Farmakologi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FARMAKOLOGI

OBAT – OBATAN YANG MERANSANG SISTEM


SARAF PUSAT (SSP)

DISUSUN OLEH KELOMPOK II

1. MUSLIMAH
2. NITA SARI’
3. NOVI HARDYANTI
4. NUR IHSAN
5. NUR MUSDALIFAH
6. NURASMA
7. NUR AISYAH
8. PUTRI YANA
9. RAHMA SULEHA MANTIK
10. RILNAWATI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA


EDUKASI PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN
MAKASSAR 2019
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 3


B. Tujuan .................................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah .................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Analeptika ............................................................................ 5
B. Obat – obatan yang menstimulasi fungsi psikologis terhadap sistem
saraf pusat ............................................................................................. 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................. 12
B. Saran ........................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Makasar, 2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada mulanya farmakologi mencangkup tentng berbagai
pengetahuan tentang obat yang meliputi sejarah, sumber, sifat sifat fisika
dan kimiawi, cara meracik,efek fisiologis dan biokimiawi , mekanisme
kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi dan ekskresi serta penggunaan
obat untuk terapi dan tujuan lainnya.
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat
penyakit, membebaskan gejala, atau, mengubah proses kimia dalam tubuh.
Obat ialah suatu bahan yang di gunakan untuk menetapkan diagnosis,
mencegah,mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau
gejala penyakit, luka atau kelaimam jasmani dan rohani pada manusia dan
hewan.
S u s u n a n s a r a f pusat b e r k a i t a n d e n g a n s i s t e m s a r a f
m a n u s i a ya n g m e r u p a k a n s u a t u jaringan saraf yang kompleks,
sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi
sistem saraf antara lain mengkoordinasi, menafsirkan dan
mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya.
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang
serebrum medula dan sumsum tulang belakang.
Olehnya itu penulis ingin membahas lebih jauh tentang obat –
obatan yang dapat meransang fungsi psikis terhadap sistem saraf pusat.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian analeptika
2. Untuk mengetahui jenis obat – obatan yang menstimulasi fungsi
psikologis terhadap sistem saraf pusat.

3
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian analeptika ?
2. Apa saja Jenis obat – obat yang dapat menstimulasi fungsi psikologis
terhadap sistem saraf pusat ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analeptika
Obat susunan saraf pusat (SSP) adalah semua obat yang
berpengaruh terhadap sistem saraf pusat. Obat tersebut bereaksi terhadap
otak dan dapat mempengaruhi pikiran seseorang yaitu perasaan atau
tingkah laku.
Obat-obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat
berdasarkan efek farmakodinamiknya dibagi a t a s dua golongan besar
yaitu merangsang atau menstimulasi, yang secara langsung maupun tidak
langsung merangsang aktivitas otak, sum-sum tulang belakang beserta
syarafnya. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun
tidak langsung memblokir proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum
tulang belakang dan syaraf - syarafnya. Peransang sistem saraf pusat
adalah senyawa yang dapat menimbulkan ransangantidak selektif pada
sistem saraf pusat. Obat yang dapat merangsang SSP disebut analeptika.
Pengunaan utama dari analeptika adalah untuk meransang
pernapasan yaitu dapat meningkatkan ventilasi pulmonary, meningkatkan
respon ransangan sensori dan mempercepat pulihnya refleksnormal sebuah
anastesi. Pada dosis tinggi analeptika dapat menyebabkan mual, muntah,
aritmia jantung dan kejang serta menyebabkan reaksi psikotik seperti
euforia, agitasi, kebingungan dan halusinasi.

B. Obat – obatan yang menstimulasi fungsi psikologis terhadap sistem


saraf pusat

Adapun jenis – jenis obat analeptika yang meransang sistem saraf


pusat diantaranya adalah :

5
a. Amfetamin
Amfetamin adalah obat stimulan sistem saraf pusat yang
digunakan untuk menangani narkolepsi dan attention deficit
hyperactivity disorder (ADHD). Amfetamin bekerja dengan mengubah
kadar zat alami tertentu yang mengontrol impuls di dalam otak,
sehingga meredakan gejala dari kondisi yang diderita.
1. Indikasi :
Untuk narkolepsi, gangguan penurunan perhatian
2. Efek samping :
Euforia dan kesiagaan, tidak dapat tidurgelisah, tremor, iritabilitas
dan beberapamasalah kardiovaskuler (Tachicardia, palpitasi,
aritmia, dll)
3. Farmakokinetik :
Waktu paruh 4-30 jam, diekskresikan lebih cepat pada urin asam
daripada urin basa
4. Reaksi yang merugikan :
Menimbulkan efek- efek yang buruk pada sistem saraf pusat,
kardiovaskuler, gastroinstestinal, dan endokrin.
5. Dosis :
Dewasa: 5-20 mg & Anak > 6 th : 2,5-5 mg/hari.
6. Interaksi Obat :
 Meningkatkan risiko meningkatnya tekanan darah, jika
dikonsumsi dengan obat golongan penghambat beta.
 Meningkatkan risiko gangguan jantung dan pembuluh darah, jika
digunakan dengan obat golongan antidepresan trisiklik seperti
amitriptylline.
 Berkurangnya urine, jika digunakan dengan obat alkalinisasi urine
seperti natrium bikarbonat; dan meningkatnya produksi urine, jika
digunakan dengan pengasam urine seperti kalium fosfat.
 Menghambat penyerapan phenobarbital dan phenytoin.

6
 Menghambat kerja amfetamin, jika digunakan dengan
chlorpromazine, haloperidol, atau lithium.
 Menghambat metabolisme dan penyerapan disulfiram.

7. Mekanisme kerja amfetamin


Memiliki struktur yang sangat mirip dengan
neurotransmitter katekolamin yaitu dopamin dan norepinefrin.
Kesamaan struktur ini merupakan dasar cara kerja
amfetamin.Amfetamin menyebabkan pelepasan monoamin melalui
sitosol neuronal melalui dopamin transporter, norepinefrin
transporter, dan serotonin transporter. Salah satu mekanisme kerja
yangditeliti dari amfetamin adalah dengan mengganggu aktivitas
vesicular monoamine transporter-2(VMAT-2). Amfetamin yang
diberikan dalam dosis tinggi akan masuk ke dalam sel saraf melalui
dopamin transporter dan berdifusi. Ketika masuk ke dalam sel,
amfetamin akan berdifusi melalui membran vesikel dan
terakumulasi di dalam vesikel. Akumulasi amfetamin di dalam
vesikel akan menyebabkanterjadinya gangguan gradient pHyang
diperlukan untuk sekuestrasi dopamin sehingga terjadilah
akumulasi dopamin di dalam sitoplasma. Akumulasi dopamin di
dalam sitoplasma akan mengganggu gradien konsentrasi dopamin
sehingga terjadinya transport balik dopamin melalui dopamin
transporter.Setelah dopamin dilepaskan, neurotransmitter tersebut
akan diinaktivasi oleh monoamin oksidase. Amphetamin memiliki
struktur satu cincin benzena dengan 9 atom C, 13 atom H dan 1
atom N dengan cabang pada gugus pertama sehingga Amphetamin
disebut juga Alfa-metil-fenetilami.
8. Methylphenidate
Methylphenidate adalah stimulan sistem saraf pusat. Obat
ini mempengaruhi zat kimia dalam otak dan saraf yang
berkontribusi terhadap impuls hiperaktif dan impuls kontrol.

7
Indikasi :
Pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan depresan SSP,
syndrom hiperkinetik pada anak.
Efek samping :
Insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri kepala, Tachicardia
Kontraindikasi :
Hipertiroidisme, penyakit ginjal.
Farmakokinetik :
Diabsorbsikan melalui saluran cerna dan diekskresikan melalui urin,
dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam.
Farmakodinamik :
Mula- mula 0,5 – 1 jam P : 1 – 3 jam, L : 4-8 jam.
Reaksi yang merugikan :
takikardia, palpitasi, meningkatkan hiperaktivitas. dosis pemberian :
Dewasa : 10 mg 3x/hr & Anak : 0.25 mg/kgBB/hr.
Mekanisme kerja :
Methylphenidate memiliki potensi untuk menginduksi euforia
karena efek farmakodinamiknya (yaitu, penghambatan reuptake
[73]
dopamin ) dalam sistem penghargaan otak. Pada dosis terapeutik,
stimulan ADHD tidak cukup mengaktifkan sistem hadiah, atau jalur
hadiah khususnya, sejauh yang diperlukan untuk menyebabkan
peningkatan terus-menerus dalam ekspresi gen ΔFosB dalam neuron
berduri medium tipe D1 dari nucleus accumbens ; [70] [73] [80] akibatnya,
ketika diambil sesuai petunjuk dalam dosis yang biasanya diresepkan
untuk pengobatan ADHD, penggunaan methylphenidate tidak
memiliki kapasitas untuk menyebabkan kecanduan . [70] [73] [80] Namun,
ketika methylphenidate digunakan pada dosis rekreasi yang cukup
tinggi melalui rute pemberian bioavailable (misalnya, insuflasi atau
pemberian intravena ), terutama untuk penggunaan obat sebagai
euphoriant , ΔFosB terakumulasi dalam nukleus accumbens . [70] [73]

Oleh karena itu, seperti halnya obat-obatan yang membuat kecanduan

8
lainnya, penggunaan metilfenidat secara teratur pada dosis tinggi pada
akhirnya menimbulkan ΔFosB berlebih pada neuron tipe D1 yang
kemudian memicu serangkaian transkrip gen bertanda transkripsi gen
yang memicu kecanduan.
9. Kafein
Kafein bisa dikonsumsi lewat mulut atau melalui anus untuk
kombinasi dengan obat penghilang rasa sakit (seperti aspirin dan
acetaminophen) dan zat kimia yang disebut dengan ergotamine untuk
mengobati sakit kepala sebelah (migrain). Kafein juga digunakan
dengan obat penghilang rasa sakit untuk sakit kepala serta untuk
mencegah dan mengobati sakit kepala setelah anestesi epidural.
Indikasi :
Menghilangkan rasa ngantuk, menimbulkan daya pikir yang cepat,
perangsang pusat pernafasan dan fasomotor, untuk
merangsang pernafasan pada apnea bayi prematur
Efek samping :
Sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia, pernafasan lebih cepat
Kontraindikasi :
Diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gangguan migren, sering gelisah
(anxious).
Farmakokinetik :
Kafein didistribusikan keseluruh tubuh dan diabsorbsikan
dengan cepat setelah pemberian, waktu paruh 3-7 jam, diekskresikan
melalui urin
Reaksi yang merugikan :
Dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan mempengaruhi SSP dan
jantung.
Dosis pemberian :
Apnea pada bayi : 2.5-5 mg/kgBB/hr.

9
Mekanisme kerja :
kafein adalah dengan menghambat kerja reseptor adenosin.
Kemudian menghambat enzim fosfodiesterase dan menginduksi
translokasi kalsium intraseluler. Adenosin merupakan neurotransmitter
di otak yang berperan dalam pengurangan aktivitas sel terutama sel
saraf (neuro-depresan). Adenosin juga berperan dalam pembentukan
asam nukleat dan ATP. Adenosin menyebabkan bronkokonstriksi,
menghambat pelepasan renin, dan mengurangi agregasi trombosit.
Karena strukturnya mirip, maka kafein akan menggantikan posisi
adenosin untuk berikatan dengan reseptor di otak. Kafein juga
meningkatkan hormon adrenalin dalam darah yang menyebabkan
peningkatan aktivitas otot jantung dalam memompa darah dan
meningkatkan tekanan darah, sehingga aliran darah ke berbagai organ
tubuh meningkat. Hal inilah yang mendasari perasaan segar atau
hilangnya rasa lelah setelah mengkonsumsi kafein. Selain itu, senyawa
tersebut juga menstimulasi pelepasan norepinefrin, menghambat
pemecahan cAMP, meningkatkan kerja cGMP, dan meningkatkan efek
dopamin postsinaps. Kafein diduga berpengaruh terhadap reseptor
GABA dan serotonin.
Kafein dapat mempengaruhi otak melalui dua mekanisme. Mekanisme
pertama yaitu menginduksi dengan vasokontriksi pembuluh darah otak
sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak. Mekanisme
kedua adalah dengan meningkatkan konsumsi glukosa pada beberapa
daerah hipoperfusi, yaitu pada sel monoamin di daerah substansia
nigra, raphe medialis dan dorsalis, serta lokus sereleus.
10. Niketamid
Niketamid terutama bekerja sebagai peransang pernapasan pada
medulla tetapi mekanisme kerja secara pasti masih belum diketahui.
Niketamid digunakan untuk pngobatan depresi pernapasan yang di
sebabkan oleh obat penekan system saraf pusat seperti barbiturate.

10
Indikasi :
Merangsang pusat pernafasan
Efek samping :
Pada dosis berlebihan menimbulkan kejang
Farmakokinetik :
Diabsorbsi dari segala tempat pemberian tapi lebih efektif dari IV.
Dosis :
1-3 ml untuk perangsang pernafasan
Farmakodinamik : niketamid untuk menstimulasi pernafasan dengan
obat tanpa menginduksi stimulasi CNS secara umum.
11. Doksapram
Obat doxapram merupaan agen analeptik. Ini berfungsi untuk
memberikan stimulasi sistem saraf pusat ke batang otak. Stimulan
terkait pernapasan ini dapat meningkatkan volum tidal sehingga
dengan cepat meningkatkan laju pernapasan atau respiration rate
(RR).
Pemberian doxapram dapat memicu respon presor yang memicu
status hipovolemik. Obat ini juga dapat meningkatkan pengeluaran
katekolamin. Secara garis besar obat ini memproduksi stimulan napas
melalui kemoreseptor karotis dengan menghambat channel pottasium.
Indikasi :
Perangsang pernafasan
Efek samping :
Hipertensi, tachicardia, aritmia, otot kaku, muntah
Farmakokinetik :
Mempunyai masa kerja singkat dalam SSP
Dosis :
0.5-1.5 mg/kgBB.
Farmakodinamika :
tindakan stimulan pernapasan dimanifestasikan oleh peningkatan
volumetidak berhubungan dengan sedikit peningkatan dalam tingkat
pernapasan.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

 A n a l e p t i k a a d a l a h o b a t ya n g d a p a t m e r a n s a n g s i s t e m
saraf pusat (SSP)
 B e b e r a p a j e n i s o b a t ya n g d a p a t m e r a n s a n g s i s t e m s a r a f
p u s a t ( S S P ) d i a n t a r a n ya a m f e t a m i n , m e t i l f e d i n a t , k a f e i n ,
niketamid, doksapram.

B. SARAN

Agar mahasiswa kebidanan lebih meningkatkan


p e n g e t a h u a n t e n t a n g f a r m a k o l o g i k h u s u s n ya o b a t - o b a t a n
yang dapat meransang sistem saraf pusat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Singh, P; Dimitriou, V; Mahajan, RP; Crossley, AW (1993). "Perbandingan


ganda-buta antara doxapram dan pethidine dalam pengobatan menggigil
postanaesthetic". British Journal of Anesthesia . 71 (5): 685–8. doi : 10.1093
/ bja / 71.5.685 . PMID 8251281 .

https://dokumen.tips/documents/makalah -analeptika.html.
diakses tanggal 17juli 2019.

https://www.academia.edu/19490685/Obat_Perangsang_Sistem
_Syaraf_Pusat. diakses tanggal 17juli 2019.

https://www.slideshare.net/riizqii/stimulan -sistem-saraf-pusat-
ssp. diakses tanggal 17juli 2019.

https://www.scribd.com/doc/263829171/makalah -analeptika.
diakses tanggal 17juli 2019.

https://dokumen.tips/documents/obat -perangsang-sistem-saraf-
pusat.html. diakses tanggal 17juli 2019.

13

Anda mungkin juga menyukai