Makalah Seminar Kelompok Gea
Makalah Seminar Kelompok Gea
Makalah Seminar Kelompok Gea
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastroenteritis akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat
dan konsistensi tinja lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya, dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu (Suharyono, 2003). Sedangkan
menurut Graber MA (2006) gastroenteritis akut adalah peningkatan frekuensi yang
abnormal dan penurunan konsistensi tinja selama kurang dari 2 sampai 3 minggu.
Penyebab gastroenteritis akut terbanyak di Indonesia adalah masih infeksi, hal
ini disebabkan sanitasi dan hygiene yang masih buruk.Walaupun demikian penyebab
- penyebab lain dari gastroenteritis akut perlu diwaspadai dan perlu dicegah serta
diobati sesegera mungkin. Gastroenteritis akut banyak ditemukan dalam praktek
dokter sehari – hari di Indonesia. Gastroenteritis akut banyak mengenai anak
dibandingkan dewasa. World Health Organization (WHO) melaporkan sekitar 3,5
juta kematian pertahun disebabkan oleh Gastroenteritis atau diare akut, dimana 80%
dari kematian ini mengenai anak – anak dibawah umur 5 tahun.
Berdasarkan data profil kesehatan 2012, jumlah kasus diare di Jawa Tengah
berdasarkan laporan puskesmas sebanyak 420.587 sedangkan kasus gastroenteritis
dirumah sakit sebanyak 7.648 sehingga jumlah keseluruhan penderita yang
terdeteksi adalah 428.235 dengan jumlah kematian adalah sebanyak 54 orang.
Masalah gastroenteritis atau diare apabila tidak segera ditangani akan mengancam
keselamatan klien misalnya, jika terjadi dehidrasi akan menyebabkan syok
hipovolemik, serta dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan hai ini disebabkan
oleh kurangnya makanan yang tidak dapat diserap oleh tubuh dan kurangnya
masukan makanan yang masuk dalam tubuh. Peran perawat dalam menangani klien
dengan gangguan gastroenteritis antara lain adalah dengan memonitor intake dan
output klien, monitor tanda-tanda vital, monitor asupan makanan dan diet klien,
menyarankan pada klien untuk banyak minum, menjaga personal hygiene, dan
menjaga lingkungan agar tetap nyaman dan tenang.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami asuhan keperawatan secara teoritis dan secara aplikatif pada
pasien dengan masalah gastroenteritis akut
2. Tujuan Khusus
2
a. Mampu memahami konsep dasar, etiologi, patofisiologi disertai pathway,
manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, serta penatalaksanaan
kasus gastroenteritis akut
b. Mampu melakukan pengkajian, merencanakan tindakan,
mengimplementasikan tindakan, mengevaluasi dan mendokumentasikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus gastroenteritis akut
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006).
Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan usus
yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen, yang di tandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair). Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan
darah.
B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal : Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak, infeksi internal, meliputi:
b. Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia,
aeromonas dan sebagainya.
c. Infeksi virus : entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus,
rotavirus, astovirus dan lain-lain.
d. Infeksi parasite : Cacing, protozoa, dan jamur.
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi
lemak, malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan.
4. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci
tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum mengkonsumsi
makanan.
5. Faktor psikologi
4
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltik usus..
C. TANDA GEJALA
Tanda dan gejala Gastroenteritis akut antara lain :
1. Diare
2. Muntah
3. Demam
4. Nyeri abdomen
5. Membran mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Badan terasa lemah
D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi
karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan
gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan
keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi
pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat
menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita
ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga
usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus
yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam
5
basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.
6
E. PATHWAY
Malabsorbsi Makanan
Infeksi
GASTROENTERITIS AKUT
(DIARE)
7
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup,bila memungkinkan.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya
biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.
A. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya
1) Cairan per oral : Pada klien dengan dehidrasi ringan dan
sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan
NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak
diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah
umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium
50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan
larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa
2) Cairan parentral : Diberikan pada klien yang mengalami
dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
a) Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
8
b) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan
10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam
c) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan
15-25 kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam
2. Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas
9
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi,
hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak
yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai
terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan
kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi.
Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali dalam sehari
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran :
3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari
14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah
dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
10
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan : Menghitung berat badan ideal bayi (0-12 bulan)
dengan rumus Berat badan Bayi Ideal (BBI) = (usia bayi : 2) + 4
b. Perkembangan
o Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai
kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan
kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan
mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
o Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario
kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui
dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri,
jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag
terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat
berkembang pada diri anak.
o Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan,
bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2
hitungan (GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
11
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup
pada anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,
suhu meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada
daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-
400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium :
feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
Analisa Gas Darah : asidosis metabolic (Ph menurun, pO2
meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
Faal ginjal : Ureum Creatinin meningkat
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
12
b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,
diare
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan
sirkulasi
5. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
6. Nyeri akut berhubungan dengan reflek spasme otot pada dinding perut
7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekuensi diare
13
c. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 xNIC : Respiratory Monitoring
gas berhubungan dengan 24 jam diharapkan pertukaran gas tidak terganggu, 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
ketidakseimbangan ventilasi dengan kriteria hasil: respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
perfusi NOC: Respiratory Status : ventilation
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
a. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi
supraclavicular dan intercostal
dan oksigenasi yang adekuat
3. Monitor suara nafas, seperti dengkur
b. tidak ada sianosis dan mampu bernafas
4. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
c. Tanda tanda vital dalam rentang normal
5. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan
paradoksis )
6. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara tambahan
NIC : Acid Base Managemen
1. Monitor IV line
2. Pertahankanjalan nafas paten
3. Monitor AGD, tingkat elektrolit
4. Monitor status hemodinamik(CVP, MAP, PAP)
5. Monitor adanya tanda tanda gagal nafas
6. Monitor pola respirasi
7. Lakukan terapi oksigen
14
2 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 xNIC : Fluid management
berhubungan dengan kehilangan 24 jam, diharapkan masalah keperawatan 1. Monitor status hidrasi meliputi kelembaban
cairan aktif, diare kekurangan volume cairan yang dialami klien membran mukosa, turgor kulit dan nadi yang
dapat berkurang dengan kriteria hasil : adekuat
NOC : Hydration 2. Monitor tanda-tanda vital
a. Turgor kulit kembali dalam < 2 detik 3. Monitor hasil laboratorium hematokrit
b. Membran mukosa lembab 4. Berikan terapi IV sesuai yang ditentukan pada suhu
c. Denyut nadi kuat ruangan
5. Dukung klien dan keluarga untuk membantu dalam
pemberian makanan yang adekuat
6. Kolaborasikan pemberian terapi cairan IV
3 Ketidakseimbangan nutrisi Tujuan : NIC : Nutritional Management
kurang dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 1. Monitor adanya mual dan muntah
2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan
berhubungan dengan intake tidak 24 jam, diharapkan intake nutrisi adekuat, dengan
perubahan status nutrisi.
adekuat Kriteria Hasil :
3. Monitor albumin, total protein, hemoglobin, dan
NOC : Nutritional Status
hematocrit level yang menindikasikan status nutrisi
a. Nafsu makan meningkat
dan untuk perencanaan treatment selanjutnya.
b. Tidak terjadi penurunan BB
4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
c. Masukan nutrisi adekuat
5. Berikan makanan sedikit tapi sering
d. Menghabiskan porsi makan
6. Berikan perawatan mulut sering
e. Hasil lab normal (albumin, kalium)
15
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
sesuai terapi
4 Ketidakefektifan perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 xNIC : Peripheral sensation management
perifer berhubungan dengan 24 jam, diharapkan perfusi jaringan perifer optimal 1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
gangguan sirkulasi dengan kriteria hasil : terhadap panas/dingin/tajam/tumpul.
2. Monitor adanya paretese.
NOC : Circulation status
3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit
a. Nadi perifer teraba kuat
jika ada lesi atau laserasi.
b. Warna kulit dalam batas normal
4. Lakukan penilaian sirkulasi perifer secara
c. Capillary refill ≤ 2 detik
d. Tingkat sensasi kulit normal komprehensif (cek nadi perifer, edema, capillary
e. Temperatur ekstremitas hangat
refill, warna dan temperatur ekstremitas)
5. Evaluasi nadi perifer
6. Turunkan ekstremitas untuk meningkatkan
sirkulasi arterial
7. Pertahankan hidrasi yg adekuat untuk menjaga
kekentalan darah
5 Hipertemi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 xNIC : Fever treatment
proses infeksi skunder terhadap 24 jam, diharapkan masalah keperawatan 1. Monitor suhu dan warna kulit
diare hipertermi yang dialami klien dapat berkurang 2. Monitor tanda-tanda vital
dengan kriteria hasil : 3. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
NOC : Thermoregulation 4. Anjurkan keluarga untuk memberikan pakaian
a. Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37 berbahan ringan pada anak
16
o
C 5. Tingkatkan sirkulasi udara
b. Nadi dalam batas normal 90-100 kali/menit 6. Kolaborasi pemberian obat antipiretik
c. Kulit tidak tampak merah 7. Kolaborasi pemberian cairan intravena
6 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 NIC : Pain Management
reflek spasme otot pada dinding jam diharapkan nyeri klien dapat berkurang/ 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
perut hilang, dengan kriteria hasil : termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
NOC: Pain control kualitas, dan faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
3. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
nyeri, mampu menggunakan teknik
distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, 4. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
5. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain
mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan tentang pemberian analgetik tidak berhasil.
menggunakan manajemen nyeri.
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang.
7 Resiko kerusakan integritas Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 NIC : Pressure management
kulit berhubungan dengan jam diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas 1. Monitor sumber tekanan dan gesekan
2. Monitor area kulit dari adanya kemerahan
peningkatan frekuensi diare kulit, dengan kriteria hasil:
3. Berikan pakaian yang tidak ketat pada pasien
17
NOC: Integritas jaringan : kulit & membran 4. Jaga kebersihan kulit
mukosa
a. Perfusi jaringan baik
b. Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami.
18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS DATA
Nama : An. A
alamat : Jatisari 2/8 Sumberjosari
Tempat/tgl lahir : 21 September 2018
Agama : Islam
Usia : 0 Tahun, 7 Bulan
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
No CM : 00477201
Nama ayah/ibu : Tn. D
Pendidikan ayah : SMP
Pekerjaan ayah : Swasta
Pendidikan ibu : SMP
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
19
: Bonchopneumonia
Pernah dirawat di RS
: Ya, pada tanggal 16 Maret 2019
2. Obat-obatan yang digunakan
: tidak ada
3. Tindakan (operasi)
: tidak ada
4. Riwayat Imunisasi
: BCG, Polio I.II.III, HiB I.II.III, DPT I.II
5. Alergi
: tidak ada
6. Kecelakaan
: tidak ada
20
V. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Berdasarkan pemeriksaan menggunakan form Denver II didapatkan hasil:
21
1. Kemandirian dan bergaul
Sektor Personal sosial : anak dapat melakukan tes yang berada pada sisi kiri garis
usia, antara lain anak dapat mengamati tangannya, berusaha menggapai mainan,
makan sendiri. anak dapat melakukan tes pada sisi kanan garis usia, yaitu anak dapat
tepuk tangan dan daag-daag dengan tangan
2. Motorik halus
Sektor Adaptif-Motorik halus : anak dapat melakukan tes yang berada pada sisi kiri
garis usia, antara lain anak dapat mengamati manik-manik, dapat meraih dan mencari
benang
3. Kognitif dan bahasa
Sektor Bahasa : anak dapat melakukan tes yang berada pada sisi kiri garis usia, antara
lain anak dapat menoleh ke arah suara, meniru bunyi kata-kata dan mengucapkan kata
papa/mama tidak spesifik, serta anak dapat mengoceh
4. Motorik kasar
Sektor Motorik kasar : anak dapat melakukan tes yang berada pada sisi kiri garis usia,
antara lain anak dapat membalik, bangkit dengan kepala tegak dan duduk tanpa
pegangaa
Kesimpulan pemeriksaan perkembangan Denver II pada An. A dalam kategori Normal
22
VI. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA (DISERTAI GENOGRAM)
Keluarga klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
yang menurun seperti penyakit hipertensi dan diabetes melitus.
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: klien
: garis pernikahan
: garis keturunan
: tinggal satu rumah
23
VII. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL MENURUT GORDON
1. Pola persepsi kesehatan- manajemen (Pemeliharaan Kesehatan)
Keluarga klien mengatakan takut jika anaknya tidak kunjung sembuh karena 2 bulan
yang lalu klien juga pernah dirawat di rumah sakit karena sesak nafas. Pasien tampak
lemas, keluarga pasien mengatakan selalu memeriksakan kesehatan anaknya jika sakit
ke klinik terdekat
2. Pola metabolisme nutrisi
Keluarga klien mengatakan bahwa An. A mendapatkan ASI dan diberikan bubur bayi
pada usia 6 bulan. Sebelum sakit, An. A tidak memiliki masalah pada makanannya
dan selalu lahap jika diberikan susu maupun bubur.
3. Pola eliminasi
Keluarga klien mengatakan biasanya An. A BAK 4-5 kali dalam sehari, dan BAB 1
kali dalam sehari. Namun sejak 3 hari yang lalu klien BAB hingga 4 kali dalam sehari
dengan konsistensi cair.
4. Pola aktifitas latihan
Keluarga klien mengatakan bahwa An. A sangat aktif dan sedang gemar merangkak.
Rutinitas sehari-hari klien bermain bersama dengan orang tua dan tetangga yang
memiliki anak seusia An. A. Namun saat sakit, klien tampak lemas dan tidak mau
diajak bermain, klien lebih sering minta digendong ayahnya.
5. Pola istirahat tidur
Keluarga klien mengatakan klien dapat tidur dengan baik, klien tidur malam 10 jam
dan tidur siang 2 jam, namun saat siang biasanya klien sedikit rewel
6. Pola persepsi kognitif
Klien belum dapat berbicara secara jelas, pandangan klien baik dan jelas, keluarga
klien banyak bertanya tentang perkembangan kondisi klien
7. Pola persepsi diri
Keluarga klien mengetahui saat ini An. A sedang sakit demam dan diare. Keluarga
klien mengatakan ingin anaknya segera sembuh dan dapat ceria serta beraktifitas
kembali di rumah
8. Pola hubungan sosial
Keluarga klien mengatakan pasien mampu mengenal lingkungan dengan baik, saat
dirawat, klien sering minta digendong ayahnya dan tidak takut jika ditemui perawat
maupun dokter yang memeriksa klien
24
9. Pola seksual
Keluarga klien mengatakan saat ini mengikuti program keluarga berencana dan Ibu
klien menggunakan KB suntik.
10. Pola pemecahan masalah mengatasi stress
Keluarga klien mengatakan anaknya sering rewel saat siang hari, biasanya An. A
digendong dan dibawa berkeliling ruangan supaya tidak rewel.
11. Sistem kepercayaan nilai-nilai
Keluarga klien mengatakan ingin An. A segera sembuh dan mempercayakan
perawatan pada petugas kesehatan di rumah sakit untuk hasil yang terbaik, serta selalu
berdo’a dan semangat untuk kesembuhan anaknya
25
3. Status nutrisi
26
Panjang Badan menurut Umur pada An. A (7bulan) yaitu 70 cm yang berada pada
kategori Normal (-2SD – 2SD)
Indeks Massa Tubuh menurut Umur pada An. A (7bulan) yaitu 15.3 yang berada pada
kategori Normal (-2SD – 2SD)
27
4. Status cairan
Input Output
Infus : 10 tpm = 720 cc BAK : 4 x 100cc = 400 cc
Air Minum : 600 cc BAB : 4 x 100 cc = 400 cc
Air dalam makanan : 150 cc IWL Anak Hipertermi : (30cc – 1(usia) x
Air dalam metabolisme : 8cc x 7.5kg = 7.5 kgBB) + (200 x 3oC(kenaikan suhu)) =
60 cc/24 jam 817 cc/24 jam
28
5. Obat-obatan
29
6. Aktivitas dan Tindakan keperawatan
Jenis
Tgl terapi Penjelasan umum Indikasi dan tujuan Respon klien
aktivitas/latihan
Pengaturan posisi 02/05/2019 Semi fowler adalah sikap dalam Untuk meningkatkan kesejahteraan S: -
semifowler posisi setengah duduk 15-60 fungsi respirasi klien, dengan tujuan: O: Klien tampak tenang
derajat 1. Mobilisasi
2. Memerikan perasaan lega pada klie
n sesak nafas
3. Memudahkan perawatan misalnya
memberikan makan
30
7. Hasil laboratorium
8. Hasil rontgen
Tidak ada
9. Data tambahan
Tidak ada
IX. PEMERIKSAAN FISIK
1. Temperatur : 40oC
2. Denyut jantung/nadi : 112 kali/menit
3. Respiratori rate : 23 kali/menit
4. Tekanan darah :-
5. Pertumbuhan : Tidak ada gangguan
6. Keadaan umum : Klien tampak lemah
7. Lingkar kepala : 42 cm
8. Mata : Mata simetris antara kanan dan kiri, pupil isokor,
skelera tidak ikterik, kunjungtiva anemis (+)
9. Hidung : Hidung bentuk simetris, tidak tampak ada sekret
berlebih di hidung
31
10. Mulut : Membram mukosa bibir kering, gigi dan lidah bersih,
tidak ada stomatitis pada bibir, tampak pucat
11. Telinga : Telinga bentuk simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat
secret berlebih dalam telinga
12. Tengkuk : Pergerakan tidak terganggu, tidak ada keluhan nyeri
13. Paru-paru: : Inspeksi : Pengembangan dada kanan dan kiri
nampak simetris saat inspirasi dan ekspirasi, tidak ada jejas, irama
nafas teratur
Palpasi : taktil fremitus seimbang antara kanan dan kiri
Perkusi : sonor pada kedua paru
Auskultasi : suara vesikuler pada kedua paru
14. Jantung : Inspeksi : tidak tampak iktus kordis
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan luka nyeri tekan (-) ictus
kordis teraba pada SIC 5 mid klavikula sinistra
Perkusi : batas kanan atas jantung SIC 2 Linea Para Sternalis
Dextra, Kanan bawah: SIC 5 Linea Para Sternalis Dextra, Kiri atas:
SIC II Linea Para Sternalis Sinistra, dan Kiri bawah: SIC 5 Linea
Medio Clavicularis Sinistra
Auskultasi : Terdengar bunyi jantung “Lup” “Dup” (S1 dan S2)
tidak terdapat bunyi jantung tambahan
15. Perut : Inspeksi : Kulit bersih, perut datar
Auskultasi : Bising usus 20 x/menit
Perkusi : Suara timpani
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah abdomen
16. Punggung : tidak terdapat luka, tidak tampak kelainan pada punggung
17. Genetalia : genetalia bersih, tidak ada kemerahan pada area genetalia
18. Ekstremitas :
Atas :, terpasang inta venous line dengan cairan RL 10 tpm, kulit
lembab, sianosis (-) akral teraba hangat, edema (-), kekuatan otot
humerus – radius ulna/antebrakhi-pergelangan tangan dan jari-jari 5,
tidak ada keterbatasan rentang gerak
Bawah : akral teraba hangat, edema (-), kekuatan femur-kruris-pedis
dan jari-jari 5, tidak terdapat keterbatasan rentang gerak pada kaki kanan
Kekuatan otot :
32
5 5
5 5
19. Kulit : Turgor kulit kembali lambat, CRT > 2 detik, Kulit
tampak kemerahan
33
RIWAYAT ANAK LAIN :
Jenis kelamin anak Riwayat persalinan Riwayat imunisasi
Perempuan Normal, BB 3100 gram BCG, Polio I.II.III, HiB I.II.III, DPT I.II
B. ANALISA DATA
34
- Akral teraba hangat
- Kulit tampak kemerahan
- Nilai Leukosit 8220 uL
3 DS: Risiko ketidakseimbangan Ganggaun proses
- Keluarga klien mengatakan bahwa An. A hanya mau minum susu nutrisi kurang dari kebutuhan pencernaan
sedikit tubuh
DO:
- Klien tampak lemas
- Bising usus 20 kali/menit
- Bibir klien tampak pucat
- Nilai Hemoglobin 8.6 g/dL (low)
- Klien dengan diagnosa medis Gastroeteritis akut (GEA)
35
cairan aktif : diare jam, diharapkan masalah meliputi kelembaban hidrasi pasien
keperawatan kekurangan membran mukosa, turgor 2. Mengetahui keadaan
volume cairan yang dialami kulit dan nadi yang umum pasien melalaui
klien dapat berkurang adekuat tanda-tanda vital
dengan kriteria hasil : 8. Monitor tanda-tanda vital 3. Hematokrit menjadi
NOC : Hydration 9. Monitor hasil laboratorium salah satu data
d. Turgor kulit kembali hematokrit penunjang kebutuhan
dalam < 2 detik 10. Berikan terapi IV sesuai cairan pasien
e. Membran mukosa yang ditentukan pada suhu 4. Untuk memnuhi
lembab ruangan kebutuhan cairan
f. Denyut nadi kuat 11. Dukung klien dan keluarga pasienyang mengalami
untuk membantu dalam defisit
pemberian makanan yang 5. Untuk meningkatkan
adekuat intake nutrisi dan cairan
pasien
2 Hipertermia b.d Proses Setelah dilakukan tindakan NIC : Fever treatment 1. Warna kulit yang Klp 3
infeksi sekunder keperawatan selama 3x24 8. Monitor suhu dan warna kemerahan menunjukkan
terhadap diare jam, diharapkan masalah kulit peningkatan suhu tubuh
hipertermi yang dialami 9. Monitor tanda-tanda vital 2. Mengetahui keadaan
klien dapat berkurang 10. Kompres pasien pada lipat umum pasien melalaui
dengan kriteria hasil : paha dan aksila tanda-tanda vital
NOC : Thermoregulation 11. Anjurkan keluarga untuk 3. Menurunkan demam
36
d. Suhu tubuh dalam memberikan pakaian pasien kompres hangat
rentang normal 36,5 – berbahan ringan pada anak pada lipat paha dan
37 oC 12. Kolaborasi pemberian aksila merupakan tempat
e. Nadi dalam batas obat antipiretik vena yang besar
normal 90-100 sehingga lebih efektif
kali/menit 4. Pakaian yang berbahan
f. Kulit tidak tampak ringan dapat menyerap
merah keringat dan membantu
mengurangi penguapan
tubuh akibat dari
peningkatan suhu
5. Untuk merangsang pusat
pengaturan panas di otak
guna menurunkan
demam pasien
3 Risiko Setelah dilakukan tindakan NIC : Nutritional Management 1. Untuk mengetahui status Klp 3
ketidakseimbangan keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor adanya mual dan nutrisi, mual dan muntah
nutrisi kurang dari jam, diharapkan intake muntah menurunkan nafsu makan
2. Monitor adanya
kebutuhan tubuh b.d nutrisi adekuat, dengan dan intake nutrisi pasien
kehilangan berat badan
Ganggaun proses Kriteria Hasil : 2. Berat badan menjadi
dan perubahan status
pencernaan NOC : Nutritional Status indikator pemenuhan
nutrisi.
a. Tidak terjadi nutrisi yang adekuat
3. Monitor hasil laboratorium
37
penurunan BB hemoglobin 3. Hemoglobin menjadi
b. Menghabiskan porsi 4. Monitor intake nutrisi dan
salah satu data penunjang
diit yang diberikan kalori klien.
kebutuhan nutrisi pasien
c. Hasil lab Hemoglobin 5. Berikan makanan sedikit
4. Untuk mengetahui adanya
dalam batas normal tapi sering
kekuarangan intake nutrisi
6. Kolaborasi dengan ahli
5. Makan sedikit tapi sering
gizi dalam pemberian diet
dapat memudahkan organ
sesuai terapi
pencernaan pada proses
metabolisme
6. Diet yang mengandung zat
yang diperlukan untuk
proses pertumbuhan
1 Kekurangan volume 02/05/2019 Memonitor status hidrasi meliputi S: Keluarga klien mengatakan anaknya lemas Klp 3
cairan b.d Kehilangan 14.00 WIB kelembaban membran mukosa, karena diare sejak 3 hari lalu
cairan aktif : diare turgor kulit dan nadi yang adekuat O: membran mukosa kering, turgor kulit
kembali dalam > 2 detik, nadi teraba lemah
38
02/05/2019 Memonitor hasil laboratorium S: - Klp 3
14.05 WIB hematokrit O: hasil laboratorium Hematorit = 28.5 %
(low)
02/05/2019 Mengkolaborasikan pemberian obat S: keluarga klien mengatakan bersedia jika Klp 3
14.10 WIB L-Bio 1 sachet dan Zinc 20 mg anaknya diberikan obat supaya tidak diare
lagi
O: klien mendapat terapi obat L-Bio 1x 1
sachet dan Zinc 1x 20 mg (p.o)
02/05/2019 Memberikan terapi cairan intra vena S: keluarga klien mengatakan bersedia jika Klp 3
14.15 WIB sesuai yang ditentukan (RL 10 tpm) anaknya diberikan cairan melalui infus
pada suhu ruangan O: klien mendapat terapi infus RL 10tpm,
suhu cairan sesuai dengan suhu ruangan,
aliran infus lancar.
2 Hipertermia b.d Proses 02/05/2019 Mengompres hangat pada lipat paha S: keluarga klien mengatakan bersedia jika Klp 3
infeksi sekunder terhadap 14.20 WIB dan aksila klien An. A diberikan kompres hangat pada lipatan
diare ketiak
O: klien tampak tenang, tubuh klien teraba
hangat, warna kulit klien tampak kemerahan
39
02/05/2019 Memotivasi keluarga klien untuk S: keluarga klien mengatakan mau untuk Klp 3
14.23 WIB meningkatkan asupan nutrisi dengan memberikan makan dan minum susu sedikit
makan sedikit tapi sering tapi sering untuk An. A
O: keluarga klien kooperatif dan bersedia
mendukung program diit yang diberikan
02/05/2019 Mengkolaborasikan pemberian obat S: keluarga klien mengatakan bersedia jika Klp 3
14.25 WIB antipiretik Paracetamol i.v dengan anaknya diberikan obat supaya demamnya
dosis 3 x 80 mg turun
O: klien mendapat terapi obat Paracetamol i.v
dengan dosis 3 x 80 mg
3 Risiko 02/05/2019 Memonitor adanya mual dan muntah S: Keluarga klien mengatakan bahwa An. A Klp 3
ketidakseimbangan 14.30 WIB tidak mengalami mual dan muntah
nutrisi kurang dari O: Klien dapat minum susu dan makan bubur
kebutuhan tubuh b.d dengan baik tanpa disertai mual dan muntah
02/05/2019 Memonitor nilai laboratorium S:- Klp 3
Ganggaun proses
14.35 WIB hemoglobin O:
pencernaan
Nilai hemoglobin : 8.6 g/dL (low)
02/05/2019 Memberikan makanan sedikit tapi S: keluarga klien mengatakan akan Klp 3
14.40 WIB sering memberikan bubur dan susu untuk An. A
sedikit tapi sering
O: klien menghabiskan setengah porsi bubur
dan susu yang diberikan
40
1 Kekurangan volume 03/05/2019 Memposisikan pasien untuk S:- Klp 3
cairan b.d Kehilangan 14.00 WIB memaksimalkan ventilasi O : Klien tampak nyaman dengan posisi
cairan aktif : diare (semifowler) semifowler
03/05/2019 Memonitor status hidrasi meliputi S: - Klp 3
14.05 WIB kelembaban membran mukosa, O: membran mukosa kering, turgor kulit
turgor kulit dan nadi yang adekuat kembali dalam 2 detik, nadi teraba lemah
03/05/2019 Memberikan terapi cairan intra vena S: keluarga klien mengatakan bersedia Klp 3
14.08 WIB sesuai yang ditentukan (RL 10tpm) O: klien mendapat terapi infus RL 10tpm,
pada suhu ruangan suhu cairan sesuai dengan suhu ruangan,
aliran infus lancar.
03/05/2019 Mengkolaborasikan pemberian obat S: keluarga klien mengatakan bersedia jika Klp 3
14.10 WIB L-Bio 1 sachet dan Zinc 20 mg anaknya diberikan obat supaya tidak diare
lagi
O: klien mendapat terapi obat L-Bio 1x 1
sachet dan Zinc 1x 20 mg (p.o)
2 Hipertermia b.d Proses 03/05/2019 Memonitor suhu dan warna kulit S: Keluarga klien mengatakan anaknya masih Klp 3
infeksi sekunder terhadap 14.18 WIB panas
diare O: warna kulit kemerahan, suhu 38oC
41
03/05/2019 Memotivasi keluarga untuk S: keluarga klien mengatakan akan Klp 3
14.20 WIB menerapkan pemberian kompres memberikan kompres hangat pada lipatan
hangat pada lipatan aksila dan paha ketiak dan paha anaknya untuk menurunkan
klien secara mandiri demam anaknya
O: keluarga klien kooperatif
03/05/2019 Mengkolaborasikan pemberian obat S: - Klp 3
14.25 WIB antipiretik Paracetamol melalui intra O: klien mendapat terapi obat Paracetamol i.v
vena dengan dosis 80 mg dengan dosis 3x 80 mg
3 Risiko 03/05/2019 Memonitor tanda-tanda vital S: - Klp 3
ketidakseimbangan 14.30 WIB O:
nutrisi kurang dari RR : 23 kali/menit
kebutuhan tubuh b.d N : 98 kali/menit, lemah
Ganggaun proses S : 38 oC
pencernaan SPO2 : 98 %
03/05/2019 Memonitor adanya mual dan muntah S: Keluarga klien mengatakan bahwa An. A Klp 3
14.35 WIB tidak mengalami mual dan muntah
O: Klien dapat minum susu dan makan bubur
dengan baik tanpa disertai mual dan muntah
03/05/2019 Menganjurkan keluarga klien untuk S: Keluarga klien mengatakan akan Klp 3
14.38 WIB membantu klien dalam meberikan susu dan bubur untuk anaknya
meningkatkan asupan nutrisi dan sedikit tapi sering
cairan O: Klien mau munum susu dan makan bubur,
habis 1 porsi
42
03/05/2019 Memonitor kondisi kulit dan S: - Klp 3
14.40 WIB membran mukosa O: kulit wajah dan mukosa bibir pucat
1 Kekurangan volume 04/05/2019 Memonitor status hidrasi meliputi S: - Klp 3
cairan b.d Kehilangan 14.00 WIB kelembaban membran mukosa, O: membran mukosa lembab, turgor kulit
cairan aktif : diare turgor kulit dan nadi kembali dalam < 2 detik, nadi teraba kuat
04/05/2019 Memonitor hasil laboratorium S: - Klp 3
14.03 WIB hematokrit O: hasil laboratorium Hematorit = 34 %
04/05/2019 Memberikan terapi cairan intra vena S: keluarga klien mengatakan bersedia Klp 3
14.05 WIB sesuai yang ditentukan (RL 10 tpm) O: klien mendapat terapi infus RL 10tpm,
pada suhu ruangan suhu cairan sesuai dengan suhu ruangan,
aliran infus lancar.
04/05/2019 Mengkolaborasikan pemberian obat S: keluarga klien mengatakan bersedia jika Klp 3
14.10 WIB L-Bio 1 sachet dan Zinc 20 mg anaknya diberikan obat supaya tidak diare
lagi
O: klien mendapat terapi obat L-Bio 1x 1
sachet dan Zinc 1x 20 mg (p.o)
04/05/2019 Memonitor keluhan diare yang S: Keluarga klien mengatakan sekarang An. A Klp 3
14.13 WIB dialami klien sudah mulai berkurang frekuensi BAB
cairnya, 2 kali sehari dan tidak terlalu encer
O: klien BAB 2 kali sehari dengan konsistensi
sedikit cair
43
2 Hipertermia b.d Proses 04/05/2019 Memonitor suhu dan warna kulit S: Keluarga klien mengatakan demam An. A Klp 3
infeksi sekunder terhadap 14.15 WIB sudah turun
diare O: warna kulit tidak kemerahan, suhu 37oC
04/05/2019 Menganjurkan keluarga untuk S: keluarga klien mengatakan akan Klp 3
14.20 WIB memberikan pakaian berbahan menggunakan pakaian yang berbahan ringan
ringan pada anak kepada anaknya
O: keluarga klien kooperatif
04/05/2019 Mengkolaborasikan pemberian obat S: keluarga klien bersedia anaknya diberikan Klp 3
14.25 WIB antipiretik Paracetamol melalui jalur obat penurun panas
intra vena dengan dosis 80 mg O: klien mendapat terapi obat Paracetamol i.v
dengan dosis 3 x 80 mg
3 Risiko 04/05/2019 Memonitor tanda-tanda vital S: - Klp 3
ketidakseimbangan 14.30 WIB O:
nutrisi kurang dari RR : 22 kali/menit
kebutuhan tubuh b.d N : 95 kali/menit, nadi kuat
Ganggaun proses S : 37oC (mendapatkan terapi pacaretamol
pencernaan 80 mg)
SPO2 : 99 %
04/05/2019 Memonitor nilai laboratorium S:- Klp 3
14.33 WIB hemoglobin O: Nilai hemoglobin :11.8 g/Cl
04/05/2019 Memonitor kondisi kulit dan S: - Klp 3
14.35 WIB membran mukosa O: kulit wajah dan mukosa bibir tidak pucat
44
04/05/2019 Memotivasi keluarga klien untuk S: Keluarga klien mengatakan hari ini klien Klp 3
14.38 WIB meningkatkan asupan nutrisi klien banyak minum susu dan sudah makan bubur 1
dengan memberikan makan sedikit porsi habis
tapi sering O: keluarga klien dapat mendukung intake
nutrisi dan cairan untuk klien
04/05/2019 Menimbang berat badan klien S: - Klp 3
14.40 WIB O: BB klien 7.6 kg, An. A tidak mengalami
penurunan berat badan
04/05/2019 Memonitor keadaan umum pasien S: Keluarga klien mengatakan sekarang Klp 3
14.45 WIB anaknya sudah mulai ceria lagi
O: klien tampak riang, tidak lemas.
45
2. Medical Management
a. IVF, O2 Therapy
Medical Tanggal Penjelasan Indikasi Respon
Management Therapy Scr umum Dan tujuan pasien
IVF dengn Ringer 02/05/2019 Ringer laktat adalah larutan steril Mengembalikan keseimbangan S: keluarga klien mengatakan
Lactat, 10 tpm yang digunakan sebagai elektrolit pada dehidrasi, bersedia jika anaknya diberikan
penambah cairan dan elektrolit Hipernatremia, kelainan ginjal, cairan melalui infus
tubuh untuk mengembalikan kerusakan sel hati, laktat O: klien mendapat terapi infus
keseimbangannya. Obat ini juga asidosis RL 10tpm, suhu cairan sesuai
dapat bertindak sebagai alkalisator dengan suhu ruangan, aliran
yang mengurangi keasaman infus lancar.
46
L-Bio 02/05/2019 p.o Untuk memelihara kesehatan pencernaan S: keluarga klien mengatakan bersedi jika
03/05/2019 1 x 1 sachet
pada anak, melindungi sistem anaknya diberikan obat supaya tidak diare
04/05/2019
pencernaan pada anak-anak, membantu lagi
menormalkan fungsi saluran pencernaan, O: klien mendapat terapi obat L-Bio 1x 1
menjaga flora normal usus dan sachet dan Zinc 1x 20 mg (p.o)
membantu fungsi fermentasi di usus
pada bayi.
Zinc 02/05/2019 p.o Sebagai pelengkap Cairan Rehidrasi Oral
03/05/2019 1 x 20 mg
(CRO) pada bayi dan anak akibat tubuh
04/05/2019
kekurangan cairan (dehidrasi) karena diare
47
aktivitas/latihan
Pengaturan 02/05/2019 Semi fowler adalah sikap dalam posisi Untuk meningkatkan kesejahteraan S:
posisi 03/05/2019 setengah duduk 15-60 derajat fungsi respirasi klien, dengan O : Klien tampak nyaman
semifowler 04/05/2019 tujuan: dengan posisi semifowler
1. Mobilisasi
2. Memerikan perasaan lega pada
klien sesak nafas
3. Memudahkan perawatan misaln
ya memberikan makan
Pemberian 02/05/2019 Kompres hangat merupakan metode Kompres air hangat sangat baik S: keluarga klien mengatakan
kompres hangat 03/05/2019 untuk menurunkan suhu tubuh, bagi pasien dengan kondisi suhu akan memberikan kompres
04/05/2019 Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh yang tinggi karena dapat hangat pada lipatan ketiak dan
aksila (ketiak) lebih efektif karena pada menurunkan panas dalam tubuh paha anaknya untuk
daerah tersebut banyak terdapat secara cepat. menurunkan demam anaknya
pembuluh darah besar dan banyak O: keluarga klien kooperatif
terdapat kelenjar keringat apokrin yang
mempunyai banyak vaskuler sehingga
akan memperluas daerah yang
mengalami vasodilatasi yang akan
memungkinkan percepatan perpindahan
panas dari dalam tubuh ke kulit hingga
delapan kali lipat lebih banyak
F. EVALUASI
48
aktif : diare - turgor kulit kembali dalam > 2 detik,
- membran mukosa kering
- Klien tampak lemah
- Hasil laboratorium Hematorit = 28.5 % (low)
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi fluid management dalam perawatan klien di ruangan
2 02/05/2019 Hipertermia b.d S: Klp 3
15.00 WIB Proses infeksi - Keluarga klien mengatakan bersedia jika An. A diberikan kompres hangat pada lipatan
skunder terhadap ketiak
diare - Keluarga klien mengatakan mau untuk memberikan makan dan minum susu sedikit tapi
sering untuk An. A
O:
- HR 98 kali/menit
- Suhu : 39 oC
- Akral teraba hangat,
- warna kulit klien tampak kemerahan
- Klien mendapat terapi obat Paracetamol i.v dengan dosis 3 x 80 mg
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi fever treatment dalam perawatan klien di ruangan
3 02/05/2019 Risiko S: Klp 3
15.00 WIB ketidakseimbangan - Keluarga klien mengatakan bahwa An. A tidak mengalami mual dan muntah
nutrisi kurang dari O:
kebutuhan tubuh - Klien tampak lemas
b.d Ganggaun - Bising usus 18 kali/menit
proses pencernaan
- Bibir klien tampak pucat
- Nilai hemoglobin : 8.6 g/dL (low)
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi nutritional management dalam perawatan klien di ruangan
49
1 03/05/2019 Kekurangan S : Keluarga klien mengatakan bersedia jika anaknya diberikan obat supaya tidak diare lagi Klp 3
16.00 WIB volume cairan b.d O:
Kehilangan cairan - nadi teraba lemah
aktif : diare - turgor kulit kembali dalam 2 detik,
- membran mukosa kering
- Klien mendapat terapi obat L-Bio 1x 1 sachet dan Zinc 1x 20 mg (p.o)
- klien mendapat terapi infus RL 10tpm, suhu cairan sesuai dengan suhu ruangan, aliran
infus lancar.
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi fluid management dalam perawatan klien di ruangan
2 03/05/2019 Hipertermia b.d S: Klp 3
16.00 WIB Proses infeksi - Keluarga klien mengatakan anaknya masih panas
skunder terhadap - Keluarga klien mengatakan akan memberikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan
diare paha anaknya untuk menurunkan demam anaknya
O:
- HR 98 kali/menit
- Suhu : 38 oC
- Akral teraba hangat,
- warna kulit klien tampak kemerahan
- Klien mendapat terapi obat Paracetamol i.v dengan dosis 3 x 80 mg
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi fever treatment dalam perawatan klien di ruangan
3 03/05/2019 Risiko S: Klp 3
16.00 WIB ketidakseimbangan - Keluarga klien mengatakan bahwa An. A tidak mengalami mual dan muntah
nutrisi kurang dari - Keluarga klien mengatakan akan meberikan susu dan bubur untuk anaknya sedikit tapi
kebutuhan tubuh sering
b.d Ganggaun
O:
proses pencernaan
- Klien tampak lemas
- Bising usus 16 kali/menit
50
- Bibir klien tampak pucat
- Kulit wajah dan mukosa bibir pucat
- TTV:
RR : 23 kali/menit
N : 98 kali/menit, lemah
S : 38 oC
SPO2 : 98 %
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi nutritional management dalam perawatan klien di ruangan
1 04/05/2019 Kekurangan S: Klp 3
15.00 WIB volume cairan b.d - Keluarga klien mengatakan sekarang An. A sudah mulai berkurang frekuensi BAB
Kehilangan cairan cairnya, 2 kali sehari dan tidak terlalu encer
aktif : diare O:
-
- Klien mendapat terapi infus RL 10tpm, suhu cairan sesuai dengan suhu ruangan, aliran
infus lancer
51
3. Kolaborasikan pemberian terapi cairan IV
52
- BB klien 7.6 kg, An. A tidak mengalami penurunan berat badan
- TTV:
RR : 22 kali/menit
N : 95 kali/menit, nadi kuat
S : 37oC (mendapatkan terapi Pacaretamol 80 mg)
SPO2 : 99 %
A : masalah keperawatan teratasi
P : Pertahankan intake nutrisi klien dengan intervensi
NIC : Nutritional Management
- Monitor adanya mual dan muntah
- Monitor adanya kehilangan berat badan dan perubahan status nutrisi.
- Monitor hasil laboratorium hemoglobin
- Berikan makanan sedikit tapi sering
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet sesuai terapi
53
BAB IV
PEMBAHASAN
Gastroenteritis akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya, dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu (Suharyono, 2003). Gastroenteritis
atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi
lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa
lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006). Gastroenteritis akut banyak mengenai anak
dibandingkan dewasa. World Health Organization (WHO) melaporkan sekitar 3,5
juta kematian pertahun disebabkan oleh Gastroenteritis atau diare akut, dimana 80%
dari kematian ini mengenai anak – anak dibawah umur 5 tahun.
54
Hasil pengkajian tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa masalah
kekurangan volume cairan dijadikan sebagai prioritas diagnosa karena bentuk
kerugian yang bisa terjadi akibat kekurangan volume cairan saat diare adalah resiko
mengalami dehidrasi vaskuler, cardiac dysrhytimias, syok hipovolemik (Purwanti,
2008: 84).
Keluarga klien mengatakan bahwa klien mengalami demam sejak 3 hari lalu.
Saat dilakukan pengkajian, suhu tubuh klien tinggi yaitu 40 ⁰C (dengan paracetamol
i.v 80 mg) dan akral yang teraba hangat, kulit tampak kemerahan, nilai Leukosit
8220 uL memunculkan masalah keperawatan hipertermi yang berhubungan dengan
Proses infeksi skunder terhadap diare. Menurut Rudolph, demam dihasilkan oleh
pirogen endogen yang bekerja pada mekanisme pengatur suhu tubuh di sistem saraf
pusat. Pirogen terpenting yang bertanggung jawab atas demam adalah interleukin l.
Produk hasil bakteri, virus, serta jamur merangsang pelepasan interleukin l dari
makrofag, serta juga produksi sitokin-sitokin lain, sehingga menghasilkan demam
dan manifestasi lain respon radang. Demam terkadang merupakan satu-satunya
manifestasi bermakna dari kondisi sakit seorang anak (Rudolph, 2006: 584).
Keluarga klien mengatakan bahwa An. A hanya mau minum susu sedikit, hasil
pemeriksaan fisik pada klien didapatkan data bising usus 20 kali/menit, bibir klien
tampak pucat dan Nilai Hemoglobin 8.6 g/dL (low). Sehingga dapat memunculkan
masalah risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan adanya ganggaun proses pencernaan karena masalah
Gastroeteritis akut (GEA) yang dialami klien. Pada pasien GEA berpengaruh
terhadap penurunan kadar hemoglobin. Salah satu penyebab berkurangnya kadar
hemoglobin adalah terganggunya fungsi usus akibat diare dan menyebabkan
menurunnya penyerapan zat besi (Sari & Herman, 2016).
56
C. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 2 Mei 2019 yaitu dengan memonitor
status hidrasi meliputi kelembaban membran mukosa, turgor kulit dan nadi yang
adekuat dan didapatkan hasil membran mukosa kering, turgor kulit kembali dalam
>2 detik, nadi teraba lemah, memonitor hasil laboratorium hematokrit dengan hasil
28,5% (low) dan hemoglobin dengan hasil 8,6 g/dL (low) , memberikan terapi IV
sesuai yang ditentukan yaitu klien mendapat terapi infus Ringer lactat 10 tpm, suhu
cairan yang diberikan sesuai dengan suhu ruangan, aliran infus lancar tidak nampak
adanya sumbatan. Selanjutnya yaitu memberikan kompres hangat pada lipat aksila
klien untuk menurunkan demam. Saat melakukan monitor mual muntah klien
tampak dapat minum susu dan makan bubur dengan baik tanpa disertai mual dan
muntah. Tindakan yang .dilakukan selanjutnya yaitu dengan memberikan makan
sedikit tapi sering. Tindakan kolaborasi yang diberikan yaitu klien mendapat terapi
obat L-Bio 1x1 sachet, Zinc 1x20 mg (p.o), dan paracetamol i.v dengan dosis 3x 30
mg.
Pada implementasi tanggal 3 Mei 2019 dilakukan pengaturan posisi pada klien
dengan posisi semifowler dengan tujuan memaksimalkan ventilasi dan tampak
pasien lebih nyaman. Kemudian dilakukan monitor status hidrasi meliputi membran
mukosa tampak kering, turgor kulit kembali dalam 2 detik dan nadi teraba lemah,
memberikan terapi cairan intravena (RL 10 tpm), memonitor suhu dan warna kulit
dan didapatkan hasil suhu tubuh 38oC dan kulit kemerahan, memonitor tanda- tanda
vital klien hasilnya RR; 23x/m, nadi 98x/menit (teraba lemah), melakukan kompres
hangat pada lipatan aksila dan paha secara mandiri oleh keluarga, dan
menganjurkan keluarga untuk membantu klien dalam meningkatkan asupan nutrisi
dan cairan dengan hasil klien mau minum susu dan makan bubur habis 1 porsi, serta
tindakan kolaborasi dengan memberikan obat L-Bio 1 sachet dan Zinc 1x20 mg
(p.o), pemberian paracetamol iv dengan dosis 3x80 mg.
Pada implementasi 4 Mi 2019 dilakukan pemeriksaan status hidrasi dengan hasil
membrane mukosa lembab tidak pucat, turgor kulit kembali dalam <2 detik, dan
nadi teraba kuat, memonitor hasil laboratorium dengan hasil hematocrit 34% dan
hemoglobin 11,8g/dL, memberikan terapi cairan intravena ringer lactat 10 tpm
57
aliran lancer tanpa ada sumbatan, memonitor keluhan diare yang dialami klien yaitu
klien BAB 2 kali sehari dengan konsistensi sedikit cair, menganjurkan keluarga
untuk menggunakan klien pakaian ringan, pemeriksaan tanda-tanda vital hasilnya
RR: 22x/m, nadi 95x/m (teraba kuat), suhu 37 oC (dengan terapi paracetamol 80mg),
SPO2: 99%, menimbang berat badan klien hasilnya berat badan 7,6 kg klien tidak
mengalami penurunan berat badan, serta memonitor keadaan umum klien, terlihat
klien nampak riang dan tidak lemas.
Saat terjadi kekuragan cairan eksternal karena penurunan cairan dan kelebihan
pengeluaran cairan. Maka tubuh merespon kekurangan cairan dengan cara
mengosongkan cairan vaskuler, sebagai akibat penurunan cairan interstisial. Tubuh
akan mengalirkan cairan keluar sel. Kehilangan cairan ekstrasel berlebihan
menyebabkan volume ekstrasel berkurang dan perubahan hematokrit. Jika terjadi
kekurangan cairan dalam waktu yang lama, kadar urea, natrium, kreatinin
meningkat dan menyebabkan perpindahan cairan sel ke pembulu darah (Hidayat,
2015) Dengan terapi cairan kebutuhan akan air dan elektrolit akan terpenuhi. Selain
itu terapi cairan juga dapat digunakan untuk memasukkan obat dan zat makanan
secara rutin atau juga digunakan untuk menjaga keseimbangan asam basa. Larutan
Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak digunakan untuk
resusitasi cairan walau agak hipotonis dengan susunan yang hampir menyerupai
cairan intravaskuler. Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut akan mengalami
metabolisme di hati menjadi bikarbonat (Hartanto, 2007).
Untuk menurunkan demam klien, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah
dengan mengompres hangat pada lipat aksila pasien, saat dikompres klien tampak
tenang, tubuh klien teraba hangat, suhu mnjadi 37 oC. Kompres air hangat sangat
baik bagi pasien dengan kondisi suhu tubuh yang tinggi karena dapat menurunkan
panas dalam tubuh secara cepat. Kompres hangat merupakan metode untuk
menurunkan suhu tubuh. Dengan kompres hangat menyebabkan suhu tubuh
diluaran akan terjadi hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu
diluaran cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di
otak supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh. Dengan suhu diluaran hangat
akan membuat pembuluh darah tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi
sehingga pori – pori kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas.
58
Sehingga akan terjadi penurunan suhu tubuh. Lokasi pemberian kompres hangat
dilakukan pada daerah aksila (ketiak) lebih efektif karena pada daerah tersebut
banyak terdapat pembuluh darah besar dan banyak terdapat kelenjar keringat
apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang
mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas
dari dalam tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Purwanti, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eny pada tahun 2015, teknik pemberian
kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif terhadap penurunan suhu tubuh
dibandingkan dengan teknik pemberian kompres hangat pada dahi pada pasien
demam. Hal tersebut disebabkan karena pada daerah ketiak terdapat vena besar
yang memiliki kemampuan proses vasodilatasi yang sangat baik dalam menurunkan
suhu tubuh dan sangat dekat dengan otak yang merupakan tempat terdapatnya
sensor pengatur suhu tubuh yaitu hypothalamus (Eny et al, 2015)
Untuk menambahkan kenyaman pada klien tindakan keperawatan yang
selanjutnya dilakukan yaitu dengan memberikan posisi semi fowler. Posisi semi
fowler yaotu posisi dimana kepala dan tubuh dinaikkan 45 o membuat oksigen
didalam paru – paru semakin meningkat sehingga memperingan dalam bernafas dan
menambah kenyamanan pada pasien (Supadi et al, 2008).
D. Evaluasi
Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir implementasi, yaitu tanggal 4 Mei 2019.
Pada masalah utama Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan
cairan aktif didapatkan respon subjektif antara lain: keluarga klien mengatakan klien
frekuesnsi BAB hari ini berkurang menjadi 2 kali sehari dan tidak terlalu encer.
Evaluasi objektif yang didapatkan: membran mukosa lembab, turgor kulit kembali
dalam < 2 detik, nadi teraba kuat, Klien mendapat terapi infus RL 10tpm, suhu
cairan sesuai dengan suhu ruangan, aliran infus lancer, Klien mendapat terapi obat
L-Bio 1x 1 sachet dan Zinc 1x 20 mg (p.o), Klien BAB 2 kali sehari dengan
konsistensi sedikit cair. Sehingga masalah keperawatan teratasi. Rencana selanjutnya
yaitu memonitor TTV, memberikan dukungan pada keluarga dalam pemberian
makanan yang adekuat, serta kolaborasi dalam pemberian terapi cairan IV.
Pada masalah kedua yaitu Hipertermia berhubungan dengan Proses infeksi, hasil
evaluasi yang dilakukan mendapatkan respon subjektif Keluarga klien mengatakan
59
demam klien sudah turun, keluarga juga mengatakan bersedia memberikan kompres
hangat pada lipatan aksila klien dan akan menggunakan pakaian yang berbahan
ringan pada anaknya. Sedangkan data objektif yang didapatkan yaitu klien tampak
tenang, warna kulit klien tidak kemerahan, suhu 37oC, nadi 95x/m teraba kuat, klien
mendapat terapi paracetamol dengan dosis 3x 80 mg melalui intra vena. Berdasarkan
penilaian tersebut, suhu tubuh klien dalam batas normal sehingga masalah
keperawatan teratasi. Rencana selanjutnya untuk klien adalah monitor suhu dan
warna kulit secara berkala, menganjurkan keluarga untuk memberikan pakaian
berbahan ringan pada anaknya, meningkatkan sirkulasi udara dan berkolaborasi
dalam pemberian antipiretik.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil pengkajian yang dilakukan pada An. A dengan diagnose medis
Gastroentritis Akut (GEA), keluarga klien mengatakan klien mengalami BAB
cair 4 kali dalam sehari, Nadi teraba lemah, Turgor kulit kembali lambat, CRT >
2 detik, Membran mukosa bibir tampak kering, Klien tampak lemah, Hasil
penghitungan balance cairan -87 cc/24jam dan hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan nilai Hematokrit 28.5% (low) sehingga berdasarkan data tersebut
masalah keperawatan prioritas yang ditegakkan adalah Kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
2. Tujuan dan kriteria hasil yang ditentukan untuk mngatasi masalah
kekurangan volume cairan pada klien didasarkan pada NOC: Hydration,
dengan indikator keberhasilan anatar lain: Turgor kulit kembali dalam < 2 detik,
Membran mukosa lembab dan Denyut nadi teraba kuat.
3. Intervensi yang direncanakan untuk mengatasi masalah Kekurangan volume
cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif didasarkan pada NIC: Fluid
Management, antara lain: Monitor status hidrasi meliputi kelembaban membran
mukosa, turgor kulit dan nadi yang adekuat, Monitor tanda-tanda vital, Monitor
hasil laboratorium hematokrit, Berikan terapi intra vena sesuai yang ditentukan
pada suhu ruangan, Dukung klien dan keluarga untuk membantu dalam
pemberian makanan yang adekuat dan Kolaborasikan pemberian terapi cairan
intra vena.
4. Implementasi prioritas yang dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan
volume cairan pada klien adalah tindakan kolaboratif dengan memberikan
terapi cairan melalui intra vena sesuai yang ditentukan yaitu klien mendapat
terapi infus Ringer Lactat 10tpm, suhu cairan yang diberikan sesuai dengan suhu
ruangan, aliran infus lancar.
5. Evaluasi sumatif pada masalah utama Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan Kehilangan cairan aktif didapatkan respon subjektif antara lain: keluarga
klien mengatakan frekuesnsi BAB klien hari ini berkurang menjadi 2 kali sehari
61
dan tidak terlalu encer. Evaluasi objektif yang didapatkan: membran mukosa
lembab, turgor kulit kembali dalam < 2 detik, nadi teraba kuat, Klien mendapat
terapi infus RL 10tpm, suhu cairan sesuai dengan suhu ruangan, aliran infus
lancar, Klien mendapat terapi obat L-Bio 1x 1 sachet dan Zinc 1x 20 mg (p.o),
Klien BAB 2 kali sehari dengan konsistensi sedikit cair. Sehingga masalah
keperawatan teratasi. Rencana selanjutnya yaitu memonitor TTV, memberikan
dukunganpad keluarga dalam pemberian makanan yang adekuat, serta kolaborasi
dalam pemberian terapi cairan intra vena.
B. Saran
1. Saran bagi perawat diharapkan mampu melakukan tindakan keperawatan
yang lebih efektif dan lebih cermat dengan mengacu pada evidence base
practice terbaru dan memperhatikan sisi keyakinan dan budaya pasien agar
perawatan secara holistis yang dilakukan dapat diterapkan secara maksimal.
2. Saran bagi klien ataupun keluarga dengan diberikannya pengetahuan atau
pendidikan tentang intake nutrisi dan cairan serta tindakan kompres hangat
pada daerah aksila diharapkan keluarga mampu mengatasi demam yang
mungkin terjadi pada anggota keluarga lainnya sebagai pertolongan pertama
sebelum dilakukan tindakan medis.
3. Saran bagi mahasiswa setelah melakukan proses pembelajaran pada kasus
anak dengan gastroentritis diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan
terkait manajemen pengelolaan pasien yang baik dan benar pada tatanan
perawatan anak.
62
DAFTAR PUSTAKA
1. Wilkinson, J. M. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 (NANDA 2012).
Jakarta: EGC.
2. Bulechek, G.M., Butcher, H & Dochterman, J M. 2013. Nursing Intervention
Classification (NIC) sixth edition.United States of America. Elsevier
3. Johnson, M; Maas, M; Moorhead, S. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC).
Mosby: Philadelphia
4. Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru
5. Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta
6. Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta,
EGC
7. Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6.
EGC. Jakarta.
8. Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
9. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
10. Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1,
Ed.4, EGC, Jakarta
11. Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa : Manulang R.F.
Jakarta, EGC
12. Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI,
Jakarta.
13. Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
14. Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
15. Sari Puspita & Herman, 2016. Correlation Between Hematocrite and Hemoglobin
Count With Hospitalisazion Duration of Acute Diarrheal Children Patient in Undata
Hospital Year 2014. Jurnal Ilmiah Kedokteran (3) 3; (20-30).
16. Eny Inda Ayu, Winda Irwanti, Mulyanti. 2015. Kompres Air Hangat pada Daerah
Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU
Muhammadiyah Kutoarjo. Journal Ners and Midwifery Indonesia. (3) 1; 10-14
17. Supadi, E. Nurachmah , dan Mamnuah. 2008. Hubungan Analisa Posisi Tidur Semi
Fowler Dengan Kulaitas Tidur Pasien Gagal Jantung di RSU Banyumas Jawa
Tengah. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan (2) 4; 97-108.
63