Sanitas Kab. Langkat
Sanitas Kab. Langkat
Sanitas Kab. Langkat
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten yang berada di Dataran Tinggi Bukit Barisan,
terletak di Bagian Barat Laut Provinsi Sumatera Utara, secara geografis berada pada koordinat 3 014’ – 4013’
LU dan 97052’ – 98045’ BT. Secara administratif berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kabupaten Aceh Tamiang (Provinsi Aceh) dan Selat Malaka
Sebelah Selatan : Kabupaten Karo
Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Tenggara/Tanah Alas (Provinsi Aceh)
Pada tahun 2013 wilayah administratif Kabupaten Langkat meliputi 23 Kecamatan, 240 desa dan 37
kelurahan dengan total area seluas 6.263,29 Km2 atau sekitar 8,74% dari luas Provinsi Sumatera Utara yang
mencapai 71.680,00 Km2. Wilayah administratif Kabupaten Langkat secara detail ditunjukkan oleh tabel 2.1
TABEL 2.1
Luas Wilayah Kecamatan, Jumlah Desa/Kelurahan, Jarak dan Presentasi Luas Masing-Masing
Kecamatan Terhadap Luas Kabupaten Langkat
10
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Langkat 2014
Berdasarkan tabel 2.1 diatas, terlihat bahwa Kecamatan Batang Serangan merupakan kecamatan
dengan wilayah terluas, sekitar 14, 93 % dari total luas wilayah Kabupaten Langkat. Sedangkan Kecamatan
yang memiliki luas wilayah terkecil yaitu Kecamatan Binjai, hanya meliputi 0,79 % dari total luas wilayah
kabupaten.
Dari segi klimatologi, wilayah Kabupaten Langkat tergolong beriklim sub-tropis dengan suhu
berkisar 170 – 240C dan intensitas hujan yang sangat variatif antara 2.000 – 5.000 mm/tahun dengan rata-
rata hari hujan 126 hari/tahun. Tipe iklim didasarkan atas intensitas bulan basah (curah hujan > 100
mm/bulan) dalam setahun, diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:
Iklim B1
Bulan basah antara 7 – 9 bulan dan bulan kering < dari 2 bulan dalam setahun. Tipe iklim ini berada di
Kecamatan Bahorok sekitarnya.
Iklim C1
Bulan basah antara 5 – 6 bulan dan bulan kering < dari 2 bulan dalam setahun. Tipe iklim ini berada di
Kecamatan Kuala, Selesai, Brandan Barat dan Pangkalan Susu.
Iklim D1
Bulan basah antara 3 – 4 bulan dan bulan kering < dari 2 bulan dalam setahun. Tipe iklim ini berada di
Kecamatan Sei Bingai, Padang Tualang, Batang Serangan, Babalan, dan Besitang.
11
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Langkat 2014
GAMBAR 2.1
WILAYAH ADMINISTRATIF KABUPATEN LANGKAT
12
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Langkat 2014
Gambar 2.2
Kondisi curah hujan di Kabupaten Langkat
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat Tahun 2013-2033
13
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Langkat 2014
Ditinjau dari segi Topografi, Kabupaten Langkat berada pada ketinggian antara 4 - 105 diatas
permukaan laut (dpl). Kota Stabat adalah Ibukota Kabupaten Langkat yang berada pada
ketinggian 28 m dpl, sedangkan Kecamatan Babalan, Tanjung Pura, Brandan Barat, Pangkalan
Susu, Pematang Jaya, Gebang, Sei Lepan, Besitang merupakan kawasan pesisir dan
mendekati pesisir yang memiliki ketinggian sekitar 4 m dpl. Kecamatan Binjai, Selesai dan
kecamatan yang mengarah lebih ketengah pulau Sumatera seperti Kecamatan Salapian,
Bahorok dan beberapa kecamatan disekitarnya memiliki ketinggian antara 100 – 105 m dpl.
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi topografi tiap kecamatan di wilayah Kabupaten Langkat
Gambar 2.3
Peta Topografi di Kabupaten Langkat
14
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Langkat 2014
Gambar 2.4
Jenis tanah di Kabupaten Langkat merupakan susunan tanah yang terdiri dari berbagai
gabungan jenis tanah. Dimana susunan tanah yang ada merupakan dari berbagai jenis materi
tanah seperti Aluvial, Andosol, Grumosol, Latosol, Podsolik coklat, Podsolik merah kuning.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.5.
15
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Langkat 2014
Gambar 2.4
Peta Geologi di Kabupaten Langkat
16
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Langkat 2014
Gambar 2.5
Peta Tanah di Kabupaten Langkat
17
Mempedomani Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11 A / PRT / M / 2006
tentang Kriteria dan Pembagian Wilayah Sungai (WS) di Provinsi Sumatera Utara,
Kabupaten Langkat berada dalam SWS Wampu Besitang yang meliputi sungai Wampu
yang terbentang mulai dari Kecamatan Bahorok, Salapian, Kuala, Selesai, Stabat
Hinai, Secanggang hingga Tanjung Pura.
dapat dilihat pada Gambar 2.6 dan aliran-aliran sungai yang terdapat di Kabupaten
TABEL 2.2
Nama, Lokasi dan Panjang Sungai di Kabupaten Langkat
GAMBAR 2.6
PETA DAERAH ALIRAN SUNGAI DI KABUPATEN LANGKAT
Sumber: Bappeda Kabupaten Langkat, 2013
2.2. Demografi
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada
waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna
untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya
jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, termasuk kebutuhan
dalam bidang sosial dan ekonomi. Berdasarkan data statistik di tingkat kabupaten diketahui bahwa
pertumbuhan penduduk rata-rata Kabupaten Langkat dari tahun 2000-2008 adalah sebesar 2,19%
jiwa/tahun sebagaimana terlihat Tabel 2.3 dan tampilan diagram di bawah ini.
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Pertambahan Penduduk
di Kabupaten Langkat Tahun 1995-2000-2008
Laju
No Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah
Pertumbuhan (%)
1 1995 436.300 422.100 858.400 -
2 2000 448.385 440.569 888.954 3,56
3 2001 462.741 454.159 916.900 3,14
4 2002 466.656 459.413 926.069 1,00
5 2003 480.398 464.182 944.580 2,00
6 2004 483.462 471.886 955.348 1,14
7 2005 491.424 479.009 970.433 1,58
8 2006 513.461 500.388 1.013.849 4,47
9 2007 513.651 513.763 1.027.414 1,34
10 2008 521.484 521.039 1.042.523 1,47
Sumber : Langkat Dalam Angka dan Hasil Perhitungan
Laju Pertumbuhan
Penduduk
Persebaran Dan Kepadatan Penduduk
terdapat di Kecamatan Stabat, hal ini dapat dimaklumi karena kecamatan ini merupakan ibukota
Kabupaten Langkat. Selama periode 13 tahun yakni dari tahun 1995-2008 dapat diketahui bahwa
kepadatan penduduk di Kecamatan ini terus menglami peningkatan, dimana pada tahun 1995 kepadatan
penduduk Kecamatan Stabat mencapai 753 jiwa/km2 dan mengalami peningkatan menjadi 927 jiwa/km2
pada tahun 2008, sebagaimana ditampilkan dalam diagram berikut dan perincian persebaran dan
kepadatan penduduk di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 2.4 dan Gambar 2.6 berikut.
Untuk meninjau kebutuhan sarana dan prasana penyehatan lingkungan minimum yang dapat mengakomodir
pertumbuhan penduduk Kabupaten Langkat, diperlukan informasi mengenai kondisi kependudukan Kabupaten
Langkat dimasa yang akan datang. Didasari oleh pemikiran tersebut, Pokja Kabupaten Langkat melakukan proyeksi
penduduk lima tahun kedepan. Beberapa variabel kependudukan yang diproyeksikan meliputi variabel jumlah
penduduk, variabel jumlah rumah tangga dan variabel kepadatan penduduk. Adapun formula yang digunakan dalam
Dengan :
Data kependudukan Kabupaten Langkat terbaru yang tersedia saat ini yaitu data kependudukan sensus
tahun 2010. Untuk penghitungan proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2017, maka pokja sanitasi Kabupaten
Langkat menggunakan data kependudukan tahun 2010 sebagai tahun awal. Untuk nilai r (rata- rata pertumbuhan),
digunakan nilai rata – rata pertumbuhan masing-masing variabel dalam sepuluh tahun terakhir yaitu 0,94 %.
Berdasarkan hasil proyeksi yang dilakukan, pada tahun 2014 diperkirakan jumlah penduduk Kabupaten
Langkat akan meningkat menjadi 1.013.938 jiwa dari semula pada tahun 2010 berjumlah 976.535 jiwa. Tahun 2015,
jumlah penduduk tersebut meningkat sekitar 1.023.510 jiwa dan akan berjumlah sekitar 1.033,173jiwa pada tahun
2016. Tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten Langkat diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 1.042.927
jiwa. Pada tahun akhir proyeksi, yaitu tahun 2018, jumlah penduduk Kabupaten Langkat diperkirakan akan berjumlah
Sama halnya dengan hasil proyeksi jumlah penduduk, karena pertumbuhan jumlah rumah tangga dan
pertumbuhan tingkat kepadatan penduduk memiliki trend pertumbuhan prositif, maka hasil peramalanan jumlah
rumah tangga dan tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Langkat lima tahun kedepan cenderung meningkat untuk
setiap tahunnya. Pada tahun 2014, jumlah rumah tangga di Kabupaten Langkat diperkirakan berjumlah 247.255
rumah tangga dan akan meningkat menjadi 249.589rumah tangga pada tahun 2015. Tahun 2016 diperkirakan akan
terjadi peningkatan menjadi sekitar 251,945 rumah tangga. Pada tahun 2017 jumlah rumah tangga di Kabupaten
Langkat diperkirakan berjumlah 254,324 rumah tangga dan meningkat menjadi sekitar 256,725 rumah tangga pada
tahun 2018.
Sedangkan untuk Perkembangan kepadatan penduduk pada tahun 2014 diperkirakan rata- rata kepadatan
penduduk di Kabupaten Langkat sekitar 162 jiwa/Km 2. Pada tahun 2015, tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten
Langkat siperkirakan sekitar 163 jiwa/ Km2 dan akan meningkat menjadi sekitar 165 jiwa/ Km 2 pada tahun 2016.
Tahun 2017 kepadatan penduduk di Kabupaten Langkat diperkirakan sekitar 167 jiwa/ Km2. Sedangkan pada tahun
akhir proyeksi, diperkirakan tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Langkat berkisar sekitar 168 jiwa/ Km 2.
Rincian penghitungan proyeksi penduduk hingga tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut.
TABEL 2.5
PENDUDUK KABUPATEN LANGKAT EKSISTING DAN PROYEKSI LIMA TAHUN KEDEPAN
Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
Jumlah Rumah Tangga
No Kecamatan (Jiwa) (Jiwa/ Km2)
2010 2014 2015 2016 2017 2018 2010 2014 2015 2016 2017 2018 2010 2014 2015 2016 2017 2018
1 Bahorok
2 Serapit
3 Salapian
4 Kutambaru
5 Sei Bingai
6 Kuala
7 Selesai
8 Binjai
9 Stabat
10 Wampu
Btg.
11
Serangan
12 S. Seberang
13 Pd.Tualang
14 Hinai
15 Secanggang
16 Tg.Pura
17 Gebang
18 Babalan
19 Sei Lepan
Brandan
20
Barat
21 Besitang
22 Pkl.Susu
Pematang
23
Jaya
Jumlah 976,535 1,013,938 1,023,510 1,033,173 1,042,927 1,052,773 238,134 247,255 249,589 251,945 254,324 256,725 156 162 163 165 167 168
Sumber: hasil pengolahan data, 2014
Berdasarkan pemetaan realisasi pendanaan sektor sanitasi per SKPD tersebut, dapat diamati bahwa salah
satu kelemahan dalam pendanaan sanitasi di Kabupaten Langkat yaitu masih kurangnya pendanaan dalam sektor
operasional dan pemeliharaan. Pola pendanaan selama lima tahun terakhir menunjukkan bahwa perkembangan
investasi dalam sektor sanitasi tidak diimbangi dengan pendanaan untuk operasional dan pemeliharaan. Padahal jika
ditinjau lebih jauh operasional dan pemeliharaan memegang peranan penting dalam terciptanya sanitasi berkualitas
yang berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut, maka sebagai upaya perbaikan kualitas sanitasi ke depan di
Kabupaten Langkat, perlu didorong adanya peningkatan pendanaan untuk operasional dan pemeliharaan sektor
sanitasi. Informasi detail rekapitulasi realisasi pendanaan sanitasi per SKPD di Kabupaten Langkat disajikan pada
tabel 2.6.
TABEL 2.6
REKAPITULASI REALISASI APBD KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2008 – 2012
Tahun Rata – Rata
No Realisasi Anggaran
2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan
A Pendapatan Rp Rp Rp 2.043.559.541.163,00 Rp 2.453.416.214.536,00 Rp 2.902.414.601.182,00 19 %
1.467.678.537.174,08 1.954.420.909.861,00
a.1 Pendapatan Asli Daerah Rp 144.660.409.277,08 Rp 152.549.655.824,00 Rp 199.240.708.310,00 Rp 291.079.862.460,00 Rp 366.316.690.578,00 27 %
a.1.1 Pajak Daerah Rp 51.654.333.709,60 Rp 47.951.110.528,00 Rp 59.385.578.062,00 Rp 137.799.240.880,00 Rp 186.141.858.448,00 46 %
Dst
TABEL 2.7
REKAPITULASI REALISASI BELANJA SANITASI SKPD KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2008 – 2012
Tahun Rata- Rata
No SKPD
2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan
1 Dinas Permukiman, Penataan Ruang dan Kebersihan Rp 8.859.926.949,00 Rp 10.812.499.280,00 Rp 12.528.617.224,00 Rp 9.534.142.300,00 Rp 16.273.514.185,00 21,17 %
1.a Investasi Rp 2.887.087.949,00 Rp 5.451.893.544,00 Rp 6.380.573.600,00 Rp 3.154.847.300 Rp 8.636.518.170,00 57,27 %
1.b Operasional/pemeliharaan Rp 5.972.839.000,00 Rp 5.360.605.736,00 Rp 6.148.043.624,00 Rp 6.379.295.000,00 Rp 7.636.996.015,00 6,98 %
2 BPLH Rp 162.700.000,00 Rp 537.700.000,00 Rp 234.390.000,00 Rp 237.890.000,00 Rp 257.700.000,00 45,97 %
2.a Investasi Rp 162.700.000,00 Rp 537.700.000,00 Rp 234.390.000,00 Rp 237.890.000,00 Rp 257.700.000,00 45,97 %
2.b Operasional/pemeliharaan - - - - - -
3 Dinas Kesehatan Rp 268.750.500,00 Rp 668.341.500,00 Rp 983.336.100,00 Rp 474.065.000,00 Rp 467. 656.500,00 35,67 %
3.a Investasi Rp 268.750.500,00 Rp 668.341.500,00 Rp 983.336.100,00 Rp 474.065.000,00 Rp 467. 656.500,00 35,67 %
3.b Operasional/pemeliharaan - - - - - -
4 Bappeda - - - Rp 165.924.500,00 - -
4.a Investasi - - - Rp 165.924.500,00 - -
4.b Operasional/pemeliharaan - - - - - -
5 Belanja Sanitasi Rp 9.291.377.449,00 Rp 12.018.540.780,00 Rp 13.746.343.324,00 Rp 10.412.021.800,00 Rp 16.998.870.685,00 20,68 %
6 Pendanaan Investasi Sanitasi Total Rp 3318.538.449,00 Rp 6.657.935.044,00 Rp 7.598.299.700,00 Rp 4.032.726.800,00 Rp 9.361.874.670,00 49,99 %
7 Pendanaan Operasional/pemeliharaan Total Rp 5.972.839.000,00 Rp 5.360.605.736,00 Rp 6.148.043.624,00 Rp 6.379.295.000,00 Rp 7.636.996.015,00 6,98 %
8 Belanja Langsung Rp 488.368.535.783,00 Rp 504.664.906.369,00 Rp 661.952.799.649,00 Rp 821.166.678.475,00 Rp 1.115.648.856.286,00 24 %
9 Peoporsi Belanja Sanitasi – Belanja Langsung 0.019 0.024 0.021 0.013 0.015 -1,6 %
10 Proporsi Investasi Sanitasi – Total Belanja Sanitasi 0.357 0.554 0.553 0.387 0.0551 16,79 %
Proporsi Operasional/pemeliharaan Sanitasi – Total 0.643 0.446 0.447 0.613 0.449 -5,01 %
11
Belanja Sanitasi
Jika dibandingkan dengan total realisasi belanja Kabupaten Langkat, persentase total belanja di sektor
sanitasi Kabupaten Langkat tahun 2008 ini sekitar 0,62 %. Pada tahun 2012, total belanja sanitasi Kabupaten
Langkat di sektor sanitasi hanya mencapai 0,59 % dari total realisasi belanja Kabupaten Langkat. Dengan
menghi/tung persentase total belanja sanitasi terhadap total realisasi belanja Kabupaten Langkat, terlihat bahwa
meskipun secara nilai ekstrinsik jumlah total belanja sanitasi di Kabupaten Langkat terus mengalami penngkatan,
namun dilihat dari persentase terhadap total realisasi belanja Kabupaten Langkat, proporsi belanja di sektor sanitasi
Untuk mengetahui nilai belanja sanitasi per jiwa di Kabupaten Langkat, digunakan nilai belanja sanitasi
perkapita. Nilai ini diperoleh dengan membagi nilai total belanja sanitasi Kabupaten Langkat dengan jumlah jiwa di
Kabupaten Langkat. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai belanja sanitasi perkapita di Kabupaten Langkat
cenderung terus mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2011 yang sempat mengalami penurunan. Informasi
detail mengenai nilai total belanja sanitasi dan belanja sannitasi perkapita di Kabupaten Langkat disajikan pada tabel
2.8.
TABEL 2.8
BELANJA SANITASI PERKAPITA KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2008 – 2012
Tahun
No Deskripsi Rata- rata
2009 2010 2011 2012 2013
Salah satu sumber pendanaan sektor sanitasi di Kabupaten Langkat yaitu dari retribusi yang meliputi retribusi air
limbah dan retribusi sampah. Dalam lima tahun terakhir retribusi air limbah di Kabupaten Langkat mengalami
pertumbuhan negatif sebesar 1,47 %. Sedangkan untuk retribusi persampahan, nilai retribusi dalam lima tahun
terakhir cenderung mengalami pertumbuhan positif sebesar 20,10 %. Jika digabungkan secar keseluruhan, tingkat
pertumbuhan retribusi sektor sanitasi di Kabupaten Langkat rata- rata mengalami pertumbuhan positif sebesar 19,61
%. Nilai tersebut baru memperhitungkan nilai realisasi, tanpa memperhitungkan potensi retribusi di sektor sanitasi.
Jika potensi retribusi sanitasi dapat dimaksimalkan, maka nilai realisasi retribusi sektor sanitasi Kabupaten Langkat
TABEL 2.9
REALISASI DAN POTENSI RETRIBUSI SANITASI PER SUBSEKTOR
TAHUN 2008 – 2012
Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuhan
No SKPD
2008 2009 2010 2011 2012
(%)
1 Retribusi Air Limbah
1.a Realisasi retribusi 28.095.000 37.250.000 43.606.250 36.800.000 22.102.500 -1,47
1.b Potensi retribusi 20.313.950.000 20.269.175.000 20.485.425.000 20.988.300.000 21.912.625.000 1,93
2 Retribusi Sampah
2.a Realisasi retribusi 1.055.028.200 1.445.074.500 1.760.491.700 1.605.715.500 2.094.002.001 20,10
2.b Potensi retribusi 39.002.784.000 38.916.816.000 39.332.016.000 40.297.536.000 42.074.160.000 1,93
dengan asumsi
semua rumah
tangga masuk
kategori:
3 Total Realisasi 1.083.123.200 1.482.324.500 1.804.097.950 1.642.515.500 2.116.104.501 19,61
Retribusi Sanitasi
4 Total Potensi 59.316.734.000 59.185.991.000 59.817.441.000 61.285.836.000 63.987.785.000 1,93
Retribusi Sanitasi
5 Proporsi Total 0,018 0,025 0,030 0,027 0,033 17,45
Realisasi – Potensi
Retribusi Sanitasi
Sumber: LKPJ Kabupaten Langkat Tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, hasil pengolahan data, 2013
Untuk meninjau kondisi ekonomi Kabupaten Langkat secara keseluruhan, dapat digunakan indikator makro ekonomi
berupa nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), PDRB perkapita serta Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE).
Berdasarkan hasil peninjauan terhadap beberapa indikator tersebut, dapat diketahui bahwa kondisi ekonomi
Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pertumbuhan PDRB selama 5 (lima) tahun yaitu 2008 –
2012. Pertumbuhan Nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Kabupaten Langkat dapat dilihat berdasarkan harga
konstan dan harga berlaku. Berdasarkan harga konstan, nilai dan kontribusi sektor Pertanian adalah sektor yang
memberikan sumbangan yang terbesar bagi PDRB Kabupaten Langkat. Pada tahun 2008 sektor ini memberikan
sumbangan sebesar 54,72% dengan nilai Rp3.552,47 milyar dan cenderung menurun menjadi 54,33% dengan nilai
Rp4.378,10 milyar pada tahun 2012. Sedangkan sektor-sektor lain yang memberikan sumbangan yang besar bagi
PDRB pada tahun 2012 yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 16,27%, sektor Industri Pengolahan 10,77%
Sektor Pertanian terus mengalami penurunan terhadap PDRB Kabupaten Langkat. Penurunan ini disebabkan
karena semakin menyempitnya lahan hutan produksi di Kabupaten Langkat sehingga produksi hasil pertanian dari
bidang kehutanan juga semakin menurun. Sektor-sektor lain fluktuatif dan cenderung stabil, kecuali Sektor Jasa-jasa
yang terus konstan mengalami peningkatan subangannya terhadap PDRB. Terkait dengan nilai dan kontribusi sektor
dalam PDRB berdasar harga lkonstan tahun 2000, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.10 di bawah ini.
TABEL 2.10
Nilai dan Kontribusi dalam PDRB Berdasarkan Harga Konstan 2000 Kabupaten Langkat
Tahun 2008-2012 (dalam milyaran rupiah).
Sedangkan untuk nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB yang didasarkan pada harga berlaku, sektor Pertanian
juga memberikan sumbangan terbesar yaitu 48,71% pada tahun 2008 dengan nilai Rp6.449,44 milyar dan
meningkat menjadi 49,8% pada tahun 2012 dengan nilai Rp11,050,79 milyar. Sedangkan sektor-sektor lain yang
memberikan sumbangan yang besar bagi PDRB pada tahun 2012 yaitu sektor Industri Pengolahan 12,96%, sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,97% , dan sektor Pertambangan dan Pengolahan 10,62%. Nilai dan
konstribusi PDRB berdasarkan harga berlaku Kabupaten Langkat tahun 2008 – 2012 selengkapnya dapat dilihat
TABEL 2.11
Nilai dan Kontribusi dalam PDRB Berdasarkan Harga Berlaku Kabupaten Langkat
Tahun 2008-2012 (dalam jutaan rupiah).
Sektor Pertanian adalah sektor penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Langkat. Keberadaan sektor ini tersebar
hampir diseluruh kecamatan di Kabupaten Langkat. Jika melihat sumbangan PDRB pada setiap kecamatan di
Kabupaten Langkat, maka, masing-masing kecamatan memiliki nilai dan kontribusi yang berbeda beda terhadap
PDRB.
Berdasarkan pada harga harga berlaku pada tahun 2012, Kecamatan Pangkalan Susu adalah kecamatan yang
memberikan sumbangan yang terbesar bagi PDRB Kabupaten Langkat, yang mencapai Rp3.161,27 milyar atau
14,26% dari PDRB Kabupaten Langkat. Sektor yang telah berkembang sejak lama di Kecamatan Pangkalan Susu
adalah sektor Pertambangan minyak dan Gas, serta sector pertanian. Kecamatan penyumbang PDRB terbesar
selanjutnya adalah kecamatan Besitang, pada tahun 2012 menyumbang Rp2.039,08 milyar atau 9,20% dari total
PDRB. Gambaran distribusi PDRB per kecamatan terhadap total PDRB Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel
2.12 berikut.
TABEL 2.12
PDRB berdasar harga berlaku per Kecamatan Tahun 2012 (milyaran rupiah)
SEKTOR Total
Kecamatan Ankutan
Industri Listrik, gas Dagang,
Pertania Pertamba Konstr & Keuanga
Pengolaha & air hotel, Jasa Rp. %
n ngan uksi Komunik n
n bersih restoran
asi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Bahorok 660.74 1.13 6.4 4.43 26.95 99.19 2.34 11.36 65.07 877.61 3.96
Sirapit 366.76 0.14 45.17 2.15 15.44 35.79 0.98 7.12 27.67 501.22 2.26
Salapian 558.54 0.44 297.75 3.49 17.52 76.56 1.58 3.06 46.43 1005.37 4.54
Kutambaru 366.27 0.17 44.66 1.96 3.51 42.67 1.73 2.83 18.52 482.32 2.18
Sei Bingei 592.41 1.3 86.59 5.44 33.72 115.02 5.66 6.19 73.87 920.20 4.15
Kuala 425.74 0.47 6.21 4.24 34.31 93.22 11.11 15.55 66.69 657.54 2.97
Selesai 420.98 1.38 11.21 6.78 53.85 150.37 13.59 30.4 89.67 778.23 3.51
Binjai 434.37 1.16 19.49 4.11 37.15 95.57 34.39 32.19 61.36 719.79 3.25
Stabat 432.88 0.28 325.93 11.83 67.73 185.81 36.91 43.4 134.07 1238.84 5.59
Wampu 359.75 1.11 130.42 4.47 10.14 100.06 15.01 21.58 63.33 705.87 3.18
Bt. Serangan 440.63 0.97 289.78 3.97 20.19 87.89 7.07 2.15 59.6 912.25 4.12
Sawit Sbr. 377.32 0.07 144.75 2.92 16.85 68.16 8.91 4.15 69.77 692.90 3.13
Pdg. Tualang 597.31 0.14 38.8 5.05 23.63 118.2 15.99 8.49 73.52 881.13 3.98
Hinai 333.18 1.04 19.85 5.55 50.47 125.25 29.58 28.04 59.53 652.49 2.94
Secanggang 818.48 0.9 19.46 7.45 43.7 175.3 94.81 25.87 73.73 1259.70 5.68
Tg. Pura 571.28 0.69 6.96 8.39 63.98 168.14 64.53 41.44 108.5 1033.91 4.66
Gebang 511.54 0.83 174.7 5.16 47.08 115.46 27.46 34.42 61.96 978.61 4.41
Babalan 530.07 0.76 8.67 10.63 60.65 146.61 31.42 39.47 112.78 941.06 4.25
Sei Lepan 453.31 1.01 10.02 6.14 57.22 130.5 20.53 36.96 75.69 791.38 3.57
Brd. Barat 286.85 0.41 5.64 2.21 13.42 51.44 29.71 22.76 54.56 467.00 2.11
Besitang 673.52 0.23 1146.93 4.82 1.98 104.15 21.51 14.28 71.66 2039.08 9.20
Pkl. Susu 458.54 2340.19 19.11 5.65 6.19 104.65 136.07 17.49 73.38 3161.27 14.26
Pmt. Jaya 380.32 0.12 14.39 1.85 1.92 41.97 16.02 1.42 10.69 468.70 2.11
Kab. Langkat 11050.79 2354.94 2872.89 118.69 707.60 2431.98 626.91 450.62 1552.05 22166.47 100.00
Sumber : PDRB Kabupaten Langkat tahun 2013
1) *) Angka Perbaikan
2) **) Angka Sementara
Selama 5 tahun terakhir (2008-2012) pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat terus mengalami peningkatan.
Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,07% dan menjadi 5,66% pada tahun 2012. Pada pertumbuhan
ekonomi tersebut pertumbuhan ekonomi dari sector Migas dan hasil-hasilnya cenderung terus menurun dari 0,16%
pada thun 2008 menjadi -0,39% pada tahun 2012. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat pada tahun 2008-
Gambar 2.9
Grafik pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat tahun 2008 – 2012.
Meskipun terus mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam lima tahun terakhir. Namun pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Langkat masih dibawah pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara dan Nasional. Hal ini perlu terus
diwaspadai, mengingat pertumbuhan ekonomi adalah salah satu ukuran akan kemajuan ekonomi daerah dan
kemakmuran masyarakatnya. Gambaran pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat dan Provinsi Sumatera Utara
Sektor yang menjadi penyumbang paling dominan bagi perekonomian Kabupaten Langkat selama tahun 2003-2008
TABEL 2.13
Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Langkat Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008 - 2012 (%).
LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 2012
PDRB per kapita menurut harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun terakhir meningkat 64,79% atau rata-rata per tahun
12,95% yaitu dari Rp 13.769.491,22 pada tahun 2008 menjadi Rp 22.690.998,95 pada tahun 2012. PDRB per kapita
menurut harga konstan (ADHK) tahun 2000 meningkat 22,19% atau rata-rata per tahun 4,44% yaitu dari Rp
TABEL 2.14
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Kabupaten Langkat Tahun 2008 – 2012.
Mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat Tahun 2013 – 2033, tujuan penataan ruang
Sebagai upaya pencapaian tujuan penataan ruang Kabupaten Langkat, beberapa kebijakan dan strategi penataan
ruang telah dirumuskan. Kebijakan penataan ruang Kabupaten Langkat diklasifikasikan kedalam kebijakan
perencanaan tata ruang, kebijakan pemanfaatan ruang dan kebijkanan pengendalian pemanfaatan ruang.
Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai, maka kebijakan penataan ruang Kabupaten Langkat beserta
strategi penataan ruang yang mendukung kebijakan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kebijakan 1: Peningkatan pelayanan pusat kegiatan kawasan yang merata dan berhierarki.
3. Kebijakan 3: Peningkatan sarana dan prasarana yang merata dan terpadu di seluruh wilayah
Kabupaten Langkat.
seberapa besar dampak negatif yang ditimbulkan terhadap biota laut dan daya dukung lahan.
2. Kebijakan 2: Pecegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan.
3. Kebijakan 3: Memantapkan fungsi kawasan lindung berdasarkan hasil analisis fisik wilayah yang
terdapat di Kecamatan ; Bahorok, Salapian, Kutambaru, Sei Bingai, Batang Serangan, Sawit
Seberang, Secanggang, Tanjung Pura, Gebang, Sei Lepan, Brandan Barat, Besitang, Pangkalan
Susu dan Pematang Jaya.
4. Kebijakan 4: Menetapkan dan memantapkan fungsi kawasan lindung serta memanfaatkan potensi
yang ada dengan tetap menjaga keseimbangan dan kelestarian kawasan lindung.
1. Kebijakan 1: Pengembangan dan pengembangan kawasan budidaya baik dalam pengelolaan hutan
maupun hasil-produksi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga
keseimbangan dan kelestarian alam.
a. Peningkatan pengelolaan kawasan hutan sebagai suatu kekayaan alam sehingga dapat memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat dengan tetap menjaga fungsi dan kemampuannya dalam
melestarikan lingkungan hidup;
b. Peningkatan produksi tanaman pangan untuk mempertahankan / memantapkan swasembada pangan di
Kecamatan Babalan, Sei Bingai, Secanggang dan Tanjung Pura;
c. Pengembangan perkebunan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani
melalui peningkatan produksi dan peningkatan kontribusi terhadap pembangunan sehingga dapat
mengatasi berbagai masalah ekonomi, sosial, tenaga kerja, pelestarian sumber daya alam dan
lingkungan;
d. Peningkatan produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi Kabupaten Langkat serta
meningkatkan ekspor melalui usaha budidaya perikanan air asin/payau di daerah pesisir Pantai Timur
Kabupaten Langkat dan budidaya perikanan air tawar;
e. Peningkatan produksi ternak yang berorientasi pada peningkatan pendapatan, perluasan kesempatan
kerja melalui pengembangan peternakan, efisiensi usaha dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi,
serta ekspor ternak pada setiap kecamatan.
2. Kebijakan 2: Perlindungan lahan pertanian terhadap alih fungsi lahan untuk kegiatan wilayah.
a. Menetapkan kawasan yang sudah dan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian
pangan yang berkelanjutan;
b. Meningkatkan produktifitas pertanian tanaman pangan.
3. Kebijakan 3: Peningkatan pengelolaan potensi daerah berbasis agribisnis, ekonomi kerakyatan dan
kepariwisataan.
a. Menetapkan kawasan budidaya dan kawasan rawan bencana sesuai dengan karakteristik alam.
5. Kebijakan 5: Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar sesuai fungsi dan tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.
dengan karakteristiknya;
b. Membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan
d. Memberikan insentif bagi kegiatan yang sesuai dengan fungsi dan disinsentif bagi kegiatan yang
a. Menetapkan dan mengembangkan kawasan agropolitan sebagai strategi pengembangan wilayah dalam
usaha pengembangan sistem agribisnis yang disinergikan untuk mengoptimalkan kawasan dalam
pembangunan;
b. Mengembangkan kegiatan ekonomi berbasis pada sumberdaya alam dan potensi lokal (perkebunan,
pertanian, pariwisata, dll);
c. Mendorong kegiatan pengolahan komoditi unggulan di pusat produksi komoditi unggulan;
d. Mengembangkan kawasan budidaya untuk mendorong dan meningkatnya kegiatan usaha produktif yang
meliputi berbagai sektor terutama tanaman pangan, holtikultura buah-buahan, sayuran, perkebunan
tanaman perdagangan bahan eksport khususnya didalam rangka pengembangan komoditas unggulan.
7. Kebijakan 7: Peningkatan dan pengmbangan potensi yang ada di Kabupaten Langkat sehingga
dapat mengembangkan seluruh potensi ekonomi yang ada.
a. Memperpendek hirarki fungsional dan tata kaitan ke depan dan ke belakang (backward and forward
linkage) antara sektor primer, sekunder, dan tersier melalui pengembangan agropolitan untuk mewadahi
agroindustri dan agrobisnis dari setiap ruang pengembangan;
b. Melalui penguatan siklus produksi dalam satuan ruang yang lebih terbatas diharapkan sektor primer tidak
sekedar menghasilkan bahan mentah namun juga membentuk daur pertambahan nilai untuk dinikmati
masyarakat setempat serta melibatkan pelaku ekonomi lokal, maka sekaligus akan terbangun keterkaitan
fungsional secara horizontal antar satuan ruang pengembangan;
c. Memperkuat batas perekonomian menurut sektor/komoditi unggulan di masing-masing Sub Wilayah
Pembangunan (SWP) dan lebih rinci lagi perkecamatan, termasuk memperluas keanekaragaman sumber
daya alam yang dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjadi
sumber pendapatan daerah, antara lain sumberdaya mineral, pariwisata, pertanian, perkebunan,
perikanan, dan sebagainya;
d. Pengembangan keterkaitan industri pertanian mulai dari hulu (produksi), distribusi dan pengolahan hilir;
e. Pengembangan kepariwisataan secara menyeluruh dan terpadu baik objek wisata sejarah, budaya, alam
dan bahari;
f. Memberikan kemudahan perijinan bagi usaha galian C. Perijinan dijadikan sebagai mekanisme kontrol
atas eksploitasi alam di Kabupaten Langkat agar tetap memperhatikan lingkungan.
2.2.3 Kebijakan dan Strategi Kawasan Strategis
a. Memelihara keseimbangan ekosistem disekitar kawasan strategis serta wilayah hulu yang
mempengaruhinya.
Sebagai bagian dari pemetaan kondisi sanitasi di Kabupaten Langkat, perlu dilakukan identifikasi terhadap kondisi
sosial dan budaya wilayah Kabupaten Langkat. Kondisi sosial dan budaya tersebut secara tidak langsung akan
mencerminkan kualitas penduduk di Kabupaten Langkat. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kondisi sosial budaya masyarakat yaitu kondisi tempat tinggal dan ketersediaan fasilitas pendidikan.
Informasi sosial dan budaya ini penting untuk turut ditinjau sebagai dasar untuk menentukan strategi sanitasi
Pada dokumen buku putih sanitasi ini, beberapa variabel terkait aspek sosial dan budaya masyarakat Kabupaten
Fasilitas pendidikan dasar dan menengah di Kabupaten Langkat dapat dikategorikan kedalam kategori umum dan
agama. Fasilitas pendidikan kategori umum, meliputi Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Informasi detail mengenai
ketersediaan fasilitas pendidikan dasar dan menengah di Kabupaten Langkat disajikan pada tabel 2.15.
TABEL 2.13
Berdasarkan informasi pada tabel 2.13 diatas, dapat diamati bahwa fasilitas pendidikan tingkat dasar telah tersedia
Ditinjau berdasarkan tingkat kesejahteraan penduduk, masih terdapat 125,970 RT (Rumah Tangga) atau sekitar 36 %
Rumah Tangga di Kabupaten Langkat yang masih berada dalam kategori Rumah Tangga Sasaran (RTS). Jumlah RT
tersebut terdistribusi di setiap kecamatan. Pada tahun 2011, jumlah RTS terbanyak terdapat di Kecamatan Tanjung
Pura yaitu berjumlah 7,742 RT atau sekitar 52 % Jumlah RT di Kecamatan tersebut atau sebesar 8,27% dari total
jumlah RTS di Kabupaten Langkat. Sedangkan kecamatan dengan jumlah RTS terendah yaitu Kecamatan
Kutambaru berjumlah 963 RT atau sekitar 26 % Jumlah RT di Kecamatan tersebut atau sebesar 1,63% dari total
RTS di Kabupaten Langkat. Kecamatan lain dengan jumlah RTS yang relative rendah di Kabupaten Langkat yaitu
Kecamatan Pematang Jaya dengan jumlah RTS sebanyak 1.657 KK atau sekitar 50% Jumlah RT di Kecamatan
tersebut atau sebesar 1,77% dari total jumlah RTS di kabupaten Langkat.
TABEL 2.14
Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS)
Menurut Kecamatan Kabupaten Langkat
Tahun 2011
Perbandingan Jumlah Perbandingan Jumlah Penduduk
Rumah Tangga (RT) dengan dengan Jumlah Anggota Rumah
No. Kecamatan
Rumah Tangga Sasaran (RTS) Tangga Sasaran (ARTS)
RT RTS % Penduduk ARTS %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. BAHOROK 10,363 4,020 39% 40,343 16,650 41%
2. SIRAPIT 4,294 1,757 41% 16,045 4,659 29%
3. SALAPIAN 6,963 2,440 35% 26,137 8,950 34%
4. KUTAMBARU 3,702 963 26% 13,521 3,597 27%
5. SEI BINGAI 12,563 3,394 27% 48,754 14,945 31%
6. KUALA 10,467 2,674 26% 39,486 10,201 26%
7. SELESAI 17,133 5,933 35% 70,035 24,129 34%
8. BINJAI 10,128 2,334 23% 42,875 6,596 15%
9. STABAT 19,753 6,932 35% 83,093 27,473 33%
10. WAMPU 10,494 3,262 31% 40,960 12,480 30%
11. BT. SERANGAN 9,387 2,316 25% 35,311 8,948 25%
12. SWT. SEBERANG 6,264 1,761 28% 25,410 6,884 27%
13. PD. TUALANG 11,397 3,883 34% 47,073 16,591 35%
14. HINAI 11,961 5,416 45% 47,843 23,697 50%
15. SECANGGANG 16,246 7,586 47% 65,909 31,289 47%
16. TANJUNG PURA 14,961 7,742 52% 65,030 37,272 57%
17. GEBANG 10,422 4,863 47% 42,918 21,725 51%
18. BABALAN 14,566 6,622 45% 56,920 29,876 52%
19. SEI LEPAN 11,555 4,742 41% 47,214 21,602 46%
20 BRANDAN BARAT 5,452 3,038 56% 22,118 14,105 64%
21 BESITANG 11,024 6,096 55% 44,338 23,716 53%
22 PANGKALAN SUSU 10,167 4,169 41% 41,907 18,070 43%
23 PEMATANG JAYA 3,292 1,657 50% 13,102 6,708 51%
Jumlah 352,104 125,970 36% 1,410,469 511,978 36%
Sumber : - Survey PPLS BPS Tahun 2011
- Kecamatan dalam Angka Tahun 2012
Ditinjau berdasarkan jumlah rumah, pada tahun 2011 jumlah rumah di Kabupaten Langkat berjumlah 202.217 unit
rumah dengan persebaran di setiap kecamatan ditunjukkan oleh tabel 2.15. Jumlah rumah tersebut merupakan
Organisasi Lembaga Teknis Daerah yang masing- masing dapat dijabarkan sebagai berikut:
I. Sekretariat
a. Sekretariat Daerah
Sekretariat daerah memiliki kedudukan dibawah bupati serta bertanggung jawab langsung kepada kepala
daerah. Mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Langkat Nomor 23 tahun 2007, susunan organisasi
sekretariat daerah meliputi sekretaris daerah, Staf Ahli, Asisten Administrasi Tata Pemerintahan, Asisten
Administrasi Ekonomi Pembangunan dan Sosial serta Asisten Administrasi Umum. Rincian tugas, fungsi dan
tata kerja sekretariat daerah selanjutnya diatur oleh Peraturan Bupati Nomor 4 tahun 2008.
Sekretaris Daerah
Dalam struktur kelembagaan Kabupaten Langkat, sekretaris daerah mempunyai fungsi untuk
membantu Bupati dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan Dinas Daerah dan Lembaga
tugas Dinas Daerah dan Lembaga Teknis daerah, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan
pemerintahan daerah, pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah dan pelaksanaan
tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Adapun fungsi sekretaris
pengorganisasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan Lembaga Teknis Daerah, pemantauan dan
pemerintahan daerah serta pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Asisten pemerintahan mempunyai tugas pokok untuk memipin, merumuskan, mengatur, membina,
Sekretaris Daerah di bidang penetapan penyusunan rumusan kebijakan dan pengkoordinasian Dinas
Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di bidang pelayanan administrasi pemerintahan umum,
pengkajian produk, permasalahan dan dokumentasi hukum serta fasilitasi dan pengembangan otonomi
produk, permasalahan dan dokumentasi hukum serta fasilitasi dan pengembangan otonomi
daerah.
f. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;
Daerah, DPRD, Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan instansi lainnya di bidang pelayanan
2. Bagian Hukum
Asisten perekonomian dan kesejahteraan rakyat memiliki tugas pokok untuk memimpin, merumuskan,
sebagian tugas Sekretaris Daerah di bidang penetapan penyusunan rumusan kebijakan dan
Kesejahteraan Rakyat;
f. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;
1. Bagian Perekonomian
2. Bagian Kessos
3. Bagian Organisasi
Sub Bagian Kelembagaan;
Sekretariat daerah di bidang penetapan penyusunan rumusan kebijakan dan pengkoordinasian Dinas
Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di bidang pelayanan administrasi umum kerumahtanggaan,
penataan dan pengelolaan aset pemerintah daerah. Adapun fungsi Sekretariat DPRD yaitu untuk
keuangan DPRD, penyelenggaraan rapat- rapat DPRD dan penyediaan serta pengorganisasian tenaga
3. Bagian Pengelolaan Data Elektronik dan Sandi Telekomunikasi yang terdiri dari:
Sub Bagian Pengolahan dan Pelayanan Data Elektrik;
b. Sekretariat DPRD
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, dan menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang
diperlukan oleh DPRD sesuai denagn kemampuan keuangan daerah. Mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten
Sekretaris DPRD
Sekretaris DPRD memiliki tugas pokok untuk memimpin, membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas
pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD dan menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan
Bagian umum
Bagian umum dipimpin seorang kepala yang memiliki tugas pokok untuk memimpin, mengkoordinasikan dan
mengendalikan tugas- tugas di bidang pengelolaan administrasi umum yang meliputi pelayaan ketatausahaan,
Bagian Risalah
Bagian persidangan dipimpin seorang kepala yang memiliki tugas pokok untuk memimpin, mengkoordinasikan
dan mengendalikan tugas- tugas di bidang pengkoordinasian pelayanan Risalah yang meliputi penyusunan
program dan pelaporan DPRD, pelayanan rapat dan risalah serta pelayanan administrasi alat kelengkapan
DPRD.
Bagian hukum dan perundang- undangan dipimpin oleh seorang kepala yang memiliki tugas pokok memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas- tugas di bidang pelayanan hukum dan perundang- undangan
yang meliputi pengolahan data, dokumentasi dan perpustakaan, pengkajian dan pengembangan hukum serta
II. Dinas
Dinas daerah merupakan pelaksana otonomi daerah. Dalam lingkup Kabupaten Langkat, dinas daerah meliputi:
2. Dinas Kesehatan
4. Dinas Pertanian
5. Dinas Perhubungan
b. Inspektorat Daerah
j. Kantor Sosial
SEKRETARIAT DAERAH
DINAS DAERAH LEMBAGA TEKNIS DAERAH STAF AHLI SATPOL PP BPBD SEKRETARIAT DPRD
KECAMATAN
DESA KELURAHAN
GAMBAR 2.11
STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN KABUPATEN LANGKAT
Sumber: Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat, 2013
BUPATI
WAKIL BUPATI
BAPPEDA BPMDK BADAN KB DAN DINAS PUD DKP DINAS KESEHATAN BLH
PP
Bidang Fisik dan Bidang Cipta Karya Bidang Bidang Pencegahan Bidang
Prasarana KebersihanKarya dan Pemberantasan Pengendalian
Penyakit Pencemaran
Lingkungan
Bidang Pembinaan
Kesehatan Lingk. Dan
Keterangan: Masyarakat
BAPPEDA = Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BPMDK = Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan
BAdan KB dan PP = Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
DINAS PUD = Dinas Pekrjaan Umum Daerah
DKP = Dinas Kebersihan dan Pertamanan
BLH = Badan Lingkungan Hidup
= Memiliki Tupoksi yang Terkait Secara Langsung Dengan Pembangunan Sanitasi
= Memiliki Tupoksi yang Terkait Secara Tidak Langsung Dengan Pembangunan Sanitasi
GAMBAR 2.12
SKPD YANG MEMILIKI KETERKAITAN TUPOKSI DENGAN PEMBANGUNAN SANITASI
Sumber: Hasil analisis, 2013
2.6.2 Peraturan Daerah Terkait Sanitasi dan Air Bersih
Beberapa peraturan daerah terkait sanitasi yang ada di Kabupaten Langkat antara lain sebagai berikut:
Peraturan Daerah Kabupaten Langkat Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Retribusi Pelayanan Persampahan
Sampah/Kebersihan
Peraturan Daerah Kabupaten Langkat Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi Dinas