CRS Hernia BTS PDF
CRS Hernia BTS PDF
CRS Hernia BTS PDF
Oleh :
Preseptor :
BAGIAN BEDAH
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga Case yang berjudul “Hernia Inguinalis Lateralis Bilateral Reponibel” ini
hernia inguinalis lateral , serta menjadi salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, khususnya kepada dr. Ewi Astuti, Sp.B sebagai preseptor
yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan saran, perbaikan dan bimbingan.
Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 4 DISKUSI…………………………………….……………………………..28
BAB 5 KESIMPULAN.............................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................32
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia dapat terjadi di berbagai
tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen dan pada umumnya
terjadi di daerah inguinal. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.1,2
Hernia inguinalis merupakan jenis hernia terbanyak dari kasus semua jenis
hernia abdomen yaitu sebanyak 75%. Hernia ingunalis lateralis ditemukan sekitar 50%
sedangkan hernia ingunalis medialis 25% dan hernia femoralis sekitar 15% dan 10%
menyebutkan bahwa berdasarkan distribusi penyakit sistem cerna pasien rawat inap
menurut golongan sebab sakit di Indonesia tahun 2004, hernia menempati urutan ke-8
dengan jumlah 18.145 kasus, 273 diantaranya meninggal dunia. Dari total tersebut,
15.051 diantaranya terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi pada wanita.3
paha yang timbul pada waktu mengejan, batuk, atau mengangkat beban berat dan
menghilang waktu istirahat baring. Sementara itu, benjolan pada hernia ireponibel tidak
dapat menghilang dengan berbaring. Hernia inguinalis yang tidak ditanggulangi dapat
menjadi hernia inkarserata dan strangulata dan hal ini merupakan kasus gawat pada
Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan
4
masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganannya dan
hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan angka rekurensi. Besarnya
biaya yang diperlukan untuk penanganan hernia dapat pula menimbulkan masalah
sosial dan ekonomi.5 Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang baik mengenai
diagnosis dan tatalaksana awal hernia terutama hernia inguinalis bagi dokter di layanan
primer.
Metode yang dipakai dalam penulisan studi kasus ini berupa hasil pemeriksaan
pasien, tinjauan kepustakaan yang mengacu pada berbagai literature, termasuk buku
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah
suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek)
yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan
Hernia Ingunalis Medialis (HIM). Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain
yaitu hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding
abdomen. Selain hernia indirek nama yang lain adalah hernia oblique yang artinya
kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis
sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah lateral vasa epigastrica
inferior.7
6
2.2. Anatomi
1. Kulit (kutis).
2. Jaringan sub kutis yang berisikan lemak. Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial
abdomen dan turun ke sekitar penis, skrotum, perineum, paha, bokong. Bagian yang
eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang publis., Lakunare
(Gimbernat) Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari
serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias. Ligamentum ini
membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal.
Ligamentum ini dibentuk dari serabut aponeurosis yang berasal dari crus inferior cincin
7
Gambar 2.1. Lapisan-lapisan abdomen
8
5. Fasia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan ligamentum pectinea
7. Peritoneum
a. Pintu hernia adalah lapisan l;paisan dinding perut dan panggul. Hernia dinamai
b. Kantung hernia adalah peritoneum parietalis, bagiannya adalah kolum, korpus dan
basis
c. Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang 4 cm
dan terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale. Dinding yang membatasi kanalis
inguinalis adalah:
transversal.
9
- Superior : Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus dan
Batas cincin interna adalah pada bagian atas muskulus transversus abdominis,
iliopublik tract dan interfoveolar (Hasselbach) ligament dan pembuluh darah epigastrik
inferior di bagian medial. External inguinal ring adalah daerah pembukaan pada
aponeurosis muskulus obliqus eksternus, berbentuk “U” dangan ujung terbuka ke arah
- Duktus deferens
10
- Arteri yaitu : arteri spermatika interna, arteri diferential, dan arteri spermatika
eksterna
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus
internus yang cukup lebar, sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain
itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
- Overweight
- Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan.
- Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran kencing
- Ascites
11
2. Adanya kelemahan jaringan /otot abdomen karena proses degenerasi seiring dengan
bertambahnya usia.
kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan
tubuh dan keluar melalui defek tersebut membentuk kantong. Kantong ini membawa
usus dan omentum melalui defek. Sebagian besar kasus organ intraperitoneal dapat
bergerak bebas keluar masuk hernia yang disebut hernia reponible, tetapi jika defeknya
kecil, usus dapat terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga peritoneum, hal ini
Bagian leher hernia adalah bagian tersempit dari kantong pada defek dinding
abdomen. Ketika jaringan terperangkap di dalam hernia, leher sempit ini bertindak
sebagai cincin kontraksi yang menghambat aliran balik vena dan meningkatkan
tekanan di dalam hernia, sehingga menyebabkan ketegangan dan memicu nyeri. Jika
hernia berisi usus maka akan menyebabkan obstruksi secara total atau parsial dan
menunjukan gejala ileus obstruksi. Pada keadaan ini disebut hernia inkarserata. Jika
tekanan meningkat, darah arteri tidak dapat masuk ke hernia dan isi hernia menjadi
Dinding usus akan perforasi, melepaskan agen infeksius, meracuni usus ke dalam
Risiko strangulasi tinggi pada hernia yang memiliki leher kecil dan kaku.10
12
2.4 Gejala dan tanda klinik
2.4.1. Gejala
Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha ,pada beberapa orang adanya nyeri
dan membengkak pada saat mengangkat atau ketegangan. Seringnya hernia ditemukan
pada saat pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja.
Beberapa pasien mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia
bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman dan rasa nyeri,
2.4.2. Tanda
Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan
berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk
dilihat kita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari ke
annulus jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan
sangat sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain
halnya pada cincin yang lebar hernia dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissue
dapat dirasakan pada tonjolandi kanalis ingunalis pada saat batuk dan hernia dapat
didiagnosis. Hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia
ingunalis lateralis.11
Pada inspeksi pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan
akan terlihat simetris, dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan
menghilang pada saat pasien berbaring . sedangkan pada hernia ingunalis lateralis akan
terlihat tonjolan yang yang bebentuk elip dan susah menghilang pada saat berbaring.11
13
Pada palpasi dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan
pada hernia inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan
tidak adanya tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta
untuk batuk pada pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan terasa pada sisi
jari maka itu hernia direct. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis.
Penekanan melalui cincin interna ketika pasien mengedan juga dapat membedakan
hernia direct dan hernia inguinalis lateralis. Pada hernia direct benjolan akan terasa
pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbach’s dan kebalikannya pada hernia
ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka pembedanya dan hubungan secara
2.5.1. Laboratorium
dengan shift to the left yang menandakan strangulasi. Elektrolit, BUN, kadar kreatinine
yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi dehidrasi. Tes Urinalisis untuk
lipat paha.4
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau
14
2.6. Penatalaksanaan hernia
2.6.1. Konservatif
dalam cavum peritoneum atau abdomen secara hati-hati dan dengan tekanan yang
lembut dan pasti. Reposisi ini dilakukan pada hernia inguinalis yang reponibel dengan
cara memakai kedua tangan. Tangan yang satu memegang lekuk yang sesuai dengan
pintunya (leher hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan), sedangkan tangan
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak
- Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus
dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit dan
Pada keadaan nyeri akut dapat diberikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat. Posisikan pasien
berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut. Pasien pada posisi Trendelenburg
dengan sudut sekitar 15-20° terhadap hernia inguinalis agar terjadi penurunan tekanan
abdomen. Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang
berlanjut selama proses reduksi penonjolan. Usahakan penekanan yang tetap pada sisi
15
hernia yang bertujuan untu mengembalikan isis hernia ke atas. Konsul ke ahli bedah
2.6.2 Operatif
pembebasan kantong hernia sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia,
jika ada perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi
hernioplasti. Selain itu operasi dapat dilakukan juga dengan minimal ivasive surgery
(Laparascopy).13
dan memperbaiki dinding abdomen. Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa
eksterna.
cara Bassini.
16
Bassini merupakan metode yang sering digunakan. Berikut ilustrasi operasi
Gambar 2.4-1 lluskasi ini menggambarkan anatomi topikal area inguinalis pada level
dinding abdomen. Struktur-struktur yang penting meliputi anulus inguinalis eksternus,
nervus ilioinguinalis, dan pembuluh darah femoralis di bawah kanalis inguinalis.
Gambar 2.4-2. Melalui insisi transversal atau sedikit obliq, anulus inguinalis eksiernus
dan fasia obliquus abdominis eksternus dibuka dan funikulus spermatikus dilingkupi.
17
Gambar 2.4-3. Otot kremaster dilakukan diseksi secara cermat dari sisi medial
funikulus spermatikus untuk mengidentifikasi kantong hernia indirek.
Gambar 2.4-4. Setelah kantong hernia dilakukan diseksi bebas dari level dinding
abdomen, kantong dibuka dan isi hernia direduksi. Leher kantong hernia di level
dinding abdomen diligasi, dan sisa kantong hernia distal dipotong.
18
Gambar 2.4-5. Dengan jahitan serial, fasia transversalis dipertemukan dengan
ligamentum Cooper dan selanjutnya sepanjang perjalanan traktus iliopubik (bagian
kelanjutan ligamentum inguinalis). Perhatian diberikan pada sambungan ligamentum
inguinalis dan simfisis pubis sehingga jahitan transisi antara ligamentum Cooper
dengan traktus iliopubik menjamin penutupan area ini.
19
GAMBAR 2.4-7. Luka dicuci dan ditutup lapis demi lapis dengan menggunakan
jahitan subkutan dan subkutikular.
Penggunaan material sintetis sebagai penutup defek miopektineal dinding
harus cukup kuat sebagai penyangga, tidak bersikap alergen, mempunyai potensi untuk
menimbulkan respon inflamasi dan cepat berintegrasi dengan jaringan sekitar. Agar
integrasi menjadi solid, prostesis berupa anyaman yang berpori sehingga jaringan
tersebut serta mampu bersifat permanen sehingga tidak diperbolehkan kontak langsung
dengan organ visera karena akan menimbulkan perlengketan serta obstruksi atau
pembentukan fistula. Saat ini polypropylen mesh dipilih sebagai prostesis baku dalam
petatalaksanaan hernioplasti.13
sewaktu rekonstruksi dinding belakang kanalis inguinal sehingga perasaan nyeri pasca
operasi dapat berkurang dengan nyata. Diikuti pemulihan dan kembali kepada aktivitas
lebar untuk menutup seluruh defek miopektineal (dengan ukuran 10 x 5 cm), tidak
20
terjadi lipatan-lipatan, melingkari bagian dari spermatik kord di daerah kanalis inguinal
interna.13
2.7 Komplikasi
Hernia inkarserasi terjadi karena adanya jepitan pada cincin hernia sehingga
menyebabkan obstruksi dan gangguan vaskularisasi. Pada keadaan ini mulai ada gejala
nyeri, adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus. Hernia strangulate terjadi jika
gangguan vaskularisasi dan obstruksi menyebabkan nekrosis jaringan dan dapat terjadi
infeksi.15
2.8 Prognosis
Prognosis bergantung dari umur, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong
hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit pasca
bedah seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi hernia umumnya dapat
diatasi.4
21
BAB 3
ILUSTRASI KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Usia : 70 tahun
Alamat : Pagaruyung, Batusangkar
3.2 Anamnesa
Keluhan Utama
Benjolan pada lipat paha kanan dan kiri sejak 2 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Benjolan pada lipat paha kanan dan kiri sejak 2 tahun yang lalu. Benjolan
pertama kali dirasakan pasien pada bagian kanan dan beberapa hari
setelahnya dirasakan pada buah bagian kiri.
- Awalnya benjolan berukuran sebesar kelereng pada lipat paha kanan dan
kiri. Benjolan hilang timbul, muncul saat berdiri lama, bekerja mengangkat
beban berat, dan mengedan. Benjolan hilang ketika berbaring. Makin lama
benjolan semakin besar dan memanjang.
- Benjolan pada lipat paha kanan dirasakan nyeri sejak 15 hari ini.
- Benjolan sewarna dengan kulit dan teraba lunak.
- BAB ada, flatus (+)
- Mual (-), Muntah (-)
- Demam (-)
- BAK tak ada keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat penyakit yang sama sebelumnya tidak ada.
- Riwayat batuk kronik (+), pembesaran prostat (-), konstipasi (-).
- Riwayat hipertensi sejak 7 tahun yang lalu tidak terkontrol.
Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti pasien.
22
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Kebiasaan
- Pasien bekerja sebagai petani
- Pasien bukan perokok
3.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum
- Keadaan Umum : Sakit sedang
- Kesadaran : Komposmentis kooperatif
- TekananDarah : 140/90 mmHg
- Nadi : 80 kali/menit
- Nafas : 20 kali/menit
- Suhu : 36,8 o C
Status Generalis
- Rambut : Tidak mudah dicabut
- Kepala : Tidak ditemukan kelainan
- Kulit dan kuku : Turgor kulit baik
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
- Hidung : Tidak ditemukan kelainan
- Telinga : Tidak ditemukan kelainan
- Leher : Tidak ada pembesaran KGB
- Paru :
Inspeksi : Simetris, kiri = kanan
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
23
- Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial línea mid
clavicula sinistra RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-), Gallop
(-)
- Regio Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-), DC (-), DS (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-),muscle rigidity (-)
24
Status Lokalis (Regio Inguinoskrotalis Sinistra)
Berdiri
- Inspeksi : Massa di lipat paha (+). Tampak benjolan di inguinal
sebesar telur ayam kampung, bentuk bulat
lonjong/memanjang, warna sama dengan kulit sekitar,
tanda inflamasi (-), valsava test (+).
- Palpasi : Teraba massa didaerah inguinal konsistensi lunak,
permukaan rata, batas tegas, mobile, ukuran panjang 5 cm
lebar 4 cm tebal 4 cm, dapat direposisi kembali, nyeri (-).
Berbaring
- Inspeksi : Benjolan tidak kembali ke rongga abdomen
- Palpasi : Benjolan dimanipulasi dan dapat dimasukkan kembali,
finger test teraba impuls diujung jari.
- Perkusi : Tidak dilakukan
- Auskultasi : Bising usus (+)
25
Hasil Rontgen Thorax
26
3.7 Kondisi pasien post op
S : Nyeri dilokasi jahitan (+)
O : Luka jahitan tertutup perban (+), massa inguinal kiri (+)
A : Hernia inguinalis lateralis bilateral reponibel post herniorafi dekstra H+1
P:
IVFD RL 25 tetes/menit
Cefotaxime 2 x 1 gr (IV)
Ranitidin 2 x 1 ampul (IV)
Ketorolac 2 x 1 (IV)
Kalnex 3 x 1 (IV)
Vit C 3 x 1 (IV)
Mobilisasi
27
BAB 4
DISKUSI
Seorang pasien laki-laki usia 70 tahun di bangsal bedah RSUD Prof. dr. MA
Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan utama benjolan pada lipat paha kanan dan
kiri sejak 2 tahun yang lalu. Benjolan hilang timbul. Benjolan muncul saat bekerja
mengangkat beban berat, dan mengedan. Benjolan akan hilang ketika dibawa berbaring
atau beristirahat. Awalnya benjolan berukuran sebesar kelereng dan muncul ketika
pasien mengangkat beban berat. Makin lama benjolan bertambah besar sebesar telur
ayam kampung dan benjolan kanan terasa nyeri sejak 15 hari ini.
Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk
hernia femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita. Sedangkan jika ditemukan
hernia ingunalis pada pria kemungkinan adanya hernia ingunalis atau berkembangnya
menjadi hernia ingunalis sebanyak 50 % Perbandingan antara pria dan wanita untuk
hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur.4
merupakan pekerjaan yang memiliki tingkat aktivitas yang tinggi dan kemungkinan
besar untuk mengangkat beban yang berat dan dilakukan dalam waktu yang lama yang
28
akan menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen juga dalam waktu yang lama
Benjolan pada lipatan paha yang bisa dimasukkan lagi disebut dengan hernia
reponibel. Secara klinis, istilah hernia reponibel dimaksudkan untuk kasus hernia yang
Pasien tidak mengeluhkan perut kembung, mual dan muntah. Hal ini
menunjukkan belum terjadi komplikasi berupa hernia inkarserata, dimana isi hernia
tercekik oleh cincin hernia sehingga menimbulkan gejala obstruksi usus. Pasien tidak
mengeluhkan nyeri hebat , hal ini menunjukkan belum terjadi hernia strangulata, yakni
menyebabkan nekrosis dan pasien akan mengeluhkan nyeri hebat pada lokasi hernia.
bulat lonjong di inguinal valsava test (+), perabaan lunak, dapat direposisi kembali,
terdengar bising usus, ini menunjukkan adanya hernia inguinalis lateralis reponibel.
operatif adalah terapi defenitif untuk hernia inguinalis. Prinsip dasar Hernioraphy
kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau
ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu
29
BAB 5
KESIMPULAN
jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Kebanyakan
lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.
kekambuhan.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Artioukh DY, Walker SJ. Inguinal and Femoral Hernias Oxford Textbook of
Surgery. Morris P. England : Oxford Press. 2000
3. Depkes RI. Distribusi Penyakit SistemCerna Pasien Rawat Inap dan Rawat
Jalan Menurut Golongan Sebab Sakit di Indonesia. Jakarta; 2004.
9. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall.
Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc
Graw-Hill. 783-789.
11. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall.
Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc
Graw-Hill. 783-789.
12. Glick, PL, & Boulanger, SC. Inguinal Hernias and Hydroceles. In A.G. Coran,
N.S. Adzick, & T.M. Krummel, Pediatric Surgery. pp. 985-1001. 2012.
Philadelphia, USA: Elsevier Saunders.
31
13. Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingot’s Abdominal Operation. Volume 1.
Tenth edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525.
14. Sabiston. atlas bedah umum. 2011. bina rupa aksaraAlih Bahasa: Dr. Dwi
Djuwantoro, SpU. Tangerang Selatan
15. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New
York. WB Saunders Company. 795-801
32