Guru Yang Efektif
Guru Yang Efektif
Guru Yang Efektif
Di dunia pendidikan, guru selaku tenaga pendidik dan pengajar merupakan salah satu faktor
penting bagi keberhasilan proses pengajaran terhadap peserta didik. Bagi suatu sekolah, guru
yang memahami pentingnya keberhasilan suatu pengajaran menjadi aset yang tidak ternilai
harganya. Guru memang diharapkan untuk selalu bisa bersikap profesional dimana salah
satunya ditunjukkan dengan kemampuannya untuk dapat mengajar secara efektif.
Dalam sebuah penelitian pendidikan, disebutkan bahwa peran guru memang sangat signifikan
bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran. Jika kita perhatikan lebih jauh, guru yang
tengah menjalankan proses pengajaran di depan peserta didiknya memang merupakan
pemeran penting di kelas tersebut. Guru dapat melakukan dan mengajak peserta didik untuk
melakukan kegiatan apapun di kelas. Dalam melaksanakan fungsinya dalam pelaksanaan
pengajaran terhadap peserta didik ini, guru diharapkan mampu menjadi sosok yang mampu
menginspirasi peserta didik untuk dapat meraih prestasi melalui proses pembelajaran yang
sedang dilakukannya.
Dalam realitas kehidupan yang ada di sekitar kita saat ini, guru yang selalu diharapkan
mampu memberikan contoh baik bagi peserta didik dan masyarakat dapat menjadi sosok
yang berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat, sekolah atau dunia
pendidikan pada umumnya. Sangat mungkin seorang guru menjadi sosok yang tidak mampu
membawa kelas yang diajarnya menuju tujuannya, dan juga sangat mungkin guru tersebut
tidak mampu untuk selalu membawa kesan baiknya sebagai seseorang yang berprofesi
sebagai seorang guru pada saat dia berada di luar lingkungan sekolah. Guru yang kurang
mampu membawa dirinya sebagai seorang guru bisa saja menjadi guru yang hanya masuk ke
kelas untuk berbicara, membacakan materi yang sebetulnya sudah ada di buku pegangan
peserta didik yang diajarnya, meminta peserta didiknya untuk mengerjakan soal yang ada di
buku tersebut, dan diakhiri dengan memberitahukan jawaban yang benar dari setiap
pertanyaan yang telah dikerjakan. Hal tersebut memang sangatlah ironis, namun tidak
menutup kemungkinan masih terjadi di dalam kelas tanpa disadari oleh Kepala Sekolah atau
pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap keberhasilan di dalam kelas tersebut.
Saat kita dihadapkan pada dua kenyataan akan kemungkinan adanya tipe guru yang mampu
menginspirasi peserta didik dan tipe guru yang hanya sekedar masuk ke kelas untuk
berbicara, mari kita mencoba untuk melihat proses pembelajaran itu sendiri dari sisi peserta
didik. Demi kepentingan peserta didik yang memang datang ke sekolah untuk mendapatkan
pengajaran seoptimal mungkin dari para pengajar di sekolah, guru memang dituntut untuk
selalu mampu bersikap profesional dan melakukan pembelajaran di kelas dengan seefektif
mungkin. Sikap profesional dan keefektifan dalam pengajaran dapat dipelajari dan dilakukan
oleh seorang guru saat dia mempunyai kemauan untuk mempelajari kondisi kelas yang
diajarnya dan kemudian berusaha untuk menemukan sistem pengajaran baru. Penemuan dan
pengembangan sistem pembelajaran baru ini cukup penting untuk dilakukan oleh guru agar
bisa membantu tiap-tiap peserta didik dalam memperoleh pemahaman akan materi yang
sedang diajarkan oleh guru tersebut secara optimal.
Dalam menjalani profesinya secara profesional, seorang guru diharapkan mampu melakukan
pembelajaran di kelas secara efektif. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dijadikan tolok
ukur dalam melihat keefektifan seorang guru dalam melaksanakan tugas pengajarannya di
kelas yang dirangkum dari beberapa jurnal pendidikan yang membahas mengenai proses
pengajaran guru di kelas.
Yang pertama, seorang guru yang efektif memiliki kemampuan dalam menentukan strategi
pembelajaran yang tepat, baik di dalam maupun di luar kelas. Seperti yang kita sadari
bersama bahwa di dalam satu kelas terdapat banyak peserta didik dengan berbagai macam
karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memahami dan
menyesuaikan proses pembelajaran dengan karakteristik yang dimiliki oleh anak-anak
tersebut. Guru yang efektif diharapkan mampu memahami dan merangkul peserta didik yang
ada di kelasnya – dengan level dan jenis kemampuan – apapun untuk selalu dapat
berpartisipasi pada saat pembelajaran berlangsung. Dengan mengetahui jenis dan level
kemampuan anak, maka dapat dipastikan bahwa guru tersebut akan mampu menuai
keberhasilan dalam proses pengajaran yang dilakukannya di kelas.
Yang kedua, seorang guru yang efektif memiliki kemampuan untuk mengkondisikan iklim
belajar yang ada di kelasnya. Guru tersebut mampu melakukan persiapan pengajaran secara
matang, memiliki pengetahuan tentang materi pelajaran yang akan diajarkannya, memiliki
pemahaman mengenai cara belajar peserta didik serta memiliki kemampuan untuk
memberikan instruksi-instruksi yang tepat dan mudah dimengerti pada saat guru tersebut
memberikan tugas-tugas kepada peserta didiknya. Guru yang efektif dalam penguasaan iklim
kelas ini biasanya memiliki keterampilan interpersonal, dimana sang guru mampu untuk
menunjukkan empati, memberikan penghargaan kepada peserta didik akan keberhasilan
belajarnya seccara tepat, memiliki hubungan baik dengan peserta didik serta mampu
menciptakan atmosfir yang tepat di kelas untuk memacu tumbuhnya kerja sama di antara
pesama per individu).
Yang ketiga, seorang guru yang efektif memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian
umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement) pada saat guru tersebut melaksanakan
pembelajaran di kelas. Di dalam suatu proses pembelajaran, seorang guru yang efektif
memang dituntut untuk mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap setiap respon
yang ditunjukkan peserta didikselama proses pembelajaran berlangsung. Umpan balik positif
ini akan memberikan dampak yang cukup tinggi pada peningkatan hasil dari proses
pembelajaran yang dilalui oleh peserta didik. Guru diharapkan mampu memberikan respon
yang bersifat membantu terhadap peserta didik yang lamban belajar, mampu memberikan
tindak lanjut terhadap jawaban peserta didik yang kurang memuaskan, dan juga mampu
memberikan bantuan profesional kepada peserta didik jika diperlukan.
Yang keempat, guru yang efektif memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri
dan pengembangan keprofesionalismeannya. Guru yang efektif akan selalu berusaha untuk
mencari cara yang lebih baik dalam mengajar, dimana di sepanjang karirnya guru tersebut
akan terus berusaha meningkatkan kemampuannya dalam menjalani profesinya. Hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan perenungan mengenai kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukannya secara berkesinambungan dan juga perenungan mengenai kepribadian yang
melekat di dirinya yang selama ini ditampilkannya di depan kelas yang kemudian hasil
perenungan ini digunakannya untuk meningkatkan kemampuan mengajar dan untuk
meningkatkan potensi peserta didik yang ada di kelasnya. Guru yang secara efektif memiliki
kemampuan untuk selalu dapat melakukan peningkatan diri dan pengembangan
keprofesionalismean yang ada di dalam dirinya biasanya diiringi dengan kemampuan dalam
menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif, kemampuan dalam memperluas
dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode pengajaran, serta memiliki
kemampuan dalam memanfaatkan perencanaan guru secara kelompok untuk menciptakan
dan mengembangkan metode pengajaran yang relevan.
Dari uraian di atas sedikit banyak kita telah mendapatkan gambaran mengenai guru yang
efektif. Keefektifan pengajaran yang dimiliki seorang guru sedikit banyak memberikan
gambaran jelas mengenai keefektifan guru tersebut baik secara internal maupun eksternal,
baik dari sisi pelaksanaan pengajaran maupun dari sisi pengembangan pribadi guru tersebut
saat dikaitkan dengan pengembangan profesi yang melekat di dalam diri guru tersebut.
Keefektifan dan keberhasilan seorang guru di dalam proses pengajaran dan pengembangan
dirinya secara pasti akan kembali kepada guru itu sendiri, karena ada satu hal mendasar
dalam diri tiap-tiap individu yang tidak bisa berubah seiring waktu, yakni kenyataan bahwa
kesadaran tidak pernah bisa dipaksakan.*
Menjadi Guru Itu Tidak Mudah, Setiap
Hari Kita Mesti Mempersiapkan Ilmu Yang
Akan Kita Ajarkan
Menjadi guru itu tidak mudah, kita harus siap mental menghadapi berbagai komplenan dari
orang tua, meskipun kita sudah berusaha mengajar secara maksimal
Menjadi guru itu tidak mudah, kita harus bersabar dengan pendapatan yang tidak sebanding
dengan besarnya tuntutan
Menjadi guru itu tidak mudah, kita mesti memiliki berbagai keterampilan dalam menyajikan
ilmu yang kita akan sampaikan
Menjadi guru itu tidak mudah, tuntutan zaman akan memaksa guru untuk bisa menyesuaikan
cara mengajarnya
Menjadi guru itu tidak mudah, kita menghadapi peserta didik zaman now sementara kita
sendiri produk zaman old
Menjadi guru itu tidak mudah, kita mesti menguasai ilmu tentang cara berpikir dan mencari
solusi permasalahan siswa meskipun sebelumnya kita tidak pernah dapatkan di bangku kuliah
Menjadi guru itu tidak mudah, tantangan dilingkungan luar lebih mendominasi siswa
daripada di sekolah
Menjadi guru itu tidak mudah, kita selalu diminta untuk memperbaiki perilaku siswa kita,
sementara orang tuanya sendiripun tidak sanggup
Menjadi guru itu tidak mudah, orang menganggap prosfesi itu bagaikan pahlawan tapi
seringkali sedikit yang menghargainya
Menjadi guru itu tidak mudah, seringkali menertibkan siswa malah berakhir diruang jeruji
Kalau jadi guru makan hati maka tak ada seorangpun yang mau
Kalau jadi guru makan hati maka tak ada lagi penerang dalam gelapnya zaman
Luruskan niat, maksimalkan ikhtiar dan bertawakallah apapun hasil yang akan didapatkan
Karena kita bekerja bukan mengharap pujian manusia, biarlah Allah, Rasul dan orang-orang
yang beriman yang akan melihat pekerjaan kita
BARTER KEBAIKAN
Alkisah ada seorang ulama yang terkenal dengan ilmunya yang dalam dan pemikirannya
yang brilian, majelisnya selalu dikunjungi oleh ratusan bahkan ribuan orang, fatwa-fatwanya
selalu menjadi solusi dalam permasalahan yang dihadapi masyarakat pada saat itu,
kesederhanaan dan kepandaian dalam dalam hidupnya menjadi teladan
Namun dibalik ilmunya dan kepopuleran dirinya tak membuat beliau memanfaatkan situasi
itu untuk memperkaya dirinya, kehidupan yang sederhana bahkan seringkali puasa karena
tidak bisa untuk membeli makanan
Siang hari saat teriknya matahari ketika selesai memberikan ilmunya, beliau dalam keadaan
lapar disaat yang sama beliau melewati sungai tak sengaja beliau melihat buah Apel mengalir
diatas air tersebut, disaat perutnya lapar tentu menjadi peluang besar untuk segera
memakannya, karena rasa lapar akhirnya sang ulama memakan buah apel itu, pikirnya
mungkin apel itu tak ada yang punya atau berasal dari pohon yang tak ada empunya, dan
mungkin hal ini pula yang kita lakukan jika mengalami hal demikian
Tapi penyesalan pada akhirnya menyelimuti hatinya, ia terus bertanya apakah apel yang ia
makan ini halal ataukah haram, tak hanya sampai disitu ia berusaha untuk menjawab
pertanyaan yang selalu terngiang , ia terus berusaha telusuri aliran sungai itu sampai akhirnya
ia melihat kebun Apel dipinggir aliran sungai
Segera saja ia mencari tahu siapa pemilik kebun apel itu, dan sampailah ia bertemu dengan
pemiliknya, tanpa berbasa-basi ia meminta agar sang pemilik kebun untuk menghalalkan
buah apel yang telah dimakannya itu, namun naas sang pemilik kebun tak langsung
mengiyakannya, meskipun pemilik kebun tak kenal dengan siapa ia berbicara, namun tentu ia
bukan orang biasa, orang yang bisa jujur dengan apa yang dilakukannya
Sang pemilik kebun memberikan opsi dan akan menghalalkan apel yang dimakan sang ulama
itu, ia akan menghalalkan apel yang dimakannya dengan syarat sang ulama mau menikahi
anaknya dan ia menjelaskan bahwa anaknya buta, tuli dan lumpuh
Sang ulamapun terkaget dengan opsi pemilik kebun apel itu, sebuah pilihan yang berat untuk
diambilnya, namun karena ia ingin agar buah apel yang dimakannya halal maka ia pun
menerima tawaran sang pemilik kebun apel itu
Akhirnya singkat cerita ulama itupun menikah dengan seorang putri dari pemilik kebun apel
itu, sang ulama yang cerdas harus menikahi seorang wanita yang buta, tuli dan lumpuh
Tak berakhir sampai disana ceritanya setelah akad selesai dan sang ulama menemui istrinya
itu sang ulamapun kaget bukankah ayahnya yang tidak lain pemiliki kebun apel mengatakan
bahwa anaknya itu buta, tuli dan lumpuh tapi pada kenyataanya malah sebaliknya wanita itu
berparas cantik, matanya tidak buta seperti apa yang dikatakan ayahnya, telinganya tidak tuli
dan kakinyapun tidak lumpuh
Kemudian wanita yang tidak lain telah menjadi istrinya itu mengatakan bahwa yang
dimaksud buta oleh ayahnya ia ialah buta dari penglihatan maksiat sejak kecil ayahnya itu
selalu menjaga puterinya itu agar melihat yang halal, dan yang dimaksud tuli itu adalah tuli
dari segala pendengaran yang haram, dan lumpuh itu tidak berjalan untuk melangkah kepada
tempat-tempat maksiat
Kisah diatas tentu memberikan kita banyak sekali hikmah bahwa sesuatu yang baik akan
menghasilkan yang baik, hal kecil namun jika dilakukan untuk kebaikan akan membuahkan
hasil yang baik
Sesuatu kebaikan yang dilakukan dengan niat yang ikhlas disisi Allah bukanlah hal yang
sepele, Allah tidak melihat besar atau kecilnya amal yang kita lakukan namun keikhlasan dan
keseriusan kita dalam mengerjakannya
Menyingkirkan duri dijalan, memberikan senyuman ataupun amal yang mudah namun tak
banyak orang yang mau melakukannya, bisa jadi inilah amalan unggulan yang akan
mengantarkanya menuju syurgaNya
KENALI GAYA BELAJAR SISWA ANDA
pernahkah ketika Anda mengajar dengan metode yang sama di kelas yang berbeda namun
mendapati hasil belajar yang berbeda pula? Sebagai contoh, pagi hari Anda mengajar di kelas
5A dengan metode ceramah dan sangat didengar oleh para siswa, sementara ketika berpindah
ke kelas 5B dengan metode yang sama Anda justru diabaikan oleh sebagian besar siswa.
Contoh lain, ketika melakukan praktik di kelas 5A para siswa sangat fokus mencoba dan
mengamati, sementara ketika di kelas 5B kegiatan praktik terasa sangat membosankan oleh
sebagian besar siswa.
Ya, peristiwa di atas bisa jadi pernah kita alami atau mungkin sampai sekarang masih kita
alami. Bahkan mungkin bukan hanya terjadi di kelas yang berbeda, melainkan di satu kelas
yang sama. Lalu bagaimana kita sebagai seorang guru mengatasi akan hal tersebut?
Sahabat guru sekalian, masing-masing siswa kita memiliki kemampuan yang berbeda dalam
menyerap, menerima, mengatur dan mengolah informasi atau pelajaran yang diterima. Ada
sebagian siswa kita yang bisa memahami materi dengan cukup membaca materi, ada yang
perlu mendapat penjelasan dan ada yang harus praktik terlebih dulu baru dapat memahami
materi. Kemampuan tersebut kita kenal dengan istilah gaya belajar. Guru sangat perlu
mengenali gaya belajar dari masing-masing siswanya di kelas.
Dalam buku Quantum Learning yang ditulis oleh Bobbi DePorter dan Mike Hernacki,
setidaknya ada 3 jenis gaya belajar yang harus kita ketahui.
Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang lebih mengutamakan kekuatan penglihatan
(mata). Orang dengan gaya belajar visual biasanya menyukai materi pelajaran dengan sajian
peta konsep, diagram, film, pertunjukan, peragaan, dan buku atau tulisan berwarna dan
bergambar. Adapun ciri-ciri lain dari gaya belajar visual adaah sebagai berikut:
Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang lebih mengutamakan kekuatan pendengaran
(telinga). Orang dengan gaya belajar auditorial biasanya menyukai sajian materi dalam
bentuk ceramah, audio rekaman, diskusi, debat dan instruksi dalam proses belajar
mengajar.Adapun ciri-ciri lain dari gaya belajar auditorial adaah sebagai berikut:
Demikianlah tiga gaya belajar yang perlu dan wajib guru ketahui. Setelah mengetahui jenis-
jenis gaya belajar di atas, diharapkan guru mulai mengamati dan mengkaji gaya belajar dari
para siswanya. Hal ini penting guna menetapkan strategi belajar yang efektif dan jitu di
dalam kelas. Dengan begitu proses KBM diharapkan berjalan dengan lancar dan hasil belajar
siswa memuaskan.
Karakter Yang Harus Kita Bangun Dari
Hal Yang Selalu Dianggap Sepele/kecil
Karakter yang harus kita bangun dari hal yang selalu dianggap sepele/kecil. Generasi zaman
now sering kita lihat melupakan hal -hal yang sepele yaitu kepedulian terhadap yang ada
disekitarnya seperti sampah.
Mari kita tumbuhkan pendidikan karakter kepedulian akan lingkungan disekolah atau
dirumah dengan membiasakan mengambil sampah yang ditemuinya dan bukan hanya
memandang sampah tersebut dan membiarkannya.
Karakter yang penting dalam membangun generasi hal -hal yang kecil kadang terlupakan
,yaitu:
1.Budayakan antri yang mendidik anak-anak untuk bersikap sabar.
2.Budaya peduli kebersihan lingkungan yang akan mewujudkan sikap anak -anak untuk terus
melakukan kebersihan lingkungan.
3. Budaya jujur .
4.Budaya sopan dan santun.
5.Budaya sifat amanah dan bertanggung jawab .Walaupun kerja / tugas sekolah yang
diamanahkan ke peserta didik.
6.Budayakan sifat rasa kasih sayang .
7.Budaya ikhlas dalam melakukan kerja /aktivitas tanpa harus merasa sombong fan angkuh.
Membangun generasi emas indonesia harus dimulai dari hal – hal yang kecil.
Semoga kita bisa melakukan hal yang kecil untuk mendapatkan hal-hal yang besar
Semoga bermanfaat.
Mendidik Dengan Baik
Berbicara tentang sebuah benda mati jelas sangat berbeda ketika kita berbicara tentang
makhluk hidup. Pada kendaraan mobil tentunya ada yang namanya supir, kalau di kereta
tentunya ada yang namanya masinis, kalau di pesawat tentunya ada yang namanya pilot dan
kalau di kapal tentunya ada yang namanya nakodah. Tapi semua itu adalah benda mati yang
di hidupkan oleh seorang makhluk hidup.
Siswa adalah sebuah makhluk hidup yang mana karakternya tentu berbeda-beda, ada yang
cerdas, ada yang nakal, ada yang kalem, dan ada yang suka jahil. Joki sebagai penunggang
kuda hampir mirip dengan seorang guru, yang mana dalam menjinakkan kudanya harus
memiliki beberapa tips dan cara.
Cara Mendidik anak yang baik, benar, dan pintar tentunya menjadi sebuah tantangan
nomor satu. Orang tua yang membesarkan anaknyavdengan cara mendidik anak yang baik
dan benar dan dikehendaki kedua pasangan idaman. Ini karena hal yang diajarkan kepada
anak sejak dini dan akan melekat hingga mereka dewasa. Guru sebagai orang tua ke 2 pun
harus juga seperti itu.
Setiap guru tentu mempunyai cara mendidik yang berbeda terhadap siswanya. Berikut tiga
gaya pola guru di dalam mendidik :
A. Otoriter
Ini adalah gaya yang sangat ketat. Guru menetapkan aturan dengan harapan siswa dapat
mengikuti aturan tersebut. Jika tidak mengikuti aturan, siswa biasanya akan mendapat
hukuman. Guru yang mengikuti gaya ini biasanya tidak berdebat atau membicarakannya
terlebih dahulu dengan si anak. Anak-anak akan ditarik dan mungkin tidak dapat berpikir
untuk diri mereka sendiri. Ini karena mereka tidak pernah diberi kesempatan berbicara dan
mengeluarkan pendapatnya sendiri.
B. Demokratis
Gaya pengasuhan seperti ini menetapkan aturan dan pedoman untuk siswa, tapi tidak
otoriter. Guru harusnya jauh lebih terbuka untuk mendengarkan perkataan siswa dan
memahami kebutuhan mereka. Jika melanggar aturan, siswa akan ditegur dengan cara halus
dan tidak menggunakan kekerasan.
Meski memantau dan mengawasi perilaku siswa, guru tidak akan ikut campur dalam
kehidupan anak misalnya ketika mencari teman. Guru baru akan ambil langkah jika
merasasiswa dalam keadaan bahaya. Pola ini dianggap sebagai gaya bimbingan yang paling
ideal dan
paling umum dilakukan.
C. Serba membolehkan
Siswa yang kita ajarkan dalam gaya permisif akan menunjukkan kecenderungan manja dan
mengganggu. Siswa juga akan cenderung berperilaku buruk jika tidak mendapatkan apa yang
diinginkan. Ini karena guru dengan tipe seperti ini tidak menetapkan batasan atau peraturan.
Meski ada peraturan, siswa biasanya akan melanggar. Jika ini menjadi gaya pola didik guru
maka buatkan peraturan yang harus dipatuhi siswa dan jangan menyerah.
Guru sesekali bisa memberikan hadiah kepada siswa jika ia berperilaku baik. Hal ini bagus
untuk masa depan siswa ketika menghadapi “dunia nyata” ketika tidak semua orang dapat
memperlakukan dia seperti gurunya tersebut melebihi dari orang tua kandung sendiri.