Acara Ii
Acara Ii
Acara Ii
MIKROBIOLOGI
ACARA II
DASAR-DASAR TEKNIK
MIKROBIOLOGI
Disusun oleh :
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
ACARA II
A. TUJUAN
1. Mempelajari cara pembuatan media dan syarat-syarat yang dibutuhkan oleh suatu media untuk
pertumbuhan mikroba
2. Mempelajari macam macam teknik sterilisasi
3. Mempelajari cara-cara pemindahan mikroba secara aseptis
4. Mempelajari teknik-teknik isolasi pada penanaman mikroba
5. Mengenal bermacam-macam mikroba di alam
B. TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang tetapi dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Dalam penyebarannya,
mikroorganisme dapat ditemukan hampir di setiap tempat. Mikroorganisme terdiri atas bakteri,
fungi, protozoa, alga mikroskopik, dan virus (Radji, 2009).
Pada lingkungan alam, populasi mikroba tidak memisahkan diri dengan spesies tetapi
bercampur dengan campuran jenis sel lainnya. Di laboratorium, populasi ini dapat dipisahkan
menjadi kultur murni. Kultur-kultur ini mengandung satu jenis organisme dan cocok untuk studi
tentang kultur, morfologis, dan biokimia (Cappucino dan Sherman, 2011).
Untuk membuat suatu kultur murni bakteri dibutuhkan sebuah kultur media. Kultur media
adalah suatu bahan baik padat atau cair yang digunakan untuk pertumbuhan, proses transport
bakteri dan penyimpanan mikroorganisme. Oleh karena itu, untuk pertumbuhan bakteri yang lebih
efektif, medium harus mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk
pertumbuhan. Media khusus sangat penting dalam isolasi dan identifikasi mikroorganisme,
pengujian sensitivitas antibiotik, analisis air dan makanan, mikrobiologi industri, dan kegiatan
lainnya. Meskipun mikroorganisme membutuhkan sumber energi dan nutrisi makro dan mikro,
komposisi tepat dari media yang memuaskan tergantung pada spesies yang dibudidayakan karena
beragamnya kebutuhan nutrisinya (Willey, Sherwood, dan Woolverton, 2014).
Media kultur pada dasarnya harus mengandung sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, dan
faktor pertumbuhan organik. Sejumlah bakteri yang diinokulasikan pada sebuah media pembenihan
disebut inokulum sedangkan bakteri yang tumbuh dan berkembang biak dalam media perbenihan
disebut biakan bakteri (Radji, 2009).
Pada dasarnya berdasarkan komposisinya media terdiri dari media sintetik dan nonsintetik
(kompleks). Media di mana semua komponen kimia dikenal adalah media sintetik. Media ini sering
digunakan untuk kultur fotoautotrof seperti cyanobacteria dan protista fotosintesis. Mikroba ini
menggunakan CO2 sebagai sumber karbon dan cahaya sebagai sumber energi. Dengan demikian
mereka dapat ditanam pada media yang mengandung natrium karbonat atau bikarbonat, nitrat atau
amonia sebagai sumber nitrogen, sulfat, fosfat, dan mineral lainnya. Organisme ini menggunakan
molekul organik sebagai sumber energi dan karbon. Sehingga sering digunakan untuk mengetahui
proses metabolisme mikroorganisme. Media yang mengandung beberapa komposisi bahan kimia
yang tidak diketahui adalah media yang kompleks. Media ini dapat memenuhi semua kebutuhan
nutrisi dari berbagai mikroorganisme. Selain itu, media kompleks sering dibutuhkan karena
kebutuhan nutrisi mikroorganisme tertentu tidak diketahui. Media kompleks juga digunakan untuk
penanaman mikroba dan untuk mikroba dengan kebutuhan nutrisi atau kultur yang rumit (Willey,
Sherwood, dan Woolverton, 2014).
Berdasarkan komposisinya media dibagi menjadi media cair dan media padat. Media cair
biasanya digunakan untuk memeriksa kinetika pertumbuhan dan biokimia mikroba pada fase
pertumbuhan yang berbeda. Sedangkan media padat (agar) biasanya berguna untuk memisahkan
campuran organisme yang berbeda yang ditemukan di lingkungan alami atau spesimen klinis
(Slonczewski dan Foster, 2009).
Media yang dipakai dalam praktikum contohnya NA (Nutrient Agar) dan NB (Nutrient Broth).
NA sendiri merupakan polimer sulfat yang terutama terdiri dari D-galaktosa, 3,6-anhydro-L-
galactose, dan asam D-glukuronat biasanya diekstraksi dari ganggang merah. Sedangkan, NB
(Nutrient Broth) terdiri dari pepton (gelatin hydrolysate) 5 g/l, natrium klorida, yeast extract, beef
extract 3g/liter (Willey, Sherwood, dan Woolverton, 2011).
Media yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri pada dasarnya harus memenuhi beberapa
syarat yaitu harus mengandung nutrisi yang tepat untuk bakteri spesifik yang akan dibiakkan,
kelembapan harus cukup, pH sesuai, kadar oksigen cukup baik, media pembenihan harus steril dan
tidak mengandung mikroorganisme lain, serta media diinkubasi pada suhu tertentu. Media yang
baik, biasanya mengandung sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, dan faktor pertumbuhan
organik (Radji, 2009).
Teknik-teknik yang dapat dilkukan dalam proses penanaman atau proses kultur bakteri terdiri
dari streak plate method, pour plate method, dan spread plate method. Streak plate method adalah
teknik penanaman dimana dalam teknik ini, loop atau jarum inokulasi steril (needle) digunakan
untuk menyebarkan inokulum atau bakteri murni melintasi permukaan media padat dalam cawan
petri (Bauman, 2009).
Pour plate method adalah suatu teknik dimana volume kecil dari beberapa sampel encer
dicampur dengan agar cair yang telah didinginkan hingga sekitar 45°C dan campuran tersebut
kemudian dituangkan segera ke dalam cawan petri steril (Willey, Sherwood, dan Woolverton,
2014).
Spread plate method dilakukan dengan cara sampel yang diencerkan pertama-tama ditempatkan
di tengah media agar padat yang telah dingin dingin yang kemudian disebarkan secara merata di
atas permukaan medium dengan batang bengkok yang steril sehingga setelah inkubasi, koloni
terbentuk pada permukaan agar (Black dan Black, 2015).
Dalam proses pembuatan media dan penanaman media dibutuhkan perlakuan atau teknik
sterilisasi dan teknik asptis. Teknik sterilisasi adalah langkah pemusnahan bentuk vegetatif dan
spora (Arisman, 2009). Sterilisasi adalah pemanasan pada suhu, waktu, dan tekanan tertentu.
Pemanasan pada sterilisasi biasanya pada suhu yang tinggi yaitu 121°C dengan tekanan 15 psi,
selama 10 detik atau pada suhu 134°C selama 1 detik (Soeparno, 2011).
Teknik sterilisasi terdiri dari :
1. Sterilisasi dengan pemanasan kering, digunakan untuk alat-alat gelas dan peralatan yang terbuat
dari logam atau bahan lain yang tidak mudah rusak dalam temperatur tinggi. Biasanya metode
ini dilakukan dengan menggunakan oven pengering pada temperatur 160°C selama 4 jam. Alat-
alat yang akan disterilisasi dibungkus dengan alumunium foil sebelum dimasukkan ke dalam
oven.
2. Sterilisasi dengan pemanasan basah, biasanya menggunakan autoklaf yang bekerja dengan
tekanan uap dengan temperatur 121°C selama 15-20 menit.
3. Sterilisasi dengan bahan kimia, merupakan metode sterilisasi sederhana dengan alkohol 70% ,
biasanya dilakukan dengan melap permukaan meja kerja dengan alkohol (Suyantono, 2010).
Teknik aseptis sendiri didefinisikan sebagai prosedur kerja yang meminimalisasi kontaminan
mikroorganisme dan dapat mengurangi risiko paparan terhadap petugas (Oetari, 2018).
C. SKEMA KERJA
Media NA yang selesai diautoklaf dituang ke dalam cawan petri, sebelum dituang
cawan petri diberi tanda atau dibagi menjadi empat kuadran dengan spidol di luarnya
↓
Media NA yang dituang ditunggu sampai memadat
↓
Dengan cotton bud yang telah dicelupkan ke etanol bakteri di alam (di bawah meja, di
papan, di hot plate, di lantai) di ambil kemudian diletakkan pada permukaan media
↓
Kemudian diinkubasikan secara terbalik pada suhu kamar selama 24 jam dan
pertumbuhannya diamati
NA 15 ml dalam tabung reaksi yang telah di autoklaf dibuka tutupannya dan leher
tabung dibakar di lampu bunsen
↓
Cawan petri di dekatkan ke lampu bunsen sehingga terhindar dari kontaminasi
↓
Cawan petri dibuka namun tidak terlalu lebar dan NA dalam tabung reaksi dituang ke
dalam cawan petri
↓
Kemudian diinkubasikan secara terbalik pada suhu kamar selama 24 jam dan
pertumbuhannya diamati
↓
Pembuatan kontrol media sebisa mungkin dihindarkan dari kontaminan dan dilakukan
secara aseptis
b. Bahan-bahan
1. Media Nutrient Agar (NA)
2. Media Nutrient Broth (NB)
3. Aquadest
4. Larutan pengencer (BPW)
5. Kultur bakteri murni
E. HASIL PENGAMATAN
Mikroba/bakteri
Pour Plate Method
Bakteri tersebar cukup merata di
permukaan media, namun karena
penggoyangan atau pencampuran tidak
merata campuran bakteri dan media
tidak sampai ke tepi.
Mikroba/bakteri
Media
Kontrol Media
Pada gambar terlihat bahwa kontrol media
terkontaminasi, hal ini menujukkan bahwa pengerjaan
kurang aseptis. Karena control media sebagai
pembanding terhadap pekerjaan yang dilkukan maka
kemungkinan besar cawan petri lainnya juga
terkontaminasi.
Media
Mikroba/bakteri
Spread 10-1
Mikroba/bakteri
Media
Media
Media
Media
Media
-Bakteri tumbuh lebih banyak dari pengenceran 10-6
- Terdapat kontaminan
- Media memiliki warna kuning jernih
- Bakteri berwarna putih susu
-Bakteri tumbuh menyebar pada permukaan
Spread 10-6
Mikroba/bakteri
Media
Mikroba/bakteri
Media
NA tegak
Bakteri tumbuh disepanjang garis lurus
tusukan
Mikroba/bakteri
Media
Mikroba Alam
Mikroba bawah meja
Mikroba di hot plate
Mikroba
Mikroba di lantai
di papan tulis
- MediaIII:
Mikroba alam kuadran I : dibawah meja, kuadran II: dilantai, kuadarn
dihot plate, kuadran IV : dipapan tulis
- Pada Kuadran III cenderung paling tipis karena hot palte menghasilkan
panas mampu membunuh bakteri.
- Pada kuadran I,II,dan IV cenderung lebih tebal atau banyak.
NB Steril dan NB non steril
Media
28gram x
Kebutuhan bahan =
1000ml 160ml
= 4,48 gram
Setelah ditimbang, NA sejumlah 4,48 gram kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
dilarutkan dengan 160 ml aquadest kemudian magnetic stirrer dimasukan ke dalam erlenmeyer dan
di homogenkan di atas hot plate ditunggu sampai campuran berwarna kuning jernih dan dijaga agar
pada saat proses pencampuran campuran tidak dihasilkan buih berlebihan dan dijaga agar buih
tersebut tidak meluap dan tumpah.
Selain itu dilakukan juga pembuatan media NB. Berdasarkan kemasan, media NB 13 gram larut
dalam 1 liter air sehingga berdasarkan kebutuhan bahan dalam praktikum dilakukan perhitungan
yakni :
Kebutuhan bahan =
13 gram x
1000ml 120ml
= 1,56 gram
Setelah ditimbang, NB sejumlah 1,56 gram kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
dilarutkan dengan 160 ml aquadest kemudian magnetic stirrer dimasukan ke dalam erlenmeyer dan
di homogenkan di atas hot plate ditunggu sampai campuran berwarna kuning jernih dan dijaga agar
pada saat proses pencampuran campuran tidak dihasilkan buih berlebihan dan dijaga agar buih
tersebut tidak meluap dan tumpah.
Setelah tercampur homogen maka masing-masing media dipindahkan ke tabung reaksi. Untuk
media NA diambil 5 ml dan ditaruh ke tabung reaksi, 10 ml untuk NA tegak, 15 ml untuk teknik
spread, 15 ml untuk teknik pour, 15 ml untuk teknik streak, 15 ml untuk kontrol media, dan sisanya
untuk pengamatan mikroba alam. Untuk media NB sendiri masing-masing kelompok kecil
membuat dua yakni NB steril 8 ml dan NB non steril 8 ml. Setelah dimasukan ke tabung reaksi lalu
ditutup dengan penutupnya namun tidak terlalu dikencangkan kemudian di autoklaf.
Tujuan dilakukan autoklaf pada awal percobaan ini yaitu untuk menghilangkan atau
mengurangi mikroba yang tidak diinginkan pada bahan pembawa (sterilisasi). Setelah penanaman
bakteri maka media yang telah berisi bakteri juga harus dimasukan kedalam autoklaf kembali hal ini
bertujuan untuk membunuh bakteri yang ada, sehingga bakteri tidak dapat tumbuh kembali dan
tidak mencemari lingkungan disekitar. Sterilisasi bahan pembawa merupakan tahap yang harus
dilakukan sebelum penginokulasian. Metode sterilisasi diperlukan agar bahan pembawa tidak
mengalami kerusakan yang dapat mempengaruhi viabilitas inokulan. Tujuan dari pembasmian pada
akhir praktikum yaitu untuk membunuh mikroorganisme sehingga mengakibatkan media yang telah
digunakan benar-benar steril tidak tersisa bakteri, sebab jika tidak dilakukannya pembasmian maka
akan mengakibatkan dampak yang merugikan seperti timbulnya penyakit. Metode sterilisasi bahan
pembawa yang umum digunakan adalah metode fisik yaitu meliputi pemanasan, pengeringan dan
radiasi. Metode sterilisasi pemanasan (panas lembab) biasanya menggunakan autoklaf yang
memanfaatkan panas dalam suatu ruangan bertekanan dengan temperatur 121°C selama 60 menit.
Autoklaf memiliki kekurangan yaitu menimbulkan kerusakan sifat kimia bahan pembawa dan
menghasilkan unsur beracun (Ishak, 2017).
Setelah diautoklaf maka penanaman media dapat dilakukan. Untuk teknik penanaman media
sendiri terdiri dari 3 teknik yaitu spread plate method, pour plate method, dan streak plate method.
Spread plate method adalah suatu metode penanaman bakteri yang dilakukan dengan cara
sampel yang diencerkan pertama-tama ditempatkan di tengah media agar padat yang telah dingin
yang kemudian disebarkan secara merata di atas permukaan medium dengan batang bengkok yang
steril sehingga setelah inkubasi, koloni terbentuk pada permukaan agar (Black dan Black, 2015).
Pada spread plate method ini diawali dengan pengenceran. Pengenceran dilakukan dengan
tujuan untuk memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan.
Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung pada perkiraan jumlah mikroba
dalam sampel. Digunakan perbandingan 1:9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan
selanjutnya, sehingga pengenceran selanjutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisme dari
pengenceran sebelumnya. Pada praktikum, dilakukan pengenceran 10-1 dan hasilnya didapatkan
jumlah koloni bakteri yang besar karena berdasarkan teori, semakin banyak pengenceran maka
jumlah mikroba berkurang (Yunita, Hendrawan dan Yulianingsih, 2015).
Pengenceran dilakukan dari 10-1 sampai 10-6.. Pengenceran dilakukan perkelompok kecil dimana
kelompok pertama mencampurkan 1 ml kultur murni bakteri dengan 9 ml larutan pengencer (BPW)
kemudian divortex. BPW (Buffered Peptone Water) secara spesifik ditujukan untuk mengurangi
kadar pH yang mungkin terjadi pada proses pertumbuhan bakteri selama diinkubasi atau ketika
nutrisi yang mengandung asam ditambahkan kedalam media (Adams dan Mess, 2009).
Selanjutnya hasil pengenceran 10-1 tersebut diencerkan lagi oleh kelompok kedua dengan
mengambil 1 ml campuran dalam 10-1 tadi kemudian dicampurkan dengan 9 ml BPW lagi dan di
vortex. Hal yang sama dilakukan seterusnya sampai pengenceran 10-6 oleh kelompok 6.
Menambahkan 1 ml bakteri ke 9 ml larutan pengencer membuat pengenceran 1:10,
menambahkan 1 ml pengenceran 1:10 ke 9 ml air steril membuat pengenceran 1:100 dan
seterusnya. Jumlah bakteri per mililiter cairan berkurang 9/10 dalam setiap pengenceran.
Pengenceran berikutnya dibuat dalam rasio 1:1000, 1:10.000, 1: 100.000, 1: 1.000.000 atau bahkan
1: 10.000.000, jika kultur aslinya mengandung sejumlah besar organisme (Black dan Black, 2015).
Dari gambar, untuk memudahkan dalam melakukan streak setelah melakukan streak pada
kuadran pertama, maka cawan petri diputar 90° dan kemudian dari hasil streak yang pertama
disambung untuk membuat streak yang kedua. Hal yang sama dilakukan sampai semua kuadran
terpenuhi. Penggoresan yang dilakukan harus menyambung atau tidak terputus-putus sehingga akan
terbentuk sel-sel yang tumbuh menjadi koloni pada goresan tersebut (Cappuccino dan Sherman,
2011).
Berdasarkan hasil pengamatan yang di dapat, pola zig-zag yang terlihat cukup jelas terlihat.
Pola zig-zag pada kuadran pertama terlihat lebih jelas karena kuadran satu merupakan goresan awal
sehingga mengandung banyak mikroba (bakteri) dibandingkan kuadran dua dan tiga.
Pada pratikum ini setelah selesai penanaman, maka akan diinkubasi. Pada dasarnya
mikroorganisme menujukkan kisaran suhu yang luas untuk pertumbuhannya. Akan tetapi, untuk
sebagian besar yang digunakan, pertumbuhan optimal terjadi pada suhu 37°C dalam waktu 18
sampai dengan 24 jam (1 hari) sehingga inkubasi biasanya dilakukan dengan suhu dan waktu seperti
itu. Inkubasi untuk media NA dilakukan dengan cara cawan petri ditumpuk dan ditaruh dalam
keadaan terbalik dengan tujuan mencegah kondensasi air menetes ke permukaan media biakan. Hal
ini dikarenakan kelembapan berlebih yang akan dihasilkan dapat menjadi pembawa untuk
penyebaran mikroorganisme pada permukaan media biakan sehingga menghasilkan pertumbuhan
mikroba yang menyatu dan bukan terpisah (Cappucino dan Sherman, 2009).
Selain menggunakan cawan petri (plate method) digunakan juga tabung reaksi. Dalam
pembuatan atau penanaman dengan media NB, terdapat NB steril dan NB non steril. Berdasarkan
hasil pengamatan NB nonsteril memiliki warna lebih keruh dibandingkan NB steril karena pada NB
non steril dimasukkan mikroba ke dalamnya sedangkan dalam NB steril tidak dimasukkan mikroba.
Dengan hasil ini menunjukan bahwa pengerjan dilakukan secara aseptis dan steril sehingga NB
steril tidak terkontaminasi. Media NB sendiri memiliki bentuk yang cair yang berbeda dengan NA
yang dapat memadat.
Pada percobaan terdapat NA tegak dan NA miring. NA miring biasanya digunakan untuk kultur
atau sub kultur karena NA yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba yang tidak selektif dan
mudah untuk bakteri aerob dan anaerob fakultatif. Selain itu NA miring memiliki luas permukaan
yang lebih luas untuk pertumbuhan dibandingkan dengan agar tegak sehingga lebih baik untuk
digunakan dalam kultur bakteri. NA tegak sendiri lebih sering digunakan untuk mengatasi atau
membantu pertumbuhan mikroba dalam keadaan kekurangan oksigen (Radji, 2009).
Berdasarkan data percobaan NB non steril termasuk bakteri anaerob fakultatif dimana bakteri
tersebar merata (tercampur pada bagian tengah) sehingga warna menjadi keruh. NA tegak berbentuk
filiform karena bakteri tumbuh di sepanjang garis lurus tusukan. NA miring berbentuk filiform
karena bakteri tumbuh di sepanjang garis zig-zag yang dibuat dan karena pertumbuhannya seperti
benang dan berkesinambungan dengan tepian halus (Cappuccino dan Sherman, 2009).
Untuk mengetahui tingkat kebersihan dan keberhasilan suatu percobaan terhindar dari
kontaminasi maka dibuat juga suatu kontrol media. Kontrol media pada dasarnya dibuat sebagai
perbandingan dengan hasil-hasil penanaman mikroba yang dilakukan. Berdasarkan hasil praktikum,
di dapatkan bahwa kontrol media ditumbuhi oleh mikroba sehingga dapat disimpulkan bahwa
kontrol media telah terkontaminasi. Hal ini diakibatkan selama pengerjaan terdapat kesalahan yang
dilakukan atau lingkungan yang tidak aseptis. Kesalahan yang terjadi seperti cawan petri yang
dibuka terlalu lebar pada saat pemasukkan media dan diletakkan terlalu jauh dari bunsen dan
kesalahan lainnya. Jika kontrol media terkontaminasi, menunjukkan bahwa pekerjaan yang
dilakukan kurang aseptis sehingga kemungkinan cawan petri lainnya tercemar juga cukup besar.
Pada percobaan ini, dilakukan juga pengamatan mikroba alam. Berdasarkan hasil percobaan
kuadran III paling tipis karena berasal dari hot plate sehingga panas yang dihasilkan dapat
membunuh beberapa bakteri sedangkan mikroba paling tebal (banyak) berada pada kuadran I dan
IV.
G. KESIMPULAN
Media kultur adalah media nutrisi yang disiapkan untuk menumbuhkan bakteri di dalam skala
laboratorium. Media kultur yang baik yaitu media yang dapat menyediakan energi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan bakteri, media harus mengandung sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, dan
faktor pertumbuhan organik, media juga harus dijaga kelembapannya, pH harus sesuai, kadar
oksigen cukup baik, harus steril dan tidak mengandung mikroorganisme lain, serta media diinkubasi
pada suhu tertentu. Karena bekerja dengan menggunakan bakteri maka diperlukan sterilisasi dan
teknik aseptis. Sterilisasi yaitu suatu teknik yang digunakan untuk mencegah terjadinya kontaminasi
atau pencemaran. Teknik sterilisasi terdiri dari sterilisasi dengan pemanasan kering, sterilisasi
dengan pemanasan basah dan sterilisasi dengan bahan kimia. Dalam proses pemindahan mikroba
harus dilakukan secara aseptis, dimana penggunaan bunsen sangat diperlukan untuk jarum yang
digunakan, untuk leher tabung dan cawan petri. Selain itu penggunaan alkohol juga penting untuk
menjaga keaseptisan. Dalam proses penanaman bakteri terdapat beberapa teknik yang dapat
digunakan yaitu spread plate method, pour plate method, dan streak plate method. Dalam proses
penanaman dibuat juga suatu kontrol media untuk membandingkan atau menunjukan keaseptisan
dalam bekerja. Jika kontrol media mengandung bakteri berarti pengerjaan yang dilakukan kurang
aseptis atau terkontaminasi, terjadinya kontaminasi diakibatkan karena pada dasarnya terdapat
banyak sekali mikroba yang ada di alam.
H. DAFTAR PUSTAKA
Adams, R.M., Mess, M.O. 2009. Food Microbiology : The Royal Society.
Arisman. 2009. Keracunan Makanan : Buku Ajar Ilmu Gizi : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Bauman, W.R. 2009. Microbiology With Diseases by Body System Ed. 2nd : Pearson Benjamin
Cummings.
Cappucino, G.J., Sherman, N. 2009. Manual Laboratorium Mikrobiologi (Microbiplogy : A
Laboratory Manual) Ed 8th : Buku Kedokteran EGC.
Cappucino, G. J., Sherman, N.,2011. Microbiology A Laboratory Manual Ed. 9th: Pearson
Benjamin Cummings.
Harti, A.S. 2015. Mikrobiologi Kesehatan : ANDI.
Istianah, N., Wardani, A, K., Heppy, F. 2018. Teknologi Bioproses : Universitas Brawijaya Press.
Lestari, P, B., Hartati, T, W. 2017. Mikrobiologi Berbasis Inkuiry : Gunung Samudera.
Murdinah., Apriani, S, N, K., Nurhayati., Subaryono. 2012. Membuat Agar dari Rumput Laut
Gracilaria Sp.: Penebar Swadaya.
Nurrobifahmi., Anas, I., Setiadi, Y., Ishak. 2017. Pengaruh Metode Sterilisasi Radiasi Sinar
Gamma Co-60 dan Autoklaf Terhadap Bahan Pembawa, Viabilitas Spora dan Ketersediaan Fe,
Mn, dan Zn .Universitas Bioteknologi IPB. 4 (1), 1-8.
Oetari, RA. 2018. Teknik Aseptis : Gadjah Mada University Press.
Portoroz. 1st World Congress on Electroporation and Pulsed Electric Fields in Biology, Medicine
and Food & Environmental Technologies : Spinger.
Radji, M. 2009. Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi Kedokteran : Buku Kedokteran EGC.
Sastrahidaya, R.I. 2014. Medium Buatan untuk Penelitian Penyakit Tumbuhan di Laboratorium :
UB Press.
Slonczewski, L.J., Foster, J.W. 2009. Microbiology An Evolving Science : W.W. Norton.
Soeparno., Rihastuti, R.A., Indratiningsih., Triatmojo, S. 2011. Dasar Teknologi Hasil Ternak :
Universitas Gadjah Mada Press.
Suyantono, S. 2010. Kultur Jaringan Tanaman Skla Rumah Tangga : Lily Publisher.
Warisno, S., Dahana, K. 2009. Inspirasi Usaha Membuat Aneka Nata : Agro Media Pustaka.
Willey, M.J., Sherwood, L.M., Woolverton, C.J., 2011. Prescott’s Microbiology : Mc Graw Hill
Education.
Yunita, M., Hendrawan, Y., Yulianingsih,R. 2015. Analisis Kuantitatif Mikrobiologi Pada Makanan
Penerbangan Garuda Indonesia Berdasarkan TPC dengan Metode Pour Plate : Universitas
Brawijaya. 3(3), 237-248.
I. PERTANYAAN-PERTANYAAN DISKUSI
1. Apa fungsi media agar pada media pertumbuhan?
Jawab : Media padat merupakan media cair dengan penambahan agar sebanyak 1,5 sampai
2% permukaan padatan gel yang keras. Media padat penting digunakan untuk
isolasi bakteri. Silika gel digunakan sebagai bahan yang dapat memadatkan untuk
bakteri autotroph (Istianah, 2018). Bakto agar merupakan produk agar yang
digunakan secara luas sebagai media pertumbuhan bakteri untuk pengujian maupun
isolasi bakteri. Bakto agar biasa digunakan dalam kultur bakteri patogen maupun
non patogen. Tidak mudah dicerna oleh bakteri serta memiliki kekuatan gel yang
baik, elastis, jernih, dan stabil sehingga sesuai untuk media pertumbuhan bakteri
(Murdinah, 2012).
2. Mengapa pada waktu inkubasi cawan petri harus diletakkan terbalik?
Jawab : Inkubasi dalam keadaan terbalik dengan tujuan mencegah kondensasi air menetes ke
permukaan media biakan. Hal ini dikarenakan kelembapan berlebih yang akan
dihasilkan dapat menjadi pembawa untuk penyebaran mikroorganisme pada
permukaan media biakan sehingga menghasilkan pertumbuhan mikroba yang
menyatu dan bukan terpisah (Cappucino dan Sherman, 2009).
3.Jelaskan prinsip dasar dan tujuan teknik isolasi mikroba secara streak plate, pour plate, dan
spread plate!
Jawab : 1. Metode cawan gores (streak plate method)
Prinsip menggoreskan sejumlah suspensi sampel pada permukaan media
lempeng agar menggunakan jarum inokulasi secara aseptik, lalu diinkubasi.
2. Metode cawan tuang (pour plate method)
Prinsip mencampur sejumlah suspensi bahan atau seri pengenceran pada media
agar yang dicairkan, beda cawan petri steril secara aseptik, biarkan padat,
lantas diinkubasi.
3. Metode perataan (spread plate method)
Prinsip meratakan sejumlah suspensi sampel atau biakan
pada permukaan lempeng agar menggunakan kapas lidi
steril atau spatel drigalski. Metode ini digunakan untuk uji
sensitifitas mikroorganisme agensia kimia (Harti, 2015).
4. Apa yang dimaksud dengan kultur murni/biakan murni?
Jawab : Biakan murni merupakan bakteri yang berada dalam kondisi dormansi (istirahat)
dan belum terkontaminasi mikroorganisme lainnya. Awalnya, biakan murni perlu
diaktifkan terlebih dahulu, yakni dengan menyediakan kondisi lingkungan (suhu
dan pH) yang optimal dan makanan yang dibutuhkan (Warisno, 2009).
5. Bagaimana teknik penggoresan yang benar pada teknik isolasi secara streak plate agar
supaya didapatkan koloni bakteri terpisah?
Jawab : Teknik penggoresan yang benar agar didapatkan koloni bakteri terpisah adalah
dengan cara metode kuadran, yaitu dengan melakukan streak pada kuadran pertama,
kemudian cawan petri diputar 90 derajat dan dari hasil streak yang pertama
disambung untuk membuat streak yang kedua. Hal yang sama dilakukan sampai
semua kuadran terpenuhi. Penggoresan yang dilakukan harus menyambung atau
tidak terputus sehingga akan terbentuk sel sel yang tumbuh menjadi koloni pada
goresan tersebut (Cappuccino dan Sherman, 2011).
6. Kapan fiksasi dilakukan dalam pengecatan bakteri? Apa tujuan dilakukan fiksasi dalam
tahapan pengecatran bakteri?
Jawab : Fiksasi pada dasarnya dilakukan sebelum bakteri diwarnai. Tujuan fiksasi yaitu
mencegah terjadinya otolisis dengan menginaktifkan enzim-enzim lisomal dan
menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur dan juga untuk menstabilkan sel dan
jaringan dari kerusakan pada tahap berikutnya yakni tahap pengecatan atau
pewarnaan (Sastrahidaya, 2014).