Buletin Kanker PDF
Buletin Kanker PDF
Buletin Kanker PDF
EDITORIAL
TOPIK UTAMA
Situasi Penyakit Kanker
Alhamdulillah puji syukur kepada Tuhan YME, akhirnya Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan Edisi Semester I Tahun 2015 ini bisa hadir di hadapan kita semua. Buletin
Jendela Data dan Informasi Kesehatan kali ini mengangkat topik tentang Kanker.
Setiap tahunnya, Hari Kanker Sedunia diperingati pada tanggal 4 Februari, dan Hari
Kanker Anak Internasional pada tanggal 15 Februari. Momen ini lebih dari sekedar
peringatan karena merupakan momentum untuk meningkatkan kesadaran mengenai
pentingnya pengenalan penyakit kanker. Pengenalan penyakit kanker menjadi penting
karena untuk menurunkan kasus baru kanker diperlukan upaya pencegahan dan deteksi
dini yang akan lebih mudah dilakukan ketika faktor risiko dan gejala kanker sudah dikenali.
Pada buletin ini juga terdapat artikel-artikel terkait topik utama di atas di antaranya Peranan
Deteksi Dini Kanker untuk Menurunkan Penyakit Kanker “Stadium Lanjut”, Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara di Indonesia 2007-2014, Mewaspadai Gejala
Kanker pada Anak, dan Mengenal Lebih Dekat Komunitas Taufan.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan buletin ini. Semoga buletin ini bermanfaat
bagi kita agar bisa menerapkan pola hidup sehat dan mencegah kanker sedini mungkin.
Pengarah
Oscar Primadi
Penanggung Jawab
Didik Budijanto
Redaktur
Nuning Kurniasih
Penyunting
Ratri Aprianda Istiqomah
Kesekretariatan
Ellysa Khairani
Mitra Bestari
Mugi Wahidin Hardina Sabrida
Edi Setiawan Tehuteru Andriana
Dini Wiradinata
Alamat Redaksi
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav, 4-9 Jakarta
Telp : 021-5221432, 021-5277167-68
Fax : 021-5203874, 021-5277167-68
Sekapur Sirih
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada
tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data
GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa pada
tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di
seluruh dunia. Penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya antara lain
disebabkan oleh kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara.
Berdasarkan wawancara Riskesdas tahun 2013 didapatkan prevalensi penderita kanker
pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar 1,4%, dengan prevalensi kanker tertinggi
berada pada Provinsi DI Yogyakarta, yaitu sebesar 4,1%. Tingginya prevalensi kanker di
Indonesia perlu dicermati dengan tindakan pencegahan dan deteksi dini yang telah
dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan.
Dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia tahun 2015, Union for International Cancer Control (UICC) mengangkat tema
“Not Beyond Us” yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan mengenai penyakit kanker, serta
menggerakkan pemerintah dan individu di seluruh dunia untuk melakukan upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan
terhadap penyakit kanker. Pengenalan penyakit kanker merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena untuk menurunkan
kasus baru kanker diperlukan tindakan pencegahan dan deteksi dini. Tindakan pencegahan dan deteksi dini tersebut akan lebih
mudah dilakukan ketika faktor risiko dan gejala kanker sudah dikenali.
Pada Peringatan Hari Kanker Sedunia Tahun 2015, Menteri Kesehatan telah mencanangkan Komitmen Penanggulangan
Kanker di Indonesia. Berkaitan dengan komitmen tersebut, Menteri Kesehatan mengimbau kepada jajaran kesehatan,
masyarakat, dan pemangku kebijakan lainnya untuk mendukung penguatan Komitmen Kegiatan Penanggulangan Kanker di
Indonesia. Pengendalian penyakit kanker di Indonesia ditentukan oleh keberhasilan penerapan strategi penanganan yang
komprehensif, terorganisir, terkoordinasi dan berkesinambungan dan dilaksanakan oleh seluruh jajaran Pemerintah bersama
segenap lapisan masyarakat, termasuk organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, kalangan swasta dan dunia usaha,
serta seluruh individu dalam masyarakat.
Dipilihnya topik “Kanker” pada edisi Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan kali ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan informasi mengenai situasi dan kondisi, permasalahan dan tata laksana kanker. Semoga informasi yang kami
sajikan kali ini dapat bermanfaat, dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan ini.
SITUASI
PENYAKIT KANKER
Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI
Pendahuluan
Setiap tahunnya, Hari Kanker Sedunia diperingati pada
tanggal 4 Februari, dan Hari Kanker Anak Internasional
pada tanggal 15 Februari. Momen ini lebih dari sekedar
peringatan karena merupakan momentum untuk
meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya
pengenalan penyakit kanker. Memperingati Hari Kanker
Sedunia tahun 2015, Union for International Cancer
Control (UICC) mengangkat tema “Not Beyond Us”
yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan
pengetahuan mengenai penyakit kanker, serta
menggerakkan pemerintah dan individu di seluruh dunia
untuk melakukan upaya pencegahan, deteksi dini dan
pengobatan terhadap penyakit kanker.
Bertepatan dengan Peringatan Hari Kanker Sedunia Tahun 2015, Menteri Kesehatan mencanangkan Komitmen
Penanggulangan Kanker di Indonesia. Penandatangan komitmen dilakukan bersama-sama dengan Ketua Komite
Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) dan perwakilan dari organisasi profesi, yaitu Wakil Ketua Umum Yayasan Kanker
Indonesia (YKI). Pencanangan komitmen ini bertujuan untuk:
1. Menjadikan kanker sebagai salah satu prioritas masalah kesehatan nasional;
2. Bersatu dan bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah kanker, baik oleh pemerintah,
organisasi profesi, dan masyarakat;
3. Meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat tentang kanker dan pola hidup sehat sebagai upaya
pencegahan;
4. Merencanakan dan mengimplementasikan program kerja secara paripurna dan berkesinambungan yang
mencakup deteksi dini, tatalaksana, rehabilitatif, dan paliatif;
5. Mendorong terbentuknya regulasi publik yang mendukung hidup sehat hindari kanker.
Berkaitan dengan komitmen tersebut, Menteri Kesehatan mengimbau kepada jajaran kesehatan, masyarakat, dan para
pemangku kebijakan lainnya untuk mendukung penguatan Komitmen Kegiatan Penanggulangan Kanker di Indonesia, dengan
memberikan perhatian khusus pada:
1. Peningkatan upaya promotif dan preventif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kanker;
2. Pengembangan upaya deteksi dini dalam rangka menurunkan angka kematian akibat kanker;
3. Pengobatan kanker yang sesuai standar, serta diperlukan pengawasan dan evaluasi tentang efektifitas
pengobatan alternatif yang banyak ditawarkan melalui media massa maupun elektronik;
4. Peningkatan kualitas hidup pasien kanker melalui upaya paliatif yang efektif;
5. Dukungan semua elemen masyarakat dalam mengendalikan kanker secara komprehensif dan
berkesinambungan.
Upaya untuk mencegah kanker didukung pula oleh Ibu Negara, Iriana Joko Widodo, beserta Organisasi Aksi Solidaritas Era
Kabinet Kerja (OASE-KK), yang terdiri dari para pendamping menteri dan unsur eksekutif lain, yang bersifat nonprofit dan
berbadan hukum. Organisasi ini mewadahi serangkaian program untuk mendukung tercapainya nawacita Presiden Jokowi yang
terkait upaya revolusi mental dan pemberdayaan masyarakat yang melibatkan berbagai kementerian/institusi/lembaga terkait
yang sudah ada sejak lama, secara profesional di masyarakat dengan bersinergi sehingga dapat mendukung tercapainya visi,
misi dan tujuan OASE-Kabinet Kerja. Komitmen pencegahan kanker diwujudkan dengan pencanangan program nasional peran
serta masyarakat dalam pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan Indonesia untuk periode 2015-2019.
Program nasional "Percepatan Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan
Indonesia" untuk periode 2015-2019 dipusatkan di Puskesmas Nanggulan di Kabupaten Kulon Progo dan 10 kota lain di
Indonesia. Program tersebut melibatkan ibu-ibu yang tergabung dalam Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (TP PKK) dalam rangka sosialisasi program nasional gerakan pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan
Indonesia. Pada daerah dengan dokter dan tenaga medis terbatas, TP PKK diharapkan dapat mengidentifikasi dan
berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan yang akan akan mewujudkan inovasi pelayanan dengan cara "flying health
care", yang merupakan salah satu upaya peningkatan akses dan mutu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
Gambar 1. Estimasi Persentase Kasus Baru dan Kematian Akibat Kanker pada Penduduk di Dunia
Tahun 2012
Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012
terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Gambar 1 menunjukkan bahwa
kanker payudara, kanker prostat, dan kanker paru merupakan jenis kanker dengan persentase kasus baru (setelah dikontrol
dengan umur) tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, 30,7%, dan 23,1%. Sementara itu, kanker paru dan kanker payudara merupakan
penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi akibat kanker.
Dilihat pada Gambar 2 di bawah ini, maka dapat diketahui bahwa kanker paru ditemukan pada penduduk laki-laki, yaitu sebesar
34,2%, sedangkan kematian akibat kanker paru pada penduduk laki-laki sebesar 30,0%. Pada penduduk perempuan, kanker
payudara masih menempati urutan pertama kasus baru dan kematian akibat kanker, yaitu sebesar 43,3% dan 12,9%.
Gambar 2. Estimasi Persentase Kasus Baru dan Kematian Akibat Kanker pada Penduduk Laki-laki dan Perempuan
di Dunia Tahun 2012
7
3 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
7
TOPIK UTAMA
7
Intervensi terhadap faktor risiko kanker tidak hanya bertujuan untuk menurunkan kasus baru kanker, namun juga menurunkan
kemungkinan penyakit lainnya yang disebabkan faktor risiko tersebut. Di antara faktor risiko penting penyakit kanker yang dapat
dimodifikasi (Ezzati et al., 2004, Danaei et al., 2005, Driscoll et a., 2005 dalam WHO, 2007) adalah:
Merokok, yang menyebabkan terjadinya sekitar 1,5 juta kematian akibat kanker setiap tahunnya (60% kematian
terjadi di negara berpenghasilan rendah-menengah);
Kelebihan berat badan, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik, yang menyebabkan 274.000 kematian akibat
kanker setiap tahunnya;
Konsumsi alkohol berlebihan, yang menyebabkan sekitar 351.000 kematian akibat kanker setiap tahunnya;
Penularan human papilloma virus (HPV) melalui hubungan seksual, yang menyebabkan sekitar 235.000 kematian
akibat kanker setiap tahunnya;
Polusi udara (di luar maupun di dalam ruangan), yang menyebabkan sekitar 71.000 kematian akibat kanker setiap
tahunnya;
Karsinogen di lingkungan kerja, yang menyebabkan setidaknya 152.000 kematian akibat kanker setiap tahunnya.
Faktor risiko terbanyak yang menyebabkan kematian akibat kanker berbeda pada negara-negara di dunia. Berdasarkan Gambar
3 dapat dilihat bahwa faktor risiko penyebab kematian akibat kanker berbeda pada penduduk di negara berpenghasilan rendah-
menengah dan negara berpenghasilan tinggi. Merokok merupakan faktor risiko terbesar penyebab kematian akibat kanker di
dunia, negara berpenghasilan rendah-menengah, maupun negara berpenghasilan tinggi. Pada penduduk di negara
berpenghasilan rendah-menengah, konsumsi alkohol, rendahnya konsumsi buah dan sayur, serta infeksi virus human papilloma
(HPV) menyebabkan lebih banyak kematian akibat kanker dibandingkan pada penduduk di negara berpenghasilan tinggi. Namun,
merokok serta kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko yang lebih dominan pada penduduk di negara
berpenghasilan tinggi.
7
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 45
TOPIK UTAMA
Gambar 3. Kontribusi Faktor Risiko terhadap Kematian Akibat Kanker di Dunia, Negara Berpenghasilan Rendah-
Menengah, dan Negara Berpenghasilan Tinggi
Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa proporsi faktor risiko kanker yang berbeda jauh antara penduduk laki-laki dan
perempuan adalah merokok dan obesitas sentral. Penduduk laki-laki yang merokok sebesar 56,7%, sedangkan perempuan
yang merokok sebesar 1,9%. Namun, penduduk perempuan lebih banyak yang obesitas dibandingkan dengan penduduk laki-
laki, yaitu sebesar 42,1%.
Gambar 4. Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kanker pada Penduduk di Indonesia menurut Jenis Kelamin,
Tahun 2013
Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
Sementara itu, jika dilihat pada Gambar 5, faktor risiko tertinggi pada penduduk semua kelompok umur secara umum adalah
kurangnya konsumsi sayur dan buah. Proporsi tertinggi penduduk yang merokok, obesitas, dan sering mengonsumsi makanan
berlemak terdapat pada kelompok umur 25-34 tahun, 35-44 tahun, dan 45-54 tahun. Sedangkan kebiasaan mengonsumsi
makanan dibakar/dipanggang dan mengonsumsi makanan hewani berpengawet cenderung lebih tinggi pada kelompok umur
yang lebih muda. Oleh karena itu, karena terdapat perbedaan perilaku dan pola makan pada tiap kelompok umur, maka
diperlukan upaya pencegahan dan promosi kesehatan yang tepat.
Gambar 5. Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kanker pada Penduduk di Indonesia menurut Kelompok Umur,
Tahun 2013
Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
Jika dilihat berdasarkan tingkat sosio ekonomi penduduk melalui pengukuran kuintil indeks kepemilikan (Gambar 6), proporsi
konsumsi makanan hewani berpengawet, kurangnya aktivitas fisik, dan obesitas pada kelompok kuintil indeks kepemilikan
terendah sampai dengan kelompok teratas cenderung meningkat. Sedangkan perilaku merokok serta konsumsi buah dan sayur
cenderung menurun.
Gambar 6. Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kanker pada Penduduk di Indonesia menurut Kuintil Indeks
Kepemilikan, Tahun 2013
Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
dengan angka nasional. Prevalensi tertinggi berikutnya berada pada Provinsi Jawa Tengah dan Bali, yaitu sebesar 2,1‰ dan
2,0‰. Informasi mengenai prevalensi kanker di Indonesia tahun 2013 menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah
ini.
Gambar 7. Prevalensi Kanker pada Penduduk Semua Umur di Indonesia, Tahun 2013
Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
Tingginya prevalensi kanker di Indonesia perlu dicermati dengan tindakan pencegahan dan deteksi dini yang telah dilakukan
oleh penyedia layanan kesehatan. Kasus kanker yang ditemukan pada stadium dini serta mendapat pengobatan yang cepat
dan tepat akan memberikan kesembuhan dan harapan hidup lebih lama. Oleh karena itu, penting dilakukan pemeriksaan rutin
secara berkala sebagai upaya pencegahan dan deteksi dini kanker.
Berdasarkan data rutin Subdit Kanker Direktorat Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, sampai dengan tahun 2013, program deteksi dini kanker serviks dan
kanker payudara baru diselenggarakan pada 717 Puskesmas dari total 9.422 Puskesmas di 32 provinsi. Dengan demikian,
dapat dilihat bahwa Puskesmas yang memiliki program deteksi dini masih sangat sedikit atau sekitar 7,6%.
Estimasi jumlah penderita kanker serviks dan kanker payudara di Indonesia pada tahun 2013 berdasarkan Tabel 1, diketahui
bahwa Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki estimasi jumlah penderita kanker serviks dan kanker
payudara terbesar, sementara itu Provinsi Gorontalo dan Papua Barat memiliki estimasi jumlah penderita terkecil dari seluruh
provinsi.
Tingginya jumlah penderita kanker serviks dan payudara di Indonesia idealnya diimbangi dengan tingginya jumlah provider
(pelaksana program, yang terdiri dari dokter umum dan bidan) dan skrining di Puskesmas. Sampai dengan tahun 2013, terdapat
1.682 provider deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara di Indonesia dengan estimasi jumlah kanker serviks sebanyak
98.692 kasus dan kanker payudara sebanyak 61.682 kasus. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa provider deteksi dini
terbanyak berada pada provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Bali, sedangkan di beberapa provinsi lainnya seperti Kalimantan
Selatan dan Sulawesi Utara belum ada provider deteksi dini sementara jumlah penderita kanker di provinsi tersebut cukup
tinggi.
Skrining merupakan upaya deteksi dini untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan
menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu. Upaya ini dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-
orang yang kelihatannya sehat tetapi sesungguhnya menderita suatu kelainan. Skrining kanker payudara di Puskesmas
Penyelenggara Deteksi Dini dilakukan dengan Clinical Breast Examination (CBE) dan skrining kanker serviks dilakukan dengan
tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat). Jumlah skrining kanker payudara dan kanker serviks terbanyak terdapat pada Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pada Provinsi Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Gorontalo, Maluku, dan
Maluku Utara belum terdapat skrining, sedangkan estimasi jumlah penderita kanker payudara dan kanker serviks pada provinsi-
provinsi tersebut cukup banyak.
Sampai dengan tahun 2013, terdapat 405 trainer yang bertugas untuk memberikan pelatihan kepada provider deteksi dini di
masing-masing provinsi di Indonesia. Trainer tersebut terdiri dari dokter spesialis obstetri ginekologi, dokter spesialis bedah
onkologi, dokter spesialis bedah onkologi, dokter umum, dan bidan. Dari seluruh provinsi di Indonesia, hanya Provinsi Aceh
yang belum memiliki trainer deteksi dini, sementara provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki trainer terbanyak, yaitu 36 orang.
Diharapkan jumlah trainer akan semakin bertambah sehingga jumlah provider dan skrining akan semakin meningkat pula.
Tabel 1. Estimasi Jumlah Kasus, Jumlah Provider, Jumlah Trainer, dan Skrining
Kanker Serviks dan Payudara berdasarkan Provinsi, Tahun 2013
Tabel 1. (Lanjutan)
kanker. Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, prognosis pada anak yang didiagnosis kanker jauh lebih rendah.
Lambatnya diagnosis kanker, kurang memadainya peralatan dan obat-obatan di rumah sakit, terjadinya komplikasi penyakit
lainnya yang mungkin diderita oleh anak tersebut, serta kurangnya pengetahuan terkait kanker pada penyedia layanan
kesehatan primer dapat mempengaruhi efektivitas pengobatan kanker.
Gambar 8. Jumlah Kasus Baru dan Jumlah Kematian Akibat Penyakit Kanker pada Anak di RS Kanker Dharmais,
Tahun 2010-2013
Sumber: Instalasi Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan RS Kanker Dharmais, 2010-2013.
Berdasarkan Gambar 8 di atas dapat dilihat bahwa selama tahun 2010-2013, leukemia merupakan penyakit dengan jumlah
kasus baru dan jumlah kematian terbanyak di RS Kanker Dharmais. Kasus baru dan kematian akibat leukemia cenderung
meningkat setiap tahunnya. Limfoma, Wilm’s tumor, dan retinoblastoma juga turut berkontribusi terhadap tingginya jumlah
kematian akibat kanker pada anak. Dari semua jenis kanker pada anak, hanya retinoblastoma yang dapat dideteksi sejak dini.
Semakin awal kasus retinoblastoma dideteksi, maka semakin baik upaya penanganan yang dapat diberikan, sehingga jumlah
kematian akibat retinoblastoma dapat ditekan.
Referensi
Danaei, G et al. (2005). Causes of cancer in the world: comparative risk assessment of nine behavioural and environmental risk
factors. Lancet, 366:1784-93.
de Groot, Janet M. (2002). The complexity of the role of social support in relation to the psychological distress associated with
cancer. Journal of Psychosomatic Research, 52, 277 – 278.
International Agency for Research on Cancer (IARC) / WHO. (2012). GLOBOCAN 2012: Estimated cancer incidence, mortality,
and prevalence worldwide in 2012. Diakses melalui http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_population.aspx pada
tanggal 16 April 2015.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan Litbang Kemenkes RI.
World Health Organization. (2007). Prevention. cancer control: knowledge into action: WHO guide for effective programmes:
module 2). Geneva: World Health Organization.
Abstrak
Kanker payudara dan kanker leher rahim merupakan jenis kanker tertinggi di Indonesia.
Dalam rangka pengendalian kedua kanker tersebut, Kementerian Kesehatan (Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Subdit Pengendalian Penyakit Kanker) bekerja
sama dengan lintas program terkait, pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), organisasi profesi, Female Cancer Program (FCP), Solidaritas Istri Kabinet
Indonesia Bersatu (SIKIB), dan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE-KK),
serta PKK dalam mengembangkan program deteksi dini. Program tersebut dikembangkan
sejak tahun 2007, dengan didahului pengembangan pada 6 lokasi pilot project, kemudian
dikembangkan ke daerah lain di seluruh Indonesia.
Deteksi dini kanker leher rahim dilakukan menggunakan metode Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat (IVA) dan tindakan krioterapi untuk IVA positif (lesi pra kanker leher rahim
positif), sedangkan deteksi dini kanker payudara menggunakan metode Pemeriksaan
Payudara Klinis (SADANIS) atau Clinicial Breast Examination (CBE). Program deteksi dini kanker leher rahim dan kanker
payudara ini dicanangkan oleh Ibu Negara.
Target program adalah 50% perempuan berusia 30-50 tahun yang dicapai dalam 5 tahun. Kegiatan deteksi dini dilaksanakan di
Puskesmas dengan rujukan ke rumah sakit kabupaten/kota dan rumah sakit tingkat provinsi. Kegiatan pokoknya adalah
advokasi dan sosialisasi, pelatihan pelatih (training of trainers), pelatihan provider di kabupaten/kota, pelatihan kader di
Puskesmas, promosi, pelaksanaan skrining, pencatatan dan pelaporan (surveilans), serta monitoring dan evaluasi. Data hasil
skrining dilaporkan menggunakan formulir baku sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 796 Tahun 2010 tentang
Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim serta menggunakan aplikasi Sistem Informasi
Surveilans Penyakit Tidak Menular.
Sampai dengan tahun 2014, program telah berjalan pada 1.986 Puskesmas di 304 kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi di
Indonesia. Cakupan hasil kegiatan dari 2007 sampai 2014, yaitu telah dilakukan skrining terhadap 904.099 orang (2,45%), hasil
IVA positif sebanyak 44.654 orang (4,94%), suspek kanker leher rahim sebanyak 1.056 orang (1,2 per 1.000 orang), dan tumor
payudara sebanyak 2.368 orang (2,6 per 1.000 orang).
Kegiatan deteksi dini tidak hanya perlu terus diperkuat di daerah yang sudah mengembangkan, namun juga diperluas ke daerah
lain yang belum mengembangkan untuk mencapai target dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan.
Latar Belakang
Di dunia, kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan 7,5 juta orang
meninggal akibat kanker, dan lebih dari 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang (WHO dan World Bank,2005).
Jenis kanker tertinggi pada perempuan di dunia adalah kanker payudara (38 per 100.000 perempuan) dan kanker leher rahim
(16 per 100.000 perempuan) (Globocan/IARC 2012).
Di Indonesia, prevalensi kanker adalah sebesar 1,4 per 1.000 penduduk (Riskesdas 2013), serta merupakan penyebab
kematian nomor 7 (5,7%) dari seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi insidens kanker payudara di Indonesia
sebesar 40 per 100.000 perempuan dan kanker leher rahim 17 per 100.000 perempuan (Globocan/IARC 2012). Angka ini
meningkat dari tahun 2002, dengan insidens kanker payudara 26 per 100.000 perempuan dan kanker leher rahim 16 per
100.000 perempuan (Globocan/IARC 2012). Jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap di rumah sakit seluruh Indonesia
tahun 2010 adalah kanker payudara (28,7%), disusul kanker leher rahim (12,8%). Estimasi tahun 1985, hanya 5% perempuan di
negara sedang berkembang yang mendapat pelayanan penapisan, dibandingkan dengan 40% perempuan di negara maju
(PATH, 2000).
7
7
13 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
7
TULISAN TERKAIT TOPIK
7
Untuk itu Kementerian Kesehatan, melalui Subdit Pengendalian Penyakit Kanker, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, bekerja sama dengan lintas program terkait, pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi
profesi, Female Cancer Program (FCP), Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), dan Organisasi Aksi Solidaritas Era
Kabinet Kerja (OASE-KK), serta PKK dalam mengembangkan program deteksi dini kanker leher rahim dan payudara. Tahun
2007 telah dikembangkan pilot proyek deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara di 6 daerah, yaitu Deli Serdang
(Sumatera Utara), Gresik (Jawa Timur), Kebumen (Jawa Tengah), Gunung Kidul (D.I. Yogyakarta), Karawang (Jawa Barat), dan
Gowa (Sulawesi Selatan). Dalam pengembangan pilot proyek tersebut, Kementerian Kesehatan dibantu secara teknis oleh
JHPIEGO, suatu LSM dalam kesehatan perempuan yang berafiliasi dengan John Hopkins University, Amerika Serikat, dan
bekerja sama dengan Female Cancer Program (FCP). Program Nasional Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Payudara
dicanangkan oleh Ibu Negara Hj. Ani Yudhoyono pada tanggal 21 April 2008, dilanjutkan dengan Pencanangan Program
Nasional Peran serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan Indonesia 2015-2019 oleh Ibu
Negara Iriana Jokowi. Program ini terus diperkuat dan dikembangkan ke daerah-daerah lain di Indonesia.
Metodologi
Kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dilakukan dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan
pengobatan segera dengan krioterapi untuk IVA positif (lesi pra kanker leher rahim positif). Sedangkan deteksi dini kanker
payudara menggunakan metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) atau Clinical Breast Examination (CBE) dan
dengan mengajarkan Periksa Payudara Sendiri (SADARI). Pemeriksaan IVA bertujuan untuk menemukan lesi pra kanker leher
rahim, sebelum menjadi kanker, sedangkan SADANIS dan SADARI bertujuan untuk menemukan benjolan pada payudara
sedini mungkin agar dapat dilakukan tindakan secara dini.
Penggunaan metode IVA dan CBE karena metode ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
1) Program IVA dan CBE merupakan pemeriksaan yang sederhana, mudah, cepat, dan hasil dapat diketahui langsung,
2) Tidak memerlukan sarana laboratorium dan hasilnya segera dapat langsung didapatkan,
3) Dapat dilaksanakan di Puskesmas bahkan mobil keliling, yang dilakukan oleh dokter umum dan bidan,
4) Jika dilakukan dengan kunjungan tunggal (single visit approach), IVA dan krioterapi akan meminimalisasi klien yang
hilang (loss) sehingga menjadi lebih efektif,
5) Cakupan deteksi dini dengan IVA minimal 80% selama lima tahun akan menurunkan insidens kanker leher rahim
secara signifikan (WHO, 2006),
6) Sensitifitas IVA sebesar 77% (range antara 56-94%) dan spesifisitas 86% (antara 74-94%) (WHO, 2006),
7) Skrining kanker leher rahim dengan frekuensi 5 tahun sekali dapat menurunkan kasus kanker leher rahim 83,6%
(IARC, 1986), dan
8) Deteksi dini kanker payudara dengan CBE dapat menemukan stadium I dan II (downstaging) sebesar 68% (Regional
Workshop NCCP, India 2010 )
Target program adalah 50% perempuan berusia 30-50 tahun yang dicapai pada tahun 2019. Kegiatan deteksi dini dilaksanakan
di Puskesmas dengan rujukan ke rumah sakit kabupaten/kota dan rumah sakit tingkat provinsi. Kegiatan pokoknya adalah
advokasi dan sosialisasi, pelatihan pelatih (training of trainers), pelatihan provider di kabupaten/kota, pelatihan kader di
Puskesmas, promosi, pelaksanaan skrining, pencatatan dan pelaporan (surveilans), serta monitoring dan evaluasi.
Pencatatan dan pelaporan data dilakukan dengan menggunakan formulir baku sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
796 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim. Data dimasukkan ke
dalam buku register kemudian dimasukkan ke dalam aplikasi Sistem Informasi Surveilans Penyakit Tidak Menular. Data diolah
dan dianalisis secara otomatis oleh sistem informasi dan dapat diakses secara berjenjang mulai dari Puskesmas, dinas
kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan Kementerian Kesehatan (Direktorat Penanggungan Penyakit Tidak
Menular).
7
7
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 14
TULISAN TERKAIT TOPIK
Hasil
Sampai tahun 2014, program deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim telah berjalan pada 1.986 Puskesmas di 304
kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi di Indonesia. Pelatih (trainer) deteksi dini berjumlah 430 orang terdiri dari dokter
spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis onkologi, dokter bedah, dokter umum dan bidan. Sedangkan pelaksana (provider)
deteksi dini di Puskesmas berjumlah 4.127 orang, yang terdiri dari 2.671 bidan dan 1.456 dokter umum. Sedangkan untuk
cakupan dan hasil, skrining telah dilakukan terhadap 904.099 orang (2,45%), hasil IVA positif sebanyak 44.654 orang (4,94%),
suspek kanker leher rahim sebanyak 1.056 orang (1,2 per 1.000 orang), tumor payudara sebanyak 2.368 orang (2,6 per 1.000
orang).
Saran
Monitoring lebih intensif ke daerah yang sudah mengembangkan kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dan
kanker payudara.
Advokasi dan sosialisasi ke daerah agar mengembangkan kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara.
Peningkatan sumber daya manusia.
Pengawasan kualitas pelayanan deteksi dini dan tindak lanjutnya di setiap jenjang agar program dapat mencapai
tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker leher rahim dan payudara.
Evaluasi tahunan nasional kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara.
Pendahuluan
Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan tumbuh tidak terkendali
serta membelah lebih cepat dibandingkan dengan sel normal. Sel kanker tidak mati setelah
usianya cukup, melainkan tumbuh terus dan bersifat invasif sehingga sel normal tubuh
dapat terdesak atau malah mati.
Di Indonesia, kanker perlahan mulai menggeser posisi serangan jantung sebagai
penyebab utama kematian. Data dari Departemen Kesehatan tahun 2007 menunjukkan
kanker berada pada posisi keempat penyebab kematian akibat penyakit non-infeksi,
setelah serangan jantung, stroke, dan diabetes mellitus. Naiknya posisi kanker sebagai
penyebab kematian adalah akibat tingginya jumlah kasus baru kanker yang datang pada
stadium lanjut.
Dianggap sebagai penyakit yang mengerikan, kanker sebenarnya dapat didiagnosis
secara dini. Deteksi dini kanker tidak hanya dapat menurunkan angka kematian akibat kanker, tetapi juga meningkatkan kualitas
hidup penderitanya.
RS Kanker Dharmais sebagai pusat rujukan kanker nasional memiliki komitmen besar terhadap deteksi dini kanker yang
diwujudkan dengan dibentuknya Instalasi Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) pada tahun 1999 yang
mengusung konsep “Penanggulangan kanker terpadu paripurna”. Instalasi Deteksi Dini & PKRS memberikan pelayanan
komprehensif di dalam gedung maupun di luar gedung untuk satu tujuan utama, yaitu meningkatkan “persentase kasus kanker
yang didiagnosis secara dini”.
Klinik Deteksi Dini Kanker melayani pemeriksaan deteksi dini kanker payudara, kanker leher rahim (serviks), kanker kolorektal,
kanker hati, kanker prostat dan kanker paru, serta program imunisasi Human Papilloma Virus dan Hepatitis B. Paket deteksi dini
ini termasuk pemeriksaan fisik dan penunjang yang berkaitan (pencitraan dan penanda tumor). Dengan fasilitas laboratorium
dan peralatan radiologis yang lengkap, semua pemeriksaan dapat dilakukan di satu atap. Konsep “one-stop shopping services”
ini diharapkan dapat memberikan kenyamanan lebih bagi pasien. Semua hasil pemeriksaan akan dijelaskan oleh dokter yang
bertugas setiap hari kerja di klinik deteksi dini kanker dan bila hasil pemeriksaan mencurigakan ke arah kanker, pasien akan
dikonsultasikan ke dokter spesialis yang sesuai.
Semua layanan yang ada tidak serta merta menjamin banyak orang datang untuk memeriksakan diri. Dari berbagai survei
diketahui bahwa salah satu faktor penyebab tingginya jumlah kasus kanker stadium lanjut adalah keengganan memeriksakan
diri ke dokter karena takut didiagnosis kanker. Orang awam seringkali hanya mendengar bahwa kanker penyakit kutukan atau
kanker tidak ada obatnya, tanpa pernah memperoleh informasi yang benar tentang kanker.
Untuk menjawab tantangan ini, Instalasi Deteksi Dini & PKRS RS Kanker Dharmais telah melakukan kegiatan preventif dan juga
promotif yaitu seperti pembuatan media berupa leaflet, poster, banner dan lain sebagainya. Selain itu, dilakukan pula
penyebaran informasi melalui penyuluhan tentang kanker baik di dalam maupun di luar gedung, seperti instansi pemerintah/
swasta, yayasan, organisasi masyarakat/agama, sekolah dan universitas serta melalui media cetak dan elektronik. Dari
kegiatan-kegiatan tersebut di atas diharapkan timbul kesadaran masyarakat untuk mau melakukan pemeriksaan kesehatan
secara dini agar bisa ditemukan penyakit kanker sedini mungkin. Deteksi dini dapat menurunkan angka penyakit kanker
“stadium lanjut” sehingga angka kesembuhan penyakit kanker menjadi meningkat. Kementerian Kesehatan menargetkan pada
tahun 2030 angka kesakitan penyakit kanker stadium lanjut tidak ditemukan lagi.
W A S P A D A
17 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
TULISAN TERKAIT TOPIK
1. Waktu buang air besar (BAB) / buang air kecil (BAK) ada perubahan.
2. Alat pencernaan terganggu.
3. Suara serak/batuk tidak sembuh.
4. Payudara/di tempat lain ada benjolan.
5. Andeng-andeng berubah sifat.
6. Darah/lendir abnormal.
7. Ada koreng yang tidak sembuh.
Melahirkan anak pertama pada usia di atas 30 Wanita yang melahirkan banyak anak.
tahun.
Tidak menyusui. Wanita yang merokok.
Menggunakan kontrasepsi hormonal dan atau
mendapat terapi hormonal dalam waktu yang cukup
lama.
(Lanjutan)
Faktor-faktor Risiko Kanker
Kanker Usus Kanker Prostat
Riwayat menderita infeksi usus besar (colitis ulcera- Kebiasaan makan Diet tinggi lemak telah
tive atau penyakit Chron). dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker
prostat.
Riwayat polip ataupun kanker usus besar dalam Agen kimia Paparan terhadap bahan kimia
keluarga. seperti cadmium telah terlibat dalam perkem-
bangan kanker prostat.
Faktor genetik.
Ras dan etnis.
Obesitas
Konsumsi alkohol yang berlebihan. Usia 20 tahun ke atas dengan riwayat merokok
atau perokok pasif.
Paparan racun jamur (aflatoksin) yaitu jamur yang Riwayat kanker paru dalam keluarga
ditemukan dalam kacang tanah.
Obesitas.
Gambar 1. Kunjungan Pasien Baru dan Lama di Poliklinik Deteksi Dini Kanker,
Tahun 2010-2014
Dari data di atas terlihat kunjungan pasien ke poliklinik deteksi dini tahun 2012-2013 mengalami kenaikan sebesar 3,32%,
sedangkan tahun 2013-2014 mengalami penurunan sebesar 6,57%. Hal ini disebabkan karena Poliklinik Deteksi Dini sudah
tidak menerima pasien-pasien rujukan dari Puskesmas binaan dikarenakan sudah memakai sistem BPJS yang mengikuti sistem
alur rujukan.
Gambar 2. Jumlah Tindakan Layanan Deteksi Dini di Poliklinik Deteksi Dini Kanker,
Tahun 2010-2014
Meskipun kunjungan pasien mengalami penurunan dari tahun 2013-2014, tetapi terjadi kenaikan data tindakan yang dapat
dilihat pada Gambar 2 di atas.
Dari data di atas, terlihat kenaikan jumlah tindakan layanan poliklinik deteksi dini di RSK Dharmais tahun 2012-2013 sebesar
2,20% dan tahun 2013-2014 sebesar 15,77%. Hal ini menunjukkan bahwa sudah mulai terlihat kesadaran dari masyarakat
untuk melakukan deteksi dini lebih dari satu macam penyakit kanker. Sejak tahun 2013 beberapa pemeriksaan sudah tidak
dipakai lagi, seperti uji kesehatan Lengkap Wanita (LW) + treadmill, uji kesehatan LW standar, uji kesehatan tanpa
kolonoskopi, uji kesehatan Lengkap Pria (LP) + treadmill, uji kesehatan LP tanpa kolonoskopi, dan treadmill karena mengacu
ke visi RS Kanker Dharmais.
Tabel 2. Jenis Tindakan Deteksi Dini di Poliklinik Deteksi Dini Kanker Tahun 2010-2014
Jumlah kegiatan PKRS (Promosi Kesehatan Rumah sakit) yang dilakukan di luar RS mengalami penurunan. Sejak tahun 2012,
kegiatan PKRS tidak lagi dilaksanakan di Puskesmas binaan dan sekolah/universitas secara rutin setiap bulannya, melainkan
dilaksanakan hanya bila ada permintaan dari lembaga pemerintah/swasta, sosial dan agama dikarenakan terbitnya peraturan
sistem kesehatan nasional melalui BPJS yang harus memakai sistem rujukan.
16 Sebaliknya, kegiatan PKRS di dalam RS mengalami kenaikan yang disebabkan karena sejak tahun 2014 telah dibuka Unit 16
7
7
21 BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
7
TULISAN TERKAIT TOPIK
7
PKRS. Unit ini berfungsi memberikan penyuluhan dan edukasi kepada pasien, keluarga, pengunjung dan masyarakat rumah
sakit agar sadar betapa pentingnya melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker dan pola hidup sehat.
Gambar 3. Kegiatan Penyuluhan di Luar dan di Dalam RS Kanker Dharmais Tahun 2010 - 2014
Insiden kanker serviks dan payudara masih berada pada urutan pertama dan kedua jenis penyakit kanker terbanyak yang
ditemukan di Poliklinik Deteksi Dini Kanker RSK Dharmais, sesuai dengan jumlah angka kunjungan terbanyak yang
menggunakan fasilitas pemeriksaan pada Tabel 2. Gambar 4. menunjukkan bahwa insiden suspek kanker payudara dan
kanker serviks terbanyak pada tahun 2011.
Gambar 4. Insiden Suspek Kanker Payudara dan Kanker Serviks berdasarkan Diagnostik di Poliklinik
Deteksi Dini RSK Dharmais Tahun 2010-2014
7
7
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 22
TULISAN TERKAIT TOPIK
Tabel 3. Insiden Kanker Lainnya berdasarkan Diagnostik Poliklinik Deteksi Dini RSK Dharmais Tahun 2010 - 2014
Tahun
Jenis Kanker
2010 2011 2012 2013 2014
Kanker Hati 0 0 1 1 0
Kanker Prostat 0 1 0 0 2
Kanker Usus 0 0 0 0 0
Kanker Paru 0 0 0 0 1
Sumber: Poliklinik Deteksi Dini Kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais
Dari Tabel 3. di atas dapat dilihat bahwa insiden kanker lainnya belum signifikan karena walau terlihat ada sedikit peningkatan,
namun kunjungan pasien kanker lainnya ke Poliklinik Deteksi Dini dari tahun ke tahun masih rendah.
Bila dilihat dari data penyakit kanker di Indonesia, kelompok penyakit di atas termasuk 10 besar penyakit kanker. Namun dari
tabel dapat dilihat bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker tersebut masih sangat rendah.
• Imunisasi Hepatitis B.
IMUNISASI DEWASA
• Imunisasi HPV (Human Papiloma Virus)
Pada tahun 2014, unit mobile mammografi yang dilaksanakan oleh Poliklinik Deteksi Dini RS Kanker Dharmais bekerjasama
dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) telah melakukan pemeriksaan mammografi pada 733 orang di 22 lokasi,
yang terdiri dari perusahaan, sekolah, dan instansi pemerintah. Dari pemeriksaan mammografi tersebut ditemukan sekitar 17
orang yang diduga (suspek) kanker payudara.
Kesimpulan
1. Terlihat dari hasil kegiatan Poliklinik Deteksi Dini RS Kanker Dharmais dari tahun 2010-2014 terlihat bahwa minat
masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan deteksi dini kanker dari tahun ke tahun terlihat meningkat
terutama untuk pemeriksaan deteksi dini kanker payudara dan serviks, namun untuk jenis deteksi dini kanker yang lain
terlihat masih rendah.
2. Adapun beberapa kemungkinan alasan melakukan deteksi dini kanker adalah:
a. Masyarakat sudah mulai terbuka dan mau mencari informasi tentang penyakit kanker melalui media cetak/
elektronik ataupun pergi ke fasilitas kesehatan.
b. Masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya Deteksi Dini kanker terutama kanker payudara dan serviks.
c. Semakin berkembangnya media informasi kesehatan saat ini,terutama penyakit kanker yang sudah semakin
berkembang dan selalu up-to-date.
d. Tarif paket pemeriksaan deteksi dini kanker terjangkau masyarakat, walau kunjungan ke poliklinik tidak begitu
signifikan peningkatannya.
Saran
1. Menyebarluaskan informasi tentang deteksi dini kanker yang benar dan faktor-faktor resikonya melalui media
elektronik/cetak.
2. Perlu pemerataan informasi dan edukasi kedepan tentang penyakit kanker lain terhadap semua kelompok usia dan
jenis kelamin.
3. Meningkatkan kerja sama dengan instansi terkait untuk bersama sama melakukan penyuluhan kesehatan khususnya
deteksi dini kanker kepada masyarakat luas yang secara rutin dan berkesinambungan.
4. Peningkatan ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada petugas kesehatan (dokter umum, bidan dan perawat) untuk
mampu melakukan deteksi dini kanker dengan mengikuti pelatihan CBE (clinical breast examination) dan pelatihan
IVA test dan Pap Smear test.
5. Peran serta pemerintah untuk kedepannya membuat program nasional untuk melakukan pemeriksaan mammografi
dan Pap Smear gratis wajib bagi perempuan usia 40 tahun keatas.
6. Membuat program kerja di setiap layanan kesehatan tingkat primer tentang sosialisasi dan edukasi pentingnya deteksi
dini kanker kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
7. Mengusulkan program deteksi dini kanker dimasukkan ke dalam kurikulum pelajaran bagi anak sekolah tingkat SMP
dan SMA oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
8. Pemerataan tenaga SDM dan fasilitas kesehatan yang mendukung untuk deteksi dini kanker di seluruh Indonesia.
Kanker tidak mengenal usia. Anak-anak dan orang dewasa dapat terkena kanker. Salah
satu perbedaan antara kanker pada anak dan orang dewasa adalah bahwa kanker pada
anak tidak dapat dicegah seperti halnya kanker pada orang dewasa. Jadi tidak ada istilah
pencegahan kanker pada anak, melainkan mewaspadai gejala kanker pada anak.
Mengacu pada pernyataan di atas, sebagian orang tua tentu bertanya-tanya tentang
apakah masih ada gunanya mengajarkan pola hidup sehat kepada anak-anak. Pola hidup
sehat tetap harus diajarkan kepada anak-anak sedini mungkin. Tujuannya memang bukan
untuk mencegah kanker pada anak, namun untuk mencegah kanker yang sekiranya dapat
timbul saat anak ini telah dewasa. Sebab, seperti telah ditulis sebelumnya di atas, kanker
pada orang dewasa dapat dicegah.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun ada 4.100 kasus baru kanker pada anak. Menurut
data yang diperoleh dari Rumah Sakit Kanker Dharmais pada tahun 2006, lebih kurang
50% pasien yang datang sudah dalam keadaan stadium lanjut. Berdasarkan penelitian, hal ini disebabkan salah satunya oleh
karena orang tua pasien kurang mendapat informasi tentang kanker pada anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk
mengetahui gejala-gejala apa saja yang harus diwaspadai pada anak yang dicurigai terkena kanker. Apabila anak menunjukkan
gejala kanker, maka segera bawa ke Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya, untuk mengonfirmasi apakah
benar gejala-gejala yang dijumpai itu suatu kanker. Jika ternyata itu bukan kanker, tentunya kita patut mensyukurinya. Namun,
jika ternyata itu benar kanker, tetap kita harus mensyukurinya karena artinya kanker tersebut ditemukan pada stadium awal.
Kanker yang dijumpai pada stadium awal tentunya mempunyai kemungkinan untuk sembuh lebih besar dibanding kanker yang
dijumpai pada stadium lanjut.
Gambar 1. Distribusi Kanker Anak di Rumah Sakit Kanker Dharmais Tahun 2006-2014
Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2014, kasus kanker anak di RSK Dharmais
cenderung meningkat. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2011, yaitu dari 63 kasus pada tahun 2010 menjadi 122 kasus
pada tahun 2011. Selama 9 tahun terakhir, leukemia merupakan jenis kanker anak terbanyak di RSK Dharmais. Distribusi
kanker anak di RSK Dharmais menurut jenis kanker tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Pada beberapa literatur, kanker disebut juga sebagai keganasan. Jika diperhatikan dari karakteristiknya, memang benar sel
kanker sangat ganas. Bagaimana tidak, sel-sel tersebut ternyata mempunyai kemampuan untuk menyebar ke organ-organ
tubuh lain di luar dari organ primernya melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Secara logika, kalau itu kanker mata,
seharusnya sel kanker tersebut adanya di mata saja dan tidak menyebar kemana-mana. Namun yang terjadi adalah dari hasil
pemeriksaan CT-scan otak, sel-sel kanker yang seharusnya berada di mata saja ternyata sudah mencapai otak. Jika
keadaannya sudah seperti ini, kanker yang terjadi dinyatakan sebagai kanker stadium lanjut.
Secara garis besar, kanker pada anak dibagi atas dua bagian, yaitu kanker darah atau lebih dikenal dengan istilah leukemia,
dan tumor padat. Gejala yang harus diwaspadai bila mencurigai seorang anak terkena leukemia adalah anak terlihat pucat,
sering mengalami demam, dan perdarahan, baik itu di kulit, gusi, atau hidung. Gejala-gejala ini terjadi karena kadar sel darah
merah, sel darah putih, dan keping darah yang rendah akibat produksinya ditekan oleh sel-sel leukemia. Sel-sel leukemia ini
tidak puas hanya beredar di sumsum tulang. Sel-sel ini dapat menyebar keluar dari sumsum tulang menuju hati, limpa, otak,
atau tulang. Secara fisik, perut anak akan terlihat membuncit akibat hati dan limpa yang membesar. Selain itu, anak biasanya
juga akan mengeluh sakit saat berjalan karena sel-sel leukemia yang menyebar ke tulang. Bila sel-sel leukemia sudah
menyebar ke otak, anak dapat mengalami kejang. Waspadai gejala-gejala tersebut di atas dan segera bawa ke puskesmas,
rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya untuk dikonfirmasi.
Mengenai tumor padat, hal ini dapat dijumpai pada hampir semua organ tubuh seorang anak, mulai dari kepala sampai ujung
kaki. Orang tua biasanya meraba tumor atau benjolan pada tubuh seorang anak saat mereka memandikannya. Seperti prinsip
yang telah disebutkan sebelumnya di atas, segera bawa anak ke Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya
untuk mengonfirmasi apakah benar benjolan yang teraba di tubuh anak itu benar kanker atau bukan.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diwaspadai orangtua bila melihat atau meraba benjolan pada mata, leher, paru, perut, alat
kelamin, tangan atau kaki, dan otak.
A. Mata
Curiga bila mata anak terlihat seperti mata kucing, matanya merah, terjadi gangguan penglihatan, atau juling. Khusus tentang
mata merah, biasanya orang tua akan memberi obat tetes mata yang dijual secara bebas di pasaran. Orang tua boleh saja
melakukan tindakan tersebut, namun bila dalam tiga hari tidak ada perbaikan, bawa anak ke Puskesmas, rumah sakit, atau
fasilitas kesehatan lainnya. Bisa saja itu bukan suatu penyakit mata biasa melainkan gejala awal dari kanker mata.
B. Leher
Waspadalah bila benjolan yang dijumpai di leher anak bertambah besar dalam waktu yang singkat. Biasanya anak tidak
mengeluh kesakitan bila benjolan ditekan atau dipegang. Berbeda dengan benjolan yang timbul akibat infeksi, yang biasanya
akan terasa sakit bila ditekan atau dipegang dan teraba panas bila diraba. Infeksi pada gigi dan telinga dapat menyebabkan
benjolan dengan karakteristik tersebut. Konfirmasi perlu dilakukan mengingat penanganan berbeda untuk kedua benjolan
tersebut di atas.
C. Paru
Bila pada seorang anak dijumpai sesak napas dan setelah dilakukan foto dada ternyata dijumpai sel kanker di parunya, jangan
berpikiran bahwa anak ini terkena kanker paru. Tidak ada kanker paru pada anak. Keadaan ini biasanya merupakan akibat dari
penyebaran suatu jenis kanker tertentu ke paru-paru. Salah satu jenis kanker pada anak yang dapat menyebar hingga ke paru-
paru adalah kanker tulang.
D. Perut
Banyak organ yang dapat dijumpai di dalam perut, antara lain hati, ginjal, indung telur, dan lain-lain. Semua organ tersebut
dapat terkena kanker. Secara fisik, perut anak akan terlihat membuncit dan bila ditekan akan terasa suatu benjolan. Periksakan
segera anak ini ke Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya. Hal lain yang perlu diperhatikan orangtua adalah
jangan terlalu sering menekan perut anak yang makin lama makin membesar karena dapat mempermudah penyebaran kanker.
E. Alat kelamin
Alat kelamin yang dimaksud adalah alat kelamin pria. Secara fisik gejala dapat dilihat ketika testis kanan dan kiri terlihat tidak
sama besar, konsistensi testis yang terkena biasanya keras, dan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi. Kanker pada organ testis,
sama seperti halnya paru-paru, dapat merupakan akibat penyebaran dari suatu jenis kanker tertentu ke testis. Jenis kanker
yang dimaksud dapat menyebar ke testis adalah leukemia.
G. Otak
Benjolan pada otak memang tidak dapat dilihat maupun diraba. Walaupun demikian, orangtua tetap dapat mewaspadai gejala
kanker otak dengan melihat dampak yang ditimbulkan akibat adanya suatu benjolan di otak. Gejala-gejala tersebut antara lain
adalah pusing, muntah yang menyemprot, lumpuh, dan gangguan keseimbangan.
Lihat Merah
Teknik pemeriksaan :
Anak duduk di pangkuan orangtua; gunakan oftalmoskop
dengan cahaya halogen yang baik yang diatur pada
angka nol dan difokuskan pada wajah anak; arahkan
anak untuk melihat ke sumber cahaya. Jika tidak jelas
apakah refleks tersebut normal atau tidak, maka dilatasi
pupil menggunakan tetes mata seperti tropicamid 1%
akan membantu. Pemeriksaan mata orang tua akan
membantu menentukan refleks merah mata yang normal
pada anak dengan kelompok etnik yang berbeda. Pada
saat yang bersamaan refleks kornea dapat diperiksa.
Kanker pada dasarnya dapat diobati dan dapat disembuhkan bila dijumpai pada stadium awal. Itulah pentingnya orang tua
harus mengerti dan waspada terhadap gejala-gejala kanker pada anak. Tidak cukup berhenti sampai di situ, jika orang tua
mencurigai anaknya terkena kanker, segera bawa ke Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatannya lainnya untuk
mendapatkan konfirmasi dan penanganan selanjutnya. Sebagai contoh, seorang anak yang terkena kanker mata yang dibawa
orang tuanya ke rumah sakit pada stadium awal dan mendapatkan penanganan yang baik dan benar, ternyata memiliki angka
harapan hidup bebas tumor dua tahun, yaitu sebesar 80%. Sebaliknya bila dijumpai pada stadium lanjut, angka harapan hidup
bebas tumor dua tahun turun hingga menjadi 25%.
Pada akhir tulisan ini, perkenankan Penulis mengutip sebuah kalimat bijak dari seseorang yang bernama Niccolo Machiavelli,
yang berbunyi: “Awal penyakit sukar diketahui, mudah diobati. Penyakit yang sudah lanjut mudah diketahui, sukar 7
diobati”.
Matahari bersinar terik di pagi hari yang cerah. Yeni Dewi Mulyaningsih bergegas
menyiapkan keperluan ketiga anak lelakinya sebelum berangkat menuju rumah sakit.
Anak bungsunya, Ibrahim, masih sempat bermanja-manja di pelukan Ibunya meminta
disuapkan. Berbekal buku catatan tebal yang sudah dimilikinya bertahun-tahun,
perempuan kelahiran Bandung, 5 Maret 1977 ini menaiki bus Patas 9BT yang
membawanya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Salemba. Dibukanya
lagi buku catatan untuk mengingat pasien-pasien yang akan ditemuinya nanti.
Jam masih menunjukkan pukul 10.30 ketika Ibu Yeni menginjakkan kaki di sebuah
lorong ruang tunggu rumah sakit berarsitektur kuno itu. Empat orang relawan lain
yang sudah datang sebelumnya melambaikan tangan menyambutnya. Nampak dus-
dus besar di samping mereka. “Ini boneka, diapers, mainan dan buku-buku bacaan
buat pasien di bangsal,” jelas Irine Dita, salah seorang relawan. Desi Rutvikasari,
relawan lainnya memegang sebuah wayang kulit yang dipersiapkannya dari rumah,
oleh-oleh yang dibawanya dari liburan untuk seorang pasien yang memang menyukai
wayang. Dua relawan lain sedang sibuk mempersiapkan kertas origami dan boneka
tangan untuk dipakai sebagai ‘icebreaker’ saat berinteraksi dengan pasien yang
sedang murung.
Hari menjelang siang ketika satu per satu pasien yang sudah dihubungi Ibu Yeni
datang menghampiri ruang tunggu. Sementara para relawan bermain dengan anak-
anak, Ibu Yeni berbincang dengan orang tua mereka, mendengarkan keluh-kesah dan
cerita pasien. Setelah berbagi pengalaman dan memberikan semangat, Ibu Yeni
memberikan donasi-donasi yang sudah disiapkannya, antara lain DVD player untuk
seorang pasien yang terus merajuk tidak mau berobat karena bosan berada di rumah
sakit, stroller layak pakai dari seorang donatur yang dihibahkan untuk seorang pasien
cilik, dan juga santunan dana transportasi untuk pasien yang jadwal pengobatannya padat dan menempuh perjalanan jauh.
7
7
31 29
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
7
TULISAN TERKAIT TOPIK
7
Masa terberat mungkin telah mereka lalui, sudah lewat dua tahun Bunda Fadli dengan sabar menemani buah hatinya menjalani
berbagai prosedur pengobatan, tapi bukan berarti semua masalah benar-benar telah selesai. Selain harus bolak-balik ke rumah
sakit serta mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk ongkosnya, Bunda Fadli juga harus berjuang melawan kebosanan dan
bahkan rasa putus asa. Baginya, teman-teman sesama orang tua penderita kanker adalah penghibur sejati “Kalau lagi pusing,
bingung, ngobrol sama mereka jadi lebih lega. Kalau sudah ketemu, bercanda, ketawa-ketawa bikin lupa sama masalah.
Memiliki banyak teman menjadi obat untuk mengusir lelah”, ujar Bunda Fadli.
Kelelahan fisik dan mental tidak hanya dirasakan oleh Bunda Fadli sebagai orang tua. Fadli sebagai pasien yang berhadapan
langsung dengan kanker neuroblastoma dan harus menjalani berbagai prosedur pengobatan pun merasakan hal serupa. Fadli
bahkan pernah berandai-andai, “kalau aku sudah tidak ada”, seperti diceritakan Bunda Fadli dengan mata berkaca-kaca. Saat
ini hiburan Fadli hanyalah teman sesama pasien, permainan games dan siaran televisi. “Sebenarnya dia suka sekali jalan-jalan,
tapi kan tidak mungkin karena terlalu mahal biayanya”, ujar Bunda Fadli. Kenangan ketika Komunitas Taufan mengajaknya
berlibur ke Ancol selalu teringat oleh bocah sembilan tahun itu.
33 31
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
TULISAN TERKAIT TOPIK
rumah sakit untuk sekedar berjalan-jalan. Dengan didampingi dokter dan disertai izin rumah sakit, pasien dan orangtuanya
dapat ‘bebas’ bersenang-senang.
#SantunanPasienMandiri, yaitu menyalurkan bantuan bagi orang tua pasien untuk memulai usaha mikro yang bisa dilakukan
sambil menjalani masa perawatan. Banyak pasien berasal dari kalangan ekonomi bawah, contohnya buruh bangunan,
nelayan, tukang ojek, dan sebagainya. Oleh karena itu, ketika sang anak jatuh sakit, otomatis kedua orang tua akan tersita
tenaga, waktu dan biaya sehingga membutuhkan sokongan modal dana.
#KamuBisa, yaitu program penggalangan dukungan relawan untuk memberikan dorongan semangat bagi pasien yang sedang
melalui masa-masa tersulit dalam menjalani perawatan melalui media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram dan
Path. Program ini dimulai pada bulan November 2014 lalu dengan mempopulerkan tanda pagar atau hashtag
#PuputKamuBisa pada media sosial, dan diikuti dengan #NandaKamuBisa pada Maret 2015.
#CharityArtFestival, yaitu menyelenggarakan acara untuk memperingati Hari Kanker Anak Internasional pada 15 Februari
2015 secara bergotong-royong dengan mitra dari berbagi komunitas seni. Dalam acara tersebut diadakan acara hiburan
untuk pasien dan orang tuanya, edukasi publik tentang deteksi gejala dini kanker pada anak, dan bergembira bersama
melalui kreasi seni sekaligus untuk menggalang dana. Komunitas Taufan berencana menyelenggarakan acara ini secara
rutin setiap tahunnya. Selengkapnya dapat dilihat di www.CharityArtFestival.com.
Kegiatan #FunTrip Mengajak Pasien Jalan Santai Didampingi oleh Dokter Jaga dan Relawan
#PeduliKankerAnak, yaitu melakukan edukasi kepada publik mengenai pentingnya deteksi gejala dini dan penanganan kanker
pada anak, melalui kegiatan kampanye publik saat pelaksanaan Car Free Day di jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta.
Bersama relawan, Komunitas Taufan juga mengajak publik memberikan dukungan simbolis dan finansial kepada pejuang-
pejuang cilik sahabat Komunitas Taufan.
32
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015 34
TULISAN TERKAIT TOPIK
ada puluhan donatur yang menitipkan amanah mereka maupun yang datang langsung menyerahkannya kepada pasien.
“Sekarang sudah lebih baik karena sudah bisa menggunakan BPJS. Pasien jadi sangat terbantu karena biaya perawatan dan
pengobatan ditanggung oleh pemerintah. Namun masih banyak kebutuhan pasien dan orang tuanya lain yang belum tertutupi,”
jelas Ibu Yeni. Pasien dan orang tua tidak hanya butuh dukungan psikologis, namun juga dana yang tak sedikit jumlahnya
mengingat masa pengobatan setidaknya membutuhkan waktu selama 2 tahun. Psikologis orang tua seharusnya juga menjadi
perhatian. Ibu yang jiwanya sehat pasti akan menularkan semangat positif kepada anaknya. Orang tua sebagai pendamping
harus sehat jiwa raganya agar dapat menemani dan mendukung anaknya selama masa pengobatan dan perawatan.
Selama melaksanakan kegiatannya, Komunitas Taufan menerima donasi dalam bentuk barang maupun uang dari donatur di
berbagai kota. Donasi dalam bentuk barang di antaranya adalah stroller, kursi roda, diapers, dan susu bubuk. Sedangkan
donasi berupa uang dikirimkan melalui transfer bank ke rekening yayasan. Menurut Ibu Yeni, meskipun tak dapat dipungkiri
bahwa kebutuhan paling utama orang tua pasien adalah uang karena kebanyakan orang tua pasien yang berasal dari luar kota
harus berhenti bekerja dan pindah sementara ke Ibukota, namun Ibu Yeni lebih menekankan agar pemberian donasi sebaiknya
berupa barang kebutuhan pasien. Donasi berupa uang diberikan sebagai santunan dana transportasi darurat yang diberikan
kepada pasien yang membutuhkan bantuan dana untuk kontrol ke rumah sakit..
“Kami sedang berupaya untuk bekerjasama dengan bank dan perusahaan dalam menemukan cara efektif untuk membekali
orang tua pasien melalui ilmu bisnis dan modal usaha. Semoga ada jalan keluar terbaik untuk meringankan beban orang tua
yang bertumpuk-tumpuk,” harap Ibu Yeni. Ketika ditanya harapan lainnya, Ibu Yeni berharap agar pemerintah dapat mendukung
kegiatan komunitas seperti ini, serta dapat melihat langsung keadaan pasien dan orang tuanya di rumah sakit maupun juga
ketika berada di rumah. Menurutnya, himpitan ekonomi dan faktor psikologis orang tua pasien dapat berakibat buruk pada
kondisi kesehatan anak.
Selain itu, edukasi mengenai pengenalan gejala kanker anak harus semakin digalakkan pemerintah, di antaranya melalui dinas
kesehatan terkait, agar orang tua lebih waspada untuk mengenali perubahan kondisi kesehatan anak dan mencegah penyakit
kanker terjadi pada anak.
35 31
BULETIN JENDELA DATA & INFORMASI KESEHATAN, Semester 1, 2015
Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan
dapat di unduh di www.kemkes.go.id
Website Pusat Data dan Informasi
www.pusdatin.kemkes.go.id
Publikasi Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan