0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
162 tayangan62 halaman

Proposal Kolokium Fisika

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 62

MAKALAH KOLOKIUM FISIKA

ALAT PERAGA AYUNAN BANDUL SEDERHANA

Disusun Oleh:

1. UMAYA NPM 4115010

2. MELY FALENSI NPM 4115018

DOSEN PEMBIMBING: ENDANG LOVISIA, M.Pd.Si

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2018/2019
i

HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH KOLOKIUM FISIKA
ALAT PERAGA AYUNAN BANDUL SEDERHANA

Disusun oleh :
1. UMAYA NPM 4115010
2. MELY FALENSI NPM 4115018

Lubuklinggau, Desember 2018

Dosen pembimbing, Ketua Kelompok,

Endang Lovisia, M.Pd.Si Umaya


NIDN. 0230058801 NPM. 4115010

Mengetahui,
Kepala Program Studi Pendidikan Fisika

Tri Ariani, M.Pd.Si


NIDN. 0228118901

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2018/2019

i
ii

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kita khaturkan kepada Allah SWT, shalawat serta
salam juga tak lupa kita sampaikan kepada junjungan kita, teladan kita yaitu Nabi
Muhammad SAW. Diantara sekian banyak nikmat Allah SWT yang membawa
kita dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang yang memberi hikmah
dan manfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya kami dapat
menyelesaikan tugas membuat sebuah alat peraga sebagai media pembelajaran
untuk diseminarkan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam proses penyusunan tugas ini tentunya tidak berjalan mulus,
melainkan banyak sekali hambatan serta rintangan yang ditemui, namun berkat
dukungan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan cukup baik, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan
terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang
telah membantu terselesaikannya tugas pembuatan alat peraga ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal
yang benar datangnya hanya dari Allah SWT, meski begitu tentu tugas ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya.
Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi
pembaca lain pada umumnya.

Lubuklinggau, Desember 2018

PENYUSUN

ii
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan .............................................................................................. 1


A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 3
C. Rumusan masalah ................................................................................. 3
D. Tujuan .................................................................................................. 4
E. Manfaat ................................................................................................ 4

Bab II Pembahasan .............................................................................................. 5


A. Kajian teori............................................................................................ 5
B. Metode penelitian.................................................................................. 7
C. Hasil Percobaan .................................................................................... 13
D. Analisis Data ........................................................................................ 15
E. Pembahasan Hasil Percobaan ............................................................... 23
F. Kelebihan dan Kekurangan Alat ........................................................... 24

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 26


A. Kesimpulan ........................................................................................... 26
B. Saran .................................................................................................... 26

Daftar pustaka ..................................................................................................... 27

Lampiran

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa inggris ‘science’.
Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin ‘scientia’ yang
berarti saya tahu (Trianto, 2013:136). IPA pada hakikatnya dibangun atas
dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Proses belajar
mengajar IPA menekankan pada keterampilan proses yang dimiliki siswa
karena secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan
berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah,
penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan
kesimpulan, serta penemuan konsep dan teori. Fisika merupakan bagian
dari pembelajaran IPA. Fisika adalah salah satu IPA dasar yang banyak
digunakan sebagai dasar bagi ilmu-ilmu yang lain. Fisika memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mempelajari gejala dan
peristiwa atau fenomena alam dengan cara berdiskusi, melakukan
penyelidikan, dan bekerja sama untuk menemukan konsep, prinsip serta
melatihkan keterampilan yang dimiliki yang dapat memungkinkan peserta
didik tumbuh mandiri.
Fisika merupakan cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang di
dalamnya mempelajari tentang apa yang terjadi mengenai alam baik itu
berupa konsep, hukum-hukum, serta teori yang telah dirumuskan oleh para
ilmuan. Salah satu tujuan pembelajaran fisika yang dicanangkan
Depdiknas adalah agar siswa menguasai konsep dan prinsip fisika untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri
sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu metode
yang dapat digunakan untuk mengembangkan sikap keterampilan tersebut
yaitu metode eksperimen.

1
2

Metode eksperimen adalah salah satu metode yang dapat


digunakan dalam proses pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih
aktif dalam belajar. Dalam metode ini siswa dapat melakukan praktikum
serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya
dirinya pada setiap materi yang dipelajari. Untuk menunjang metode ini
diperlukan sebuah alat peraga atau alat praktikum yang dapat membantu
pelaksanaan praktikum tersebut.
Namun, seperti yang kita ketahui bersama bahwa terkadang masih
ada beberapa materi yang dijelaskan secara konvensional. Hal tersebut
terjadi dikarenakan kurangnya alat peraga serta alat praktikum yang
dimiliki. Salah satu materi yang terkadang masih dijelaskan dengan cara
konvensional yaitu materi Gerak Harmonik Sederhana (GHS) khususnya
pada sub bahasan periode dan frekuensi.
Periode (T) adalah waktu yang diperlukan benda untuk melakukan
satu getaran. Sedangkan frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang
(gerak bolak-balik) dalam selang satu sekon. Untuk memahami konsep
materi yang bersifat ada, diperlukan kreativitas guru dalam memilih media
pembelajaran yang tepat. Salah satu komponen media pembelajaran yaitu
alat peraga. Alat peraga pendidikan disusun berdasarkan prinsip bahwa
pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap
melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk
menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula
pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Alat peraga ini dimaksudkan
untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek
sehingga mempermudah persepsi.
Dari permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk membuat sebuah
alat peraga atau alat praktikum sederhana yang berkaitan dengan materi
periode dan frekuensi pada ayunan bandul. Alat peraga yang diberi nama
AYUBAS (Ayunan Bandul Sederhana) ini bukan pertama kalinya dibuat.
Dari contoh alat yang telah ada sebelumnya yaitu hanya menggunakan
satu variabel saja. Tetapi, kami membuat sebuah perubahan atau inovasi
3

untuk alat tersebut dengan membuat variabel yang berbeda sehingga dapat
dilakukannya pengukuran secara berulang dan diperoleh data dari
percobaan tersebut. Variabel tersebut berupa panjang tali bandul yang
berbeda, serta besarnya massa bandul yang berbeda. Tujuannya adalah
untuk membandingkan besarnya hasil yang diperoleh dari perbedaan
panjang tali bandul yang digunakan, serta besarnya massa bandul tersebut.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan masalah
yang timbul yaitu alat praktikum ayunan bandul yang seperti apa yang
dapat digunakan sebagai media untuk memberikan pengayaan terhadap
siswa?

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh panjang tali bandul terhadap osilasi yang terjadi?
2. Bagaimana pengaruh massa bandul terhadap osilasi yang terjadi?
3. Bagaimana sistem kerja alat peraga AYUBAS (ayunan bandul
sederhana) yang telah dibuat?
4. Bagaimana hasil uji coba alat peraga AYUBAS (ayunan bandul
sederhana)?
5. Apa saja kekurangan dan kelebihan alat peraga AYUBAS (ayunan
bandul sederhana)?

D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan tersebut, maka
dapat dibuat tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh panjang tali bandul terhadap
osilasi yang terjadi.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sudut terhadap osilasi yang
terjadi.
4

3. Untuk mengetahui bagaimana sistem kerja alat peraga AYUBAS


(ayunan bandul sederhana) yang telah dibuat.
4. Untuk mengetahui bagaimana hasil uji coba alat peraga AYUBAS
(ayunan bandul sederhana).
5. Untuk mengetahui apa saja kekurangan dan kelebihan alat peraga
AYUBAS (ayunan bandul sederhana).

E. Manfaat
Adapun manfaat dari alat peraga tersebut adalah:
1. Dapat digunakan sebagai alat peraga untuk menjelaskan materi Gerak
Harmonik Sederhana.
2. Memberikan pengalaman dan pengetahuan yang baru bagi mahasiswa.
3. Dapat meningkatkan minat dan perhatian yang bisa menimbulkan
motivasi dan semangat dalam belajar.
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teori
1. Gerak Harmonik Sederhana (GHS)
Menurut Purba (2013:1) gerak harmonik sederhana (GHS) adalah
gerak bolak-balik benda melalui suatu titik keseimbangan tertentu
dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon selalu konstan.
Bila suatu benda bergerak bolak-balik terhadap suatu titik tertentu,
maka benda tersebut dinamakan bergetar, atau benda tersebut bergetar.
Dalam ilmu fisika dasar, terdapat beberapa kasus benda bergetar,
diantaranya adalah Gerak Harmonik Sederhana. Gerak Harmonik
Sederhana (GHS) sering disebut juga sebagai gerak periodik.
Gerak periodik adalah gerak dimana kondisi serupa dapat
dijumpai lagi pada waktu berikutnya atau tempat lainnya (Jati,
2008:205). Di alam ini biasa kita jumpai gerak benda yang bersifat
periodik, baik menyangkut waktu ataupun koordinat (posisi). Contoh
gerak periodik yang berperiode waktu adalah gerak jarum pada arloji.
Dimana gerak jarum pendeknya berperiode 12 jam, sementara itu
jarum panjangnya 1 jam. Demikian pula pada gerak rotasi bumi pada
sumbunya yang berperiode 24 jam. Waktu 1 hari dibagi menjadi 24
jam sehingga kita mengenal jam 01.00, jam 13.00 dst. Berhubung
keliling arloji berupa lintasan tertutup maka keliling arloji dibagi
menjadi 12 jam. Agar angka skalanya tidak rumit maka jarum
menunjuk jam 01.00 sama dengan jam 13.00. Hanya saja jam 01.00
berarti pagi hari, dan jam 13.00 berarti siang hari.
Selain itu, menurut Halliday (1985:459) ada beberapa sistem fisis
yang bergerak mengikuti gerak harmonik sederhana (GHS) yaitu
bandul sederhana (simple pendulum). Bandul sederhana adalah benda
ideal yang terdiri dari sebuah titik massa yang digantungkan pada tali
ringan yang tidak dapat mulur. Jika bandul ditarik kesamping dari

5
6

posisi seimbangnya dan dilepaskan, maka bandul akan berayun dalam


bidang vertikal karena pengaruh gravitasi. Geraknya merupakan gerak
osilasi dan perodik.
Menurut Serway (dalam Budi, 2015:59) gerak osilasi merupakan
gerak periodik suatu benda atau sistem mekanik melalui suatu titik
kesetimbangan. Sistem mekanik dapat bergerak secara periodik yang
diakibatkan oleh bekerjanya gaya pemulih pada sistem tersebut. Gaya
pemulih yang bekerja adalah sebanding terhadap kedudukan relatif
massa sistem terhadap titik kesetimbangan dan selalu berarah menuju
titik kesetimbangan tersebut. Gerak ini disebut sebagai gerak osilasi
harmonis sederhana. Secara umum sistem mekanik dapat digambarkan
oleh sistem bandul matematis.

Secara umum gerak osilasi sederhana sistem bandul matematis


dinyatakan dengan rumusan sebagai berikut:
𝑑2 𝜃
+ 𝑤 2𝜃 = 0 (1)
𝑑𝑡 2
𝑔
𝜔2 = (2)
𝑙

𝐿
𝑇 = 2𝜋√𝑔 (3)

Dengan 𝜔 = frekuensi sudut osilasi, T = perioda osilasi, g =


percepatan gravitasi, dan L = panjang tali bandul.
7

a. Amplitudo
Amplitudo adalah jarak maksimum/simpangan maksimum dari
titik setimbang. Amplitudo dilambangkan dengan huruf A. Pada
titik (A) ini benda memiliki kecepatan 0, artinya energi kinetiknya
0, sehingga (karena energi mekanis tetap) tidak ada gaya disipatif
maka: Energi Potensial maksimum = Energi Mekanis total. Perlu
diingat bahwa: Energi Mekanik = Energi Kinetik + Energi
Potensial.
b. Perioda
Benda yang bergerak harmonis sederhana pada ayunan
sederhana memiliki periode. Periode ayunan (T) adalah waktu yang
diperlukan benda untuk melakukan satu getaran. Benda dikatakan
melakukan satu getaran jika benda bergerak dari titik di mana
benda tersebut mulai bergerak dan kembali lagi ke titik tersebut.
Satuan periode adalah sekon atau detik.
c. Frekuensi
Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang (gerak bolak-
balik) dalam selang satu sekon. Untuk memperhitungkan frekuensi,
seseorang menetapkan jarak waktu, menghitung jumlah kejadian
peristiwa, dan membagi hitungan ini dengan panjang jarak waktu.
Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan hertz (Hz) yaitu
nama pakar fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang menemukan
fenomena ini pertama kali. Frekuensi sebesar 1 Hz menyatakan
peristiwa yang terjadi satu kali per detik. Secara alternatif,
seseorang bisa mengukur waktu antara dua buah kejadian/
peristiwa (dan menyebutnya sebagai periode), lalu
memperhitungkan frekuensi (f).
B. Metode Penelitian
1. Penyusunan Konsep Perancangan
Perencanaan awal dari pembuatan alat ini yaitu merancang
sebuah alat yang menggunakan konsep fisika dengan mengumpulkan
8

banyak sumber yang bisa menginspirasi dalam pembuatan alat.


Sumber yang dimaksud bisa berasal dari buku maupun jurnal-jurnal
yang telah dipatenkan. Penulis mendapat ide yaitu menggunakan
konsep Gerak Harmonik Sederhana (GHS) dengan membuat ayunan
bandul sederhana. Alat ini dibuat secara sederhana agar para pendidik
dengan mudah membuat alat tersebut serta bisa bermanfaat dalam
proses belajar mengajar. Alat ini lebih ditujukan kepada para pendidik
untuk media pembelajaran sebagai alat praktikum yang bisa
membuktikan konsep Gerak Harmonik Sederhana (GHS) dengan
mendapatkan data yang ada. Data yang telah ada tersebut dapat diolah
menjadi suatu perhitungan yang menggunakan konsep Gerak
Harmonik Sederhana (GHS). Alat ini juga di desain semenarik
mungkin agar dalam proses belajar mengajar lebih bersemangat.

2. Estimasi Alat Dan Bahan


Pada tahap ini diperlukan alat dan bahan untuk pembuatan ayunan
bandul sederhana. Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
No. Alat dan Bahan Jumlah Ukuran
1. Pipa Stainlistil 2 buah 60 cm
2. Pipa Stainlistil 1 buah 70 cm
3. Plat Besi 1 buah 35 cm x 75 cm
4. Busur 1 buah ─
5. Bola Pejal 5 buah ─
6. Benang Nilon 5 buah ─
7. Cat 1 buah kecil
8 Pengait 1 buah ─
9. Gergaji 1 buah ─
10. Kuas 1 buah ─
11. Meteran 1 buah ─
9

No. Alat dan Bahan Jumlah Ukuran


12. Pemotong besi 1 buah ─
13. Las 1 buah ─
14. Bor 1 buah ─
15. Baut skrup 2 buah ─

3. Desain Rancangan Bangun Alat


a. Alat tampak atas

Gambar 2.1 alat jadi tampak atas

b. Alat tampak samping

Gambar 2.2 alat jadi tampak samping kanan dan kiri


10

c. Alat tampak depan

Gambar 2.3 alat jadi tampak depan

4. Sketsa Alat
70 cm

60 cm

35 cm
75 cm

Gambar 2.4 sketsa rangkaian alat modifikasi yang akan dibuat


11

5. Cara Pembuatan Alat


a. Siapkan alat dan bahan.
b. Potonglah pipa stainistil dengan panjang 60 cm sebanyak 2 buah.
c. Potonglah pipa stainlistil dengan panjang 70 cm sebanyak 1 buah.
d. Potonglah plat besi dengan ukuran 35 cm x 75 cm sebanyak 1 buah.
e. Satukan pipa stainsiltil dengan panjang 60 cm dan 70 cm
menggunakan las. Satukan dengan jarak 5 cm dari ujung kanan dan
kiri pada pipa yang panjangnya 70 cm. Seperti pada gambar.
f. Setelah itu, las kembali plat besi dengan ukuran 35 cm x 75 cm
sebagai alas dari kaki alat tersebut.
g. Gunakan sabun poles/batu hijau untuk mengkilapkan bekas las
h. Pasangkan busur yang sudah disediakan pada salah satu bagian
kaki alat tersebut.
i. Pasanglah pengait pada salah satu bagian kaki alat.
j. Beri cat pada plat besi yang sudah di las pada kaki-kaki pipa
stainlistil.
k. Buatlah pengait pada setiap benang nylon dengan panjang tali 40
cm, 30 cm, dan 20 cm.
l. Pasanglah bandul-bandul yang sudah disediakan sebelumnya.
m. Kaitkan bandul yang belum digunakan pada pengait yang berada
pada salah satu bagian kaki alat.
n. Alat siap digunakan.

6. Prosedur Penggunaan Alat


1. Pada alat ayunan bandul sederhana ini kami menggunakan 5 bandul
dengan massa yang berbeda dan panjang tali bandul yang berbeda.
2. Secara bergantian gantunglah bola bekel pada tali bandul yang
panjangnya 40 cm, 30 cm, dan 20 cm.
3. Tariklah dan lepaskan bandul pada sudut 10°.
4. Amati berapa lama waktu yang diperlukan untuk 20 kali gerakan.
5. Catatlah kedalam tabel yang telah disediakan.
12

6. Ulangi langkah 2 sampai 5 pada massa bandul yang berbeda.

7. Prinsip Kerja Alat


Ayunan bandul sederhana ini menggunakan prinsip kerja Gerak
Harmonik Sederhana yaitu pada gerak osilasi. Menurut Purba (2013:1)
gerak harmonik sederhana (GHS) adalah gerak bolak-balik benda
melalui suatu titik keseimbangan tertentu dengan banyaknya getaran
benda dalam setiap sekon selalu konstan. Bila suatu benda bergerak
bolak-balik terhadap suatu titik tertentu, maka benda tersebut
dinamakan bergetar, atau benda tersebut bergetar. Pada alat ayunan
bandul sederhana ini, sebuah benda yang digantungkan pada masing-
masing tali tersebut ketika diberikan sebuah gaya dengan sudut
kemiringan tertentu maka ketika dilepaskan akan mengalami gerak
bolak balik atau disebut dengan gerak harmonik sederhana (GHS).
Dari gerak bolak-balik tersebut, kita dapat menentukan periode dan
frekuensi dari percobaan yang telah kita lakukan. Selain itu, kita juga
dapat melihat hal apa saja yang dapat mempengaruhi perbedaan hasil
setelah melakukan praktikum. Alat tersebut bisa membuat pengalaman
belajar lebih menyenangkan.

C. Hasil Percobaan
Dari hasil pengamatan dan uji coba alat yang telah dilakukan oleh
kelompok kami, adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Percobaan pertama
Massa Panjang Banyaknya
Sudut Waktu
Bandul Tali Ayunan
40 cm 20 kali 10° 26.71 s
100 gram 30 cm 20 kali 10° 23.98 s
20 cm 20 kali 10° 20.01 s
50 gram 40 cm 20 kali 10° 26 s
13

Massa Panjang Banyaknya


Sudut Waktu
Bandul Tali Ayunan
30 cm 20 kali 10° 22.33 s
20 cm 20 kali 10° 19.54 s
40 cm 20 kali 10° 25.95 s
40 gram 30 cm 20 kali 10° 21.83 s
20 cm 20 kali 10° 19.15 s
40 cm 20 kali 10° 25.59 s
20 gram 30 cm 20 kali 10° 22.22 s
20 cm 20 kali 10° 18.83 s
40 cm 20 kali 10° 25.75 s
10 gram 30 cm 20 kali 10° 22.11 s
20 cm 20 kali 10° 18.59 s

2. Percobaan kedua
Massa Panjang Banyaknya
Sudut Waktu
Bandul Tali Ayunan
40 cm 20 kali 10° 26.41 s
100 gram 30 cm 20 kali 10° 24.05 s
20 cm 20 kali 10° 19.8 s
40 cm 20 kali 10° 26.14 s
50 gram 30 cm 20 kali 10° 22.35 s
20 cm 20 kali 10° 19.63 s
40 cm 20 kali 10° 25.3 s
40 gram 30 cm 20 kali 10° 22.26 s
20 cm 20 kali 10° 19.17 s
40 cm 20 kali 10° 25.41 s
20 gram 30 cm 20 kali 10° 22.28 s
20 cm 20 kali 10° 19.09 s
10 gram 40 cm 20 kali 10° 25.27 s
14

Massa Panjang Banyaknya


Sudut Waktu
Bandul Tali Ayunan
30 cm 20 kali 10° 21.83 s
20 cm 20 kali 10° 18.76 s

3. Percobaan Ketiga
Massa Panjang Banyaknya
Sudut Waktu
Bandul Tali Ayunan
40 cm 20 kali 10° 27.09 s
100 gram 30 cm 20 kali 10° 25.92 s
20 cm 20 kali 10° 20.2 s
40 cm 20 kali 10° 25.34 s
50 gram 30 cm 20 kali 10° 22.16 s
20 cm 20 kali 10° 19.52 s
40 cm 20 kali 10° 25.06 s
40 gram 30 cm 20 kali 10° 21.97 s
20 cm 20 kali 10° 18.88 s
40 cm 20 kali 10° 25.62 s
20 gram 30 cm 20 kali 10° 22.2 s
20 cm 20 kali 10° 18.86 s
40 cm 20 kali 10° 25.41 s
10 gram 30 cm 20 kali 10° 21.76 s
20 cm 20 kali 10° 19.57 s

D. Analisis Data
1. Percobaan Pertama
i. Bola bekel dengan massa 100 gram
1) Panjang tali 40 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
15

26.71 1
T= s f = 1.3355 Hz
20

T = 1.3355 s f = 0.748783 Hz

2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
23.98 1
T= s f = 1.199 Hz
20

T = 1.199 s f = 0.834028 Hz

3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
20.01 1
T= s f= Hz
20 1.0005

T = 1.0005 s f = 0.9995 Hz

ii.Bola bekel dengan massa 50 gram


1) Panjang tali 40 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
26.00 1
T= s f = 1.3 Hz
20

T = 1.3 s f = 0.769231 Hz

2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22.33 1
T= s f = 1.1165 Hz
20

T = 1.1165 s f = 0.895656 Hz

3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
19.54 1
T= s f = 0.977 Hz
20

T = 0.977 s f = 1.023541 Hz
16

iii. Bola bekel dengan massa 40 gram


1) Panjang tali 40 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
25.95 1
T= s f = 1.2975 Hz
20

T = 1.2975 s f = 0.770713 Hz

2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
21.83 1
T= s f = 1.0915 Hz
20

T = 1.0915 s f = 0.91617 Hz

3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
19.15 1
T= s f = 0.9575 Hz
20

T = 0.9575 s f = 1.044386 Hz

iv. Bola bekel dengan massa 20 gram


1) Panjang tali 40 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
25.59 1
T= s f = 1.2795 Hz
20

T = 1.2795 s f = 0.781555 Hz

2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22.22 1
T= s f = 1.111 Hz
20

T = 1.111 s f = 0.90009 Hz

3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
17

18.83 1
T= s f = 0.9415 Hz
20

T = 0.9415 s f = 1.062135 Hz

v. Bola bekel dengan massa 10 gram


1) Panjang tali 40 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
25.75 1
T= s f = 1.2875 Hz
20

T = 1.2875 s f = 0.776699 Hz

2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22.11 1
T= s f = 1.1055 Hz
20

T = 1.1055 s f = 0.904568 Hz

3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
18.59 1
T= s f = 0.9295 Hz
20

T = 0.9295 s f = 1.075847 Hz

2. Percobaan Kedua
i. Bola bekel dengan massa 100 gram
1) Panjang tali 40 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
26.41 1
T= s f = 1.3205 Hz
20

T = 1.3205 s f = 0.757289 Hz

2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
24.05 1
T= s f = 1.2025 Hz
20
18

T = 1.2025 s f = 0.831601 Hz

3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
19.80 1
T= s f = 0.99 Hz
20

T = 0.99 s f = 1.010101 Hz

ii. Bola bekel dengan massa 50 gram


1) Panjang tali 40 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
26.14 1
T= s f = 1.307 Hz
20

T = 1.307 s f = 0.765111 Hz

2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22.35 1
T= s f = 1.1175 Hz
20

T = 1.1175 s f = 0.894855 Hz

3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
19.63 1
T= s f = 0.9815 Hz
20

T = 0.9815 s f = 1.018849 Hz

iii. Bola bekel dengan massa 40 gram


1) Panjang tali 40 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
25.30 1
T= s f = 1.265 Hz
20

T = 1.265 s f = 0.790514 Hz
19

2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22.26 1
T= s f = 1.113 Hz
20

T = 1.113 s f = 0.898473 Hz

3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
19.17 1
T= s f = 0.9585 Hz
20

T = 0.9585 s f = 1.043297 Hz

iv. Bola bekel dengan massa 20 gram


1) Panjang tali 40 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
25.41 1
T= s f = 1.2705 Hz
20

T = 1.2705 s f = 0.787092 Hz

2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22.28 1
T= s f = 1.114 Hz
20

T = 1.114 s f = 0.897666 Hz

3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
19.09 1
T= s f = 0.9545 Hz
20

T = 0.9545 s f = 1.047669 Hz

v. Bola bekel dengan massa 10 gram


1) Panjang tali 40 cm
20

𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
25.27 1
T= s f = 1.2635 Hz
20

T = 1.2635 s f = 0.791452 Hz

2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
21.83 1
T= s f= Hz
20 1.0915

T = 1.0915 s f = 0.91617 Hz

3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
18.76 1
T= s f = 0.938 Hz
20

T = 0.938 s f = 1.066098 Hz

3. Percobaan Ketiga
i. Bola bekel dengan massa 100 gram
1) Panjang tali 40 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
27.09 1
T= s f = 1.3545 Hz
20

T = 1.3545 s f = 0.73828 Hz

2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
23.92 1
T= s f = 1.196 Hz
20

T = 1.196 s f = 0.83612 Hz

3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
20.20 1
T= s f = 1.01 Hz
20

T = 1.01 s f = 0.990099 Hz
21

ii. Bola bekel dengan massa 50 gram


1) Panjang tali 40 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
25.34 1
T= s f = 1.267 Hz
20

T = 1.267 s f = 0.789266 Hz

2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22.16 1
T= s f = 1.108 Hz
20

T = 1.108 s f = 0.902527 Hz

3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
19.52 1
T= s f = 0.976 Hz
20

T = 0.976 s f = 1.02459 Hz

iii. Bola bekel dengan massa 40 gram


1) Panjang tali 40 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
26.06 1
T= s f = 1.303 Hz
20

T = 1.303 s f = 0.76746 Hz

2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
21.97 1
T= s f = 1.0985 Hz
20

T = 1.0985 s f = 0.910332 Hz

3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22

18.88 1
T= s f = 0.944 Hz
20

T = 0.944 s f = 1.059322 Hz

iv. Bola bekel dengan massa 20 gram


1) Panjang tali 40 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
25.62 1
T= s f = 1.281 Hz
20

T = 1.281 s f = 0.78064 Hz

2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22.20 1
T= s f = 1.11 Hz
20

T = 1.11 s f = 0.900901 Hz

3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
18.86 1
T= s f = 0.943 Hz
20

T = 0.943 s f = 1.060445 Hz

v. Bola bekel dengan massa 10 gram


1) Panjang tali 40 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
25.41 1
T= s f = 1.2705 Hz
20

T = 1.2705 s f = 0.787092 Hz

2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
21.76 1
T= s f = 1.088 Hz
20

T = 1.088 s f = 0.919118 Hz
23

3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
19.57 1
T= s f = 0.9785 Hz
20

T = 0.9785 s f = 1.021972 Hz

E. Perhitungan Ralat Mutlak


1. Bola bekel dengan massa 100 gram
i. Panjang tali 40 cm
No. 𝑥 𝑥 - 𝑥̅ (𝑥 − 𝑥̅ )²

1. 26,71 - 0,16 0,0256

2. 26,41 - 0,46 0,2116

3. 27,09 0,22 0,0484

𝑥̅ = 26,87

∑(𝑥−𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √ 𝑛(𝑛−1)

∑(26,71 − 26,87)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(− 0,16)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0256)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0042
∆𝑋 = 0,065
∑(𝑥−𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛−1)
24

∑(26,41 − 26,87)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(− 0,46)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,2116)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,035
∆𝑋 = 0,187
∑(𝑥−𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √ 𝑛(𝑛−1)

∑(27,09 − 26,87)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,22)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,048)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,008
∆𝑋 = 0,089

ii. Panjang tali 30 cm


No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²

1. 23,98 0 0

2. 24,05 0,07 0,0049

3. 23,92 -0,06 0,0036

𝑥̅ = 23,98

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
25

∑(23,98 − 23,98)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0
∆𝑋 = 0

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(24,05 − 23,98)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,07)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0049)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0008
∆𝑋 = 0,028

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(23,92 − 23,98)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,06)2
∆𝑋 = √
3(2)
26

(0,0036)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0006
∆𝑋 = 0,024

iii. Panjang tali 20 cm


No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²

1. 20,01 0,01 0,001

2. 19,80 -0,2 0,04

3. 20,20 0,2 0,04

𝑥̅ = 20,00

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(20,01 − 20,00)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,01)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0001)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,000016
∆𝑋 = 0,004

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
27

∑(19,80 − 20,00)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,02)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,04)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,006
∆𝑋 = 0,081

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(20,20 − 20,00)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,2)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,04)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,006
∆𝑋 = 0,081

2. Bola bekel dengan massa 50 gram


i. Panjang tali 40 cm
No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²

1. 26,00 0,18 0,0324

2. 26,14 0,32 0,1024

3. 25,34 -0,48 0,2304


28

No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²

𝑥̅ = 25,82

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(26,00 − 25,82)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,18)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0324)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0054
∆𝑋 = 0,073

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(26,14 − 25,82)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,32)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,1024)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,017
∆𝑋 = 0,130

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
29

∑(25,34 − 25,82)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,48)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,2304)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0384
∆𝑋 = 0,195

ii. Panjang tali 30 cm


No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²

1. 22,33 0,05 0,0025

2. 22,35 0,07 0,0049

3. 22,16 -0,12 0,0144

𝑥̅ = 22,38

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(22,33 − 22,38)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,05)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0025)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0004
∆𝑋 = 0,020
30

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(22,35 − 22,28)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,07)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0049)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0008
∆𝑋 = 0,028

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(22,16 − 22,28)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,12)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0144)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0024
∆𝑋 = 0,048

iii. Panjang tali 20 cm


No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²

1. 19,54 -0,02 0,0004

2. 19,63 0,07 0,0049


31

No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²

3. 19,52 -0,04 0,0016

𝑥̅ = 19,56

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(19,54 − 19,56)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,02)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0004)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,00006
∆𝑋 = 0,008

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(19,63 − 19,56)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,07)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0049)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0008
∆𝑋 = 0,028
32

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(19,52 − 19,56)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,04)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0016)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0002
∆𝑋 = 0,016

3. Bola bekel dengan massa 40 gram


i. Panjang tali 40 cm
No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²

1. 25,95 0,52 0,2704

2. 25,30 -0,13 0,0169

3. 25,06 -0,37 0,1369

𝑥̅ = 25,43

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(25,95 − 25,43)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,52)2
∆𝑋 = √
3(2)
33

(0,2704)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,450
∆𝑋 = 0,212

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(25,30 − 25,43)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,13)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0169)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,028
∆𝑋 = 0,053

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(25,06 − 25,43)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,37)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,1369)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,022
∆𝑋 = 0,151
34

ii. Panjang tali 30 cm


No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²

1. 21,83 -0,19 0,0361

2. 22,26 0,24 0,0576

3. 21,97 -0,05 0,0025

𝑥̅ = 22,02

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(21,83 − 22,02)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,19)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0361)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,006
∆𝑋 = 0,077

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(22,26 − 22,02)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,24)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0576)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0096
35

∆𝑋 = 0,097

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(21,97 − 22,02)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,05)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,025)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0004
∆𝑋 = 0,020

iii. Panjang tali 20 cm


No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²

1. 19,15 0,09 0,0081

2. 19,17 0,11 0,0121

3. 18,88 -0,18 0,0324

𝑥̅ = 19,06

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(19,15 − 19,06)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,09)2
∆𝑋 = √
3(2)
36

(0,0081)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,00135
∆𝑋 = 0,036

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(19,17 − 19,06)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,11)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0121)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0020
∆𝑋 = 0,044

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(18,88 − 19,06)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,18)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0324)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0054
∆𝑋 = 0,073
37

4. Bola bekel dengan massa 20 gram


i. Panjang tali 40 cm
No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²

1. 26,59 0,72 0,5184

2. 25,41 -0,46 0,2116

3. 25,62 -0,25 0,0625

𝑥̅ = 25,87

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(26,59 − 25,87)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,72)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,5184)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0864
∆𝑋 = 0,293

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(25,41 − 25,87)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,46)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,2116)
∆𝑋 = √
6
38

∆𝑋 = √0,0352
∆𝑋 = 0,187

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(25,62 − 25,87)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,25)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0625)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0104
∆𝑋 = 0,101

ii. Panjang tali 30 cm


No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²

1. 22,22 -0,01 0,0001

2. 22,28 0,05 0,0025

3. 22,20 -0,03 0,0009

𝑥̅ = 22,23

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(22,22 − 22,23)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,01)2
∆𝑋 = √
3(2)
39

(0,0001)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,00001
∆𝑋 = 0,003

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(22,28 − 22,23)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,05)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0025)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,00041
∆𝑋 = 0,020

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(22,20 − 22,23)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,03)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0009)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,00015
∆𝑋 = 0,012
40

iii. Panjang tali 20 cm


No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²

1. 18,83 -0,09 0,0081

2. 19,09 0,17 0,0289

3. 18,86 0,06 0,0036

𝑥̅ = 19,06

∑(𝑥 − 𝑥̅ ) 2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(18,83 − 18,92)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,09)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0081)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,00135
∆𝑋 = 0,036

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(19,09 − 18,92)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,17)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0289)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,00481
41

∆𝑋 = 0,069

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(18,86 − 18,92)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,06)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0036)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0006
∆𝑋 = 0,024

5. Bola bekel dengan massa 10 gram


i. Panjang tali 40 cm
No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²

1. 25,75 0,28 0,0784

2. 25,27 -0,2 0,04

3. 25,41 -0,06 0,036

𝑥̅ = 25,47

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(25,75 − 25,47)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,28)2
∆𝑋 = √
3(2)
42

(0,0784)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0130
∆𝑋 = 0,114

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(25,27 − 25,47)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,2)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,04)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0066
∆𝑋 = 0,081

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(25,41 − 25,47)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,06)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0036)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0006
∆𝑋 = 0,024
43

ii. Panjang tali 30 cm


No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²

1. 22,11 0,21 0,0441

2. 21,83 -0,07 0,0049

3. 21,76 -0,14 0,0196

𝑥̅ = 21,9

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(22,11 − 21,9)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,21)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0441)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,00735
∆𝑋 = 0,08

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(21,83 − 21,9)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,07)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0049)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0008
44

∆𝑋 = 0,028

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(21,76 − 21,9)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,14)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0196)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0032
∆𝑋 = 0,05

iii. Panjang tali 20 cm


No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²

1. 18,59 -0,38 0,1444

2. 18,76 -0,21 0,0441

3. 19,57 0,6 0,36

𝑥̅ = 18,97

∑(𝑥 − 𝑥̅ ) 2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(18,59 − 18,97)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,38)2
∆𝑋 = √
3(2)
45

(0,1444)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,0240
∆𝑋 = 0,154

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(18,76 − 18,97)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(−0,21)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,0441)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,00735
∆𝑋 = 0,085

∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)

∑(19,57 − 18,97)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)

(0,6)2
∆𝑋 = √
3(2)

(0,36)
∆𝑋 = √
6

∆𝑋 = √0,06
∆𝑋 = 0,244
46

F. Perhitungan Ralat Nisbi


1. Bola bekel dengan massa 100 gram
i. Panjang tali 40 cm
∆𝑋
1) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,065
∆𝑙 = x 100%
26,87

∆𝑙 = 0,002

∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,187
∆𝑙 = x 100%
26,87

∆𝑙 = 0,006

∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,089
∆𝑙 = x 100%
26,87

∆𝑙 = 0,003
ii.Panjang tali 30 cm
∆𝑋
1) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0
∆𝑙 = x 100%
23,98

∆𝑙 = 0

∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,028
∆𝑙 = x 100%
23,98

∆𝑙 = 0,001

∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,024
∆𝑙 = x 100%
23,98

∆𝑙 = 0,001
47

iii. Panjang tali 20 cm


∆𝑋
1) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,004
∆𝑙 = x 100%
20,00

∆𝑙 = 0,0002

∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,081
∆𝑙 = x 100%
20,00

∆𝑙 = 0,004

∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,081
∆𝑙 = x 100%
20,00

∆𝑙 = 0,004

2. Bola bekel dengan massa 50 gram


i. Panjang tali 40 cm
∆𝑋
1) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,073
∆𝑙 = x 100%
25,82

∆𝑙 = 0,002

∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,130
∆𝑙 = x 100%
25,82

∆𝑙 = 0,005

∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,195
∆𝑙 = x 100%
25,82

∆𝑙 = 0,007
48

ii. Panjang tali 30 cm


∆𝑋
1) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,020
∆𝑙 = x 100%
22,28

∆𝑙 = 0,0008

∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,028
∆𝑙 = x 100%
22,28

∆𝑙 = 0,001

∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,048
∆𝑙 = x 100%
22,28

∆𝑙 = 0,002

iii. Panjang tali 20 cm


∆𝑋
1) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,008
∆𝑙 = x 100%
19,56

∆𝑙 = 0,0004

∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,028
∆𝑙 = x 100%
19,56

∆𝑙 = 0,001

∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,016
∆𝑙 = x 100%
19,56

∆𝑙 = 0,0008
49

3. Bola bekel dengan massa 40 gram


i. Panjang tali 40 cm
∆𝑋
1) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,212
∆𝑙 = x 100%
25,43

∆𝑙 = 0,008

∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,053
∆𝑙 = x 100%
25,43

∆𝑙 = 0,002

∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,151
∆𝑙 = x 100%
25,43

∆𝑙 = 0,005

ii. Panjang tali 30 cm


∆𝑋
1) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,077
∆𝑙 = x 100%
22,02

∆𝑙 = 0,003

∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,097
∆𝑙 = x 100%
22,02

∆𝑙 = 0,004

∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,020
∆𝑙 = x 100%
22,02

∆𝑙 = 0,0009
50

iii. Panjang tali 20 cm


∆𝑋
1) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,036
∆𝑙 = x 100%
19,06

∆𝑙 = 0,001

∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,044
∆𝑙 = x 100%
19,06

∆𝑙 = 0,002

∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,073
∆𝑙 = x 100%
19,06

∆𝑙 = 0,003

4. Bola bekel dengan massa 20 gram


i. Panjang tali 40 cm
∆𝑋
1) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,293
∆𝑙 = x 100%
25,87

∆𝑙 = 0,011

∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,187
∆𝑙 = x 100%
25,87

∆𝑙 = 0,007

∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,101
∆𝑙 = x 100%
25,87

∆𝑙 = 0,0006
51

ii. Panjang tali 30 cm


∆𝑋
1) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,003
∆𝑙 = x 100%
22,23

∆𝑙 = 0,0001

∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,020
∆𝑙 = x 100%
22,23

∆𝑙 = 0,0008

∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,012
∆𝑙 = x 100%
22,23

∆𝑙 = 0,0005

iii. Panjang tali 20 cm


∆𝑋
1) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,036
∆𝑙 = x 100%
18,92

∆𝑙 = 0,001

∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,069
∆𝑙 = x 100%
18,92

∆𝑙 = 0,003

∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,024
∆𝑙 = x 100%
18,92

∆𝑙 = 0,001
52

5. Bola bekel dengan massa 10 gram


i. Panjang tali 40 cm
∆𝑋
1) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,114
∆𝑙 = x 100%
25,47

∆𝑙 = 0,004

∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,081
∆𝑙 = x 100%
25,47

∆𝑙 = 0,003

∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,024
∆𝑙 = x 100%
25,47

∆𝑙 = 0,0009

ii. Panjang tali 30 cm


∆𝑋
1) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,08
∆𝑙 = x 100%
21,9

∆𝑙 = 0,003

∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,028
∆𝑙 = x 100%
21,9

∆𝑙 = 0,001

∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,05
∆𝑙 = x 100%
21,9

∆𝑙 = 0,002
53

iii. Panjang tali 20 cm


∆𝑋
1) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,154
∆𝑙 = x 100%
18,97

∆𝑙 = 0,008

∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,085
∆𝑙 = x 100%
18,97

∆𝑙 = 0,004

∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,244
∆𝑙 = x 100%
18,97

∆𝑙 = 0,012

G. Pembahasan hasil percobaan


Dari data yang telah dikumpulkan dan dianalisis maka dapat diperoleh
bahwa pada setiap percobaan yang dilakukan memberikan hasil yang
berbeda. Mengapa demikian? Dari percobaan yang telah dilakukan, kita
bisa mengetahui bahwa ternyata, faktor yang mempengaruhi dari
perbedaan hasil tersebut ialah dari perbedaan panjang tali pada setiap
bandul yang ada, massa bandul, serta ketelitian pengamat. Panjang tali
yang digunakan berpengaruh terhadap lamanya waktu untuk bandul
bergerak selama 20 kali getaran. Maka, semakin pendek tali yang
digunakan, maka waktu yang digunakan oleh bandul untuk bergetar akan
semakin cepat, begitupun sebaliknya. Ketika panjang tali bandul yang
digunakan semakin panjang, maka waktu yang digunakan akan semakin
lama pula. Hal tersebut terjadi dikarenakan ketika panjang tali yang
digunakan semakin panjang maka bandul akan sulit untuk berayun
54

sehingga bandul akan lebih lambat bergerak dan membuat waktu yang
digunakan akan semakin lama.
Selain panjang tali bandul, massa juga dapat mempengaruhi
pergerakan bandul ketika berosilasi. Semakin besar bandul yang
digunakan maka semakin lama waktu yang digunakan, hal tersebut terjadi
dikarenakan ketika massa bandul yang digunakan besar, maka pergerakan
bandul akan semakin lambat sehingga membuat waktu yang digunakan
untuk 20 kali getaran akan semakin lama. Ketidaktepatan pengamat saat
melihat stopwatch serta pergerakan bandul juga dapat mempengaruhi
perbedaan waktu yang dibutuhkan pada saat melakukan praktikum tersebut.
Maka semakin panjang tali yang digunakan, semakin besar pula peridoe
yang dihasilkan. Namun, semakin besar periode yang dihasilkan, maka
semakin kecil frekuensi yang didapat.

H. Kelebihan dan kekurangan Ayunan Bandul Sederhana


Setelah dilakukan pengujian alat, adapun kelebihan dan
kekurangan dari ayunan bandul sederhana ini adalah:
1. Kelebihan
a. Alat peraga ayunan bandul sederhana memiliki kelebihan yaitu dapat
menjelaskan konsep gerakan harmonis sederhana seperti periode dan
frekuensi.
b. Bisa menggunakan bandul dengan massa yang berbeda.
c. Alat bisa dibuat dengan mudah.
2. Kekurangan
a. Bandul yang letaknya jauh dari busur sulit untuk mengukur sudutnya.
b. Pembuatan alat ini diperlukan ketelitian.
c. Alat ini memerlukan biaya yang cukup mahal.
55

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari kegiatan pembuatan sebuah media pembelajaran berupa alat
peraga yang telah dilakukan dapat dikatakan berjalan dengan baik, dan
didapatkan hasil sesuai dengan yang diinginkan. Kita dapat membuat suatu
alat peraga dari materi gerak harmonis sederhana (GHS) yang dapat
membantu kita sebagai calon guru menjelaskan kepada peserta didik
tentang materi tersebut. Jadi, kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan
tersebut yaitu:
1. Desain rancangan bangun alat ukur ayunan bandul sederhana dibuat
dengan baik dan diberi warna yang menarik. Serta memiliki komponen
yang lengkap dan mudah digunakan.
2. Prinsip kerja dari alat ukur ayunan bandul sederhana ini memanfaatkan
variabel seperti panjang tali bandul, dan massa bandul yang berbeda.
3. Berdasarkan uji kelayakan alat ukur ayunan bandul sederhana yang
telah dilakukan dapat dikatakan bahwa alat yang telah dibuat layak
digunakan sebagai alat peraga.
4. Besarnya nilai yang diperoleh bervariasi dalam setiap uji coba. Karena
massa bandul dan panjang tali bandul yang mempengaruhi cepat
lambatnya waktu pada gerak ayunan tersebut.

B. Saran
Sebagai seorang calon guru harus lebih inovatif dalam proses
pembelajaran. Untuk pengoptimalkan alat ini, diharapkan seorang yang
lebih memahami lagi tentang konsep gerak harmonis sederhana (GHS).

55
56

DAFTAR PUSTAKA

Budi. 2015. Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis. Volume 1 Nomor 2, e-
ISSN: 2461-1433 [Online]. 2 Desember 2018.

Dewi, 2014. Pengembangan Alat Peraga Bandul Matematis untuk Melatihkan


Keterampilan Proses Siswa pada Materi Gerak Harmonik Sederhana di
Kelas XI SMAN 3 Tuban. Vol. 03 No. 02, ISSN: 2302-4496 [Online]. 2
Desember 2018.

Halliday. 1985. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga. Bandung: Erlangga.

Jati, Bambang Murdaka Eka. 2008. Fisika Dasar. Yogyakarta: ANDI OFFSET.

Yustiandi, 2017. Redesain Alat Peraga Dan Lembar Kerja Percobaan Bandul
Sederhana Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Bereksperimen.
Volume VI, e-ISSN: 2476-9398. [Online]. 2 Desember 2018.

56
57

LAMPIRAN

Pengukuran panjang pipa stainlis Pemotongan pipa stainlis

Pemotongan kayu Pemotongan besi


58

Pengecatan alas pada alat

Pengamplasan bandul

Anda mungkin juga menyukai