayaan
j) Peningkatan rasa
ketidak
berdayaan yang
29
persisten
k) Bingung,menyes
al
l) Ragu/tidak
percaya diri
m) Khawatir
c. Fisiologis
a) Wajah tegang,
tremor tangan
b) Peningkatan
keringat
c) Peningkatan
ketegangan
d) Gemetar,tremor
e) Suara bergetar
d. Simpatik
a) Anoreksia
b) Eksitasi
kardiovaskular
c) Diare,mulut
kering
d) Wajah merah
e) Jantung berdebar-
debar
f) Peningkatan
tekanan darah
g) Peningkatan
denyut nadi
h) Peningkatan
reflex
i) Peningkatan
frekuensi
pernapasan,pupil
melebar
j) Kesulitan
bernapas
k) Vasokonstriksi
superficial
l) Lemah, kedutan
pada otot
e. Parasimpatik
a) Nyeri abdomen
b) Penurunan
tekanan darah
c) Penurunan denyut
nadi
d) Diare,mual,vertig
o
e) Letih,gangguan
tidur
f) Kesemutan pada
ekstremitas
30
g) Sering berkemih
h) Anyang-anyangan
i) Dorongan segera
berkemih
f. Kognitif
a) Menyadari gejala
fisiologis
b) Bloking
fikiran,konfusi
c) Penurunan lapang
persepsi
d) Kesulitan
berkonsentrasi
e) Penurunan
kemampuan untuk
belajar
f) Penurunan
kemampuan
untukmemecahkn
masalah
g) Ketakutan
terhadap
konsekuensi yang
tidakspesifik
h) Lupa,gangguan
perhatian
i) Khawatir,
melamun
j) Cenderung
menyalahkan
orang lain
Faktor yang
Berhubungan :
a. Perubahan dalam
(status ekonomi,
b. Lingkungan,status
kesehatan,polaintera
ksi, fungsi
peran,status peran)
c. Pemajanan toksin
d. Terkait keluarga
e. Herediter
f. Infeksi/kontaminan
interpersonal
g. Penularan oenyakit
interpersonal
h. Krisis maturasi,krisis
situasional
i. Stress,ancaman
kematian
j. Penyalahgunaan zat
k. Ancaman pada
(status ekonomi,
31
l. Lingkungan, status
kesehatan,pola
interaksi, fungsi
peran, status
peran,konsepdiri)
m. Konflik tidak
disadari mengenai
tujuan penting hidup
n. Konflik tidakdisadari
mengenai nilai yang
esensial/penting
o. Kebutuhan yang
tidak dipenuhi
5. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi tentang penyakit yang
diderita dan pengobatannya
Defisiensi pengetahuan NOC NIC
a. knowledge : disease Teaching : disease
Definisi : process proses
Ketiadaan atau defisiensi b. knowledge : health a. berikan penilaian
informasi kognitif yang behavior tentang timgkat
berkaitan dengan topic Kriteria hasil : pengetahuan
tertentu. a. pasien dan keluarga pasien tentang
menyatakan proses penyakit
Batasan karakteristik : pemahaman tentang yang spesifik
a. Perilaku hiperbola penyakit, kondisi, b. jelaskan
b. Ketidakakuratan prognosis dan program patofisiologi dari
mengikuti perintah pengobatan penyakit bagaimna
c. Ketidakakuratan b. pasien dan keluarga halini
melakukan tes mampu melaksanakan berhubungan
d. Perilaku tidak tepat prosedur yang dengan anatomi
(mis., hysteria, dijelaskan secara benar dan fisiologi,
bermusuhan, agitasi, c. pasien dan keluarga dengan cara yang
apatis) mampu menjelaskan tepat
e. Pengungkapan kembali apa yang c. gambarkan tanda
masalah dijelaskan perawat/tim dan gejala yang
kesehatan lainnya biasa muncul pada
Faktor yang penyakit,dengan
Berhubungan : cara yang tepat
a. keterbatasan kognitif d. identifikasi
b. salah interpretasi kemungkinan
informasi penyebab, dengan
c. kurang panjanan cara yang tepat
d. kurang minat dalam sedangkan
belajar informasi pada
e. kurang dapat pasien tentang
mengingat kondis,dengan
f. tidak familier cara yang tepat
dengan sumber e. hindari jaminan
informasi yang kosong
f. sedangkan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang
32
tepat
g. diskusi perubahan
gaya hidup yang
mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasidi masa
yang akan dating
dan atau proses
pengontrolan
penyakit
h. diskusi pilihan
terapi atau
penanganan
i. dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau di
indikasikan
j. rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas
local,dengan cara
yang tepat
k. intruksikan pasien
mengenai tanda
dan
gejalauntukmelapo
rkan pada
pemberian
perawatan
kesehatan yang
tepat.
33
c. Perubahan EKG yang f. Mampu berpindah kemampuan fisik,
mencerminkan dengan atau tanpa psikologi dan social
aritmia bantuan alat d. Bantu untuk
d. Perubahan EKG yang g. Status mengidentifikasi
mencerminkan kardiopulmonariadeku dan mendapatkan
iskemia at sumber yang
e. Ketidaknyamanan h. Sirkulasi status baik diperlukan untuk
setelah beraktifitas i. Status respirasi : aktivitas yang
f. Dyspnea setelah pertukaran gas dan diinginkan
beraktifitas ventilasi adekuat e. Bantu untuk
g. Menyatakan merasa mendapatkan alat
letih bantu aktivitas
h. Menyatakan merasa seperti kursi roda,
lemah krek
Factor yang f. Bantu untuk
berhubungan : mengidentifikasi
a. Tirah baring atau aktivitas yang
imobilisasi disukai
b. Kelemahan umum g. Bantu klien untuk
c. Ketidakseimbanganant membuat jadwal
ara suplai dan oksigen latihan di waktu
d. Imobilitas luang
e. Gaya hidupmonoton h. Bantu pasien /
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktifitas
i. Sediakan penguatan
positif bagi yang
aktif beraktifitas
j. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor responfisik,
emosi, social dan
spiritual.
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari a. Nutritional Status : Nutrion Management
kebutuhan tubuh b. Nutritional Status : a. Kaji adanya alergi
Definisi : Asupan nutrisi food and fluid makanan
tidak cukup untuk c. Intake b. Kolaborasi dengan
memenuhi kebutuhan d. Nutritional Status : ahli gizi untuk
metabolic nutrient intake menentukan jumlah
Batasan karakteristik : e. Weight control kalori dan nutrisi
a. Kram abdomen yang dibutuhkan
b. Nyeri abdomen Kriteria Hasil psien
c. Menghindari a. Adanya peningkatan c. Anjurkan pasien
makanan berat badan sesuai untuk
d. Berat badan 20% atau tujuan meningkatkan
lebih dibawah berat b. Berat badan ideal intake Fe
badan ideal sesuai dengan tinggi d. Anjurlkan pasien
e. Kerapuhan kapiler badan untuk
34
f. Diare c. Mampu meningkatkan
g. Kehilangan rambut mengidentifikasi protein dan vitamin
berlebihan kebutuhan nutrisi C
h. Bising usus hiperaktif d. Tidk ada tanda alnutrisi e. Berikan substransi
i. Kurang makanan e. Menunjukkan gula
j. Kurang informasi peningkatan fungsi f. Yakinkan diet yang
k. Kurang minat pada pengecapan dari dimakan
makananan menelan mengandung tinggi
l. Penurunan berat f. Tidak terjadi serat untuk
badan dengan asupan penurunan berat badan mencegah
makanan adekuat yang berarti konstipasi
m. Kesalahan konsepsi g. Berikan makanan
n. Kesalahan informasi yang terpilih
o. Membrane mukosa (sudah
pucat dikonsultasikan
p. Ketidakmampuan dengan ahli gizi)
memakan makanan h. Ajarkan pasien
q. Tonus otot menurun bagaimana
r. Mengeluh gangguan membuat catatan
sensai rasa makanan harian
s. Mengeluh asupan i. Monitor jumlah
makanan kurang dari nutrisi dan
RDA (recomemded kadungan kalori
daily allowance) j. Berikan informasi
t. Cepat kenyang tentang kebutuhan
sebelum makan nutrisi
u. Sariawan ronga mulut k. Kaji kemampuan
v. Steatorea pasien untuk
w. Kelemahan otot mendapatkan
pengunyah nutrisi yang
x. Kelemahan otot untuk dibutuhkan
menelan
Nutrion Monitoring
Faktor – factor yang a. BB pasien dalam
berhubungan : batas normal
a. Factor biologis b. Monitor adanya
b. Factor ekonomi penuunan berat
c. Ketidakmampuan badan
untuk mengabsorbsi c. Monitor tipe dan
nutrient jumlah aktivitas
d. Ketidakmampuan yang biasa
untuk mencerna dilakukan
makanan d. Monitor interaksi
e. Ketidakmampuan anak atau orangtua
untuk menelan selama makan
makanan e. Monitor
f. Factor psikologis lingkungan selama
makan
f. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
g. Monitor kulit
keringdn perubahan
pigmentasi
35
h. Monitor turgor
kulit
i. Monitor
kekeringan, rambut
kusam, dan mudah
patah
j. Monitor mual dan
mutah
k. Monitor kadar
albumin, total
protein, HB, dan
kadar Ht
l. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
m. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
n. Monitor kalori dan
intake nutrisi
o. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertronik papila
lidah, dan cavitas
oral
p. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
Implementasi
NO No DX Implementasi Paraf
1 1 Airway suction Perawat A
a. Meastikan kebutuhan oral atau
tracheal suctioning
b. mengauskultasi suara napas
sebelum dan sesudah suctioning
c. mengnformasikan pada klien
pada keluarga tentang suctioning
d. Meminta klien napas dalam
sebelum suction dilakukan
e. memberikan oksigen dengan
menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suction
nasotracheal
f. menggunakan alat yang steril
setiap melakukan tindakan
g. meganjurkan pasien untuk
istirahat dan napas dalam setelah
kateter dikeluarkan dari
nasotracheal
h. Memonitor status oksigen pasien
i. mengajarkan keluarga
36
bagaimana cara melakukan
suction
j. menghentikan suction dan
berikan oksigen apabila pasien
menunjukan brikaldi
k. membuka jalan napas, gunakan
teknik chinlift
l. memposisikan pasien untuk
mengatur fentilasi
m. memasang mayo bila perlu
n. Melakukan fisio terapi dada bila
perlu
o. mengauskultasi suara napas catat
adanya suara tambahan
p. Memoonitor respirasi dan status
oksigen
Evaluasi
A : Masalah teratasi
P : Rencana dihentikan
2.15APLIKASI KASUS
Kasus
Tuan M datang ke RS tanggal 18 Februari 2016 dengan keluhan nyeri kepala dan
tenggorokan. Nyeri ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu disertai pilek yang sering
kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri dirasakan semakin hebat jika pasien
37
badan sebanyak 1 kg dari berat badan sebelumnya. Pasien mengaku pernah
Pengkajian
Nama : Tn. M
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
2. Riwayar Kesehatan
a. Keluhan Utama
tenggorokan.
kepala dan tenggorokan. Nyeri ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu disertai
pilek yang sering kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri
menderita sinusitis.
38
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
e. Keadaan Lingkungan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Suhu : 38ºC
2) Nadi : 84 /menit
3) TD : 120/80 mmHg
4) RR : 25 /menit
5) BB : 62 kg
b. Pemeriksaan B1 – B6
B2 (blood) : Normal
B4 (bladder) : Normal
BB turun
c. Pemeriksaan Penunjang
a) Rinoskopi anterior
b) Rinoskopi posterior
39
d) Transiluminasi
4. Analisa Data
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
1. Data subjektif: Inflamasi pada sinus
Pasien mengeluh nyeri frontal
kepala.
Data objektif: Peradangan
Nyeri
Pasien tampak gelisah,
didapati skala nyeri 8, Nyeri pada kepala
RR= 25 x/ menit.
Ronkhi
Sesak nafas
3. Data subjektif: Inflamasi
Pasien mengeluh tidak
nafsu makan. Produksi secret
Data objektif: meningkat
Penurunan berat badan
dari 63 kg menjadi 62 Secret terakumulasi
kg, makanan yang dihidung
disajikan tidak pernah
Gangguan
dihabiskan. Hidung tersumbat
pemenuhan nutrisi
kurang dari
Penciuman terganggu
kebutuhan
Tidak bisa mencium
aroma makanan
40
cowong, tidur kurang Tidur tidak nyenyak
dari 6-8 jam perhari.
5. Data Subjektif: Infeksi saluran
Pasien mengeluh pernafasan atas
kedinginan
Data Objektif: Makrofag menangkap
Suhu tubuh= 38°C benda asing yang masuk
ke tubuh
Diag Merangsang
nosa pengeluaran mediator Hipertermi
1. N kimia
y
e Prostalglandin
r
i Peningkatan set. point
Hipotalamus
a
k Suhu tubuh meningkat
ut berhubungan dengan peradangan pada hidung.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang
mengental.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nafsu makan menurun.
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat.
5. Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi.
Intervensi
41
Tujuan : Jalan nafas kembali efektif dalam waktu 10 – 15 menit
Kriteria Hasil :
d. Klien tidak lagi menggunakan pernafasan cuping hidung
e. Tidak ada suara nafas tambahan
f. Ronkhi (-)
g. TTV normal
Intervesi Rasional
1. Kolaborasi pemberian nebulising 1. Nebulizing dapat mengencerkan
secret dan berperan sebagai
bronkodilator untuk melebarkan
jalan nafas.
2. Foto thoraks dada serta melakukan 2. Mengetahui letak secret dan
clapping atau vibrasi mengakumulasi secret di
supsternal sehingga mudah untuk
di drainase.
3. Kolaborasi melakukan suction (pada 3. Mengeluarkan secret dari paru.
px. yang mengalami penurunan
kesadaran dan tidak mampu
melakukan batuk efektif). 4. Mengeluarkan secret dari jalan
4. Ajarkan batuk efektif (pada px. yang nafas khusunya pada pasien yang
tidak mengalami penurunan tidak mengalami penurunan
kesadaran dan mampu melakukan gangguan kesadaran dan bisa
batuk efektif). melakukan batuk efektif.
5. Observasi TTV 5. Untuk mengetahui perkembangan
kesehatan klien
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan nafsu makan menurun.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi dalam waktu 5x24 jam
Kriteria Hasil :
a. Berat badan klien kembali seperti semula (63kg), BB normal= 63 kg
b. Makanan yang disajikan selalu dihabiskan
Intervensi Rasional
1. Sajikan makanan secara menarik 1. Dengan menu yang bervariasi,
dengan memperhatikan nutrisi yang dapat menumbuhkan nafsu makan
diperlukan oleh klien. klien sehingga kebutuhan nutrisi
klien kembali terpenuhi.
2. Catat intake dan output makanan 2. Mengetahui perkembangan
klien pemenuhan kebutuhan nutrisi
klien.
3. Dengan sedikit tapi sering dapat
3. Anjurkan makan sedikit sedikit tapi mengurangi penekanan pada
sering. lambung
4. Dengan pemahaman yang baik
4. Berikan helath education pentingnya tentang nutrisi akan memotivasi
makanan bagi proses penyembuhan. untuk meningkatkan pemenuhan
nutrisi.
4. Gangguan Istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat
Tujuan : Klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman.
Kriteria Hasil :
a. Klien dapat tidur 6-8 jam perhari
b. Tidak gelisah
c. Mata tidak cowong
d. Klien tidak lemas
Intervensi Rasional
42
1. Kaji kebutuhan tidur klien 1. Mengetahui permasalahan klien
dalam pemenuhan kebutuhan ;
istirahat klien
2. Ciptakan suasana yang nyaman 2. Klien dapat tidur dengan tenang.
3. Kolaborasi pemberian obat tidur 3. Agar klien dapat tidur
5. Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi
Tujuan : Suhu kembali dalam keadaan normal
Kriteria Hasil :
a. Suhu tubuh 36,5-37,5 C
b. Kulit hangat dan lembab, membran mukosa lembab
Intervensi Rasional
1. Monitoring perubahan suhu tubuh 1. Suhu tubuh harus dipantau secara
efektif guna mengetahui
perkembangan dan kemajuan dari
pasien.
2. Berikan kompres hangat 2. Dapat membantu mengurangi
demam
3. Kolaborasi pemberian antipiretik 3. Mengurangi demam dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus,
meskipun demam mungkin dapat
berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme dan
autodestruksi dari sel-sel
terinfeksi.
Implementasi
NO No DX Implementasi Paraf
1. 1 1. Mengkolaborasi pemberian obat Perawat A
analgesic
2. Mengajarkan Teknik distraksi
atau pengalihan nyeri dengan
teknik relaksasi
3. Mengobservasi TTV, Keluhan
klien dan skala nyeri
Evaluasi
43
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis
frontal, dan sinusitis sphenoid. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari
yang terbesar yaitu sinus maksila,sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenid
Sampai saat ini belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus
paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak mempunyai
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain :
Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning), Sebagai penahan suhu (thermal
Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2 macam, yaitu : Faktor local
dan Faktor Sistemik. Tanda dan gejala dari penyakit sinusitis adalah : Hidung
macam yaitu sinusitis akut, sub akut dan kronik. Pemeriksaan penunjang antara
sehat tidak mudah terinfeksi virus maupun bakteri, Hindari stres, Hindari
merokok dan lain-lain. Penatalaksanaannya yaitu Istirahat yang cukup dan udara
nyeri.
44
3.2 Saran
beberapa saran yang mungkin dapat menjadi masukan yang bersifat positif antara
Sinusitis ini dan terus megembangkan dalam tindakan nyata pada kehidupan
45
DAFTAR PUSTAKA
Adam GL, Boies LR, Hilger PA. 1994. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 5. Jakarta :
EGC
Cody, D. Thane R. dkk. 1986. Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC
Efiaty, Nurbaiti, Jenny, Ratna. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga dan Hidung
Tenggorokan Kepala dan Leher edisi ke 6.Jakarta : FK UI
Mangunkusumo E, Rifki N. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan
Nurarif, Amin dkk. (2015). Aplikasi NANDA NIC-NOC JILID 2. Yogyakarta : Media
Action
Kepala Leher Edisi ke-5. Jakarta : Balai Penerbit FK UI
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa
Medis dan Nanda NIC – NOC edisi revisi Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction
Soepardi, EA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher.
Jakarta : Gaya Baru
Soepardi, Efiaty Arsyad & Iskandar Nurbaiti. 2001. Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC
46