Proposal Kolokium Fisika
Proposal Kolokium Fisika
Proposal Kolokium Fisika
Disusun Oleh:
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH KOLOKIUM FISIKA
ALAT PERAGA AYUNAN BANDUL SEDERHANA
Disusun oleh :
1. UMAYA NPM 4115010
2. MELY FALENSI NPM 4115018
Mengetahui,
Kepala Program Studi Pendidikan Fisika
i
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur kita khaturkan kepada Allah SWT, shalawat serta
salam juga tak lupa kita sampaikan kepada junjungan kita, teladan kita yaitu Nabi
Muhammad SAW. Diantara sekian banyak nikmat Allah SWT yang membawa
kita dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang yang memberi hikmah
dan manfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya kami dapat
menyelesaikan tugas membuat sebuah alat peraga sebagai media pembelajaran
untuk diseminarkan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam proses penyusunan tugas ini tentunya tidak berjalan mulus,
melainkan banyak sekali hambatan serta rintangan yang ditemui, namun berkat
dukungan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan cukup baik, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan
terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang
telah membantu terselesaikannya tugas pembuatan alat peraga ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal
yang benar datangnya hanya dari Allah SWT, meski begitu tentu tugas ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya.
Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi
pembaca lain pada umumnya.
PENYUSUN
ii
iii
DAFTAR ISI
Lampiran
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa inggris ‘science’.
Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin ‘scientia’ yang
berarti saya tahu (Trianto, 2013:136). IPA pada hakikatnya dibangun atas
dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Proses belajar
mengajar IPA menekankan pada keterampilan proses yang dimiliki siswa
karena secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan
berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah,
penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan
kesimpulan, serta penemuan konsep dan teori. Fisika merupakan bagian
dari pembelajaran IPA. Fisika adalah salah satu IPA dasar yang banyak
digunakan sebagai dasar bagi ilmu-ilmu yang lain. Fisika memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mempelajari gejala dan
peristiwa atau fenomena alam dengan cara berdiskusi, melakukan
penyelidikan, dan bekerja sama untuk menemukan konsep, prinsip serta
melatihkan keterampilan yang dimiliki yang dapat memungkinkan peserta
didik tumbuh mandiri.
Fisika merupakan cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang di
dalamnya mempelajari tentang apa yang terjadi mengenai alam baik itu
berupa konsep, hukum-hukum, serta teori yang telah dirumuskan oleh para
ilmuan. Salah satu tujuan pembelajaran fisika yang dicanangkan
Depdiknas adalah agar siswa menguasai konsep dan prinsip fisika untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri
sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu metode
yang dapat digunakan untuk mengembangkan sikap keterampilan tersebut
yaitu metode eksperimen.
1
2
untuk alat tersebut dengan membuat variabel yang berbeda sehingga dapat
dilakukannya pengukuran secara berulang dan diperoleh data dari
percobaan tersebut. Variabel tersebut berupa panjang tali bandul yang
berbeda, serta besarnya massa bandul yang berbeda. Tujuannya adalah
untuk membandingkan besarnya hasil yang diperoleh dari perbedaan
panjang tali bandul yang digunakan, serta besarnya massa bandul tersebut.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan masalah
yang timbul yaitu alat praktikum ayunan bandul yang seperti apa yang
dapat digunakan sebagai media untuk memberikan pengayaan terhadap
siswa?
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh panjang tali bandul terhadap osilasi yang terjadi?
2. Bagaimana pengaruh massa bandul terhadap osilasi yang terjadi?
3. Bagaimana sistem kerja alat peraga AYUBAS (ayunan bandul
sederhana) yang telah dibuat?
4. Bagaimana hasil uji coba alat peraga AYUBAS (ayunan bandul
sederhana)?
5. Apa saja kekurangan dan kelebihan alat peraga AYUBAS (ayunan
bandul sederhana)?
D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan tersebut, maka
dapat dibuat tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh panjang tali bandul terhadap
osilasi yang terjadi.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sudut terhadap osilasi yang
terjadi.
4
E. Manfaat
Adapun manfaat dari alat peraga tersebut adalah:
1. Dapat digunakan sebagai alat peraga untuk menjelaskan materi Gerak
Harmonik Sederhana.
2. Memberikan pengalaman dan pengetahuan yang baru bagi mahasiswa.
3. Dapat meningkatkan minat dan perhatian yang bisa menimbulkan
motivasi dan semangat dalam belajar.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Gerak Harmonik Sederhana (GHS)
Menurut Purba (2013:1) gerak harmonik sederhana (GHS) adalah
gerak bolak-balik benda melalui suatu titik keseimbangan tertentu
dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon selalu konstan.
Bila suatu benda bergerak bolak-balik terhadap suatu titik tertentu,
maka benda tersebut dinamakan bergetar, atau benda tersebut bergetar.
Dalam ilmu fisika dasar, terdapat beberapa kasus benda bergetar,
diantaranya adalah Gerak Harmonik Sederhana. Gerak Harmonik
Sederhana (GHS) sering disebut juga sebagai gerak periodik.
Gerak periodik adalah gerak dimana kondisi serupa dapat
dijumpai lagi pada waktu berikutnya atau tempat lainnya (Jati,
2008:205). Di alam ini biasa kita jumpai gerak benda yang bersifat
periodik, baik menyangkut waktu ataupun koordinat (posisi). Contoh
gerak periodik yang berperiode waktu adalah gerak jarum pada arloji.
Dimana gerak jarum pendeknya berperiode 12 jam, sementara itu
jarum panjangnya 1 jam. Demikian pula pada gerak rotasi bumi pada
sumbunya yang berperiode 24 jam. Waktu 1 hari dibagi menjadi 24
jam sehingga kita mengenal jam 01.00, jam 13.00 dst. Berhubung
keliling arloji berupa lintasan tertutup maka keliling arloji dibagi
menjadi 12 jam. Agar angka skalanya tidak rumit maka jarum
menunjuk jam 01.00 sama dengan jam 13.00. Hanya saja jam 01.00
berarti pagi hari, dan jam 13.00 berarti siang hari.
Selain itu, menurut Halliday (1985:459) ada beberapa sistem fisis
yang bergerak mengikuti gerak harmonik sederhana (GHS) yaitu
bandul sederhana (simple pendulum). Bandul sederhana adalah benda
ideal yang terdiri dari sebuah titik massa yang digantungkan pada tali
ringan yang tidak dapat mulur. Jika bandul ditarik kesamping dari
5
6
𝐿
𝑇 = 2𝜋√𝑔 (3)
a. Amplitudo
Amplitudo adalah jarak maksimum/simpangan maksimum dari
titik setimbang. Amplitudo dilambangkan dengan huruf A. Pada
titik (A) ini benda memiliki kecepatan 0, artinya energi kinetiknya
0, sehingga (karena energi mekanis tetap) tidak ada gaya disipatif
maka: Energi Potensial maksimum = Energi Mekanis total. Perlu
diingat bahwa: Energi Mekanik = Energi Kinetik + Energi
Potensial.
b. Perioda
Benda yang bergerak harmonis sederhana pada ayunan
sederhana memiliki periode. Periode ayunan (T) adalah waktu yang
diperlukan benda untuk melakukan satu getaran. Benda dikatakan
melakukan satu getaran jika benda bergerak dari titik di mana
benda tersebut mulai bergerak dan kembali lagi ke titik tersebut.
Satuan periode adalah sekon atau detik.
c. Frekuensi
Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang (gerak bolak-
balik) dalam selang satu sekon. Untuk memperhitungkan frekuensi,
seseorang menetapkan jarak waktu, menghitung jumlah kejadian
peristiwa, dan membagi hitungan ini dengan panjang jarak waktu.
Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan hertz (Hz) yaitu
nama pakar fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang menemukan
fenomena ini pertama kali. Frekuensi sebesar 1 Hz menyatakan
peristiwa yang terjadi satu kali per detik. Secara alternatif,
seseorang bisa mengukur waktu antara dua buah kejadian/
peristiwa (dan menyebutnya sebagai periode), lalu
memperhitungkan frekuensi (f).
B. Metode Penelitian
1. Penyusunan Konsep Perancangan
Perencanaan awal dari pembuatan alat ini yaitu merancang
sebuah alat yang menggunakan konsep fisika dengan mengumpulkan
8
4. Sketsa Alat
70 cm
60 cm
35 cm
75 cm
C. Hasil Percobaan
Dari hasil pengamatan dan uji coba alat yang telah dilakukan oleh
kelompok kami, adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Percobaan pertama
Massa Panjang Banyaknya
Sudut Waktu
Bandul Tali Ayunan
40 cm 20 kali 10° 26.71 s
100 gram 30 cm 20 kali 10° 23.98 s
20 cm 20 kali 10° 20.01 s
50 gram 40 cm 20 kali 10° 26 s
13
2. Percobaan kedua
Massa Panjang Banyaknya
Sudut Waktu
Bandul Tali Ayunan
40 cm 20 kali 10° 26.41 s
100 gram 30 cm 20 kali 10° 24.05 s
20 cm 20 kali 10° 19.8 s
40 cm 20 kali 10° 26.14 s
50 gram 30 cm 20 kali 10° 22.35 s
20 cm 20 kali 10° 19.63 s
40 cm 20 kali 10° 25.3 s
40 gram 30 cm 20 kali 10° 22.26 s
20 cm 20 kali 10° 19.17 s
40 cm 20 kali 10° 25.41 s
20 gram 30 cm 20 kali 10° 22.28 s
20 cm 20 kali 10° 19.09 s
10 gram 40 cm 20 kali 10° 25.27 s
14
3. Percobaan Ketiga
Massa Panjang Banyaknya
Sudut Waktu
Bandul Tali Ayunan
40 cm 20 kali 10° 27.09 s
100 gram 30 cm 20 kali 10° 25.92 s
20 cm 20 kali 10° 20.2 s
40 cm 20 kali 10° 25.34 s
50 gram 30 cm 20 kali 10° 22.16 s
20 cm 20 kali 10° 19.52 s
40 cm 20 kali 10° 25.06 s
40 gram 30 cm 20 kali 10° 21.97 s
20 cm 20 kali 10° 18.88 s
40 cm 20 kali 10° 25.62 s
20 gram 30 cm 20 kali 10° 22.2 s
20 cm 20 kali 10° 18.86 s
40 cm 20 kali 10° 25.41 s
10 gram 30 cm 20 kali 10° 21.76 s
20 cm 20 kali 10° 19.57 s
D. Analisis Data
1. Percobaan Pertama
i. Bola bekel dengan massa 100 gram
1) Panjang tali 40 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
15
26.71 1
T= s f = 1.3355 Hz
20
T = 1.3355 s f = 0.748783 Hz
2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
23.98 1
T= s f = 1.199 Hz
20
T = 1.199 s f = 0.834028 Hz
3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
20.01 1
T= s f= Hz
20 1.0005
T = 1.0005 s f = 0.9995 Hz
T = 1.3 s f = 0.769231 Hz
2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22.33 1
T= s f = 1.1165 Hz
20
T = 1.1165 s f = 0.895656 Hz
3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
19.54 1
T= s f = 0.977 Hz
20
T = 0.977 s f = 1.023541 Hz
16
T = 1.2975 s f = 0.770713 Hz
2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
21.83 1
T= s f = 1.0915 Hz
20
T = 1.0915 s f = 0.91617 Hz
3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
19.15 1
T= s f = 0.9575 Hz
20
T = 0.9575 s f = 1.044386 Hz
T = 1.2795 s f = 0.781555 Hz
2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22.22 1
T= s f = 1.111 Hz
20
T = 1.111 s f = 0.90009 Hz
3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
17
18.83 1
T= s f = 0.9415 Hz
20
T = 0.9415 s f = 1.062135 Hz
T = 1.2875 s f = 0.776699 Hz
2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22.11 1
T= s f = 1.1055 Hz
20
T = 1.1055 s f = 0.904568 Hz
3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
18.59 1
T= s f = 0.9295 Hz
20
T = 0.9295 s f = 1.075847 Hz
2. Percobaan Kedua
i. Bola bekel dengan massa 100 gram
1) Panjang tali 40 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
26.41 1
T= s f = 1.3205 Hz
20
T = 1.3205 s f = 0.757289 Hz
2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
24.05 1
T= s f = 1.2025 Hz
20
18
T = 1.2025 s f = 0.831601 Hz
3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
19.80 1
T= s f = 0.99 Hz
20
T = 0.99 s f = 1.010101 Hz
T = 1.307 s f = 0.765111 Hz
2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22.35 1
T= s f = 1.1175 Hz
20
T = 1.1175 s f = 0.894855 Hz
3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
19.63 1
T= s f = 0.9815 Hz
20
T = 0.9815 s f = 1.018849 Hz
T = 1.265 s f = 0.790514 Hz
19
2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22.26 1
T= s f = 1.113 Hz
20
T = 1.113 s f = 0.898473 Hz
3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
19.17 1
T= s f = 0.9585 Hz
20
T = 0.9585 s f = 1.043297 Hz
T = 1.2705 s f = 0.787092 Hz
2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22.28 1
T= s f = 1.114 Hz
20
T = 1.114 s f = 0.897666 Hz
3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
19.09 1
T= s f = 0.9545 Hz
20
T = 0.9545 s f = 1.047669 Hz
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
25.27 1
T= s f = 1.2635 Hz
20
T = 1.2635 s f = 0.791452 Hz
2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
21.83 1
T= s f= Hz
20 1.0915
T = 1.0915 s f = 0.91617 Hz
3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
18.76 1
T= s f = 0.938 Hz
20
T = 0.938 s f = 1.066098 Hz
3. Percobaan Ketiga
i. Bola bekel dengan massa 100 gram
1) Panjang tali 40 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
27.09 1
T= s f = 1.3545 Hz
20
T = 1.3545 s f = 0.73828 Hz
2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
23.92 1
T= s f = 1.196 Hz
20
T = 1.196 s f = 0.83612 Hz
3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
20.20 1
T= s f = 1.01 Hz
20
T = 1.01 s f = 0.990099 Hz
21
T = 1.267 s f = 0.789266 Hz
2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22.16 1
T= s f = 1.108 Hz
20
T = 1.108 s f = 0.902527 Hz
3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
19.52 1
T= s f = 0.976 Hz
20
T = 0.976 s f = 1.02459 Hz
T = 1.303 s f = 0.76746 Hz
2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
21.97 1
T= s f = 1.0985 Hz
20
T = 1.0985 s f = 0.910332 Hz
3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22
18.88 1
T= s f = 0.944 Hz
20
T = 0.944 s f = 1.059322 Hz
T = 1.281 s f = 0.78064 Hz
2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
22.20 1
T= s f = 1.11 Hz
20
T = 1.11 s f = 0.900901 Hz
3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
18.86 1
T= s f = 0.943 Hz
20
T = 0.943 s f = 1.060445 Hz
T = 1.2705 s f = 0.787092 Hz
2) Panjang tali 30 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
21.76 1
T= s f = 1.088 Hz
20
T = 1.088 s f = 0.919118 Hz
23
3) Panjang tali 20 cm
𝑡 1
T=𝑛 f=𝑇
19.57 1
T= s f = 0.9785 Hz
20
T = 0.9785 s f = 1.021972 Hz
𝑥̅ = 26,87
∑(𝑥−𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √ 𝑛(𝑛−1)
∑(26,71 − 26,87)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(− 0,16)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0256)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0042
∆𝑋 = 0,065
∑(𝑥−𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛−1)
24
∑(26,41 − 26,87)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(− 0,46)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,2116)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,035
∆𝑋 = 0,187
∑(𝑥−𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √ 𝑛(𝑛−1)
∑(27,09 − 26,87)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,22)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,048)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,008
∆𝑋 = 0,089
1. 23,98 0 0
𝑥̅ = 23,98
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
25
∑(23,98 − 23,98)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0
∆𝑋 = 0
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(24,05 − 23,98)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,07)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0049)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0008
∆𝑋 = 0,028
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(23,92 − 23,98)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,06)2
∆𝑋 = √
3(2)
26
(0,0036)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0006
∆𝑋 = 0,024
𝑥̅ = 20,00
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(20,01 − 20,00)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,01)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0001)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,000016
∆𝑋 = 0,004
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
27
∑(19,80 − 20,00)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,02)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,04)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,006
∆𝑋 = 0,081
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(20,20 − 20,00)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,2)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,04)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,006
∆𝑋 = 0,081
No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²
𝑥̅ = 25,82
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(26,00 − 25,82)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,18)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0324)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0054
∆𝑋 = 0,073
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(26,14 − 25,82)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,32)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,1024)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,017
∆𝑋 = 0,130
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
29
∑(25,34 − 25,82)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,48)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,2304)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0384
∆𝑋 = 0,195
𝑥̅ = 22,38
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(22,33 − 22,38)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,05)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0025)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0004
∆𝑋 = 0,020
30
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(22,35 − 22,28)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,07)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0049)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0008
∆𝑋 = 0,028
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(22,16 − 22,28)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,12)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0144)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0024
∆𝑋 = 0,048
No. 𝒙 ̅
𝒙-𝒙 (𝒙 − 𝒙
̅)²
𝑥̅ = 19,56
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(19,54 − 19,56)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,02)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0004)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,00006
∆𝑋 = 0,008
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(19,63 − 19,56)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,07)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0049)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0008
∆𝑋 = 0,028
32
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(19,52 − 19,56)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,04)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0016)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0002
∆𝑋 = 0,016
𝑥̅ = 25,43
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(25,95 − 25,43)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,52)2
∆𝑋 = √
3(2)
33
(0,2704)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,450
∆𝑋 = 0,212
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(25,30 − 25,43)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,13)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0169)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,028
∆𝑋 = 0,053
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(25,06 − 25,43)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,37)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,1369)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,022
∆𝑋 = 0,151
34
𝑥̅ = 22,02
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(21,83 − 22,02)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,19)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0361)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,006
∆𝑋 = 0,077
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(22,26 − 22,02)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,24)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0576)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0096
35
∆𝑋 = 0,097
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(21,97 − 22,02)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,05)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,025)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0004
∆𝑋 = 0,020
𝑥̅ = 19,06
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(19,15 − 19,06)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,09)2
∆𝑋 = √
3(2)
36
(0,0081)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,00135
∆𝑋 = 0,036
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(19,17 − 19,06)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,11)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0121)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0020
∆𝑋 = 0,044
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(18,88 − 19,06)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,18)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0324)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0054
∆𝑋 = 0,073
37
𝑥̅ = 25,87
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(26,59 − 25,87)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,72)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,5184)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0864
∆𝑋 = 0,293
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(25,41 − 25,87)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,46)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,2116)
∆𝑋 = √
6
38
∆𝑋 = √0,0352
∆𝑋 = 0,187
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(25,62 − 25,87)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,25)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0625)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0104
∆𝑋 = 0,101
𝑥̅ = 22,23
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(22,22 − 22,23)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,01)2
∆𝑋 = √
3(2)
39
(0,0001)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,00001
∆𝑋 = 0,003
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(22,28 − 22,23)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,05)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0025)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,00041
∆𝑋 = 0,020
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(22,20 − 22,23)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,03)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0009)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,00015
∆𝑋 = 0,012
40
𝑥̅ = 19,06
∑(𝑥 − 𝑥̅ ) 2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(18,83 − 18,92)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,09)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0081)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,00135
∆𝑋 = 0,036
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(19,09 − 18,92)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,17)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0289)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,00481
41
∆𝑋 = 0,069
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(18,86 − 18,92)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,06)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0036)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0006
∆𝑋 = 0,024
𝑥̅ = 25,47
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(25,75 − 25,47)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,28)2
∆𝑋 = √
3(2)
42
(0,0784)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0130
∆𝑋 = 0,114
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(25,27 − 25,47)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,2)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,04)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0066
∆𝑋 = 0,081
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(25,41 − 25,47)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,06)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0036)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0006
∆𝑋 = 0,024
43
𝑥̅ = 21,9
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(22,11 − 21,9)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,21)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0441)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,00735
∆𝑋 = 0,08
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(21,83 − 21,9)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,07)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0049)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0008
44
∆𝑋 = 0,028
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(21,76 − 21,9)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,14)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0196)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0032
∆𝑋 = 0,05
𝑥̅ = 18,97
∑(𝑥 − 𝑥̅ ) 2
1) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(18,59 − 18,97)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,38)2
∆𝑋 = √
3(2)
45
(0,1444)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,0240
∆𝑋 = 0,154
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
2) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(18,76 − 18,97)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(−0,21)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,0441)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,00735
∆𝑋 = 0,085
∑(𝑥 − 𝑥̅ )2
3) ∆𝑋 = √
𝑛(𝑛 − 1)
∑(19,57 − 18,97)2
∆𝑋 = √
3(3 − 1)
(0,6)2
∆𝑋 = √
3(2)
(0,36)
∆𝑋 = √
6
∆𝑋 = √0,06
∆𝑋 = 0,244
46
∆𝑙 = 0,002
∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,187
∆𝑙 = x 100%
26,87
∆𝑙 = 0,006
∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,089
∆𝑙 = x 100%
26,87
∆𝑙 = 0,003
ii.Panjang tali 30 cm
∆𝑋
1) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0
∆𝑙 = x 100%
23,98
∆𝑙 = 0
∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,028
∆𝑙 = x 100%
23,98
∆𝑙 = 0,001
∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,024
∆𝑙 = x 100%
23,98
∆𝑙 = 0,001
47
∆𝑙 = 0,0002
∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,081
∆𝑙 = x 100%
20,00
∆𝑙 = 0,004
∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,081
∆𝑙 = x 100%
20,00
∆𝑙 = 0,004
∆𝑙 = 0,002
∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,130
∆𝑙 = x 100%
25,82
∆𝑙 = 0,005
∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,195
∆𝑙 = x 100%
25,82
∆𝑙 = 0,007
48
∆𝑙 = 0,0008
∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,028
∆𝑙 = x 100%
22,28
∆𝑙 = 0,001
∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,048
∆𝑙 = x 100%
22,28
∆𝑙 = 0,002
∆𝑙 = 0,0004
∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,028
∆𝑙 = x 100%
19,56
∆𝑙 = 0,001
∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,016
∆𝑙 = x 100%
19,56
∆𝑙 = 0,0008
49
∆𝑙 = 0,008
∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,053
∆𝑙 = x 100%
25,43
∆𝑙 = 0,002
∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,151
∆𝑙 = x 100%
25,43
∆𝑙 = 0,005
∆𝑙 = 0,003
∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,097
∆𝑙 = x 100%
22,02
∆𝑙 = 0,004
∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,020
∆𝑙 = x 100%
22,02
∆𝑙 = 0,0009
50
∆𝑙 = 0,001
∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,044
∆𝑙 = x 100%
19,06
∆𝑙 = 0,002
∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,073
∆𝑙 = x 100%
19,06
∆𝑙 = 0,003
∆𝑙 = 0,011
∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,187
∆𝑙 = x 100%
25,87
∆𝑙 = 0,007
∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,101
∆𝑙 = x 100%
25,87
∆𝑙 = 0,0006
51
∆𝑙 = 0,0001
∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,020
∆𝑙 = x 100%
22,23
∆𝑙 = 0,0008
∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,012
∆𝑙 = x 100%
22,23
∆𝑙 = 0,0005
∆𝑙 = 0,001
∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,069
∆𝑙 = x 100%
18,92
∆𝑙 = 0,003
∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,024
∆𝑙 = x 100%
18,92
∆𝑙 = 0,001
52
∆𝑙 = 0,004
∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,081
∆𝑙 = x 100%
25,47
∆𝑙 = 0,003
∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,024
∆𝑙 = x 100%
25,47
∆𝑙 = 0,0009
∆𝑙 = 0,003
∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,028
∆𝑙 = x 100%
21,9
∆𝑙 = 0,001
∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,05
∆𝑙 = x 100%
21,9
∆𝑙 = 0,002
53
∆𝑙 = 0,008
∆𝑋
2) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,085
∆𝑙 = x 100%
18,97
∆𝑙 = 0,004
∆𝑋
3) ∆𝑙 = x 100%
𝑥̅
0,244
∆𝑙 = x 100%
18,97
∆𝑙 = 0,012
sehingga bandul akan lebih lambat bergerak dan membuat waktu yang
digunakan akan semakin lama.
Selain panjang tali bandul, massa juga dapat mempengaruhi
pergerakan bandul ketika berosilasi. Semakin besar bandul yang
digunakan maka semakin lama waktu yang digunakan, hal tersebut terjadi
dikarenakan ketika massa bandul yang digunakan besar, maka pergerakan
bandul akan semakin lambat sehingga membuat waktu yang digunakan
untuk 20 kali getaran akan semakin lama. Ketidaktepatan pengamat saat
melihat stopwatch serta pergerakan bandul juga dapat mempengaruhi
perbedaan waktu yang dibutuhkan pada saat melakukan praktikum tersebut.
Maka semakin panjang tali yang digunakan, semakin besar pula peridoe
yang dihasilkan. Namun, semakin besar periode yang dihasilkan, maka
semakin kecil frekuensi yang didapat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kegiatan pembuatan sebuah media pembelajaran berupa alat
peraga yang telah dilakukan dapat dikatakan berjalan dengan baik, dan
didapatkan hasil sesuai dengan yang diinginkan. Kita dapat membuat suatu
alat peraga dari materi gerak harmonis sederhana (GHS) yang dapat
membantu kita sebagai calon guru menjelaskan kepada peserta didik
tentang materi tersebut. Jadi, kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan
tersebut yaitu:
1. Desain rancangan bangun alat ukur ayunan bandul sederhana dibuat
dengan baik dan diberi warna yang menarik. Serta memiliki komponen
yang lengkap dan mudah digunakan.
2. Prinsip kerja dari alat ukur ayunan bandul sederhana ini memanfaatkan
variabel seperti panjang tali bandul, dan massa bandul yang berbeda.
3. Berdasarkan uji kelayakan alat ukur ayunan bandul sederhana yang
telah dilakukan dapat dikatakan bahwa alat yang telah dibuat layak
digunakan sebagai alat peraga.
4. Besarnya nilai yang diperoleh bervariasi dalam setiap uji coba. Karena
massa bandul dan panjang tali bandul yang mempengaruhi cepat
lambatnya waktu pada gerak ayunan tersebut.
B. Saran
Sebagai seorang calon guru harus lebih inovatif dalam proses
pembelajaran. Untuk pengoptimalkan alat ini, diharapkan seorang yang
lebih memahami lagi tentang konsep gerak harmonis sederhana (GHS).
55
56
DAFTAR PUSTAKA
Budi. 2015. Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis. Volume 1 Nomor 2, e-
ISSN: 2461-1433 [Online]. 2 Desember 2018.
Jati, Bambang Murdaka Eka. 2008. Fisika Dasar. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Yustiandi, 2017. Redesain Alat Peraga Dan Lembar Kerja Percobaan Bandul
Sederhana Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Bereksperimen.
Volume VI, e-ISSN: 2476-9398. [Online]. 2 Desember 2018.
56
57
LAMPIRAN
Pengamplasan bandul