Hipoglikemia Pada Neonatus
Hipoglikemia Pada Neonatus
Hipoglikemia Pada Neonatus
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas Pasien
Nama : By. Ny. MB
Jenis kelamin : Laki - Laki
Usia : 0 hari
TTL : Kupang, 14 Agustus 2019
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Nuabosi
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak lemah
Kesadaran : Sadar
Apgar Score : 7/9
Tanda vital :
Nadi : 148 x/menit, reguler, kuat
Respirasi : 52 x/menit, reguler
Suhu badan : 36,30C
3
Antropometri
BBL : 4100 gr
Panjang badan : 43 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkar perut : 28 cm
4
Leher : hematom (-), pembesaran kel. tiroid (-), leher pendek (-)
Toraks :
Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Gerakan dinding dada simetris
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : Bunyi jantung I-II tunggal, regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-), organomegali (-), kelainan kongenital (-)
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Massa (-), supel (+), hepar-lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani (+) diseluruh lapang abdomen
Genitalia : deformitas (-)
Anggota gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat, CRT <3detik, edema (-)
Ekstremitas bawah : Syndactyli (-), polidactyli (-), talipes equinovarus (-/-), Akral
hangat, CRT <3 detik, edema (-)
Pemeriksaan penunjang
GDS 36 mg/dL
Diagnosa Kerja :
NCB/BMK (37 minggu/2200 gram)
Hipoglikemia
Hipotermi
4. Resume
Pasien dilahirkan secara SC atas indikasi ibu PEB. Saat lahir pasien segera
menangis. Tangis agak lemah. Gerak kurang aktif. Sesak (-). Pasien lahir dengan
ketuban jernih. BAK (+), BAB (+). Apgar score 7/9.
5
Keadaan Umum : Tampak lemah, gerak kurang aktif
Kesadaran : Sadar
Tanda vital :
Nadi : 148 x/menit, reguler, kuat
Respirasi : 52 x/menit, reguler
Suhu badan : 36,30C
Antropometri
BBL : 4100 gr
Panjang badan : 43 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkar perut : 28 cm
GDS : 36 mg/dL
5. Diagnosis Kerja
NCB/BMK (39 minggu/4100 gr)
Hipoglikemia
Hipotermi
6. Tatalaksana
Jaga suhu tubuh 36,5-37,5°C
Observasi TTV dan downe score
IVFD D10% 60cc//kgbb/24 jam
Oral : ASI on demand
Bolus D10% 2cc/kgbb/iv
Cek GDS 30 menit setelah bolus D10%
7. Rencana Monitoring
Tanda-tanda vital dan gejala klinis
Glukosa darah GDS post bolus : 84 mg/dl
8. Prognosis : Bonam
6
BABIII
DISKUSI
7
Hipoglikemia dapat berisfat sementara maupun menetap. Bersifat sementara
terjadi pada bayi baru lahir, misalnya karena masukan glukosa yang kurang
(starvasi, kelaparan), hipotermia, syok,dan pada bayi dari ibu diabetes. Bersifat
menetap atau berulang yang dapat terjadi akibat defisiensi hormon,
hiperinsulinisme, serta kelainan metabolisme karbohidrat dan asam amino.
Penyebab hipoglikemia sementara adalah:6
1. Substrat yang tidak memadai (misalnya, glikogen)
2. Fungsi enzim yang belum matang menyebabkan kekurangan cadangan
glikogen
3. Hiperinsulinisme sementara
Kekurangan simpanan glikogen pada saat kelahiran adalah umum pada
bayi prematur dengan berat badan sangat rendah, bayi yang kecil untuk usia
kehamilan karena insufisiensi plasenta, dan bayi yang mengalami asfiksia
perinatal. Glikolisis anaerobik mengkonsumsi simpanan glikogen pada bayi-bayi
ini, dan hipoglikemia dapat terjadi kapan saja dalam beberapa jam atau hari
pertama, terutama jika ada interval waktu yang lama antara menyusui atau jika
asupan gizi buruk. Masukan glukosa eksogen yang berkelanjutan sangat penting
untuk mencegah hipoglikemia.
Hiperinsulinisme paling sering terjadi pada bayi dari ibu diabetik dan
berbanding terbalik dengan tingkat kontrol diabetes ibu. Ketika seorang ibu
menderita diabetes, janinnya terkena peningkatan kadar glukosa karena kadar
glukosa darah ibu meningkat. Janin merespons dengan menghasilkan peningkatan
kadar insulin. Ketika tali pusat terputus, infus glukosa ke neonatus berhenti, dan
mungkin diperlukan berjam-jam atau bahkan berhari-hari bagi neonatus untuk
mengurangi produksi insulinnya. Hiperinsulinisme juga umumnya terjadi pada
bayi yang mengalami stres fisiologis yang kecil untuk usia kehamilan. Dalam
kedua kasus, hiperinsulinisme bersifat sementara.
Penyebab hipoglikemia persisten meliputi:6
1. Hiperinsulinisme
2. Pelepasan hormon anti-regulasi yang rusak (hormon pertumbuhan,
kortikosteroid, glukagon, katekolamin)
8
3. Gangguan metabolisme yang diturunkan (misalnya, penyakit penyimpanan
glikogen, gangguan glukoneogenesis, gangguan oksidasi asam lemak)
Meskipun sebagian besar hiperinsulinisme bersifat sementara, penyebab
yang lebih jarang dan lebih lama termasuk hiperinsulinisme bawaan (kondisi
genetik yang ditransmisikan dalam mode autosom dominan dan resesif),
erythroblastosis fetalis parah, dan Beckwith-Wiedemann syndrome (di mana
hiperplasia sel pulau menyertai fitur makroglossia dan humbia umbilikalis) ).
Hiperinsulinemia secara khas menghasilkan penurunan cepat glukosa serum
dalam 1 sampai 2 jam pertama setelah kelahiran ketika pasokan glukosa terus
menerus dari plasenta terganggu.
Kadar glukosa darah tergantung pada beberapa faktor yang saling
berinteraksi. Meskipun insulin adalah faktor utama, kadar glukosa juga tergantung
pada hormon pertumbuhan, kortisol, dan kadar hormon tiroid. Segala kondisi
yang mengganggu sekresi hormon-hormon ini dapat menyebabkan hipoglikemia.
Sebagian besar bayi dengan hipoglikemia biasanya tanpa gejala atau
asimtomatik. Hipoglikemia sering diklasifikasikan dalam simtomasis dan
asimtomatis, penggolongan tersebut sebenarnya merefleksikan ada atau tidaknya
tanda-tanda fisik yang menyertai kadar glukosa darah yang rendah. Berbagai
tanda dapat terlihat pada kasus hipoglikemia berat atau berkepanjangan dan pada
bayi yang mengalami hipoglikemia ringan sampai sedang yang berkepanjangan
serta pada bayi yang mengalami stres fisiologis. Tanda-tanda klinis yang
ditemukan merupakan tanda nonspesifik dan merupakan akibat dari gangguan
pada lebih dari satu aspek fungsi sistem saraf pusat. Meliputi pola pernapasan
abnormal, seperti takipnea, apnea, atau distress napas; tanda-tanda kardiovaskuler,
seperti takikardia atau bradikardia, dan manifestasi neurologis seperti jitteriness,
letargis, kemampuan mengisap yang lemah, instabilitas suhu tubuh, dan kejang.
Banyak dari tanda-tanda tersebut merupakan akibat dari gangguan neonatus yang
lain, seperti sepsis, hypokalemia, dan pendarahan intracranial. Hipoglikemia harus
dipertimbangkan pada bayi yang menunjukkan satu atau lebih dari gejala-gejala
tersebut, karena hipoglikemia yang tak segera diatasi dapat mengakibatkan
konsekuensi serius, dan penatalaksanaan hipoglikemia pun cepat, relatif mudah,
9
dan memiliki efek samping minimal. Tetapi, pada standar penatalaksanaan
neonatus yang ada saat ini, sebagian besar kasus hipoglikemia terdiagnosis selama
pemeriksaan rutin pada bayi yang dipertimbangkan berisiko namun dalam
evaluasi tampak normal secara fisiologis. Pada kasus, pasien tidak ditemukan
adanya tanda-tanda hipoglikemia sesuai teori.
Tatalaksana hipoglikemia pada neonatus yang tidak menunjukkan gejala
(asimptomatik)
Lakukan pemantauan glukosa darah setiap 30-60 menit sampai stabil
normoglikemia, kemudian setiap kali akan minum (3 jam). Bila kadar gula setelah
pemberian glukosa per oral tetap < 45 mg/dL atau timbul gejala (simtomatik),
maka glukosa intravena harus diberikan. Tatalaksana hipoglikemia pada neonatus
yang menunjukkan gejala (simtomatik) adalah berikan glukosa 10% secara
intravena sebanyak 2 ml/kg dengan perlahan selama 1 menit. Lanjutkan dengan
pemberian infus glukosa 10% .
10
11
Algoritma Tatalaksana Hipoglikemia4
12
BAB IV
PENUTUP
Telah dilaporkan satu laporan kasus bayi laki-laki berusia 0 hari dengan
diagnosis Hipoglikemia. Dari kasus di atas, pendekatan dalam menegakkan
diagnosis dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Prognosis pasien bonam.
13
DAFTAR PUSTAKA
14