Proposal Mini (Malaria)
Proposal Mini (Malaria)
Proposal Mini (Malaria)
ada 207 juta kasus malaria yang menyebabkan 627.000 kematian dan sekitar 80%
terjadi pada anak-anak. Angka tersebut untuk membandingkan 219 juta kasus dan
660.000 kematian pada tahun 2013. Sekitar 76% dari perkiraan kasus malaria pada
tahun 2015 terjadi hanya dalam 13 negara. Empat negara (Ethiopia, India,
Indonesia dan Pakistan) menyumbang 78% dari kasus Plasmodium Vivax. Annual
Parasite Incidence (API) malaria tertinggi dilaporkan dari Timor Leste (42,5‰),
Myanmar (10,2‰) dan Indonesia (3,8‰) sedangkan API terendah dilaporkan dari
Sri Lanka (0,1‰) diikuti oleh Nepal (0,17‰) dan Bhutan (0,67‰) (WHO, 2016).
Incidence (API) malaria Indonesia selama tahun 2016 yaitu sebesar 3,97‰ atau
Annual Malaria Incidence (AMI) selama tahun 2015 sebesar 18,82‰ meningkat
pada tahun 2016 sebesar 18,94‰ (Kemenkes RI, 2017). Lima provinsi dengan
insiden dan prevalensi tertinggi adalah Papua (9,8% dan 28,6%), Nusa Tenggara
Timur (6,8% dan 23,3%), Papua Barat (6,7% dan 19,4%), Sulawesi Tengah (5,1%
bahwa kasus malaria di Provinsi Banten pada tahun 2016 berada pada urutan ke 24
di Indonesia dengan angka Insiden 0,7% dan prevalensi 3,7% sedangkan pada
tahun 2017 prevalensi kasus malaria meningkat yaitu sebesar 4,2%. Jumlah kasus
malaria pada tahun 2016 sebanyak 67.344 kasus dan meningkat pada tahun 2017
yaitu sebanyak 67.972 kasus. Daerah yang paling banyak ditemukan penderita
malaria pada tahun 2017 diantaranya Tangerang yang meliputi (Tangerang Kota,
Kabupaten Lebak 3.316 kasus, Kabupaten Pandeglang 5.074 kasus, Kota Cilegon
dengan 2.959 kasus, dan Kabupaten Serang 2.303 kasus (Profil Dinkes Prov.
Banten, 2018).
Provinsi Banten yang masih ditemukan kasus malaria. Berdasarkan data Dinas
Kabupaten Pandeglang ditemukan kasus malaria pada tahun 2017 sebanyak 5.074
kasus melalui pemeriksaan Rapid Diagnosis Test (RDT) yang tersebar di beberapa
Annual Parasite Incidence (API) yaitu sebesar 0,75% pada tahun 2016 dan sebesar
morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi terutama di daerah luar jawa dan
Bali. Daerah transmigrasi yang terdapat campuran penduduk yang berasal dari
daerah endemik dan yang tidak endemik malaria, masih sering terjadi ledakan kasus
atau wabah yang menimbulkan banyak kematian (Widoyono, 2014). Peningkatan
penularan malaria sangat terkait dengan iklim baik musim hujan maupun kemarau,
secara langsung maupun tidak langsung terhadap vektor pembawa penyakit seperti
temperatur, kelembaban, curah hujan, cahaya dan pola tiupan angin mempunyai
karena pergantian vegetasi dan pola tanam pertanian dapat juga mempengaruhi
Kejadian malaria dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu host (manusia dan
Adanya danau air payau, pantai, genangan air di hutan, persawahan, tambak ikan,
malaria memiliki risiko yang lebih besar. Hal ini berlawanan dengan mereka yang
(Marliah, 2015).
rendah dan sebesar 59,2% memiliki sikap negatif terhadap pencegahan dan
antara pengetahuan dan sikap dengan kejadian malaria. Hasil penelitian Aprilia
(2017) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kondisi rawa-
rawa, genangan air dan kondisi parit atau selokan dengan kejadian malaria.
langit-langit dalam rumah memiliki resiko untuk terkena penyakit malaria dari pada
rumah yang memakai kawat kasa ventilasi dan menutup langit-langit rumah dengan
plafon.
untuk tempat perindukan nyamuk Anopheles sp. dilihat dari letak geografisnya
yang terletak pada 0° 10’- 1° 50’ LU dan ketinggian dari permukaan laut antara
sungai, persawahan, dan rawarawa serta kolam ikan merupakan habitat yang paling
Kecamatan Sumur tahun 2016 tercatat sebanyak 1.153 jiwa penderita klinis
malaria, tahun 2017 terdapat sebanyak 1.207 jiwa penderita klinis malaria dan pada
tahun 2018 sebanyak 1.164 jiwa penderita klinis malaria, dan penyakit ini termasuk
kedalam sepuluh besar penyakit yang ada di Puskesmas Sumur, dan menempati
Puskesmas Sumur merupakan daerah persawahan dan tidak jauh dari pesisir pantai,
Demikian juga dengan kondisi fisik lingkungan tempat tinggal penduduk yang
masih bisa dikatakan buruk karena masih adanya tempat perindukan nyamuk
berkembang biak berupa rawa-rawa, genangan air seperti kolam yang terbengkalai,
bekas galian yang tidak ditimbun serta keadaan rumah masyarakat yang masih
banyak belum bisa dikatakan sebagai rumah sehat dan kurangnya peran serta
masyarakat melalui perubahan perilaku yang berhubungan dengan pemberantasan
Anopheles sp.
2. Rumusan Masalah
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu “Faktor-faktor apa saja
3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
2019.
b. Tujuan Khusus
1) Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian malaria, pengetahuan, kawat kasa
ventilasi, genangan air, parit atau selokan, dan rawa-rawa di Wilayah Kerja
air, parit atau selokan, dan rawa-rawa dengan kejadian malaria di Wilayah
2019.
4. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan
sebagai berikut:
1. Pengetahuan
2. Kawat kasa ventilasi
Kejadian Malaria
3. Genangan air Gambar. Kerangka Konsep Penelitian
4. Parit atau selokan
5. 5. Rawa-rawa
Metode Penelitian
5.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik
dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan
observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).
Artinya, tiap objek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran
terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak
berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama (Sugiono,
2014).
5.2. Populasi
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
adalah seluruh kepala keluarga (KK) yang bertempat tinggal di wilayah kerja
bebas dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, kawat kasa ventilasi, genangan air,
parit atau selokan, dan rawa-rawa. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini
tiap variabel yang diteliti. Data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan
analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.
b. Analisis Bivariat
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat dengan menggunakan chi square (X2). Apabila
didapatkan nilai p ≤ α (p ≤ 0,05) artinya, ada hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat, apabila nilai p > α ( p > 0,05) berarti tidak ada hubungan antara
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II