0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
332 tayangan49 halaman

Redesain ST - Tugu PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 49

Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

BAB II
KAJIAN DAN PETA KONFLIK

2.1 LOKASI PERANCANGAN

Gambar 2.1 Lokasi Site

Sumber: Data Penulis ( Redraw STUPA 7 Berdasasrkan Google Maps, 2018)

Lokasi Site Proyek Akhir Sarjana (PAS) ini di Stasiun Tugu Yogyakarta.
Usulan perancangan ini untuk merespon permasalahan di kota Stasiun Tugu dalam
permasalahan jumlah wisatawan yang tinggi, sirkulasi dan program ruang. Kawasan ini
merupakan salah satu kawasan padat pemukiman dan aktivitas komersial lainnya,
selain itu tidak lupa bahwa Stasiun Tugu merupakan salah satu pintu gerbang masuknya
pendatang dan wisatawan dari dalam maupun luar kota Yogyakarta akan tetapi fasilitas

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 17


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

penunjang umum masih kurang mampu untuk mencukupi kebutuhan masyarakat dan
pariwisata.

Batas – batas:
- Utara : Jalan Wongsodirjan
- Selatan : Jalan Pasar Kembang
- Timur : Jalan Pangeran Mangkubumi
- Barat : Jalan Letjen Suprapto

2.2 PETA KONDISI FISIK


2.2.1 Kondisi Akses Stasiun
Kondisi akses Stasiun Tugu, yang kurang baik dengan penggunaan 2 alur
kendaraan dengan keterbatasan lebar jalan. Uniknya terdapat tempat Pedicab
yang terdapat pada Stasiun Tugu sebagai fasilitas penunjang transportasi.

Gambar 2.2 Kondisi Akses Stasiun

Sumber: Data Penulis, 2018

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 18


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

2.2.2 Kondisi Internal Stasiun

Gambar 2.3 Kondisi Internal Stasiun Tugu

Sumber: Data Penulis, 2018

2.2.3 Fasilitas Penunjang Stasiun Tugu


Pada Stasiun Tugu ini terdapat beberapa fasilitas yang ada di dalam Stasiun
Tugu antara lain fasilitas makanan, retail-retail pertokoan dan fasilitas
penunjang tranportasi (biro perjalanan).

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 19


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Gambar 2.4 Fasilitas Penunjang Stasiun Tugu

Sumber: Data Penulis, 2018

2.2.4 Fasad Stasiun Tugu


Bangunan Stasiun Tugu yang mempunyai karakter Indische terlihat
pengaplikasian ruang utama Stasiun Tugu pada penggunaan jendela, pintu dan
lubang ventilasi atas

Gambar 2.5 Fasad Stasiun Tugu

Sumber: Data Penulis, 2018

Gambar 2 6 Ventilasi Stasiun Tugu

Sumber: Data Penulis, 2018

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 20


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

2.2.5 Terowongan Stasiun Tugu

Gambar 2.7 Pintu Masuk Terowongan

Sumber: Data Penulis, 2018

Gambar 2.8 Kondisi Dalam Terowongan

Sumber: Data Penulis, 2018

2.2.6 Fasilitas Tranpsortasi umum Stasiun Tugu

Gambar 2.9 Transportasi Umum Damri dan Transjogja

Sumber: Data Penulis, 2018

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 21


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Gambar 2.10 Transportasi Umum Ojek dan Becak

Sumber: Data Penulis, 2018

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 22


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

2.3 DATA LOKASI DAN PERATURAN BANGUNAN TERKAIT


2.3.1 Denah Eksisting Stasiun Tugu

Gambar 2.11 Denah Eksisting Stasiun Tugu

Sumber: PT. KAI (Edit Penulis 2018)

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 23


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

2.3.2 Kajian Konteks Wilayah


Berikut tata guna lahan yang sesuai dengan Peraturan Daerah Yogyakarta, penetapan
pemanfaatan ruang di Kota Yogyakarata terdiri dari zona – zona yang ada yaitu:

Gambar 2.12 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Yogyakarta

Sumber: (Pemerintah Kota Yogyakarta, 2015)

Berikut Peta Rencana Pola Ruang Kecamatan Gedongtengen :

Gambar 2.13 Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Stasiun Tugu

Sumber: (Pemerintah Kota Yogyakarta, 2015)

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 24


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

2.3.2 Peraturan Bangunan Terkait


Menurut Pemerintah Kota Yogyakarta, Stasiun Tugu merupakan berada pada
kawasan Malioboro di Kecamatan Gedong Tengen dimana merupakan Kawasan
Penyangga Alam dan Budaya, serta Perdagangan dan Jasa. Gambar tersebut juga
menjelaskan tentang Stasiun Tugu yang telah diidentifikasi sesuai dengan fungsi dan
karakteristik masing – masing kawasan. Terdapat juga peraturan mengenai standar –
standar luas tanah (m²), tinggi bangunan (m), koefisien dasar bangunan (%), dan
koefisien lantai bangunan.

Gambar 2.14 Ketentuan Peraturan Bangunan

Sumber: (Pemerintah Kota Yogyakarta, 2015)

Pemanfaatan lahan untuk bangunan gedung sesuai gambar diatas dan Peraturan
Pemerintah Kota Yogyakarta mengenai
1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB): 70%
2. Tinggi Bangunan (TB):

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 25


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

- Berkaitan Stasiun Tugu dikembangkan dengan dukungan fasilitas perdagangan dan


jasa yang penetapan TB, KLB dan KDB yang merujuk pada persyaratan khusus yang
terkait.
3. Koefisien Lantai Bangunan (KLB): 4,2
4. Sempadan : 5m dari as jalan

2.4 DATA UKURAN LAHAN PERANCANGAN

Gambar 2.15 Ukuran Lokasi Perancangan

Sumber: Google Earthn (Edit Penulis, 2018)

Secara keseluruhan luasan site berukuran 12.162 m2.

2.5 KAJIAN TEORI


2.5.1 Stasiun Kereta Api
2.5.1.1 Pengertian Stasiun Kereta Api
Stasiun kereta api yaitu tempat pemberhentian dan pemberangkatan atau untuk
menaikan dan menurunkan penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta api.
Menurut pasal (1) Peraturan Menteri No. 29 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis
Bangunan Stasiun Kereta Api, stasiun kereta api merupakan prasarana kereta api
sebagai tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api. Pada pasal (2)
disebutkan stasiun kereta api menurut jenisnya terdiri dari:
1. stasiun penumpang,
2. stasiun barang, dan

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 26


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

3. stasiun operasi.

2.5.1.2 Tipologi Stasiun Kereta Api


Pembedaan Stasiun dapat dibedakan berdasarkan perbedaan tata letak, berdasarkan
bentuk, posisi rel terhadap permukaan tanah, menurut Imam Subarkah(1981) sebagai
berikut :
1. Macam Stasiun Berdasarkan Letaknya
Berdasarkan letaknya stasiun dapat dibedakan menjadi:
a. Stasiun Akhir, yaitu kereta api memulai dan mengakhiri perjalanannya
b. Stasiun Antara, terletak pada jalan terusan.
c. Stasiun Pertemuan atau Junctions, yaitu yang menghubungkan 3 jurusan, tempat
penumpang dapat melanjutkan perjalanan ke tujuan lain memakai kereta lain.
2. Macam Stasiun Berdasarkan Bentuknya
Menurut Imam Subarkah (1981), stasiun sendiri memiliki jenisnya masing-masing
dengan rincian sebagai berikut:
a. Stasiun siku-siku, letak gedung stasiun adalah siku-siku dengan letak sepur-sepur
yang berakhiran di stasiun tersebut. Maksud pembuatan stasiun siku-siku supaya jalan
rel dapat mencapai suatu daerah sampai sedalam-dalamnya, misalnya daerah industri,
perdagangan, dan pelabuhan.
b. Stasiun paralel, gedungnya sejajar dengan sepur-sepur dan merupakan stasiun
pertemuan. Pada stasiun pertemuan atau junction, dapat pula gedung stasiunnya dibuat
sebagai suatu kombinasi dari stasiun paralel dan stasiun siku-siku.
c. Stasiun pulau, posisi stasiun sejajar dengan sepur-sepur tetapi letaknya di tengah-
tengah antara sepur.

d. Stasiun semenanjung, letak gedung stasiun pada sudut dua sepur yang bergandengan.

3. Stasiun menurut posisi


a. Ground level station, bangunan stasiun yang letaknya sejajar dengan platform / peron
diatas tanah.

b. Over track station, letak bangunan stasiunnya diatas platform / peron.

c. Under track station, letak bangunan stasiunnya di bawah peron.


4. Kelas Stasiun Kereta Api
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan PM. 33 Tahun 2011 stasiun penumpang

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 27


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

dikelompokan dalam kategori kelas stasiun yaitu:


a. Kelas besar
1. Kelas A
2. Kelas B
3. Kelas C
b. Kelas sedang
1. Kelas 1
c. Kelas kecil
1. Kelas 2
2. Kelas 3
Pengelompokan kelas stasiun sebagaimana dimaksud dilakukan berdasarkan kriteria:
1. Jumlah jalur
Kelas Besar, lebih dari 10 jalur
kelas sedang, 6 sampai 10 jalur
kelas kecil, kurang dari 6 jalur
2.Fasilitas penunjang
- Penunjang umum
- Penunjang khusus
3. . Jumlah penumpang
- Besar, lebih dari 50.000
- Sedang, 10.000 sampai dengan 50.000
- Kecil, kurang dari 10.000

Berdasarkan kajian teori diatas Stasiun Tugu termasuk kedalam :


Stasiun Tugu termasuk kedalam jenis stasiun penumpang dan barang dan
memiliki orientasi memanjang kearah barat dan timur. Stasiun Tugu berdasarkan
letaknya merupakan Stasiun Antara, dimana berdasarkan letaknya Kota Yogyakarta
berada di tengah-tengah Pulau Jawa. Berdasarkan bentuknya Stasiun Tugu termasuk
kemdalam Stasiun Pulau dimana letak terminal berada ditengah-tengah rel kereta dan
juga menurut posisi atau level termasuk Ground Level Station. Berdasarkan kelas
stasiun, Stasiun Tugu termasuk kedalam stasiun Kelas Sedang berdasarkan :
- memiliki 6 jalur
- terdapat fasilitas penunjang seperti restoran, foodcourt, souvenir dan fasilitas
kesehatan seperti ruang kesehatan dan ibu menyusui.

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 28


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

- dan jumlah penumpang mencapai 10.000-50.000

2.5.1.3 Standar Perencanaan Stasiun Kereta Api


Menurut peraturan menteri perhubungan nomor 29 tahun 2011, bangunan stasiun terdiri
atas 3 bagian, yaitu:
1. Gedung kegiatan pokok
Gedung untuk kegiatan pokok terdiri atas:
· Hall
· Perkantoran kegiatan stasiun
· Loket karcis
· Ruang tunggu
· Ruang informasi
· Ruang fasilitas umum
· Ruang fasilitas keselamatan
· Ruang fasilitas keamanan
· Ruang fasilitas penyandang cacat dan lansia
· Ruang fasilitas kesehatan

2. Gedung sebagai kegiatan penunjang stasiun kereta api , terdiri atas :


Untuk melengkapi kinerja sebuah stasiun maka dibutuhkan gedung penunjang. Gedung
ini berfungsi untuk menunjang kegiatan usaha penunjang di stasiun. Gedung untuk
kegiatan penunjang stasiun kereta api, yang terdiri atas: :
1. Pertokoan
2. Restoran
3. Perkantoran
4. Perparkiran
5. Perhotelan
6. Ruang lain yang menunjang langsung kegiatan stasiun kereta api

Selain itu pada sebuah gedung stasiun juga diperlukan fasilitas gedung untuk jasa
pelayanan khusus. Gedung pelayanan khusus ini berfungsi untuk menunjang kegiatan
jasa pelayanan khusus di stasiun. Gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus di
stasiun kereta api, yang terdiri atas:
1. Ruang tunggu penumpang
2. Bongkar muat barang

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 29


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

3. Pergudangan
4. Parkir kendaraan
5. Penitipan barang
6. Ruang atm
7. Ruang lain yang menunjang baik secara langsung maupun tidak langsung kegiatan
stasiun kereta api.

Kedua jenis gedung pelengkap stasiun berfungsi sebagai pelengkap gedung pokok.
Gedung –gedung ini memiliki persyaratan tersendiri dalam perancangan, diantaranya
adalah :
1. Lokasi sesuai dengan pola operasi stasiun kereta api.
2. Tata letak ruang tidak mengganggu alur proses kedatangan dan keberangkatan
penumpang kereta api dan pengaturan perjalanan kereta api.
3. Menunjang kegiatan stasiun kereta api dalam rangka pelayanan pengguna jasa
stasiun.
4. Terjamin keselamatan dan keamanan operasi kereta api.

2.5.1.4 Persyaratan Teknis


Menjamin terselenggaranya pembangunan stasiun yang sesuai dengan kebutuhan maka
disusun beberapa standarisasi teknis, operasi dan instalasi pendukung yang harus
dipenuhi sebuah stasiun kereta api diantaranya mengatur tentang :
Persyaratan teknis sebuah bangunan stasiun diantaranya adalah :
1) Konstruksi, material, desain, ukuran dan kapasitas bangunan sesuai dengan standar
kelayakan, keselamatan dan keamanan serta kelancaran sehingga seluruh bangunan
stasiun dapat berfungsi secara handal.
2) Memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan gedung dari bahaya banjir,
bahaya petir, bahaya kelistrikan dan bahaya kekuatan konstruksi.
3) Instalasi pendukung gedung sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang
bangunan, mekanikal elektrik, dan pemipaan gedung (plumbing) bangunan yang
berlaku.
4) Menjamin bangunan stasiun dapat berfungsi secara optimal dari segi tata letak ruang
gedung stasiun, sehingga pengoperasian sarana perkeretaapian dapat dilakukan secara
nyaman.

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 30


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

5) Komponen gedung meliputi:


- Gedung atau ruangan
- Media informasi (papan informasi atau audio)
- Fasilitas umum, terdiri dari:
a) ruang ibadah
b) toilet;
c) tempat sampah
d) ruang ibu menyusui
- Fasilitas keselamatan
- Fasilitas keamanan
- Fasilitas penyandang cacat atau lansia
- Fasilitas kesehatan.

2.5.1.5 Persyaratan Teknis Peron


a. Tinggi
1. Peron tinggi, tinggi peron 1000 mm, diukur dari kepala rel.
2. Peron sedang, tinggi peron 430 mm, diukur dari kepala rel.
3. Peron rendah, tinggi peron 180 mm, diukur dari kepala rel.
b. Jarak tepi peron ke as jalan rel
1. Peron tinggi, 1600 mm (untuk jalan rel lurusan) dan 1650 mm (untuk jalan rel
lengkungan);
2. Peron sedang, 1350 mm
3. Peron rendah, 1200 mm.

c. Panjang peron sesuai dengan rangkaian terpanjang kereta api penumpang yang
beroperasi.

d. Hasil penghitungan lebar peron menggunakan formula di atas tidak boleh kurang dari
ketentuan lebar peron minimal sebagai berikut:

e. Lantai peron tidak menggunakan material yang licin.

f. Peron sekurang-kurangnya dilengkapi dengan:

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 31


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

1)lampu;
2)papan petunjuk jalur;
3) papan petunjuk arah; dan
4)batas aman peron.

2.5.2 Sirkulasi
Berikut aturan mengenai sirkulasi di stasiun menurut Pedoman Standarisasi Stasiun
PT. KAI Persero

2.5.2.1 Pengaturan Zona Pelayanan Stasiun


Pembagian zona pelayanan stasiun ini dimaksudkan agar pengaturan orang
di stasiun lebih mudah dan lebih teratur karena akan berdampak langsung
terhadap kenyamanan penumpang.
Zona pelayanan stasiun dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Zona Penumpang Bertiket atau Zona I
b. Zona Calon Penumpang Bertiket atau Zona II
c. Zona Umum atau Zona III

Berikut penjelasan mengenai Zona Penumpang :


- Zona Penumpang Bertiket atau Zona I
Zona I merupakan tempat steril yang khusus disediakan bagi penumpang
bertiket yang telah siap memasuki kereta. Tempat ini adalah area peron dan jenis peron
tinggi merupakan rekomendasi untuk standardisasi stasiun.
- Zona Calon Penumpang Bertiket atau Zona II
Zona II merupakan tempat yang disediakan bagi calon penumpang bertiket yang
menunggu datangnya kereta yaitu :
1. Ruang tunggu (umum, eksekutif, vip).
2. Semua ruang dalam yang ada di stasiun setelah calon penumpang melewati tempat
pemeriksaan tiket/portir.
- Zona Umum atau Zona III
Zona III merupakan tempat dimana calon penumpang, pengantar dan orang
umum mendapatkan pelayanan sebelum masuk ke dalam zona II. Zona III dimaksud
adalah zona calon penumpang dan umum sebelum diperiksa tiketnya atau sebelum
masuk peron, yang termasuk zona I adalah:

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 32


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

1. Hall
2. Tempat parkir
3. Halaman stasiun; dan semua ruang yang yang dibatasi oleh tempat pemeriksaan
tiket/portir.

2.5.2.2 Pengaturan Sirkulasi Penumpang di Stasiun


1. Pengaturan Arah Sirkulasi Penumpang
Pengaturan sirkulasi penumpang di stasiun harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
- Tidak Terjadi Perpotongan Antara Akses masuk dan keluar penumpang baik yang
akan naik KA maupun Turun dari KA.
- Pintu masuk dipisahkan dengan pintu keluar stasiun
- Kapasitas/Ukuran pintu masuk dan keluar Penumpang sesuai dengan Volume
penumpang yang ada.

Berikut gambar alur sirkulasi dan pembagian zona di stasiun

Gambar 2.16 Alur Sirkulasi dan Zona di Stasiun

Sumber : Pedoman Standarisasi Stasiun(2012)

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 33


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

2.5.2.3 Pengaturan Arah Sirkulasi Kendaraan Maupun Pejalan Kaki


Area parkir maupun depan stasiun harus diatur arah sirkulasi kendaraan maupun
pejalan kaki sedemikian rupa sehingga :
- Tidak Terjadi Perpotongan Antara Akses masuk dan keluar kendaraan di area parkir.
- Tidak Terjadi Perpotongan Antara Akses pejalan kaki dengan akses kendaraan .
- Ditempatkan Dropping Zone untuk Kendaraan.
- Pengaturan Sirkulasi Kendaraan di Depan Stasiun untuk mendukung Intermoda.

2.5.3 Program Ruang


Program ruang bertujuan untuk menentukan identitas ruang sehingga
didapatkan penataan ruang yang sesuai dengan kebutuhan. Berikut terdapat macam
program ruang berdasarkan :
1. Zonasi Ruang :
a. Ruang Publik
Merupakan ruang yang terbuka bersifat umum dan dapat dicapai oleh siapa
saja didalam stasiun baik pengunjung, pengantar, pengguna kereta api
hingga staff-staff stasiun.
b. Semi Publik
Bersifat sedikit lebih privat dari pada ruang publik, namun didalam stasiun
biasanya area ini dapat diakses oleh dan staff pengguna stasiun saja atau
yang sudah memiliki karcis/ tiket kereta.
c. Privat
Merupakan area yang hanya dapat diakses seseorang atau sekelompok
orang, pada stasiun hanya dapat diakses oleh petugas staff , karyawan dan
kepala stasiun

2. Besaran Ruang
Besaran Ruang ditentukan berdasarkan kegiatan, jumlah pelaku kegiatan serta
kenyamanan sirkulasi bagi pelaku kegiatan. Berikut besaran ruang minimum kelas
sedang di Stasiun Kereta Api yang diperoleh dari Pedoman Standarisasi Stasiun
PT. KAI tahun 2011 :

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 34


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Tabel 1: Standar Minimum Kebutuhan dan Besaran Ruang untuk Stasiun Kelas Sedang

NO Kebutuhan Ruang Luasan Minimum Jumlah Total


(m2) (m2)

1 Ruang Kepala Stasiun 24 1 24

2 Ruang wakil Kepala Stasiun 15 1 15

3 Ruang PPKA 18 1 18

4 Ruang Serbaguna 50 1 50

5 Ruang Peralatan 12 1 12

6 Ruang UPT Kru KA 24 1 24

7 Ruang Istirahat Kru KA 25 1 25

8 Ruang Petugas Keamanan 12 1 12

9 Ruang Petugas Kebersihan 9 1 9

10 Ruang Hall 150 1 150

11 Ruang Loket 12 2 24

12 Ruang Pelayanan Informasi 12 1 12

13 Ruang Tunggu Eksekutif 60 1 60

14 Ruang Tunggu Umum 160 2 320

15 Ruang Layanan Kesehatan 15 2 30

16 Toilet 45 4 180

17 Ruang Mushola 30 2 60

18 Ruang Ibu Menyusui 10 2 20

TOTAL = 1045 m2

Sumber : Pedoman Standarisasi Stasiun (2011)

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 35


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

2.5.4. Kajian Bangunan Cagar Budaya


Bangunan Cagar Budaya adalah sebuah kelompok bangunan bersejarah dan
lingkungannya, yang memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dan nilai sosial budaya
masa kini maupun masa lalu (Burra Charter, 1992). Berikut beberapa hal mengenai
peraturan bangunan Cagar Budaya :
1. Undang-undang No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya; Pasal 1 yang
menyatakan “Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar
Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Bangunan Cagar
Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia
untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap.”
2. Undang-undang No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya; Pasal 83 yang
menyatakan:
1. Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya dapat dilakukan adaptasi untuk
memenuhi kebutuhan masa kini dengan tetap mempertahankan:
a) Ciri asli dan/atau muka Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya;
dan/atau
b) Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs Cagar Budaya atau
Kawasan Cagar Budaya sebelum dilakukan adaptasi.
2. Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:
a) Mempertahankan nilai-nilai yang melekat pada cagar budaya;
b) Menambah fasilitas sesuai dengan kebutuhan;
c) Mengubah susunan ruang secara terbatas

2.5.5. Karakteristik Arsitektur Indische


Menurut (Wardani, 2009) menegenai arsitektur Kolonial Belanda sebagai berikut
Arsitektur Kolonial Belanda adalah gaya desain yang cukup popular di Netherland tahun
1624-1820. Ciri-cirinya yakni (1) fasad simetris, (2) material dari batu bata atau kayu tanpa
pelapis, (3) entrance mempunyai dua daun pintu, (4) pintu masuk terletak di samping
bangunan, (5) denah simetris, (6) jendela besar berbingkai kayu, (7) terdapat dormer
(bukaan pada atap).

Elemen – elemen Arsitektur Kolonial Belanda

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 36


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Elemen-elemen bangunan bercorak Belanda yang banyak digunakan dalam arsitektur


kolonial Hindia Belanda (Handinoto, 1996) antara lain:
a) gevel (gable) pada tampak depan bangunan
b) tower
c) dormer (bukaan pada atap)
d) windwijzer (penunjuk angin);
e) nok acroterie (hiasan puncak atap)
f) geveltoppen (hiasan kemuncak atap depan)
g) ragam hias pada tubuh bangunan

h) balustrade.

Gambar 2.17 Macam Bentuk Dormer Gambar 2.18 Macam Bentuk Gevel

Sumber: (Handinoto, 1996) Sumber: (Handinoto, 1996)

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 37


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Gambar 2.19 Detail Arsitektur Indische Kolonial Belanda

Sumber: (Handinoto & Soehargo, 1996)

2.6 KAJIAN TEMA PERANCANGAN


2.6.1 Definisi dan Bentuk-Bentuk Konservasi
Konservasi adalah suatu proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek
agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik. Yang
termasuk cara pemeliharaan dan bila memungkingkan menurut keadaan proses
preservasi, restorasi, rekonstruksi, dan adaptasi, maupun kombinasinya termasuk
kedalam proses konservasi. (Burra Charter :1999).Konservasi juga merupakan salah
satu pengelolaan sumber budaya.
Konservasi merupakan suatu proses memahami, menjaga, yang juga mementingkan
pemeliharaan, perbaikan, pengembalian, dan adaptasi terhadap aset sejarah untuk
memelihara kepentingan kebudayaan. Konservasi merupakan salah satu proses
pengelolaan yang berkelanjutan terhadap perubahan, yang dalam prosesnya
memperhatikan beberapa pendekatan nilai yaitu nilai umur dan kelangkaan, nilai
arsitektur, nilai artistik, nilai kebudayaan, nilai asosiatif, nilai ekonomi, nilai
pendidikan, nilai emosi, nilai sejarah, nilai landscape, kekhasan daerah, nilai politik,
nilai masyarakat, nilai agama, nilai sosial, nilai simbolik, nilai teknik, nilai sains,
penelitian dan pengetahuan, dan tampilan suatu kota. (Architectural
Conservation:Aylin Orbasli).

Penerapan, Prinsip dan Panduan Konservasi

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 38


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

A. Etika Konservasi
Selain prinsip umum, terdapat peran lain yang mendasari dalam tahap konservasi yaitu
etika dalam konservasi. pendekatan terhadap nilai yang didapatkan mendukung suatu
kegiatan konservasi juga harus didasari oleh unsur keutuhan dan keaslian.
1. Kondisi bangunan harus direkam terlebih dahulu intervensi.
2. Bukti sejarah tidak boleh dihancurkan, dipalsukan atau dipindahkan.
3. Intervensi diusahakan seminim mungkin.
4. Intervensi harus didasari oleh penghargaan terhadap integritas, estetika,
kesejarahan dan fisik dari properti budaya yang bersangkutan.
5. Semua metoda dan material yang digunakan dalam intervensi harus
didokumentasi.

2.6.2. Arsitektur Kontekstual


Kontekstual adalah memungkinkan perluasan bangunan dan keinginan
mengaitkan bangunan baru dengan dengan lingkungan sekitarnya (brent c brolin,
arshitecture in context).

2.6.2.1 Ciri-Ciri Kontekstual


Adapun ciri – ciri dari kontekstual adalah:
a. Adanya pengulangan motif dari desain bangunan sekitar.
b. Pendekatan baik dari bentuk, pola atau irama, ornament, dan lain - lain terhadap
bangunan sekitar lingkungan, hal ini untuk menjaga karakter suatu tempat.
c. Meningkatkan kualitas lingkungan yang ada
2.6.2.2 Unsur-Unsur Kontekstual
Yang perlu diperhatikan dalam kontekstual adalah:
a. Irama
Irama adalah sebagai pengulangan garis, bentuk, wujud, atau warna secara teratur dan
harmonis. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan mengelompokkan unsur –
unsure di dalam suatu komposisi acak menurut:
1) Kedekatan atau keterhubungan satu sama lain, dan
2) Karakteristik visual yang dimiliki bersama Sifat fisik dari bentuk dan ruang arsitektur
yang dapat diorganisir secara berulang adalah:
1) Ukuran

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 39


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

2) Bentuk wujud
3) Karakteristik detail
b. Datum
Suatu datum diartikan sebagai suatu garis, bidang atau ruang acuan untuk
menghubungkan unsur - unsur lain di dalam suatu komposisi. Datum mengorganisi
suatu pola acak unsur –unsur melalui keteraturan kontinuitas dan kehadirannya yang
konstan. Sebagi contoh, garis – garis lagu berfungsi sebagai suatu datum yang memberi
dasar visual untuk membaca not dan irama secara relatif nada – nada yang ada.
Pada sebuah organisasi acak dari unsur – unsur yang tidak sama, sebuah datum dapat
mengorganisir unsur – unsur ini menurut cara – cara berikut:
1) Garis
Sebuah garis dapat memotong atau membentuk sisi – sisi bersama suatu pola; garis –
garis grid dapat membentuk sebuah bidang penyatu yang netral dari suatu pola.
2) Bidang
Sebuah bidang dapat mengumpulkan pola unsur – unsur di bawahnya atau berfungsi
sebagai latarbelakang dan membatasi unsur – unsur di dalam bidangnya.
3) Ruang
Sebuah bidang dapat mengumpulkan pola – pola di dalam batas – batasnya atau
mengorganisir mereka sepanjang sisi – sisinya.

2.6.2.3 Pembagian Arsitektur Kontekstual


Arsitektur kontekstual dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a. Contras (kontras / berbeda)
Kontras dapat menciptakan lingkungan urban yang hidup dan menarik, namun dalam
pengaplikasiannya diperlukan kehati – hatian hal ini agar tidak menimbulkan kekacaun.
Hal ini sesuai dengan pendapat Brent C. Brolin, bahwasannya kontras bangunan
modern dan kuno bisa merupakan sebuah harmoni, namun ia mengatakan bila terlalau
banyak akan mengakibatkan ”shock effect” yang timbul sebagai akibat kontas. Maka
efektifitas yang dikehendaki akan menurun sehingga yang muncul adalah chaos.
b. Harmony (harmoni / selaras)
Ada kalanya suatu lingkungan menuntut keserasian / keselarasan, hal tersebut
dilakukan dalam rangka menjaga keselarasan dengan lingkungan yang sudah ada.
Bangunan baru lebih menghargai dan memperhatikan konteks / lingkungan dimana

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 40


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

bangunan itu berada. Sehingga kehadiran satu atau sekelompok banguanan baru lebih
menunjang dari pada menyaingi karakter bangunan yang sudah ada walupun terlihat
dominan (secara Kuantitatif).

2.6.3. Insertion
2.6.3.1 Pengertian Insertion
Menurut Keith Ray dalam buku Insertion Oleh Milla Ardiani mengaktakan
“Infill ialah Suatu usaha penyisipan bangunan baru pada lahan kosong dalam suatu
lingkungan dengan karakteristik kuat dan teratur”.

Bangunan baru dikategorikan bangunan infill apabila satu bangunan berdiri


sendiri dalam satu area dan diapit beberapa bangunana yang berada di samping kanan
atau kirinya. Dalam beberapa kasus, bangunan eksisting merupakan bangunan cagar
budaya yang memiliki nilai konservasi 1. Bangunan baru yang dihadirkan dalam satu
kompleks dengan bangunan eksisting adalah bangunan sisipan yang disebut Insertion.
Insertion ialah upaya menghadirkan sebuah bangunan baru dengan cara menyisipkan
ke dalam area bangunan eksistingnya.

Langkah-langkah untuk melakukan insertion, tidak jauh berbeda dengan infill.


Hal-hal yang harus diperhatikan dadalah bangunan baru harus memperkuat dan
meningkatkan karakater bangunan baik pola-pola visual setempat. Berikut beberapa
elemen yang harus diperhatikan dalam menyisipkan sebuah bangunan baru di dekat
bangunan cagar budaya :

1. Proporsi Fasad

- Proporis bukaan (Irama,garis,bentuk)

- Bahan bangunan (material,tekstur)

- Warna

2. Komposisi Massa

- Ukuran dan tinggi bangunan

- Skala

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 41


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Berdasarkan buku Historic Preservation oleh Norman Tyler di dalam Buku


Insertion membedakan 4 pendekatan untuk Insertion dan Infill dengan parameter
elemen diatas :

1. Matching

Dalam pendekatan ini, bangunan baru dirancang dengan gaya arsitektur sama
seperti bangunan aslinya dengan membuat imitasi elemen bangunan bersejarah
sekitarnya, dengan menggunakan material dan detail-detail yang sama(mirip).

Gambar 2.20 Matching

Sumber: Buku Insertion Oleh Milla Ardiani

2. Contrasting

Pendekatan ini menggunakan material dan tampilan modern atau sederhana,


namun bentuk bangunannya jauh berbeda dengan bangunan eksistingnya.

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 42


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Gambar 2.21 Contrasting

Sumber: Buku Insertion Oleh Milla Ardiani

3. Compatible laras

Pada pendekatan ini, bangunan baru menyesuaikan dan diuat mirip dengan
krakter bangunan lama berdasarkan elemen-element visualnya namun lebih sederhana
dari bangunan aslinya.

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 43


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Gambar 2.22 Compatible Laras

Sumber: Buku Insertion Oleh Milla Ardiani

4. Compatible kontras

Pada pendekatan ini, gubahan massa disesuaikan dengan bangunan lama namun
karakter, komposisi dan hubungannya dibuat kontras terutama pemilihan penggunaan
fasad dan bentuk bangunan

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 44


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Gambar 2.23 Competible Kontras

Sumber: Buku Insertion Oleh Milla Ardiani

2.7.3.2 Preseden
1. Museum Louvre

Gambar 2.24 Museum Louvre

Sumber: http.google.com

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 45


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Museum Louvre merupakan salah satu museum terbesar, museum seni yang
paling banyak dikunjungi dan sebuah merupakan monumen bersejarah di dunia.
Museum Louvre terletak di Rive Droite Seine, paris dan memiliki luas area 60.600
meter persegi.

Gambar 2.25 Denah Skematik Louvre

Sumber: http.google.com

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 46


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Bangunan ini merupakan benteng yang dibangun pada abad ke-12 di bawah
pemerintahan Philip II. Sisa-sisa benteng dapat dilihat di ruang bawah tanah museum.
Bangunan ini diperluas beberapa kali hingga membentuk Istana Louvre yang sekarang
ini.kawasan benteng yang memiliki karakteristik dan memiliki nilai historis dipadukan
dengan arsitektur modern tanpa mengurangi atau menyaingi nilai dan karakter
bangunan dengan nilai historis yang tinggi sehingga museum ini sangat berhassil
menempatkan arsitektur modern di tengah-tengah bangunan lama(historis)

Lesson learn yang dapat diambil dari preseden ini yaitu :

Memadukan bangunan modern dan bangunan yang memiliki nilai historis tinggi
dengan karakteristik yang berbeda/berlawanan, dimana yang satu menggunakan
material kaca dengan sifat transparan dan ringan sedangkan yang satu memiliki
karakteristik massiv, berat dan banyak ornamen.

Kemudian dari segi level ketinggian, louvre dengan bangunan heritage yang memiliki
level yang sama, dan keterkaitan bangunan baru dan lama dihubungkan melalui jalan
underground pada louvre yang dapat menuju bagian basement pada setiap bagian
museum.

2.7. KAJIAN PRESEDEN


2.7.1 Kajian Stasiun
2.7.1.1 Stasiun Gambir Jakarta

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 47


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Gambar 2.26 Stasiun Gambir

Sumber: Wikipedia.com

Stasiun Gambir yaitu stasiun yang termasuk kereta api kelas besar yang terletak
di Gambir, Jakarta Pusat. Dengan nuansa Art Deco, Stasiun ini dibangun pada tahun
1930-an dan direnovasi menjadi jalur layang pada tahun 1990-an.(sumber:
Wikipedia.com). Stasiun ini melayani kelas Eksekutif dan Campuran dari dan menuju
kota-kota yang ada di Jawa. Stasiun Gambir merupakan pintu gerbang kota Jakarta yang
termasuk jenis Elevated Station. Stasiun ini memiliki 3 buah lantai dengan fungsi
masing-masing lantai yang berbeda. Pada lantai 1 terdapat aula, loket dan ticket gate,
beberapa restoran, lantai 2 terdapat ruang tunggu dan komersil dan platform pada lantai
3 (sumber: wikipedia.com). Dari stasiun gambir ini dapat dicontoh dalam zoning fungsi
perlantai yang sebenarnya dapat mempermudah sirkulasi dan pengawasan penumpang
terutama dalam peak hour.

Lesson learn dari preseden ini yaitu :


Pembagian zona ruang perlantai dan berdasarkan zonasi, dimana letak platform
berada paling atas seshingga mudah dalam sirkulasi dna pengawasasn penumpang.
Dan juga menyelesaikan permasalahan sirkulasi dengan cara vertikal atau elevated
station

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 48


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

2.7.1.2 The Flinders Street Station

Gambar 2.27 Bangunan lama dan baru

Sumber: archdaily.com

Stasiun ini merupakan proyek pengembangan dari Stasiun bersejarah di


Melbourne yang bertujuan untuk menambah ruang pelayanan pada stasiun dan
menciptakan ruang public baru bagi para warga. Bangunan ini didesain dengan cara
pola pengembangan restorasi dan adaptive reuse dari bangunan stasiun yang lama
dengan menambah fungsi baru seperti kantor, hotel dan ruang publik sedangkan
Stasiun lama difungsikan untuk lobby hotel dan restaurant dan bangunan baru
mengikuti skala awal bangunan eksisting agar terlihat setara dengan bangunan
lama.

Gambar 2.28 Potongan bangunan lama-baru

Sumber: archdaily.com

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 49


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Terlihat pada potongan Stasiun ini dibagi menjadi dua bagian yaitu bangunan
eksisting sebagai lobby dan retail sedangkan bangunan baru sebagai stasiun, hotel,
dan kantor. Pembagian zoning antara retail dan platform menggunakan sitem
vertikal dimana tepat dibawah zona komersil

Gambar 2.29 Potongan bangunan baru

Sumber: archdaily.com

Sementara pada bangunan baru terlihat pembagian ruangan secara vertikal


dimana kamar hotel dibagi oleh atrium dimana pembagian zona privat-semi privat dan
publik dibagi secara vertikal sehingga pembagian zona jelas terlihat dengan letak
kereta api yang berada di paling bawah

Gambar 2.30 Potongan bangunan baru

Sumber: archdaily.com

Pembagian fungsi ruang pada bangunan lama dengan letak peron berada paling
bawah dan penggunaan atrium pada retail-retail memberi kesan besar dan luas dan

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 50


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

sedangkan ruang-ruang dengan privasi tinggi memberi kesan rapat dan rendah pada
peron.

Gambar 2.31 Bangunan baru sebagai Background bangunan lama

Sumber: archdaily.com

Tampilan bangunan baru dibuat berbeda terhadap bangunan eksisting yang


merupakan bangunan heritage dengan menggunakan pewarnaan yang berbeda yaitu
dengan warna putih dan terlihat transparan agar dapan menjadi background bangunan
eksisting yang terlihat lebih kaya dengan motif bangunan dengan ornament dan dipadu
dengan material ringan seperti alumunium dan kaca agar terlihat kontras antara
bangunan heritage dengan bangunan baru.

Lesson learn yang dapat diambil dari preseden ini yaitu :

-Stasiun baru dan lama memiliki skala ukuran ketinggian yang sama sehingga
terlihat setara.

-peletakan platform berada di underground dengan pertimbangan penzoningan


berdasarkan zonasi yang publik dan semi privat antara pengunjung/pengantar dan
pengguna kereta api.

-membedakan karakteristik ruang antara hotel(privat) dan platform(semiprivat)


dengan cara membuat ruangan dengan atrium, dan;

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 51


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

- juga menerapkan atrium pada zona publik dan platform memberii kesan besar dan
luas sedangkan ruang-ruang platform memberi kesan rapat dan rendah pada peron.

2.7.1.3 Fort Lauderdale Station

Gambar 2.32 Stasiun Fort Lauderdale

Sumber: http.pinterest.com

Stasiun Fort Lauderdale merupakan Stasiun yang terletak di Florida, tepatnya


di Downtown Fort Lauderdale. Stasiun ini dibangun pada oktober 2014 dan sudah
selesai pada januari 2018. Stasiun ini menggunakan gaya modern dengan
penggunaan kolom Struktur V yang memberikan kesan estetika sekaligus
mendukung concourse yang ada pada Stasiun. Stasiun Fort Lauderdale
menggunakan kaca secara ekstensif memberikan perasaan ringan dan estetis.

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 52


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Gambar 2.33 Siteplan Stasiun Fort Lauderdale

Sumber: http.pinterest.com

Stasiun ini dipisahkan antara platform dan drop terpisah oleh jalan sehingga
terdapat skywalk untuk menyeberang, sehingga pengguna stasiun harus melewati
skywalk yang berada di lantai 3 dan harus melewati retail dan pusat perbelanjaan
kemudian platform ada di lantai ground floor. Alur sirkulasi kendaraan menuju drop
off menggunakan alur linier sehingga mobil hanya menurunkan penumpang dan
langsung keluar. Peletakan area parkir berada didepan sehingga dapat akses
langsung menuju Terminal.

Lesson learn yang dapat diambil dari preseden ini yaitu :

-Penggunaan kolom struktur yang berbentuk V memberikan kesan estetika yang


indah dan modern dan dipadukan dengan penggunaan material kaca yang
memberikan kesan ringan.

-Penggunaan skywalk dalam penyelesaian masalah antara platform yang terpisah


oleh jalan.

-Penggunaan alur linier pada sirkulasi drop off dan parkir dimana menerus hingga
platform

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 53


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

2.8 LINGKUP REDESAIN


Pada perancagan redesain Stasiun Tugu ini terdapat beberapa bangunan yang
dipertahankan dan di hancurkan. berikut analisa

Gambar 2.34 Bangunan stasiun yang dipertahanakan

Sumber : Data Penulis (2018)

2.8.1 Bangunan yang dipertahankan.


Stasiun Tugu merupakan bangunan cagar budaya yang memiliki karakter, bentuk
fisik dan nilai historis yang harus dipertahankan, menurut Undang-undang No.11
tahun 2010 tentang cagar budaya; Pasal 83” mempertahankan ciri asli dan/atau
muka Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya”.

Gambar 2.35 Denah Bangunan Cagar Budaya Stasiun Tugu

Sumber : Fauzan (2006)

Berikut denah bangunan utama Cagar Budaya Stasiun Tugu Sehingga bangunan
tersebut akan tetap dipertahankan tanpa mengganti atau merusak bagian luar maupun
dalam bangunan.

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 54


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

2.8.2 Bangunan yang dihancurkan.


Dalam redesain ini lingkup yang akan dihancurkan yaitu pada pintu selatan yang
bukan termasuk bangunan Cagar Budaya sehingga dapat di redesain.

Gambar 2.36 Bangunan yang diredesain

Sumber : Data Penulis (2018)


Pada zona merah merupakan bangunan yang akan di redesain, berikut beberapa
bangunan yang termasuk didalamnya yaitu :
1. Indomaret
2. Dropp off pintu selatan dan bangunannya meliputi ticketing, biro perjalanan,
dan beberapa retail didalamnya
3. Atm center dan souvenir
4. Ruang kesehatan
5. Kantor

2.9 KAJIAN AKSES TAPAK


2.9.1 Pencapaian jalan

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 55


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Gambar 2.37 Pencapaian jalan

Sumber: Data Penulis (2018)

Pencapaian jalan pada tapak terdapat 4 jalur yaitu :


1. Pencapaian melalui jalan Margo Utomo
Pada jalan ini dapat mengakses 2 buah pintu yang pertama langsung menuju pintu
timur dan kedua memutar melewati jalan pasar kembang menuju pintu selatan.
2. Pencapaian melalui jalan Suryonegaran.
Pada jalan ini merupakan jalan 1 arah yang hanya dapat dilalu dari jalan tentara
pelajar atau jalan tentara rakyat mataram dan kemudian menuju pintu timur.
3. Pencapaian melalui jalan Pasar Kembang.
Pada jalan ini merupakan jalan 2 arah yang dapat dilewat dari arah barat dan timur
atau jalan tentara rakyat mataram dan jalan abu bakar ali kemudian menuju pintu
selatan.
4. Pencapaian melalui jalan Gandekan
Jalan ini merupakan pencapaian satu-satunya dari arah selatan yang dapat menuju
langsung pintu selatan stasiun tugu.

2.9.2 Akses kedalam tapak (eksisting)

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 56


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Gambar 2.38 Akses kedalam tapak

Sumber : Data Penulis (2018)

Pada Stasiun Tugu terdapat 4 buah entrance kedalam stasiun yaitu :


1. Jalur entrance pintu parkir selatan
Jalur entrance ini merupakan jalur yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 2 dan
roda 4, pada jalur ini pengunjung dapat parkir dan menuju drop off pada bagian
selatan Stasiun.
2. Jalur entrance Pedicab
Pada Stasiun Tugu ini terdapat entrance khusus yang hanya dapat dilalui oleh
pedicab yang terletak pada bagian selatan stasiun. Pada jalur ini penumpang
diturunkan pada zona pedicab dan dapat jalan menuju pintu masuk ticketing pada
selatan stasiun.
3. Entrance pejalan kaki selatan
Pada jalur entrance ini merupakan jalur yang hanya dapat dilewati oleh pejalan kaki
dan menuju pintu ticket selatan. Namun dengan kesalahan perilaku pengunjung
menurunkan penumpang pada bahu jalan dan kemudian menciptakan kemacetan
pada jalan pasar kembang, dan juga pengunjung yang menggunakan sepeda motor
parkir dibahu jalan kemudian berjalan kaki menuju ticketing pintu selatan.
4. Entrance drop off timur
Jalur akses pintu timur ini merupakan satu-satunya pintu yang berada di timur
stasiun dan tidak melayani pintu keluar, pada pintu ini hanya dapat melakukan drop
off untuk kendaraan roda 2 dan roda 4. Pada pintu hanya dapat melakukan drop off
dan tidak terdapat parkir untuk kendaraan.

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 57


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

2.10 KAJIAN KARAKTERISTIK BANGUNAN CAGAR BUDAYA ST. TUGU

Gambar 2.39 Tampak depan Stasiun Tugu

Sumber : Data Penulis (2018)

Stasiun Tugu diresmikan pada tahun 1887, sehingga dari segi umur termasuk
cukup tua, Stasiun ini memiliki arsitektur yang unik yang merupakan peninggalan
bangunan belanda dengan karakter bangunan indische dengan penggunaan ornamen
garis-garis vertikal dan horizontal yang banyak dianut pada akhir abad ke 19 dan
menjadi gaya arsitektur kolonial modern pada awal abad ke 20 di Hindia Belanda.
(sumber :wikipedia.org)

Karakter bangunan indische pada stasiun tugu ini yaitu :

1. Irama
Komposisi simetris yang memiliki irama pengulangan dengan bagian tengah yang
merupakan pintu masuk utama sebagai pusat perhatian,
2. Elemen garis

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 58


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Perpaduan garis — garis vertikal dan horizontal sebagai pemberi karakter bangunan
3. Ornament
lubang-lubang dinding yang berguna untuk cross ventilation sebagai pemberi
karakter bangunan..
4. Bentuk
Stasiun tugu pada dasarnya adalah geometris seperti persegi yang tersusun dalam
suatu pola yang memberikan kesan rapi, ini padukan dengan unsur-unsur hias
dengan bentukan diagonal. Namun harus tetap menjadi suatu kesatuan antara
bentukan dan hiasan.
5. Material Beton(masif)
Bahan yang digunakan pada bangunan Cagar Budaya stasiun tugu ini yaitu semen,
beton, batu yang permukaannya dihaluskan dan bersamaan dengan kaca dekoratif.
6. Gevel
bangunan biasanya dihias dengan bentuk seperti menara untuk menunjukan letak
entrance agar lebih terlihat dan menarik
7. Dormer
Terdapat bukaan-bukaan kecil pada atap sebagai cross ventilation
8. Ventilasi sebagai elemen vertikal
Terdapat jendela sebagai bukaan dalam bentuk persegi atau bulat. Untuk menjaga
elemen garis pada bangunan, biasanya jendela diatur dalam pola horisontal
menerus.
9. Warna
Memiliki warna dominan putih dengan penekanan warna pada pintu masuk dan
elemen garis horizontal.
10. Denah Simetris

Gambar 2.40 Denah Bangunan Cagar Budaya Stasiun Tugu

Sumber : Fauzan (2006)

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 59


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Tabel 2: Karakter Bangunan Cagar Budaya Stasiun Tugu

NO Karakter Gambar

1 Irama

2 Element Garis

3 Ornament

4 Bentuk

5 Gevel

6 Ventilasi Sebagai
Elemen Vertikal

7 Warna

8 Dormer

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 60


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

9 Material Beton/Masiv

10 Denah Simetris

2.11 DATA JALUR KERETA API STASIUN TUGU


Jalur kereta Stasiun Tugu eksisting memiliki 6 jalur yang terbagi menjadi 2
dimana terminal berada di tengah-tengah jalur kereta, sehingga 3 jalur di bagian kiri
dan kanan terminal. Stasiun Tugu melayani kereta dengan kelas bisnis dan eksekutif
namun terdapat 1 buah jalur yang digunakan untuk kereta kelas ekonomi jalur jarak
jauh karena Stasiun Tugu hanya melayani kelas bbisnis dan eksekutif sehingga tidak

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 61


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

ada jalur ekonomi pada Stasiun ini kecuali Jogja-Solo. Berikut layout eksisting Stasiun
tugu :

Gambar 2.41 Layout eksisting Stassiun Tugu

Sumber: (Penulis, 2017)

2.12 STANDAR SIRKULASI DAN PARKIR


2.12.1 Sirkulasi Manusia dan Kendaraan

Gambar 2.42 Standar Ukuran Manusia

Sumber: (Neufert Data Arsitek)

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 62


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Gambar 2.43 Standar Ukuran Kendaraan Motor

Sumber: (Pedoman Standar Parkiran Dinas Perhubungan Darat)

Gambar 2.44 Standar Ukuran Kendaraan Mobil

Sumber: (Pedoman Standar Parkiran Dinas Perhubungan Darat)

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 63


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

Gambar 2.45 Standar Ukuran Kendaraan Bus

Sumber: (Pedoman Standar Parkiran Dinas Perhubungan Darat)

2.12.2 Jenis Standar Ruang Parkir

1. Parkir 90o

Gambar 2.46 Standar Parkir 90o

Sumber: (Pedoman Standar Parkiran Dinas Perhubungan Darat)

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 64


Redesain Stasiun Tugu Yogyakarta

2. Parkir 60o

Gambar 2.47 Standar Parkir 60o

Sumber: (Pedoman Standar Parkiran Dinas Perhubungan Darat)

3. Parkir 45o

Gambar 2.48 Standar Parkir 45o

Sumber: (Pedoman Standar Parkiran Dinas Perhubungan Darat)

4. Parkir 30o

Gambar 2.49 Standar Parkir 30o

Sumber: (Pedoman Standar Parkiran Dinas Perhubungan Darat)

LALU ERZA ARYADHI | 14512170 PROYEK AKHIR SARJANA | 65

Anda mungkin juga menyukai