Acara Ii

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

ACARA II
DASAR-DASAR TEKNIK
MIKROBIOLOGI

Disusun oleh :

Bianca Levie Tania 188114049


Abtyastuti Fileanita 188114050
Matea Nirmala Defi 188114051
Claris Fransiskan Bulu Kian 188114052

Kelompok Praktikum / Kelas: B1.1/B

Nilai Tanggal dan Paraf


Laporan Asisten

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
ACARA II

DASAR DASAR TEKNIK MIKROBIOLOGI

A. TUJUAN
1. Mempelajari cara pembuatan media dan syarat-syarat yang dibutuhkan oleh suatu media untuk
pertumbuhan mikroba
2. Mempelajari macam macam teknik sterilisasi
3. Mempelajari cara-cara pemindahan mikroba secara aseptis
4. Mempelajari teknik-teknik isolasi pada penanaman mikroba
5. Mengenal bermacam-macam mikroba di alam

B. TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang tetapi dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Dalam penyebarannya,
mikroorganisme dapat ditemukan hampir di setiap tempat. Mikroorganisme terdiri atas bakteri,
fungi, protozoa, alga mikroskopik, dan virus (Radji, 2009).
Pada lingkungan alam, populasi mikroba tidak memisahkan diri dengan spesies tetapi
bercampur dengan campuran jenis sel lainnya. Di laboratorium, populasi ini dapat dipisahkan
menjadi kultur murni. Kultur-kultur ini mengandung satu jenis organisme dan cocok untuk studi
tentang kultur, morfologis, dan biokimia (Cappucino dan Sherman, 2011).
Untuk membuat suatu kultur murni bakteri dibutuhkan sebuah kultur media. Kultur media
adalah suatu bahan baik padat atau cair yang digunakan untuk pertumbuhan, proses transport
bakteri dan penyimpanan mikroorganisme. Oleh karena itu, untuk pertumbuhan bakteri yang lebih
efektif, medium harus mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk
pertumbuhan. Media khusus sangat penting dalam isolasi dan identifikasi mikroorganisme,
pengujian sensitivitas antibiotik, analisis air dan makanan, mikrobiologi industri, dan kegiatan
lainnya. Meskipun mikroorganisme membutuhkan sumber energi dan nutrisi makro dan mikro,
komposisi tepat dari media yang memuaskan tergantung pada spesies yang dibudidayakan karena
beragamnya kebutuhan nutrisinya (Willey, Sherwood, dan Woolverton, 2014).
Media kultur pada dasarnya harus mengandung sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, dan
faktor pertumbuhan organik. Sejumlah bakteri yang diinokulasikan pada sebuah media pembenihan
disebut inokulum sedangkan bakteri yang tumbuh dan berkembang biak dalam media perbenihan
disebut biakan bakteri (Radji, 2009).
Pada dasarnya berdasarkan komposisinya media terdiri dari media sintetik dan nonsintetik
(kompleks). Media di mana semua komponen kimia dikenal adalah media sintetik. Media ini sering
digunakan untuk kultur fotoautotrof seperti cyanobacteria dan protista fotosintesis. Mikroba ini
menggunakan CO2 sebagai sumber karbon dan cahaya sebagai sumber energi. Dengan demikian
mereka dapat ditanam pada media yang mengandung natrium karbonat atau bikarbonat, nitrat atau
amonia sebagai sumber nitrogen, sulfat, fosfat, dan mineral lainnya. Organisme ini menggunakan
molekul organik sebagai sumber energi dan karbon. Sehingga sering digunakan untuk mengetahui
proses metabolisme mikroorganisme. Media yang mengandung beberapa komposisi bahan kimia
yang tidak diketahui adalah media yang kompleks. Media ini dapat memenuhi semua kebutuhan
nutrisi dari berbagai mikroorganisme. Selain itu, media kompleks sering dibutuhkan karena
kebutuhan nutrisi mikroorganisme tertentu tidak diketahui. Media kompleks juga digunakan untuk
penanaman mikroba dan untuk mikroba dengan kebutuhan nutrisi atau kultur yang rumit (Willey,
Sherwood, dan Woolverton, 2014).
Berdasarkan komposisinya media dibagi menjadi media cair dan media padat. Media cair
biasanya digunakan untuk memeriksa kinetika pertumbuhan dan biokimia mikroba pada fase
pertumbuhan yang berbeda. Sedangkan media padat (agar) biasanya berguna untuk memisahkan
campuran organisme yang berbeda yang ditemukan di lingkungan alami atau spesimen klinis
(Slonczewski dan Foster, 2009).
Media yang dipakai dalam praktikum contohnya NA (Nutrient Agar) dan NB (Nutrient Broth).
NA sendiri merupakan polimer sulfat yang terutama terdiri dari D-galaktosa, 3,6-anhydro-L-
galactose, dan asam D-glukuronat biasanya diekstraksi dari ganggang merah. Sedangkan, NB
(Nutrient Broth) terdiri dari pepton (gelatin hydrolysate) 5 g/l, natrium klorida, yeast extract, beef
extract 3g/liter (Willey, Sherwood, dan Woolverton, 2011).
Media yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri pada dasarnya harus memenuhi beberapa
syarat yaitu harus mengandung nutrisi yang tepat untuk bakteri spesifik yang akan dibiakkan,
kelembapan harus cukup, pH sesuai, kadar oksigen cukup baik, media pembenihan harus steril dan
tidak mengandung mikroorganisme lain, serta media diinkubasi pada suhu tertentu. Media yang
baik, biasanya mengandung sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, dan faktor pertumbuhan
organik (Radji, 2009).
Teknik-teknik yang dapat dilkukan dalam proses penanaman atau proses kultur bakteri terdiri
dari streak plate method, pour plate method, dan spread plate method. Streak plate method adalah
teknik penanaman dimana dalam teknik ini, loop atau jarum inokulasi steril (needle) digunakan
untuk menyebarkan inokulum atau bakteri murni melintasi permukaan media padat dalam cawan
petri (Bauman, 2009).
Pour plate method adalah suatu teknik dimana volume kecil dari beberapa sampel encer
dicampur dengan agar cair yang telah didinginkan hingga sekitar 45°C dan campuran tersebut
kemudian dituangkan segera ke dalam cawan petri steril (Willey, Sherwood, dan Woolverton,
2014).
Spread plate method dilakukan dengan cara sampel yang diencerkan pertama-tama ditempatkan
di tengah media agar padat yang telah dingin dingin yang kemudian disebarkan secara merata di
atas permukaan medium dengan batang bengkok yang steril sehingga setelah inkubasi, koloni
terbentuk pada permukaan agar (Black dan Black, 2015).
Dalam proses pembuatan media dan penanaman media dibutuhkan perlakuan atau teknik
sterilisasi dan teknik asptis. Teknik sterilisasi adalah langkah pemusnahan bentuk vegetatif dan
spora (Arisman, 2009). Sterilisasi adalah pemanasan pada suhu, waktu, dan tekanan tertentu.
Pemanasan pada sterilisasi biasanya pada suhu yang tinggi yaitu 121°C dengan tekanan 15 psi,
selama 10 detik atau pada suhu 134°C selama 1 detik (Soeparno, 2011).
Teknik sterilisasi terdiri dari :
1. Sterilisasi dengan pemanasan kering, digunakan untuk alat-alat gelas dan peralatan yang terbuat
dari logam atau bahan lain yang tidak mudah rusak dalam temperatur tinggi. Biasanya metode
ini dilakukan dengan menggunakan oven pengering pada temperatur 160°C selama 4 jam. Alat-
alat yang akan disterilisasi dibungkus dengan alumunium foil sebelum dimasukkan ke dalam
oven.
2. Sterilisasi dengan pemanasan basah, biasanya menggunakan autoklaf yang bekerja dengan
tekanan uap dengan temperatur 121°C selama 15-20 menit.
3. Sterilisasi dengan bahan kimia, merupakan metode sterilisasi sederhana dengan alkohol 70% ,
biasanya dilakukan dengan melap permukaan meja kerja dengan alkohol (Suyantono, 2010).
Teknik aseptis sendiri didefinisikan sebagai prosedur kerja yang meminimalisasi kontaminan
mikroorganisme dan dapat mengurangi risiko paparan terhadap petugas (Oetari, 2018).

C. SKEMA KERJA

1. Media dan Cara Pembuatan Media


Media NA (oxoid) ditimbang 4,48 gram dan NB (oxoid) ditimbang 1,56 gram. Media
NA dibuat oleh kelompok kecil (160 ml NA permeja) dan media NB dibuat 60 ml untuk
satu golongan. Media ditimbang secara teliti dan cepat, kemudian media dimasukkan ke
dalam erlenmeyer

Aquadest ditambahkan dan diaduk sampai merata dengan batang pengaduk

Magnetic sterer dimasukan ke dalam erlenmenyer dan dengan hati-hati dipanaskan
menggunakan elemen penangas/ pemanas sampai media tercampur homogen (ditunjukan
dengan warna yang kuning jernih). Pada saat dipanaskan, dijaga agar buih tidak
terbentuk dan dijaga agar tidak meluap.

Media NA dituangkan dengan volume tertentu menggunakan pipet volume: 5 ml ke
dalam tabung reaksi miring, 10 ml ke dalam tabung reaksi untuk NA tegak, 15 ml untuk
NA dalam cawan petri untuk percobaan 4b (metode isolasi pour plate), 15 ml untuk NA
dalam cawan petri untuk metode spread plate, 15 ml untuk NA dalam cawan petri untuk
metode streak plate, 15 ml untuk NA dalam cawan petri untuk kontrol media dan sisanya
untuk percobaan 6 (pengenalan mikroba di alam). Tabung reaksi kemudian ditutup
dengan penutup tabung (ditutup tidak terlalu rapat)

Sebelum diautoklaf, media NB dituangkan ke dalam tabung reaksi untuk 6 kelompok
praktikum dalam 1 golongan. Untuk setiap kelompok dibuat dua NB yaitu NB steril dan
non steril. Masing-masing tabung reaksi @8ml. Tabung reaksi ditutup dengan kapas atau
penutup tabung (penutupan jangan terlalu rapat)

Kemudian seluruh tabung reaksi disterilkan dengan menggunakan autoklaf selama 15
menit, tekanan 1 atm, suhu 121oC

Setelah diautoklaf, media NA 10 ml dalam tabung reaksi diletakkan di tengah pada rak
tabung dan dibiarkan memadat. Media NA 5 ml dimiringkan dengan ditaruh miring di
atas penjepit tabung reaksi dan dibiarkan memadat. Media sisa NA dituangkan dalam
cawan petri dan dibiarkan memadat (untuk percobaan 6 : pengenalan mikroba di alam).
Media NA 15 ml dibiarkan hingga suhu 45-50oC (untuk percobaan 4b : metode isolasi
pour plate)

Media NB dalam tabung reaksi dibiarkan dingin. Seluruh media NA dan NB ini akan
digunakan untuk percobaan selanjutnya

2. Teknik-Teknik Pemindahan Kultur Mikroba


Media NA dan NB hasil percobaan 1 disiapkan (media NA miring, NA tegak, dan media
NB/cair). Kultur mikroba dipindahkan satu persatu untuk masing-masing media

Tutup dari masing-masing tabung reaksi yang berisi media dilonggarkan namun tidak
sampai tutupnya terlepas dari tabungnya

Tabung reaksi yang mengandung kultur murni bakteri dipegang di tangan kiri

Jarum ose dipegang pada tangan kanan dan dibakar di atas nyala lampu bunsen hingga
kawat memijar. Pemanasan dilakukan dari pangkal ke ujung sampai memijar, sebelum
digunakan, kawat didinginkan beberapa saat

Jarum ose dipegang pada ibu jari dan jari telunjuk, jari kelingking untuk membuka tutup
tabung reaksi (tutup tabung reaksi tetap dipegang seperti posisi semula)

Mulut tabung reaksi dibakar, jarum ose dimasukkan dan 1 ose biakan bakteri diambil

Mulut tabung reaksi dibakar lagi dan tabung reaksi ditutup lagi

Tabung reaksi yang akan diinokulasi diambil dengan tangan kiri dengan cara yang sama
tutup tabung reaksi dibuka dan mulut tabung reaksi dibakar

Biakan bakteri pada tabung reaksi diinokulasikan dengan cara goresan zig-zag pada
permukaan NA miring

Mulut tabung reaksi dibakar dan tabung reaksi ditutup kembali kemudian ose dibakar

Diberi label : tanggal percobaan, nama bakteri, teknik pemindahan dan nama kelompok

Dilakukan dengan cara yang sama untuk media nutrient cair/ NB menggunakan jarum
ose (untuk NB non steril) dan media agar tegak secara tusukan tegak lurus menggunakan
jarum inokulasi

Diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar dan diamati pertumbuhannya

3. Teknik Isolasi/Penanaman Mikroba


a. Spread Plate Method
Pengenceran 10-1 – 10-6 dibuat dari kultur murni bakteri dengan larutan pengencer.
Pengenceran pertama (10-1) dibuat oleh kelompok praktikum 1 dengan cara 1 ml
bakteri diambil dan dicampurkan dengan 9 ml pengencer (BPW) kemudian di vortex

-2
Pngenceran 10 dilakukan kelompok praktikum 2 dengan 1 ml campuran diambil dari
pengenceran pertama dan diencerkan dengan 9 ml BPW dan di vortex. Hal ini
dilakukan berulang sampai pengenceran 10-6 oleh kelompok praktikum 6.

Tabung reaksi yang di dalamnya ada kultur mumi bakteri diambil, dibuka dan leher
tabung dibakar

0,1 ml kultur bakteri dipindahkan secara aseptis ke permukaan media NA dalam cawan
petri
Spreader dibakar lalu dibiarkan dingin

Kultur bakteri ditebarkan/disebarkan dengan spreader secara merata dan dibiarkan
sampai agak mengering

Setelah permukaan agar mengering , selanjutnya diinkubasikan terbalik selama 24 jam
pada suhu kamar dan diamati pertumbuhannya

Pertumbuhan dari tiap-tiap pengenceran dibandingkan dan pertumbuhannya
dibandingkan dengan hasil teknik spread plate pada percobaan 2

b. Pour Plate Method


Media NA dalam tabung reaksi didinginkan sampai suhu ±45-50oC (terasa
hangat di kulit/ tidak ‘kemranyas’)

Tutup tabung yang mengandung kultur murni dibuka dan leher botol dibakar

1 ml kultur murni bakteri dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang mengandung
NA secara aseptis

Leher tabung dibakar di atas bunsen dan dituangkan media NA yang telah
mengandung kultur murni bakteri ke dalam cawan petri

Untuk mencampur kultur bakteri dengan NA sampai homogen maka
digoyangkan secara perlahan-lahan. Petri digoyangkan tidak terlalu kuat dan saat
media dituang, petri diletakkan pada radius maksimal 20 cm dari sumber api
(zona steril)

Setelah agar memadat diinkubasikan terbalik pada suhu kamar selama 24 jam
dan pertumbuhannya diamati

c. Streak Plate Method (Cara Gores)


Cawan petri untuk tempat media dibagi menjadi tiga kuadran berbentuk T
dengan spidol di bagian luar dan bawah cawan petri. Jarum ose dipanaskan
hingga memijar, kemudian didinginkan. Ose yang telah dingin digunakan untuk
menggores pada permukaan media agar dalam cawan petri

1 ose kultur murni diambil dan digoreskan pada permukan agar dimulai pada 1
satu ujung. Ose disentuhkan pada media agar di cawan petri, sewaktu ose digores
dibiarkan meluncur di atas permukaan agar.

Setiap kali ose digores untuk kuadran berikutnya, ose dipijarkan terlebih dahulu
dan dibiarkan dingin

Kemudian diinkubasikan secara terbalik pada suhu kamar selama 24 jam dan
pertumbuhannya diamati

Pulasan bakteri siap untuk diwarnai

4. Pembuatan Media Mikroba Alam

Media NA yang selesai diautoklaf dituang ke dalam cawan petri, sebelum dituang
cawan petri diberi tanda atau dibagi menjadi empat kuadran dengan spidol di luarnya


Media NA yang dituang ditunggu sampai memadat

Dengan cotton bud yang telah dicelupkan ke etanol bakteri di alam (di bawah meja, di
papan, di hot plate, di lantai) di ambil kemudian diletakkan pada permukaan media

Kemudian diinkubasikan secara terbalik pada suhu kamar selama 24 jam dan
pertumbuhannya diamati

5. Pembuatan Kontrol Media

NA 15 ml dalam tabung reaksi yang telah di autoklaf dibuka tutupannya dan leher
tabung dibakar di lampu bunsen


Cawan petri di dekatkan ke lampu bunsen sehingga terhindar dari kontaminasi

Cawan petri dibuka namun tidak terlalu lebar dan NA dalam tabung reaksi dituang ke
dalam cawan petri

Kemudian diinkubasikan secara terbalik pada suhu kamar selama 24 jam dan
pertumbuhannya diamati

Pembuatan kontrol media sebisa mungkin dihindarkan dari kontaminan dan dilakukan
secara aseptis

D. ALAT DAN BAHAN


a. Alat-alat
1. Autoklaf
2. Lampu Bunsen
3. Hot plate
4. Magnetic stirrer
5. Cawan petri
6. Erlenmeyer
7. Gelas beker
8. Jarum ose
9. Spreader
10. Jarum Inokulasi
11. Penjepit tabung reaksi
12. Pipet volume
13. Tabung reaksi berpenutup
14. Timbangan analitik
15. Gelas ukur
16. Rak tabung reaksi
17. Vortex mixer
18. Pipet pump

b. Bahan-bahan
1. Media Nutrient Agar (NA)
2. Media Nutrient Broth (NB)
3. Aquadest
4. Larutan pengencer (BPW)
5. Kultur bakteri murni
E. HASIL PENGAMATAN

Streak Plate Method

Teknik zig zag yang dilakukan tidak


merata, sehingga hasil streak-nya tidak
rata
Media

Mikroba/bakteri
Pour Plate Method
Bakteri tersebar cukup merata di
permukaan media, namun karena
penggoyangan atau pencampuran tidak
merata campuran bakteri dan media
tidak sampai ke tepi.
Mikroba/bakteri

Media
Kontrol Media
Pada gambar terlihat bahwa kontrol media
terkontaminasi, hal ini menujukkan bahwa pengerjaan
kurang aseptis. Karena control media sebagai
pembanding terhadap pekerjaan yang dilkukan maka
kemungkinan besar cawan petri lainnya juga
terkontaminasi.
Media
Mikroba/bakteri
Spread 10-1
Mikroba/bakteri

Media

- Media NA berwarna kuning jernih


- Bakteri memiliki warna putih
Spread 10-2
Mikroba/bakteri

Media

-Bakteri tumbuh lebih banyak dari


pengenceran sebelumnya
-Bakteri tumbuh merata pada permukaan
- Medianya memiliki warna kuning jernih
- Bakteri berwarna putih
Spread 10-3
Mikroba/bakteri

Media

- Bakteri tumbuh lebih banyak dari


pengenceran 10-4
- Medianya berwarna kuning jernih
- Bakteri memiliki warna putih susu
Spread 10-4
Mikroba/bakteri

Media

 Bakteri berwarna putih susu


 Bakteri menyebar pada
permukaan lebih banyak dari
pengenceran 10-5
 Medianya memiliki warna
kuning yang jernih
Spread 10-5
Mikroba/bakteri

Media
-Bakteri tumbuh lebih banyak dari pengenceran 10-6
- Terdapat kontaminan
- Media memiliki warna kuning jernih
- Bakteri berwarna putih susu
-Bakteri tumbuh menyebar pada permukaan

Spread 10-6
Mikroba/bakteri

Media

- Media memiiki warna kuning


yang jernih
- Koloni bakteri paling sedikit
diantara spread plate yang lain
- Bakteri berwarna putih susu
NA miring
Bakterinya tumbuh zig-zag dan sedikit
menyebar

Mikroba/bakteri

Media
NA tegak
Bakteri tumbuh disepanjang garis lurus
tusukan

Mikroba/bakteri

Media
Mikroba Alam
Mikroba bawah meja
Mikroba di hot plate

Mikroba
Mikroba di lantai
di papan tulis

- MediaIII:
Mikroba alam kuadran I : dibawah meja, kuadran II: dilantai, kuadarn
dihot plate, kuadran IV : dipapan tulis
- Pada Kuadran III cenderung paling tipis karena hot palte menghasilkan
panas mampu membunuh bakteri.
- Pada kuadran I,II,dan IV cenderung lebih tebal atau banyak.
NB Steril dan NB non steril
Media

Pada gambar sebelah kiri yaitu NB steril dan sebelah


kanan NB non steril, NB steril lebih jernih dari pada non
Media
steril, NB non steril cenderung lebih keruh, hal ini
disebabkan NB non steril dimasukkan kultur bakteri murni
kedalamnya sedangkan dalam NB steril tidak dimasukan
Mikroba
bakteri.
F. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk mempelajari cara-cara pembuatan media dan syarat-syarat
yang dibutuhkan oleh suatu media untuk pertumbuhan mikroba, mempelajari macam-macam teknik
sterilisasi, mempelajari cara-cara pemindahan mikroba secara aseptis, mempelajari teknik-teknik
isolasi penanaman mikroba dan mengenal bermacam-macam mikroba di alam.
Dalam proses pembuatan media dan penanaman media dibutuhkan perlakuan atau teknik
sterilisasi dan teknik asptis. Teknik sterilisasi adalah langkah pemusnahan bentuk vegetatif dan
spora (Arisman, 2009). Sterilisasi adalah pemanasan pada suhu, waktu, dan tekanan tertentu.
Pemanasan pada sterilisasi biasanya pada suhu yang tinggi yaitu 121°C dengan tekanan 15 psi,
selama 10 detik atau pada suhu 134°C selama 1 detik (Soeparno, 2011).
Sedangkan, teknik aseptis didefinisikan sebagai prosedur kerja yang meminimalisasi
kontaminan mikroorganisme dan dapat mengurangi risiko paparan terhadap petugas (Oetari, 2018).
Teknik aseptik merupakan suatu cara atau teknik menggugurkan mikroorganisme dengan
menggunakan alat, bahan atau metode secara mikrobiologis agar terhindar dari kontaminasi (Harti,
2015).
Pada proses penanaman bakteri, juga diperlukan adanya kultur murni. Kultur murni atau biakan
murni merupakan bakteri yang berada dalam kondisi dormansi (istirahat) dan belum terkontaminasi
mikroorganisme lainnya. Awalnya, biakan murni perlu diaktifkan terlebih dahulu, yakni dengan
menyediakan kondisi lingkungan (suhu dan pH) yang optimal dan makanan yang dibutuhkan
(Warisno, 2009).
Dalam penanaman bakteri atau kultur murni diperlukan suatu media. Media merupakan substrat
atau dasar makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba. Selain itu yang dimaksud dengan
media adalah bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di atas atau di
dalamnya. Komponen dasar media biasanya telah disesuaikan dengan jenis nutrisi yang diperlukan
oleh mikroba tersebut (Lestari, 2017).
Media padat merupakan media cair dengan penambahan agar sebanyak 1,5-2% untuk
membentuk permukaan padatan gel yang keras. Media padat penting digunakan untuk isolasi
bakteri. Silica gel digunakan sebagai bahan yang dapat memadatkan untuk bakteri autotroph. Media
semi padat menggunakan agar dengan persentase lebih rendah , yakni 0,5 % untuk membentuk
permukaan yang lebih lembut. Media ini sesuai untuk pertumbuhan bakteri Croaerophilic. Contoh
media agar glukosa (beef extract 13 gm, pepton 5 gm, glukosa 5 gm), agar 15 gm dan buat menjadi
1 liter. Media agar nutrient (beef extract 3 gm, tripton 5 gm, agar 15 gm dan pH 7) (Istianah, 2018).
Media cair merupakan media berbentuk cairan yang tidak mengandung agar atau media
padatan yang lain. Media cair yang digunakan untuk menunjang pertumbuhan mikroorganisme
tersebut banyak jenisnya, diantaranya adalah lactose broth dengan komposisi beef extract 3 gm,
pepton 5 gm, laktosa 10 gm D/w = 1 liter, pH 6,8 – 7 ,0, dan promothymol blue sebagai indicator.
Media cair lain yang dapat digunakan adalah glucose peptone water, malt extract broth, Richard's
solution (untuk jamur), dsb (Istianah, 2018).
Media yang dipakai dalam praktikum ini yakni NA (Nutrient Agar) dan NB (Nutrient Broth).
NA sendiri merupakan polimer sulfat yang terutama terdiri dari D-galaktosa, 3,6-anhydro-L-
galactose, dan asam D-glukuronat biasanya diekstraksi dari ganggang merah. Sedangkan, NB
(Nutrient Broth) terdiri dari pepton (gelatin hydrolysate) 5 g/l, natrium klorida, yeast extract, beef
extract 3g/liter (Willey, Sherwood, dan Woolverton, 2011).
Untuk penanaman bakteri sangat penting untuk mengetahui macam-macam bakteri berdasarkan
salah satu faktor yang mempengaruhinya yakni oksigen. Berdasarkan kebutuhan oksigen bakteri
dibedakan menjadi bakteri anaerob, bakteri aerob, aerob obligat dan anaerob fakultatif.
Mikroorganisme yang menggunakan oksigen menghasilkan lebih banyak energy dari nutrien yang
diperoleh daripada mikroba yang tidak menggunakan oksigen (anaerob). Bakteri yang
membutuhkan oksigen untuk hidup disebut bakteri aerob obligat. Bakteri aerob obligat memiliki
kelemahan, yaitu oksigen sangat sedikit terlarut dalam media dan air dilingkungan bakteri tersebut.
Oleh sebab itu, kebanyakan bakteri aerob telah berkembang sehingga mempunyai kemampuan
untuk bertumbuh tanpa ada oksigen. Mikroorganisme seperti ini disebut anaerob fakultatif. Dengan
kata lain, bakteri anaerob fakultatif dapat menggunakan oksigen bila ada oksigen, tetapi dapat terus
bertumbuh dengan menggunakan pross fermentasi atau respirasi anaerob apabila oksigen tidak
cukup tersedia. Contoh bakteri anaerob fakultatif adalah esceria coli yang dapat ditemukan dalam
intestine manusia dan pada beberapa jenis ragi (Radji, 2009).
Pada praktikum, ditemukan bahwa semua bakteri yang ada pada media agar atau NA dan yang
ada pada media NB adalah bakteri anaerob fakultatif karena pada media NA, bakteri tersebut dapat
tumbuh. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang ada pada media NA dapat berkembang di kondisi
yang ada oksigen, hal ini juga terjadi pada bakteri yang ada di media NB, terlihat bahwa bakteri
pada media ini tersebar di seluruh media dari atas hingga dasar yang menunjukkan bahwa bakteri
ini masih dapat hidup meskipun didalam kondisi yang minim oksigen.
Proses penanaman atau isolasi mikroba diawali dengan pembuatan media. Media yang dibuat
pada percobaan terdiri dari media NA (Nutrient Agar) dan media NB (Nutrien Broth).
Total media NA yang dibutuhkan diuraikan sebagai berikut :
NA tegak = 10 ml
NA miring = 5 ml
Spread = 15 ml
Pour = 15 ml
Streak = 15 ml
Kontrol media = 15 ml +
Total media NA = 75 ml
≈ 80 ml (pembulatan bertujuan untuk mencegah kekurangan bahan selama
proses pencampuran dengan pemanasan di atas hot plate dan sisa
bahan dapat digunakan untuk pembuatan media untuk mikroba
alam)
Total media NB yang dibutuhkan diuraikan sebagai berikut :
NB steril = 8 ml
NB non steril = 8 ml +
Total media NB = 16 ml
≈ 20 ml (pembulatan bertujuan untuk mencegah kekurangan bahan selama
proses pencampuran dengan pemanasan di atas hot plate)
Karena pembuatan media dilakukan per meja maka, perhitungan untuk media menjadi :
NA = 80 ml x 2
= 160 ml
NB = 20 ml x 6 (maksud 6 yaitu terdapat 6 kelompok praktikum untuk 1 golongan)
= 120 ml
Dalam proses pembuatan Media NA dan NB diawali dengan penimbangan yang dilakukan.
Pada dasarnya berdasarkan prosedur kemasan media NA 28 gram larut dalam 1 liter aquadest
sehingga berdasarkan kebutuhan bahan pada saat proses praktikum dilakukan perhitungan sebagai
berikut :

28gram x
Kebutuhan bahan =

1000ml 160ml

= 4,48 gram
Setelah ditimbang, NA sejumlah 4,48 gram kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
dilarutkan dengan 160 ml aquadest kemudian magnetic stirrer dimasukan ke dalam erlenmeyer dan
di homogenkan di atas hot plate ditunggu sampai campuran berwarna kuning jernih dan dijaga agar
pada saat proses pencampuran campuran tidak dihasilkan buih berlebihan dan dijaga agar buih
tersebut tidak meluap dan tumpah.
Selain itu dilakukan juga pembuatan media NB. Berdasarkan kemasan, media NB 13 gram larut
dalam 1 liter air sehingga berdasarkan kebutuhan bahan dalam praktikum dilakukan perhitungan
yakni :

Kebutuhan bahan =
13 gram x

1000ml 120ml
= 1,56 gram
Setelah ditimbang, NB sejumlah 1,56 gram kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
dilarutkan dengan 160 ml aquadest kemudian magnetic stirrer dimasukan ke dalam erlenmeyer dan
di homogenkan di atas hot plate ditunggu sampai campuran berwarna kuning jernih dan dijaga agar
pada saat proses pencampuran campuran tidak dihasilkan buih berlebihan dan dijaga agar buih
tersebut tidak meluap dan tumpah.
Setelah tercampur homogen maka masing-masing media dipindahkan ke tabung reaksi. Untuk
media NA diambil 5 ml dan ditaruh ke tabung reaksi, 10 ml untuk NA tegak, 15 ml untuk teknik
spread, 15 ml untuk teknik pour, 15 ml untuk teknik streak, 15 ml untuk kontrol media, dan sisanya
untuk pengamatan mikroba alam. Untuk media NB sendiri masing-masing kelompok kecil
membuat dua yakni NB steril 8 ml dan NB non steril 8 ml. Setelah dimasukan ke tabung reaksi lalu
ditutup dengan penutupnya namun tidak terlalu dikencangkan kemudian di autoklaf.
Tujuan dilakukan autoklaf pada awal percobaan ini yaitu untuk menghilangkan atau
mengurangi mikroba yang tidak diinginkan pada bahan pembawa (sterilisasi). Setelah penanaman
bakteri maka media yang telah berisi bakteri juga harus dimasukan kedalam autoklaf kembali hal ini
bertujuan untuk membunuh bakteri yang ada, sehingga bakteri tidak dapat tumbuh kembali dan
tidak mencemari lingkungan disekitar. Sterilisasi bahan pembawa merupakan tahap yang harus
dilakukan sebelum penginokulasian. Metode sterilisasi diperlukan agar bahan pembawa tidak
mengalami kerusakan yang dapat mempengaruhi viabilitas inokulan. Tujuan dari pembasmian pada
akhir praktikum yaitu untuk membunuh mikroorganisme sehingga mengakibatkan media yang telah
digunakan benar-benar steril tidak tersisa bakteri, sebab jika tidak dilakukannya pembasmian maka
akan mengakibatkan dampak yang merugikan seperti timbulnya penyakit. Metode sterilisasi bahan
pembawa yang umum digunakan adalah metode fisik yaitu meliputi pemanasan, pengeringan dan
radiasi. Metode sterilisasi pemanasan (panas lembab) biasanya menggunakan autoklaf yang
memanfaatkan panas dalam suatu ruangan bertekanan dengan temperatur 121°C selama 60 menit.
Autoklaf memiliki kekurangan yaitu menimbulkan kerusakan sifat kimia bahan pembawa dan
menghasilkan unsur beracun (Ishak, 2017).
Setelah diautoklaf maka penanaman media dapat dilakukan. Untuk teknik penanaman media
sendiri terdiri dari 3 teknik yaitu spread plate method, pour plate method, dan streak plate method.
Spread plate method adalah suatu metode penanaman bakteri yang dilakukan dengan cara
sampel yang diencerkan pertama-tama ditempatkan di tengah media agar padat yang telah dingin
yang kemudian disebarkan secara merata di atas permukaan medium dengan batang bengkok yang
steril sehingga setelah inkubasi, koloni terbentuk pada permukaan agar (Black dan Black, 2015).
Pada spread plate method ini diawali dengan pengenceran. Pengenceran dilakukan dengan
tujuan untuk memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan.
Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung pada perkiraan jumlah mikroba
dalam sampel. Digunakan perbandingan 1:9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan
selanjutnya, sehingga pengenceran selanjutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisme dari
pengenceran sebelumnya. Pada praktikum, dilakukan pengenceran 10-1 dan hasilnya didapatkan
jumlah koloni bakteri yang besar karena berdasarkan teori, semakin banyak pengenceran maka
jumlah mikroba berkurang (Yunita, Hendrawan dan Yulianingsih, 2015).
Pengenceran dilakukan dari 10-1 sampai 10-6.. Pengenceran dilakukan perkelompok kecil dimana
kelompok pertama mencampurkan 1 ml kultur murni bakteri dengan 9 ml larutan pengencer (BPW)
kemudian divortex. BPW (Buffered Peptone Water) secara spesifik ditujukan untuk mengurangi
kadar pH yang mungkin terjadi pada proses pertumbuhan bakteri selama diinkubasi atau ketika
nutrisi yang mengandung asam ditambahkan kedalam media (Adams dan Mess, 2009).
Selanjutnya hasil pengenceran 10-1 tersebut diencerkan lagi oleh kelompok kedua dengan
mengambil 1 ml campuran dalam 10-1 tadi kemudian dicampurkan dengan 9 ml BPW lagi dan di
vortex. Hal yang sama dilakukan seterusnya sampai pengenceran 10-6 oleh kelompok 6.
Menambahkan 1 ml bakteri ke 9 ml larutan pengencer membuat pengenceran 1:10,
menambahkan 1 ml pengenceran 1:10 ke 9 ml air steril membuat pengenceran 1:100 dan
seterusnya. Jumlah bakteri per mililiter cairan berkurang 9/10 dalam setiap pengenceran.
Pengenceran berikutnya dibuat dalam rasio 1:1000, 1:10.000, 1: 100.000, 1: 1.000.000 atau bahkan
1: 10.000.000, jika kultur aslinya mengandung sejumlah besar organisme (Black dan Black, 2015).

(Black dan Black, 2015).


-1
Dari gambar menunjukan bahwa pengencenceran 10 berarti jika misalnya jumlah bakteri awal
yang diambil berjumlah 50.000 bakteri/ml maka akan berkurang menjadi 1/10 dari 50.000 yakni
menjadi 5.000 bakteri/ml begitu juga seterusnya untuk pengenceran 10 -2 sampai 10-6 yang
menghasilkan jumlah bakteri semakin sedikit (Black dan Black, 2015).
Setelah pengenceran dilakukan maka dari hasil pengenceran 10-6 diambil 0,1 ml kemudian
dituangkan ke media NA yang telah memadat dalam cawan petri dimana dilakukan secara aseptis
dengan membakar leher tabung terlebih dahulu dan kemudian spreader yang telah diberi alkohol
digunakan untuk meratakan bakteri yang telah dituang kemudian siap untuk diinkubasi (Black dan
Black, 2015).
Berdasarkan praktikum ini, hasil yang didapatkan yakni bakteri pada pengenceran 10-1 lebih
banyak, hal ini dibuktikan dengan warna yang keruh dan tersebar merata, sedangkan bakteri pada
pengenceran 10-2 semakin berkurang atau warna semakin bening begitu juga seterusnya sampai
bakteri dengan pengenceran 10-6. Hal ini sesuai dengan teori yakni semakin kecil konsentrasi zat
maka bakteri yang berada di dalamnya juga semakin sedikit dan sebaliknya.
Metode kedua yaitu pour plate method. Pour plate method adalah suatu teknik dimana volume
kecil dari beberapa sampel encer dicampur dengan agar cair yang telah didinginkan hingga sekitar
45°C dan campuran tersebut kemudian dituangkan segera ke dalam cawan petri steril (Willey,
Sherwood, dan Woolverton, 2014).
Metode ini diawali dengan media NA yang didinginkan atau dihangatkan terlebih dahulu
kemudian dituangkan ke dalam cawan petri kemudian 1 ml kultur bakteri murni dituang ke dalam
cawan petri dan digoyangkan perlahan membentuk angka delapan sampai tercampur rata kemudian
setelah rata dan memadat, diinkubasikan selama 24 jam secara terbalik dan dilakukan pengamatan.
Pada proses pengamatan terlihat bahwa campuran dalam cawan petri membentuk kumpulan
bakteri yang tumbuh di atas permukaan. Hal ini dikarenakan begitu media agar mendingin,
membeku, dan diinkubasi, koloni akan berkembang baik di dalam media maupun di permukaannya.
Sel-sel yang tersuspensi dalam agar yang meleleh selama persiapan dapat mengalami kerusakan
panas dan kemudian mereka tidak akan membentuk koloni sehingga yang tumbuh di dalam agar
akan membentuk koloni yang lebih kecil daripada yang tumbuh di permukaan (Black and Black,
2015).
Pada hasil pengamatan bakteri dengan pour plate di praktikum ini, didapatkan bahwa bakteri
muncul di permukaan namun campuran yang dibuat tidak memadat sampai ke tepi. Hal ini
dikarenakan pada saat pencampuran tidak digoyangkan dan dicampurkan dengan merata.
Metode terakhir yaitu streak plate method. Metode ini adalah teknik penanaman dimana dalam
teknik ini, loop atau jarum inokulasi steril (needle) digunakan untuk menyebarkan inokulum atau
bakteri murni melintasi permukaan media padat dalam cawan petri (Bauman, 2009).
Metode ini diawali dengan pemanasan jarum ose di dekat bunsen sampai memijar kemudian 1
ose biakan murni diambil dan digoreskan pada permukaan media agar yang telah dipadatkan dalam
cawan petri. Proses streak dilakukan dengan menggores ose melewati 3 kuadran (bentuk T)
berbentuk zig-zag yang telah dibagi sebelumnya. Dalam teknik ini, sel-sel digores dari tepi cawan
petri sampai semua bagian kuadran satu digores. Setelah sektor pertama (kuadran pertama) digores,
jarum ose disterilkan dan inokulum untuk sektor kedua diperoleh dari sektor pertama. Proses serupa
diikuti untuk menggores sektor ketiga (Willey, Sherwood, dan Woolverton, 2014).
Penggoresan dalam metode streak dapat dilakukan dengan prinsip sebagai berikut :

Dari gambar, untuk memudahkan dalam melakukan streak setelah melakukan streak pada
kuadran pertama, maka cawan petri diputar 90° dan kemudian dari hasil streak yang pertama
disambung untuk membuat streak yang kedua. Hal yang sama dilakukan sampai semua kuadran
terpenuhi. Penggoresan yang dilakukan harus menyambung atau tidak terputus-putus sehingga akan
terbentuk sel-sel yang tumbuh menjadi koloni pada goresan tersebut (Cappuccino dan Sherman,
2011).
Berdasarkan hasil pengamatan yang di dapat, pola zig-zag yang terlihat cukup jelas terlihat.
Pola zig-zag pada kuadran pertama terlihat lebih jelas karena kuadran satu merupakan goresan awal
sehingga mengandung banyak mikroba (bakteri) dibandingkan kuadran dua dan tiga.
Pada pratikum ini setelah selesai penanaman, maka akan diinkubasi. Pada dasarnya
mikroorganisme menujukkan kisaran suhu yang luas untuk pertumbuhannya. Akan tetapi, untuk
sebagian besar yang digunakan, pertumbuhan optimal terjadi pada suhu 37°C dalam waktu 18
sampai dengan 24 jam (1 hari) sehingga inkubasi biasanya dilakukan dengan suhu dan waktu seperti
itu. Inkubasi untuk media NA dilakukan dengan cara cawan petri ditumpuk dan ditaruh dalam
keadaan terbalik dengan tujuan mencegah kondensasi air menetes ke permukaan media biakan. Hal
ini dikarenakan kelembapan berlebih yang akan dihasilkan dapat menjadi pembawa untuk
penyebaran mikroorganisme pada permukaan media biakan sehingga menghasilkan pertumbuhan
mikroba yang menyatu dan bukan terpisah (Cappucino dan Sherman, 2009).
Selain menggunakan cawan petri (plate method) digunakan juga tabung reaksi. Dalam
pembuatan atau penanaman dengan media NB, terdapat NB steril dan NB non steril. Berdasarkan
hasil pengamatan NB nonsteril memiliki warna lebih keruh dibandingkan NB steril karena pada NB
non steril dimasukkan mikroba ke dalamnya sedangkan dalam NB steril tidak dimasukkan mikroba.
Dengan hasil ini menunjukan bahwa pengerjan dilakukan secara aseptis dan steril sehingga NB
steril tidak terkontaminasi. Media NB sendiri memiliki bentuk yang cair yang berbeda dengan NA
yang dapat memadat.
Pada percobaan terdapat NA tegak dan NA miring. NA miring biasanya digunakan untuk kultur
atau sub kultur karena NA yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba yang tidak selektif dan
mudah untuk bakteri aerob dan anaerob fakultatif. Selain itu NA miring memiliki luas permukaan
yang lebih luas untuk pertumbuhan dibandingkan dengan agar tegak sehingga lebih baik untuk
digunakan dalam kultur bakteri. NA tegak sendiri lebih sering digunakan untuk mengatasi atau
membantu pertumbuhan mikroba dalam keadaan kekurangan oksigen (Radji, 2009).
Berdasarkan data percobaan NB non steril termasuk bakteri anaerob fakultatif dimana bakteri
tersebar merata (tercampur pada bagian tengah) sehingga warna menjadi keruh. NA tegak berbentuk
filiform karena bakteri tumbuh di sepanjang garis lurus tusukan. NA miring berbentuk filiform
karena bakteri tumbuh di sepanjang garis zig-zag yang dibuat dan karena pertumbuhannya seperti
benang dan berkesinambungan dengan tepian halus (Cappuccino dan Sherman, 2009).
Untuk mengetahui tingkat kebersihan dan keberhasilan suatu percobaan terhindar dari
kontaminasi maka dibuat juga suatu kontrol media. Kontrol media pada dasarnya dibuat sebagai
perbandingan dengan hasil-hasil penanaman mikroba yang dilakukan. Berdasarkan hasil praktikum,
di dapatkan bahwa kontrol media ditumbuhi oleh mikroba sehingga dapat disimpulkan bahwa
kontrol media telah terkontaminasi. Hal ini diakibatkan selama pengerjaan terdapat kesalahan yang
dilakukan atau lingkungan yang tidak aseptis. Kesalahan yang terjadi seperti cawan petri yang
dibuka terlalu lebar pada saat pemasukkan media dan diletakkan terlalu jauh dari bunsen dan
kesalahan lainnya. Jika kontrol media terkontaminasi, menunjukkan bahwa pekerjaan yang
dilakukan kurang aseptis sehingga kemungkinan cawan petri lainnya tercemar juga cukup besar.
Pada percobaan ini, dilakukan juga pengamatan mikroba alam. Berdasarkan hasil percobaan
kuadran III paling tipis karena berasal dari hot plate sehingga panas yang dihasilkan dapat
membunuh beberapa bakteri sedangkan mikroba paling tebal (banyak) berada pada kuadran I dan
IV.

G. KESIMPULAN

Media kultur adalah media nutrisi yang disiapkan untuk menumbuhkan bakteri di dalam skala
laboratorium. Media kultur yang baik yaitu media yang dapat menyediakan energi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan bakteri, media harus mengandung sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, dan
faktor pertumbuhan organik, media juga harus dijaga kelembapannya, pH harus sesuai, kadar
oksigen cukup baik, harus steril dan tidak mengandung mikroorganisme lain, serta media diinkubasi
pada suhu tertentu. Karena bekerja dengan menggunakan bakteri maka diperlukan sterilisasi dan
teknik aseptis. Sterilisasi yaitu suatu teknik yang digunakan untuk mencegah terjadinya kontaminasi
atau pencemaran. Teknik sterilisasi terdiri dari sterilisasi dengan pemanasan kering, sterilisasi
dengan pemanasan basah dan sterilisasi dengan bahan kimia. Dalam proses pemindahan mikroba
harus dilakukan secara aseptis, dimana penggunaan bunsen sangat diperlukan untuk jarum yang
digunakan, untuk leher tabung dan cawan petri. Selain itu penggunaan alkohol juga penting untuk
menjaga keaseptisan. Dalam proses penanaman bakteri terdapat beberapa teknik yang dapat
digunakan yaitu spread plate method, pour plate method, dan streak plate method. Dalam proses
penanaman dibuat juga suatu kontrol media untuk membandingkan atau menunjukan keaseptisan
dalam bekerja. Jika kontrol media mengandung bakteri berarti pengerjaan yang dilakukan kurang
aseptis atau terkontaminasi, terjadinya kontaminasi diakibatkan karena pada dasarnya terdapat
banyak sekali mikroba yang ada di alam.

H. DAFTAR PUSTAKA

Adams, R.M., Mess, M.O. 2009. Food Microbiology : The Royal Society.
Arisman. 2009. Keracunan Makanan : Buku Ajar Ilmu Gizi : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Bauman, W.R. 2009. Microbiology With Diseases by Body System Ed. 2nd : Pearson Benjamin
Cummings.
Cappucino, G.J., Sherman, N. 2009. Manual Laboratorium Mikrobiologi (Microbiplogy : A
Laboratory Manual) Ed 8th : Buku Kedokteran EGC.
Cappucino, G. J., Sherman, N.,2011. Microbiology A Laboratory Manual Ed. 9th: Pearson
Benjamin Cummings.
Harti, A.S. 2015. Mikrobiologi Kesehatan : ANDI.
Istianah, N., Wardani, A, K., Heppy, F. 2018. Teknologi Bioproses : Universitas Brawijaya Press.
Lestari, P, B., Hartati, T, W. 2017. Mikrobiologi Berbasis Inkuiry : Gunung Samudera.
Murdinah., Apriani, S, N, K., Nurhayati., Subaryono. 2012. Membuat Agar dari Rumput Laut
Gracilaria Sp.: Penebar Swadaya.
Nurrobifahmi., Anas, I., Setiadi, Y., Ishak. 2017. Pengaruh Metode Sterilisasi Radiasi Sinar
Gamma Co-60 dan Autoklaf Terhadap Bahan Pembawa, Viabilitas Spora dan Ketersediaan Fe,
Mn, dan Zn .Universitas Bioteknologi IPB. 4 (1), 1-8.
Oetari, RA. 2018. Teknik Aseptis : Gadjah Mada University Press.
Portoroz. 1st World Congress on Electroporation and Pulsed Electric Fields in Biology, Medicine
and Food & Environmental Technologies : Spinger.
Radji, M. 2009. Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi Kedokteran : Buku Kedokteran EGC.
Sastrahidaya, R.I. 2014. Medium Buatan untuk Penelitian Penyakit Tumbuhan di Laboratorium :
UB Press.
Slonczewski, L.J., Foster, J.W. 2009. Microbiology An Evolving Science : W.W. Norton.
Soeparno., Rihastuti, R.A., Indratiningsih., Triatmojo, S. 2011. Dasar Teknologi Hasil Ternak :
Universitas Gadjah Mada Press.
Suyantono, S. 2010. Kultur Jaringan Tanaman Skla Rumah Tangga : Lily Publisher.
Warisno, S., Dahana, K. 2009. Inspirasi Usaha Membuat Aneka Nata : Agro Media Pustaka.
Willey, M.J., Sherwood, L.M., Woolverton, C.J., 2011. Prescott’s Microbiology : Mc Graw Hill
Education.
Yunita, M., Hendrawan, Y., Yulianingsih,R. 2015. Analisis Kuantitatif Mikrobiologi Pada Makanan
Penerbangan Garuda Indonesia Berdasarkan TPC dengan Metode Pour Plate : Universitas
Brawijaya. 3(3), 237-248.

I. PERTANYAAN-PERTANYAAN DISKUSI
1. Apa fungsi media agar pada media pertumbuhan?
Jawab : Media padat merupakan media cair dengan penambahan agar sebanyak 1,5 sampai
2% permukaan padatan gel yang keras. Media padat penting digunakan untuk
isolasi bakteri. Silika gel digunakan sebagai bahan yang dapat memadatkan untuk
bakteri autotroph (Istianah, 2018). Bakto agar merupakan produk agar yang
digunakan secara luas sebagai media pertumbuhan bakteri untuk pengujian maupun
isolasi bakteri. Bakto agar biasa digunakan dalam kultur bakteri patogen maupun
non patogen. Tidak mudah dicerna oleh bakteri serta memiliki kekuatan gel yang
baik, elastis, jernih, dan stabil sehingga sesuai untuk media pertumbuhan bakteri
(Murdinah, 2012).
2. Mengapa pada waktu inkubasi cawan petri harus diletakkan terbalik?
Jawab : Inkubasi dalam keadaan terbalik dengan tujuan mencegah kondensasi air menetes ke
permukaan media biakan. Hal ini dikarenakan kelembapan berlebih yang akan
dihasilkan dapat menjadi pembawa untuk penyebaran mikroorganisme pada
permukaan media biakan sehingga menghasilkan pertumbuhan mikroba yang
menyatu dan bukan terpisah (Cappucino dan Sherman, 2009).
3.Jelaskan prinsip dasar dan tujuan teknik isolasi mikroba secara streak plate, pour plate, dan
spread plate!
Jawab : 1. Metode cawan gores (streak plate method)
Prinsip menggoreskan sejumlah suspensi sampel pada permukaan media
lempeng agar menggunakan jarum inokulasi secara aseptik, lalu diinkubasi.
2. Metode cawan tuang (pour plate method)
Prinsip mencampur sejumlah suspensi bahan atau seri pengenceran pada media
agar yang dicairkan, beda cawan petri steril secara aseptik, biarkan padat,
lantas diinkubasi.
3. Metode perataan (spread plate method)
Prinsip meratakan sejumlah suspensi sampel atau biakan
pada permukaan lempeng agar menggunakan kapas lidi
steril atau spatel drigalski. Metode ini digunakan untuk uji
sensitifitas mikroorganisme agensia kimia (Harti, 2015).
4. Apa yang dimaksud dengan kultur murni/biakan murni?
Jawab : Biakan murni merupakan bakteri yang berada dalam kondisi dormansi (istirahat)
dan belum terkontaminasi mikroorganisme lainnya. Awalnya, biakan murni perlu
diaktifkan terlebih dahulu, yakni dengan menyediakan kondisi lingkungan (suhu
dan pH) yang optimal dan makanan yang dibutuhkan (Warisno, 2009).
5. Bagaimana teknik penggoresan yang benar pada teknik isolasi secara streak plate agar
supaya didapatkan koloni bakteri terpisah?
Jawab : Teknik penggoresan yang benar agar didapatkan koloni bakteri terpisah adalah
dengan cara metode kuadran, yaitu dengan melakukan streak pada kuadran pertama,
kemudian cawan petri diputar 90 derajat dan dari hasil streak yang pertama
disambung untuk membuat streak yang kedua. Hal yang sama dilakukan sampai
semua kuadran terpenuhi. Penggoresan yang dilakukan harus menyambung atau
tidak terputus sehingga akan terbentuk sel sel yang tumbuh menjadi koloni pada
goresan tersebut (Cappuccino dan Sherman, 2011).

6. Kapan fiksasi dilakukan dalam pengecatan bakteri? Apa tujuan dilakukan fiksasi dalam
tahapan pengecatran bakteri?
Jawab : Fiksasi pada dasarnya dilakukan sebelum bakteri diwarnai. Tujuan fiksasi yaitu
mencegah terjadinya otolisis dengan menginaktifkan enzim-enzim lisomal dan
menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur dan juga untuk menstabilkan sel dan
jaringan dari kerusakan pada tahap berikutnya yakni tahap pengecatan atau
pewarnaan (Sastrahidaya, 2014).

DAFTAR PUSTAKA DISKUSI


Cappucino, G.J., Sherman, N. 2009. Manual Laboratorium Mikrobiologi (Microbiplogy : A
Laboratory Manual) Ed 8th : Buku Kedokteran EGC.
Harti, A.S. 2015. Mikrobiologi Kesehatan : ANDI.
Murdinah., Apriani, S, N, K., Nurhayati., Subaryono. 2012. Membuat Agar dari Rumput Laut
Gracilaria Sp.: Penebar Swadaya.
Sastrahidaya, R.I. 2014. Medium Buatan untuk Penelitian Penyakit Tumbuhan di Laboratorium :
UB Press.
Warisno, S., Dahana, K. 2009. Inspirasi Usaha Membuat Aneka Nata : Agro Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai