0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
124 tayangan14 halaman

Suction

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 14

A.

Tinjauan Tentang Suction

1. Definisi

Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk

mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya

proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan sekret

pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri (Timby,

2016).

Menurut American Association of Respiratory Care (AARC,

2010) Endotracheal suction merupakan sebuah prosedur tindakan

yang berujuan untuk menjaga kepatenan jalan napas dengan

membersihkan akumulasi dari sekresi pulmonal secara mekanik.

Endotracheal suction adalah sebuah proses dimana sebuah kateter

dimasukkan kedalam tabung endotrakeal dan sekresi paru klien

dibuang dengan mengguakan tekanan negative.

Suction merupakan tindakan steril yang hanya dilakukan

berdasarkan kebutuhan klien dan bukan merupakan tindakan rutin.

Kebutuhan dari tindakan ini dinilai berdasarkan variasi periodik

waktu aliran ekspirasi dan suara pernapasan trakea atau bronkus yang

kasar atau diduga ada sekresi mukus di dalam saluran napas. Alarm

dari ventilator yang menunjukkan peningkatan tekanan jalan napas

puncak selama volume yang dikontrol ventilasi wajib terus-menerus,

atau penurunan volume tidal selama mode ventilasi tekanan yang

ditentukan, adanya sekret di dalam tabung endotrakeal atau desaturasi


oksigen, merupakan kemungkinan penyebab lain yang dianggap

sebagai indikasi kemudian kebutuhan untuk penyedotan. Pada klien

yang mengalami penurunan kesadaran atau dalam pengaruh sedatif,

pengisapan endotrachea itu sedian setiap 4 jam, bahkan jika tanda

tersebut tidak ditemukan (Maggiore SM et al,. 2013).

2. Indikasi

Menurut Smeltzer & Bare (2017), indikasi penghisapan lendir

lewat endotrakeal adalah untuk:

a. Menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenance), apabila:

1) Pasien tidak mampu batuk efektif.

2) Diduga aspirasi
b. Membersihkan jalan napas (bronchial toilet), apabila ditemukan:

1) Pada auskultasi terdengar suara napas yang kasar atau ada

suara napas tambahan.

2) Diduga ada sekresi mucus pada saluran pernapasan.

3) Apabila klinis memperlihatkan adanya peningkatan beban

kerja sistem pernafasan.

c. Pengambilan specimen untuk pemeriksaan laboratorium.

d. Sebelum dilakukan radiologis ulang untuk evaluasi.

e. Untuk mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal.

Indikasi dilakukannya suction meliputi adanya batuk, sekret di jalan napas, distres
pernapasan, auskultasi terdengar ronchi, peningkatan tekanan puncak pernapasan pada
ventilator dan penurunan saturasi oksigen (Urden. LD, 2012). Untuk klien yang
menggunakan ventilator mekanis, jika pola gigi gergaji (sawtooth pattern) yang dapat
dilihat pada monitor dan atau terdapat suara pernapasan atas trakea hasil berarti
menunjukkan bahwa adanya sekresi tertahan. Adanya peningkatan tekanan puncak
inspirasi selama volume control ventilasi mekanik atau penurunan tidal volume selama
ventilasi pressure-control, penurunan saturasi oksigen dan atau nilai analisa gas darah,
sekresi yang kelihatan pada jalan napas, ketidakmampuan klien untuk menghasilkan
batuk spontan yang efektif, distress pernapasan akut, aspirasi lambung atau sekresi jalan
napas bagian atas (AARC., 2010)
Menurut Wiyoto (2010), apabila tindakan suction tidak dilakukan pada klien
dengan gangguan bersihan jalan nafas maka klien tersebut akan mengalami kekurangan
suplai O2 (hipoksemia), dan apabila suplai O2 tidak terpenuhi dalam waktu 4 menit
maka dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen.
3. Prosedur

Prosedur hisap lendir ini dalam pelaksanaannya diharapkan

sesuai dengan standar prosedur yang telah ditetapkan agar pasien

terhindar dari komplikasi dengan selalu menjaga kesterilan dan

kebersihan. Prosedur hisap lender menurut Kozier, (2012) adalah:

a. Jelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan, mengapa perlu,

dan bagaimana pasien dapat menerima dan bekerjasama karena

biasanya tindakan ini menyebabkan batuk dan hal ini diperlukan

untuk membantu dalam mengeluarkan sekret.

b. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.

c. Menjaga privasi pasien.

d. Atur posisi pasien sesuai kebutuhan. Jika tidak ada kontraindikasi

posisikan pasien semiflower agar pasien dapat bernapas dalam,

paru dapat berkembang dengan baik sehingga mencegah


desaturasi dan dapat mengeluarkan sekret saat batuk. Jika perlu,

berikan analgesia sebelum penghisapan, karena penghisapan akan

merangsang refleks batuk, hal ini dapat menyebabkan rasa sakit

terutama pada pasien yang telah menjalani operasi toraks atau

perut atau yang memiliki pengalaman traumatis sehingga dapat

meningkatkan kenyamanan pasien selama prosedur penghisapan

e. Siapkan peralatan

1) Pasang alat resusitasi ke oksigen dengan aliran oksigen

100%.

2) Catheter suction steril sesuai ukuran

3) Pasang pengalas bila perlu.

4) Atur tekanan sesuai penghisap dengan tekanan sekitar 100-

120 mmHg untuk orang dewasa, dan 50-95 untuk bayi dan

anak

5) Pakai alat pelindung diri, kaca mata, masker, dan gaun bila

perlu.

6) Memakai sarung tangan steril pada tangan dominan dan

sarung tangan tidak steril di tangan nondominan untuk

melindungi perawat

7) Pegang suction catether di tangan dominan, pasang catether

ke pipa penghisap.

21
f. Suction catether tersebut diberi pelumas.

1) Menggunakan tangan dominan, basahi ujung catether dengan

larutan garam steril.

2) Menggunakan ibu jari dari tangan yang tidak dominan, tutup

suction catheter untuk menghisap sejumlah kecil larutan steril

melalui catether.Hal ini untuk mengecek bahwa peralatan

hisap bekerja dengan benar dan sekaligus melumasi lumen

catether untuk memudahkan penghisapan dan mengurangi

trauma jaringan selama penghisapan, selain itu juga

membantu mencegah sekret menempel ke bagian dalam

suction catether.

g. Jika klien memiliki sekret yang berlebihan, lakukan pemompaan

dengan ambubag sebelum penyedotan.

1) Panggil asisten untuk prosedur ini

2) Menggunakan tangan nondominan, nyalakan oksigen ke 12-

15 l/min

3) Jika pasien terpasang trakeostomi atau ETT, sambungkan

ambubag ke tracheascanul atau ETT

4) Pompa dengan Ambubag 3-5 kali, sebagai inhalasi, hal ini

sebaiknya dilakukan oleh orang kedua yang bisa

menggunakan kedua tangan untuk memompa, dengan

demikian volume udara yang masuk lebih maksimal.

21
5) Amati respon pasien untuk mengetahui kecukupan

ventilasi pasien.

6) Bereskan alat dan cuci tangan.

Penelitian yang dilakukan Hendy Lesmana (2015) oleh menyebutkan bahwa satu
fase suction pada orang dewasa tidak boleh melebihi 15 detik karena akan
menyebabkan penurunan saturasi pasien kurang dari 95%.

21
menurunkan resiko trauma, hipoksia dan efek samping lainnya. Sedangkan
jumlah penyisipan kateter selama melakukan suction menurut rekomendasi
Rolls K, et al (2007 dalam Agency for Clinical/ACI. 2016) batas maksimalnya
adalah 3 (tiga) kali.

4. Komplikasi

Suction endotrachea adalah prosedur yang diperlukan

untuk klien dengan saluran udara buatan. Kebanyakan

kontraindikasi yang relatif terhadap risiko klien menimbulkan

reaksi merugikan atau memburuknya

21
kondisi klinis (AARC, 2010). Tume, Lyvonne N et al.,

(2011) dalam penelitiannya yang mengamati klien cedera kepala

dalam 72 jam pertama terhadap peningkatan tekanan intrakranial,

hasilnya menunjukkan bahwa tindakan endotracheal suction dan log

roll secara klinis dan statistik menunjukkan perubahan signifikan

dalam tekanan intrakranial (TIK).

Kontraindikasi dilakukannya suction adalah pada klien

dengan peningkatan tekanan intrakranial karena akan

mempengaruhi/ meningkatkan tekanan intrakranial, tekanan darah,

dan denyut jantung secara signifikan (Ugras et al., 2012).

Dalam melakukan tindakan hisap lendir, perawat harus

memperhatikan komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan, antara

lain yaitu (Kozier, 2012):

a. Hipoksemia

b. Trauma jalan nafas

c. Infeksi nosokomial

d. Respiratory arrest

e. Bronkospasme

f. Perdarahan pulmonal

g. Disritmia jantung

22
h. Hipertensi/hipotensi

i. Nyeri

j. Kecemasan.

5. Standar Prosedur Operasional (SPO) pengisapan lendir RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar

Standar prosedur operasional pengisapan lendir didasarkan pada

(Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar No. HK.02.04/I/4511/2016 Tentang Standar Operasional

Prosedur (SPO) Pelayanan Keperawatan).

23
a. Pengertian

Suatu tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga

memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat

dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu

mengeluarkannya sendiri

b. Tujuan

1) Menjaga jalan napas tetap bersih

2) Pengambilan specimen untuk pemeriksaan laboratorium

3) Mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal

c. Prosedur

4) Persiapan alat :

a) Handscun

b) Masker

c) Mesin suction

d) Kateter pengisap (sesuai kebutuhan)

e) Larutan garam steril

f) Stetoskop

g) O2/Ambubag

h) Spatel Lidah

i) Tisu

5) Persiapan Pasien

a) Memberikan salam kepada pasien dan memperkenalkan

diri

24
b) Identifikasi pasien dengan benar dan validasi kondisi

pasien

c) Kontrak waktu

d) Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

pada pasien dan keluarga

6) Pelaksanaan

a) Mencucitangan

b) Membawa semua peralatan ke dekat pasien

c) Memberi salam dan memberitahu pasien bahwa tindakan

segera dimulai

d) Mengukur kedalaman dan frekuensi pernapasan serta

auskultasi bunyi napas

e) Memastikan fungsi mesin pengisap berfungsi dengan baik

f) Mengatur tekanan suction

g) Memberikan O2 sebelum memulai psosedur

h) Memakai sarung tangan

i) Memasukkan kateter perlahan-lahan sampai karina tanpa

mengisap

j) Dengan kateter mengisap, kateter dikeluarkan secara

memutar (lama pengisapan 10-15 detik), berikan istirahat

k) Memberikan oksigen setelah melakukan pengisapan

l) Melepas sarung tangan

m) Mencuci tangan

25
n) Mencatat hasil tindakan dan respon klien dengan

nama/paraf yang jelas

o) Mencatat waktu tindakan (hari/tanggal/jam)

(SOP SUCTION RSWN : LEBIH BAGUS )

26
Timby, B. K. (2016). Fundamental Nursing Skills and Concepts, 11th Edition. US:
Wolters Kluwer.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2017). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah
(Brunner & Suddarth) Edisi 12. Jakarta: EGC
Kozier, B. (2012). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process and Practice.
United States: Pearson Education.
American Association for Respiratory C. Endotracheal suctioning of mechanically ventilated patients
with artificial airways 2010. Respir Care. 2010;55(6):758–64.

Maggiore, S.M et al. (2013). Decresing the adverse effects of endotracheal suctioning
during mechanical ventilator by changing practicr. Continuing respiratory care
education, Vol. 58
Wiyoto, 2010, April. Hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang prosedur suction
dengan perilaku perawat dalam melakukan tindakan suction di ICU Rumah
Sakit dr. Kariadi Semarang.
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read=jtptunimus-gdl-
wiyotog2a2-5560, Diakses pada tanggal 21 Mei 2019 pukul 08.30
Ugras, G, A., Aksoy, G.2012. The Effect Of Open And Closed Endotracheal Suctioning
On Intracranial Pressure And Cerebral Perfusion Pressure : A Corssover; Single
Blind Clinical Trial. J Neurosci Nurs.
Lesmana, Hendy, Tri Wahyu Murni, Anastasia Anna. 2015. Analisis Dampak
Penggunaan Varian Tekanan Suction Terhadap Pasien Cedera Kepala Berat.
Jurnal Volume 3 Nomor 3 Tahun 2015, Universitas Padjajaran

27

Anda mungkin juga menyukai