LP Ulkus
LP Ulkus
LP Ulkus
VULNUS DEGLOVING
A. Pengertian
Degloving merupakan gangguan pada kulit sedikit sampai luas dengan
variasi kedalaman jaringan yang disebabkan trauma ditandai dengan rusaknya
struktur yang menghubungkan kulit dengan jaringan dibawahnya ,kadang
masih ada kulit yang melekat dan ada juga bagian yang terpisah dari jaringan
dibawahnya. Degloving dapat juga berhubungan dengan permukaan pada
jaringan lunak, tulang, persarafan ataupun vaskuler.
Cedera degloving terjadi akibat gaya kehilangan aliran darah pada kulit,
maka dapat terjadi nekrosis. Trauma degloving ini seringkali membutuhkan
debridement untuk menghilangkan jaringan yang nekrosis. Trauma degloving
dalam jumlah besar disertai dengan jaringan yang lebih profunda menyebabkan
jaringan terkelupas atau berupa sayatan.
Degloving injury menandakan terlepasnya kulit dan jaringan subkutan dari
fasia dan otot yang terletak di bawahnya. Cedera semacam ini paling banyak
melibatkan ekstermitas bawah dan torso, dan penyebab tersering adalah
kecelakaan industri dan lalu lintas. Cedera dapat terjadi pada seluruh bagian
ekstremitas bawah, bahkan dapat meluas hingga ke bagian bawah torso. Cedera
tersebut sering disertai dengan fraktur atau cedera lain yang dapat menyebabkan
berbagai macam komplikasi mulai dari infeksi hingga kematian. Apalagi jika
pasien berusia lanjut, risiko terjadinya komplikasi semakin meningkat (Wojcicki
et al, 2011).
D. Pathway
Pembengkakan/perlukaan/lecet
Perdarahan
Sembuh
Resiko Infeksi
Luka Merangsang BHSP Nyeri Akut
(bradikinin, histamin,
Kerusakan serotonin, prostaglandin)
Integritas Kulit mobilisasi
terganggu
Intoleransi
Aktivitas
E. Patofisiologi
Luka dapat terjadi karena cedera atau sayatan, sehingga dapat terjadi
pembengkakan atau perlukaan. Jenis-jenis luka dapat dibedakan dua bagian,
yaitu luka tertutup dan luka terbuka, luka terbuka yaitu dimana terjadi hubungan
dengan dunia luar, misalnya : luka lecet ( vulnus excoratiol ), luka sayat ( vulnus
invissum ), luka robek ( vulnus laceratum ), luka potong ( vulnus caesum ), luka
tusuk ( vulnus iktum ), luka tembak ( vulnus aclepetorum), luka gigit ( vulnus
mossum ), luka tembus ( vulnus penetrosum ), sedangkan luka tertutup yaitu luka
tidak terjadi hubungan dengan dunia luar, misalnya luka memar. Luka yang tidak
dilakukan perawatan dengan dengan benar akan teerjadi infeksi dan dan dapat
merangsang BHSP (Bradikinin, Histamin, Serotonin, Prostaglandin) sehingga
dapat menyebabkan nyeri. Dengan adanya luka terbuka atau tertutup dapat
menghambat mobilitas fisik dari pasien dan dapat menyebabkan intoleransi
aktifitas.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dinilai adalah pemeriksaan Hb, Ht, dan
leukosit, pada pendarahan Hb dan Ht akan menurun disertai leukositosis, sel
darah merah yang banyak dalam sedimen urine menunjukan adanya trauma pada
saluran kencing, jika kadar amilase 100 unit dalam 100 mll, cairan intra
abdomen, memungkinkan trauma pada pankreas besar sekali.
H. Penatalaksanaan
Penanganan Degloving Tertutup
Yang perlu diperhatikan lebih dulu adalah survey primer (ABCDE). Bila
keadaan umum pasien cukup baik, maka dilakukan penilaian sekunder yaitu
pemeriksaan dari ujung kepala hingga kaki. Kemudian dilakukan penilaian
vitalitas jaringan (kulit yg degloving). Bila terdapat jaringan yang nonvital, maka
jaringan tersebut dieksisi. Bila jaringan vital, hal yang perlu dilakukan, yaitu:
Bila terdapat deformitas kontur, luka dibuka lebar dan jaringan lemak
yang nekrotik di eksisi. Bila terdapat raw surface yang luas, maka dapat
dilakukan split thickness skin graft (STSG) atau full thickness skin graft
(FTSG).
1. Pengkajian
Ada dua kondisi yang perlu dikaji
Luka baru
1. Kaji keadaan umum pasien
2. Kaji tempat kejadian ( emergensi atau stabil )
3. Kaji Tanda Vital ( Tensi, suhu, nadi, pernapasan )
4. Kaji keadaan luka ( luas, lokasi, jenis, )
5. Kaji adanya tanda – tanda infeksi luka
6. Kaji hal –hal yang berhubungan dengan luka, fraktur, perdarahan, injuri,
dan cedera kepala
7. Kaji perdarahan yang keluar ( ada atau tidak, Jumlah, warna , bau )
Luka lama / sudah ada tindakan
1. Kaji penampilan luka ( tanda-tanda infeksi )
2. Kaji luas luka
3. Kaji Keluhan nyeri ( Lokasi, intensitas )
4. Kaji kondisi jahitan luka
5. Kaji drainage atau cairan yang keluar
2. Pemeriksaan Fisik
- System Integumen : suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, odema,
nyeri tekan, terdapat kerusakan jaringan kulit
- Muka : Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk.
- Mata : konjungtiva tidak anemis, pupil isokor (2-5mm), reflek cahaya positif,
sklera putih, kornea normal.
- Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal, tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
- Mulut dan Faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
- Thoraks : tidak ada pergerakan otot intercoste, gerakan dada simetris.
- Paru : inspeksi, pernapasan meningkat, regular atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru. Palpasi, pergerakan
sama atau simetris, fokal fremitus raba sama. Perkusi, suara ketok senor, tidak
ada suara tambahan. Auskultasi, suara nafas ormal, tidaak ada wheezing atau
suara tambahan lainnya.
- Jantung : inspeksi, tidak ampak ictus cordis. Palpasi, nadi meningkat, iktus tidak
teraba. Auskultasi, suara S1 dan S2 tunggal.
- Abdomen : inspeksi, bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi, turgor
baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba. Perkusi, suara tympani.
Auskultasi, peristaltic usus normal 20x/mnt.
- Inguinal/genetalia : tidak ada hernia, tidak ada pembesaran lympha, tidak ada
kesulitan BAB.
3. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit Berhubungan dengan
Trauma tumpul / tajam
Insisi operasi
Penekanan yang lama
Injury
Imobilisasi
2. Nyeri berhubungan dengan
Cedera Termal
Insisi operasi
Kerusakan jaringan
Immobilisasi
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
Hilangnya sebagian jaringan
Luka terbuka
Malnutrisis
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
Nyeri
Imobilisasi
Kelemahan fisik
4. Intervensi
Doengoes, Marilynn E., Mary Frances Moorhouse., & Alice C. Murr. 2010. Nursing
Diagnosis Manual : Planning, Individualizing, and Documenting Client Care.
Philadelphia : F.A Davis Company