Morfologi Alfisol Dusun Patuk

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

MORFOLOGI ALFISOL DUSUN PATUK

ABSTRAK
Praktikum Lapangan Dasar-Dasar Ilmu Tanah dilaksanakan pada Minggu, 2 April
2017 di lima lokasi pengamatan yaitu Banguntapan, Patuk, Hutan Bunder, Playen, dan
Mulo. Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pengeruk, klinometer,
kompas, meteran, soil munsell color chart, pH meter, palu pedologi, dan pisau, sedangkan
khemikalia yang digunakan yaitu H2O2 10%, H2O2 3%, dan HCl 2M. Praktikum ini
bertujuan untuk menentukan klasifikasi tanah pada suatu lokasi dengan mengamati tanah
secara langsung di lapangan. Pengamatan tanah dilakukan dengan mengamati karakteristik
profil yang meliputi lapisan-lapisan tanah, diamati jeluk, warna, tekstur, struktur,
konsistensi, perakaran, pengujian kandungan BO; Mn; kapur; dan pH tanah. Serta
mengamati morfologi tapak yang meliputi fisiografi, topografi, lereng, vegetasi, arah lereng,
landform, litologi, jeluk, dan lain lain. Hasil dari pengamatan dapat mengklasifikasi jenis
tanah berdasarkan PPT, FAO, dan USDA Soil Taxonomy. Menurut USDA tanah di Dusun
Patuk merupakan Alfisol, menurut PPT adalah mediteran, dan menurut FAO adalah
Luvisol.
Kata kunci : morfologi tapak, profil tanah

I. PENGANTAR
Tanah dalam pembentukannya, dipengaruhi oleh proses gabungan anasir alami
yaitu bahan induk; iklim; dan organisme yang bekerja pada waktu dan topografi
tertentu. Sehingga, pengaruh tersebut akan mengakibatkan kenampakan dan sifat-sifat
tanah didaerah tertentu berbeda dengan daerah lain. Dengan kata lain, oleh karena
intensitas faktor-faktor pembentuk tanah antar daerah satu dengan yang lainya
berbeda, maka jenis tanah yang terbentuk juga berbeda.
Tanah merupakan medium alam tempat tumbuh dan berkembangnya
tumbuhan. Dimana bahan penyusun tanah sendiri, dapat dibedakan atas partikel
mineral, bahan organik, jasad hidup air dan gas. Semakin asam suatu tanah karena
faktor tertentu, juga dapat mengakibatkan tersedianya zat mikro yang dapat beracun
saat keadaan asam bagi tanaman. Tingginya kadar logam (Fe, Mn, Al, Cu, Co, atau Zn)
didalam tanah, umumnya diindikasikan dengan warna tanah yang kemerahan;
kekuningan atau YR ( Yellow Red ).
Alfisol sendiri merupakan tanah yang umumnya terbentuk karena pengendapan
dari kaki gunung, dengan iklim bercurah hujan yang cukup tinggi. Seperti ketentuan
USDA 2010, bahwa tanah alfisol memiliki kandungan logam yang cukup tinggi dengan
warna kemerahan, yang dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi sehingga sering
terjadi pelindian. Serta Alfisol terbentuk oleh akumulasi lempung yang cukup tinggi.
Seperti menurut Traversa et al.(2014), alfisol merupakan tanah yang terbentuk dengan
topografi yang memiliki tanah berhorizon tinggi lempung, dengan pelindian atau
pencucian sebagai proses pembentukan utamanya.
II. METODOLOGI
Praktikum Lapangan Dasar-Dasar Ilmu Tanah dilakukan pada hari Sabtu,
2 April 2017 di lima tempat , yaitu Banguntapan, Patuk, Hutan Bunder, Playen,
dan Mulo. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum lapangan ini adalah
tanah dan khemikalia seperti H2O2 10 % untuk menguji BO, H2O2 3 % untuk
menguji kadar Mn, HCl 2N untuk menguji kadar kapur, serta H2O untuk
menetukan pH. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum lapangan ini adalah
Klinometer untuk menetukan kemiringan lereng, GPS untuk menetukan
Koordinat, palu pedologi untuk menentukan horizon, altimeter untuk menentukan
ketinggian, munsell color chart untuk menentukan warna horizon tanah, serta
digunakan juga kompas, alat tulis, kamera, penggaris, pisau, dan pH stick.
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan morfologi tapak dan
karakteristik profil. Pada pengamatan morfologi tapak yang diamati adalah lokasi,
fisiografi, landform, topografi, lereng, arah lereng, litologi, batuan permukaan,
pola drainase, letak lintang, altitude, erosi, tingkat erosi, landuse, vegetasi,
pertumbuhan, jeluk air tanah, dan cuaca. Selain itu, dilakukan juga pengamatan
karakteristik profil tanah. Pada pengamatan ini, yang diamati adalah jeluk tanah,
warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi, perakaran, bahan kasar, uji
khemikalia, dan uji pH H2O.
Pertama tama tanah digali, lalu dipukul pukul dengan palu pedologi untuk
memisahkan 4 horizon tanah yang dapat dibedakan dengan suara pukulan palu
dari tiap horizon. Dilakukan secara terpisah, penentuan ketinggian dan kemiringan
lereng, ditentukan dengan melihat altimeter dan melihat pohon terjauh sebagai
patokan saat menggunakan klinometer. Serta digunakan GPS untuk menentukan
letak koordinat tanah yang akan diamati. Kemudian, kedalaman tanah diukur
dengan meteran yang dilanjutkan dengan penentuan warna horizon tanah dengan
menggunakan Munsell Color Charts. Setelah itu Uji khemikalia dilakukan dengan
H2O2 10 % untuk uji bahan organik, H2O2 3 % untuk uji kandungan Mn, dan HCl
untuk uji kandungan kapur. Selain itu, juga dilakukan uji pH tanah menggunakan
H2O.
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Morfologi Tapak (Site)
Nama Pengamat : A3/4 Letak Lintang :S(07°51’.28,3")
Lokasi : Desa Waduk, E(110°28′ 58,8")
Kecamatan Patuk, Gunung Kidul Kode :2
Fisiografi : Baturagung Landform : Perbukitan
Topografi : Bergelombang Litologi : Breksi andesitik
Lereng : 15 % Arah Lereng : 202 NE
Landuse :Tegalan, Bebatuan : Sedikit
Vegetasi :Jati, Mangga, Pertumbuhan : Subur
Pisang ,Alang alang Jeluk Air Tanah : 20-30 Meter
Pola Drainase : Dendritik Tingkat Erosi : Sedang
Erosi : Lembar Altitude : 297 Mdpl
Cuaca : Cerah Tanggal : 2 April 2017

B. Karakteristik Profil
Tabel 2 Karakteristik profil tanah alfisol
No Pengamatan Lapisan I Lapisan II Lapisan III
1. Jeluk (cm) 0 - 38 cm 38 – 80 cm 80 - 160 cm
2. Nama Horizon A BT C
3. Warna tanah
a. matrik 2,5 YR 4/8 2,5 YR 4/8 2,5 YR 5/8
b. kerapatan - - -
c. campuran - - -
4. Tekstur Lempung Lempung Lempung
debuan debuan
5. Struktur
a. Tipe Menggumpal Menggumpal Menggumpal
b. Kelas
c. Derajat
6. Konsistensi Plastis Plastis Plastis
7. Perakaran
a. Ukuran Meso Mikro Mikro
b. jumlah Banyak Banyak Sedikit
8. Bahan kasar
a. Jenis
b. jumlah
c. ukuran
9. Uji Khemikalia
a. BO (H2O210 %) ++ - -
b. Mn (H2O23%) +++ ++++ +
c. Kapur (HCl 2 N) 0 0 0
10. pH H2O 6 6 6
11. Catatan
khusus(Konkresi,Slicken
side, struktur baji, clay
skin, dll)

C.) Klasifikasi Tanah:


 PPT : Mediteranian
 FAO : Luvisol
 Soil Taxonomy: Alfisol

Gambar 2.1 Profil Alfisol Patuk

Gambar 2.2 Morfologi Lahan Kawasan Patuk


Praktikum Lapangan Dasar-Dasar Ilmu Tanah dilaksanakan pada hari Minggu,
2 April 2017. Pengamatan tanah di Stopsite 2 dilakukan di Dusun Waduk,
Kecamatan Patuk, Gunungkidul. Dari pengamatan yang telah dilakukan di
lapangan, didapat hasil yaitu morfologi tapak dengan fisiografi Baturagung yang
memiliki tipe landform secara morfologis yaitu perbukitan dan secara
morfogenetik yaitu marine, serta tipe topografi yang bergelombang, sehingga
kemiringan lerengnya sebesar 15 %. Didapat juga arah lereng yaitu 202 NE,
dengan Letak lintang S(07°51’.28,3") E(110°28′ 58,8"), serta altitude lahannya
sebesar 297 mdpl. Level erosi tanahnya sedang, berjenis erosi lembar. Cuaca
ketika melakukan pengamatan adalah cerah. Landuse atau penggunaan lahannya
sendiri adalah untuk tegalan, dengan macam vegetasi yaitu Mangga; Jati; Pisang;
dan Alang alang, yang dapat diklasifikasikan memiliki tipe pertumbuhan yang
subur. Jeluk air tanahnya sendiri yaitu 20-30 Meter, dengan pola drainasenya yang
dendritik.
Dalam Praktikum ini, juga diamati karakteristik profilnya, sehingga
didapat hasil bahwa tanahnya hanya memiliki 3 lapisan, dimana lapisan I
memiliki jeluk air sedalam 0-38 cm; lapisan II memiliki jeluk air sedalam 38-80
cm; dan lapisan III memiliki jeluk air sedalam 80-160 cm. Masing-masing lapisan
atau horizon sendiri, memiliki tekstur dan warna yang berbeda. Dimana perbedaan
warna lapisan ini, dapat ditentukan dengan memukul mukulkan palu pedologi
untuk didengarkan suaranya, dan menentukan perbedaan masing masing
warnanya.Warna antar horizon tanah sendiri, dapat ditentukan dengan
menggunakan Soil munsell color chart, sehingga didapat untuk warna horizon A
& horizon BT yaitu 2,5 YR(Yellow Red) 4/8 dan untuk warna horizon C yaitu 2,5
YR 5/8. Dimana warna tanah sendiri, ditentukan dari kadar logam dan kadar
bahan organik yang ada. Dengan adanya warna kemerahan, maka dapat
diindasikan bahwa adanya Fe dan ion logam lain yang telah teroksidasi. Seperti
menurut Nadalia (2009), gelapnya warna tanah menunjukkan banyaknya
akumulasi bahan organik didalamnya dan warna tanah kemerahan menunjukkan
adanya oksidasi logam yang baik.
Pada pengamatan tekstur tanah, didapat hasil untuk horizon C dan Bt
bertekstur lempung debuan, dan horizon A bertekstur lempung. Untuk
menentukan jenis tekstur tanah tiap horizon, digunakan metode kualitatif dengan
memilin tanah lalu dirasakan fraksi tanah apa yang lebih menonjol. Struktur tanah
yang didapat yaitu menggumpal dari horizon A hingga C. Menggumpalnya
struktur tanah ini, disebabkan karena gaya kohesi antar partikel tanah yang kecil,
cukup kuat. Didapat juga jenis konsistensinya yaitu plastis serta lekat dari lapisan
I hingga III.
Pada pengamatan tanah di Kecamatan Patuk ini, didapat hasil untuk
ukuran perakaran vegetasi yang ada, yaitu lapisan tanah I memiliki perakaran
meso yang banyak; lapisan tanah II memiliki perakaran mikro yang cukup
banyak; sedangkan lapisan tanah III memiliki perakaran yang mikro dan juga
sedikit. Banyaknya perakaran vegetasi, dipengaruhi oleh lapisan tanah. Semakin
dalam lapisan tanah, maka perakaran lapisannya akan semakin sedikit. Dilakukan
juga uji khemikalia, dengan menggunakan H2O2 10% untuk menguji BO; H2O2
untuk Mangan (Mn); dan HCl 2N untuk menguji kapur. Untuk kandungan Bahan
Organik, paling banyak ditemukan di lapisan I dengan munculnya banyak
gelembung saat pengujian dengan H2O2 10%, sedangkan di lapisan yang lain
tidak ada. Ini karena lapisan 1 atau horizon A, sangat dekat dengan horizon O
yang merupakan tempat tingginya bahan organik dan proses dekomposisinya dan
banyaknya jumlah rerumputan. Untuk kandungan mangan, didapat urutan
lapisannya dari yang paling tinggi kandungan Mn-nya berturut-turut adalah
Lapisan II; Lapisan 1; kemudian lapisan III. Dimana semakin tinggi kandungan
Mn atau ion ion logam lain yang dapat teroksidasi, maka warna tanah akan
semakin kemerahan.
Untuk kandungan kapur sendiri, pada tanah ini, tidak diketemukan sama
sekali pada ketiga lapisan. Ini diketahui karena saat pengujian kapur dengan HCl
2N, tidak ada gelembung CO2 yang terlihat. Kemudian dilakukan juga uji pH
dengan H2O. Dari pengujian ini didapat hasil dari lapisan I hingga III, memiliki
pH sebesar 6 yang dapat diklasifikasikan sebagai tipe pH yang agak masam,
karena pH tanah normal adalah 6,5. Dan juga pada pengamatan, klasifikasi tanah
agak rancu antara alfisol atau ultisol. PH diatas 5,5, maka dapat diklasifikasikan
sebagai alfisol, yang mana jika dibawah 5,5 maka dapat diklasifikasikan sebagai
Ultisol. Sehingga berdasarkan pengamatan berdasarkan morfologi tapak dan
karakterisitik profil tanah, dapat diklasifikasikan bahwa jenis tanah yang ada di
Dusun Waduk, Kecamatan Patuk, Gunungkidul ini adalah Mediteran menurut
PPT; Luvisol menurut FAO; dan Alfisol menurut Soil Taxonomy.
Alfisol sendiri adalah tanah yang sebenarnya kurang subur bagi pertanian.
Ini karena umumnya, alfisol memiliki kandungan logam beracun yang melimpah
didalamnya, serta secara iklim dan topografi memiliki tingkat curah hujan dan
perlindian yang sangat tinggi dengan solum yang masih dangkal. Sehingga, sifat
tanahnya akan agak masam dengan pH yang rendah.

III. KESIMPULAN
1. Hasil pengamatan di tanah Stopsite 2 Dusun Patuk menunjukkan
klasifikasi tanah menurut PPT yaitu Mediteran, menurut FAO yaitu
Luvisol, dan menurut Soil Taxonomy USDA yaitu Alfisol.

Anda mungkin juga menyukai