Isi Makalah TTG Kelas Reptil
Isi Makalah TTG Kelas Reptil
Isi Makalah TTG Kelas Reptil
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
vertebrata yang memiliki berbagai macam spesies dengan berbagai karakteristik
dan morfologis yang berbeda. Reptil memiliki beberapa garis keturunan antara
lain memiliki nenek moyang amfibi yaitu Labyrinthodont. Selanjutnya peneliti
menemukan Cotylosaurus sebagai reptile-like amphibian sekitar 300 juta tahun
yang lalu. Setelah Cotylosaurus punah, bersama dengan keturunan dinosaurus
yang lainnya dengan ditunjukkan munculnya Sphenodon dan kadal modern
seperti Anolis. Karakteristik reptil berbeda dengan kelas amfibi dan ikan yaitu
memiliki tiga selaput ekstraembrional (Kent, 1969).
Kelas Reptil dibagai menjadi 4 ordo, yaitu Rhyncocephalia (contohnya:
Tuatara), Chelonia (contohnya: Penyu, Kura-kura, dan Bulus), Squamata
(Contohnya: Serpentes, Lacertilia, dan Amphisbaena) dan Crocodilia (contohnya:
Buaya, Aligator, Senyulong, dan Caiman).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Reptil (dalam bahasa Latin "reptans" artinya 'melata' atau 'merayap') adalah
kelompok hewan vertebrata yang berjalan/bergerak dengan cara merangkak/
merayap/melata. Reptil merupakan kelompok vertebrata pertama yang teradaptasi
untuk kehidupan di darat (terestrial) yang lingkungannya kering.
Ciri-ciri Reptil :
Tubuh ditutupi kulit kering bertanduk (tidak licin) dan memiliki sisik
(scales) atau lempeng epidermal. Sisik mengandung protein keratin yang
menyebabkan kulit menjadi kedap air dan membantu mencegah dehidrasi
di udara yang kering. Kulit atau sisik tidak berlendir karena sangat sedikit
mempunyai kelenjar pada kulit. Scute adalah cangkang kura-kura dan kulit
buaya yang sangat mirip dengan sisik. Berbeda dengan sisik (scales), scute
adalah struktur tulang dan berkembang pada tingkat kulit yang lebih dalam
daripada sisik. Penandukan atau cornification kulit dan sisik (scales/
squama) atau karapaks (scute/carapace) memberikan perlindungan fisik
dan untuk mencegah hilangnya kelembaban tubuh atau hilanganya air
3
melalui kulit serta membantu hewan untuk hidup di permukaan yang
kasar. Reptil mengalami pergantian kulit (molting), yaitu kulit luar secara
periodik akan terlepas, kecuali pada buaya dan kura-kura.
4
kadal tidak dapat dijulurkan. Kloaka berbentuk celah melintang,
membujur, atau membulat. Kloaka merupakan liang bersama dari tiga
saluran, yaitu saluran pencernaan, saluran urine, dan saluran reproduksi.
Reptil memiliki hati dan pankreas.
Alat kelamin reptil terpisah. Fertilisasi reptil terjadi secara internal dalam
tubuh betina. Umumnya bersifat ovipar (bertelur), tetapi ada juga yang
ovovivipar, seperti kadal. Alat kelamin jantan (hemipenis) pada ular dan
kadal tersimpan di dasar ekor dan dapat menyembul keluar. Pada ular, di
atas hemipenisnya terdapat duri-duri yang mengembang besar agar tidak
mudah terlepas dari kloaka betina saat terjadi perkawinan. Reptil
menghasilkan telur amniotik (embrio dilindungi oleh membran amnion)
bercangkang yang tersusun atas zat kapur. Adanya cangkang pada telur
dan adanya amnion pada embrio menjamin perlindungan terhadap bahaya
kekeringan pada telur-telur yang diletakkan didarat.
Sistem saraf berupa otak dengan 12 pasang saraf kranial.
Indra yang dimiliki oleh reptil adalah indra penglihatan, pendengaran dan
kemoreseptor khusus. Alat indra berupa mata, telinga, dan hidung. Mata
memiliki kelenjar air mata untuk menjaga agar mata selalu basah.
Kemampuan melihat tajam terdapat pada ular, iguana, kadal, bunglon, dan
tokek. Kadal dan kura-kura air mampu membedakan warna. Lubang
telinga pada beberapa reptil ada yang tertutup kulit. Pada telinga bagian
tengah terdapat osikula auditori (tulang pendengaran). Tokek yang aktif
pada malam hari memiliki pendengaran yang cukup baik. Lubang hidung
berfungsi untuk memasukkan udara. Terdapat organ pembau (olfaktori)
pada rongga hidung.
Reptilia cenderung memiliki umur yang panjang. Penyu atau kura-kura
hidup sekitar 20-100 tahun. Buaya dan ular besar hidup sekitar 25-40
tahun. Ular kecil berumur sekitar 20 tahun.
Ukuran
Fosil reptil ditemukan dalam ukuran yang bervariasi, dari kecil sampai
berukuran besar. Dari reptil yang ada pada masa sekarang, anaconda di Amerika
Serikat dapat tumbuh sampai 990 cm, komodo (varanus komodoensis) memiliki
panjang tubuh 285 cm. Beberapa jenis kura-kura darat dari pulau Galapagos
mencapai panjang 120 cm. Buaya yang ditemukan tahun 1821 di Luzzon Philipina
mencapai panjang 610 cm. Ular Laptotyphlops dari Siria berukuran seperti jarum
renda, dan ada pula kadal Lepidoblepharis dari Panama yang panjangnya 5 cm,
sebagian besar di Amerika Utara berukuran 20 120 cm, dan kadal dengan panjang
di bawah 30 cm.
5
Anaconda 4,6 meter Varanus komodoensis 285 cm
Lepidoblepharis heyerorum 5 cm
Struktur Eksternal
Morfologi reptil meliputi kepala yang terpisah, leher, tubuh, dan ekor,
angggota tubuh berukuran pendek dengan sejumlah jari yang pada bagian
ujungnya dilengkapi cakar dan begitupun ada juga sebagian subordo yang lain
yang tidak memiliki jari. Mulutnya yang panjang dilengkapi dengan gigi. Buaya
misalnya di dekat ujung moncong terdapat dua lubang hidung. Mata berukuran
besar dan terletak lateral, dengan kelopak atas dan bawah, serta membran niktitans
transparan yang dapat bergerak di bawah kelopak mata, telinga berukuran kecil
terletak dibelakang mata. Anus terletak longitudinal dibelakang pangkal kaki
belakang.
Reptil memiliki kulit bersisik tanpa kelenjar, bulu, rambut atau kelenjar
susu seperti pada mamalia (Goin, Goin, dan Zug, 1978). Tidak seperti ikan, sisik
reptil tidak saling terpisah. Warna kulit beragam, dari warna yang menyerupai
lingkungannya sampai warna yang membuat reptil mudah terlihat. Semua reptil
tidak memiliki telinga eksternal (Halliday dan Adler, 2000). Pada sebagian besar
reptil terdapat perbedaan antara jantan dan betina yaitu pada ukuran dan bentuk,
maupun warna tubuh dewasa (Halliday dan Adler, 2000).
Ciri yang membedakan kura-kura dengan satwa lain adalah perisai yang
terdapat pada tubuh kura-kura. Perisai tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu
karapaks yang menutupi punggung kura-kura dan plastron yang menutupi perut
kura-kura. Perisai ini terdiri dari sisik yang merupakan lapisan epidermis yang
termodifikasi. Ukuran kura-kura berkisar dari 11-185 cm (Halliday dan Adler,
2002).
Kadal memiliki beragam bentuk, ukuran dan warna. Sebagian besar
memiliki empat kaki, walaupun terdapat beberapa jenis yang tidak berkaki.
6
Ukuran Snout-Vent Length (SVL) kadal berkisar dari 1,5-145 cm, tetapi sebagian
besar berkisar antara 6-20 cm (Halliday dan Adler, 2000).
Ular adalah reptil yang tidak memiliki kaki, kelopak mata, atau telinga
eksternal. Seluruh tubuhnya tertutup oleh sisik (O’Shea dan Halliday, 2001).
Jumlah, bentuk dan penataan sisik ular dapat digunakan untuk mengidenifikasi
jenis ular (Mattison, 1992). Ukuran tubuh ular berkisar dari 10 mm sampai 10 m.
Ular terpanjang berasal dari famili Pythonidae. Sebagian besar ular berukuran
antara 45-200 cm, dan 10-20% dari panjang tersebut adalah panjang ekor
(Mattison, 1992).
Amphisbaenia yang juga disebut worm lizard adalah satwa dengan tubuh
panjang, silindris dengan ekor yang pendek. Amphisbaenia tidak memiliki kaki,
kecuali pada marga Bipes yang memiliki sepasang kaki depan. Tubuh
Amphisbaenia ditutupi oleh sisik kecil yang teratur dalam cincin yang disebut
annuli (O’Shea dan Halliday, 2001).
Ordo Crocodilia adalah satwa dengan kulit tebal dan bersisik. Buaya
memiliki ekor yang besar dan rahang yang kuat. Mata dan lubang hidung buaya
terletak di bagian atas kepala sehingga mereka dapat melihat mangsa ketika
berada di air. Buaya memiliki jantung dan otak paling modern dibandingkan
dengan reptil lainnya. Ukuran buaya dapat mencapai 7,5 m (O’Shea dan Halliday,
2001; Hallidaydan Adler, 2000).
7
dengan sayap burung dan kelelawar. Sayap reptil tersebut terdiri dari membran
yang diperkuat oleh kolagen yang membentang di antara batang tubuh atau kaki
belakang dan satu jari yang sangat panjang pada kaki depan. Fosil-fosil yang
terawetkan dengan baik menunjukkan bukti otot, pembuluh darah, dan saraf pada
membran sayap, menunjukkan bahwa pterosaurus dapat menyesuaikan membran-
membran sayapnya secara dinamis untuk membantunya terbang.
Pterosaurus terkecil tak lebih besar dari burung gereja, dan yang terbesar
memiliki rentang sayap hampir 11 m. Pterosaurus tampaknya telah
mengonvergensikan banyak peran ekologis yang kemudian dipegang oleh burung;
sebagian merupakan pemakan serangga, yang lain menyambar ikan dari laut,
sementara yang lain lagi menyaring hewan-hewan kecil melalui ribuan gigi-gigi
kecil serupa-jarum. Namun pada pengujung Periode Kreta 65 juta tahun lalu,
pterosaurus telah punah.
Di darat, dinosaurus (dinosaur) berdiverfisikasi menjadi beraneka ragam
bentuk dan ukuran, mulai dari bipeda seukuran burung merpati hingga
kuadrupeda sepanjang 45 m dengan leher yang cukup panjang untuk memakan
dedaunan di puncak pohon. Salah satu garis keturunan dinosaurus, ornistiskia
(ornithischia), merupakan herbivor; mereka mencakup banyak spesies dengan
bentuk pertahanan yang rumit untuk melawan predator, misalnya ekor gada dan
pial bertanduk. Garis keturunan utama dinosaurus yang lain, sauriskia
(saurischia), mencakup raksasa-raksasa berleher panjang dan kelompok yang
disebut teropoda (theropod), yang merupakan karnivor bipedal. Teropoda
termasuk Tyrannosaurus rex yang tenar serta nenek moyang burung.
Terjadi debat yang terus berlangsung tentang metabolisme dinosaurus.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa iklim Mesozoikum selama sebagian besar
masa hidup dinosaurus relatif hangat dan konsisten. Para peneliti juga menyatakan
bahwa rasio luas permukaan-terhadap- 5 volume yang rendah pada dinosaurus
yang berukuran besar dikombinasikan dengan berbagai adaptasi perilaku seperti
berjemur mungkin cukup bagi ektoterm untuk menjaga suhu tubuh yang sesuai.
Akan tetapi, beberapa bukti anatomis mendukung hipotesis bahwa setidaknya
beberapa dinosaurus bersifat endotermik. Lebih lanjut, para ahli paleontologi telah
menemukan fosil-fosil dinosaurus di Antartika maupun Arktik; walaupun iklim di
wilayah-wilayah ini lebih hangat ketika dinosaurus masih hidup dibandingkan
dengan saat ini, suhu di kedua tempat tersebut cukup dingin sehingga dinosaurus
yang berukuran kecil mungkin menghadapi kesulitan mempertahankan suhu tubuh
yang tinggi melalui ektotermi. Dinosaurus yang berevolusi menjadi burung
pastilah endotermik seperti semua burung masa kini.
Secara tradisional, dinosaurus dianggap sebagai makhluk yang lambat dan
lamban. Akan tetapi, sejak awal tahun 1970-an, berbagaí penemuan fosil dan
penelitian telah mengarah pada kesimpulan bahwa banyak dinosaurus merupakan
hewan yang gesit, bergerak cepat, dan pada beberapa kasus, bersifat sosial. Para
ahli paleontologi juga menemukan bukti bahwa beberapa dinosaurus membangun
8
sarang dan mengerami telur-telurnya, seperti yang dilakukan oleh burung masa
kini (lihat Peraga 26.17)
Semua dinosaurus kecuali burung menjadi punah pada pengujung Periode
Kreta. Kepunahan dinosaurus mungkin sebagian disebabkan oleh tumbukan
asteroid atau komet. Beberapa analisis catatan fosil konsisten dengan gagasan ini
yang menunjukkan penurunan mendadak terhadap keanekaragaman dinosaurus
pada pengujung Periode Kreta. Akan tetapi, analisis-analisis lain mengindikasikan
bahwa jumlah spesies dinosaurus mulai mengalami penurunan beberapa juta
tahun sebelum Periode Kreta berakhir. Penemuan-penemuan fosil lebih lanjut dan
analisis-analisis baru akan diperlukan untuk mengakhiri perdebatan ini.
Sistem otot pada reptil, misalnya pada buaya, otot buaya lebih variatif
untuk membantu pergerakkan di darat dan di air. Otot bagian kepala, leher, dan
kaki sudah mengalami diferensiasi sempurna.
9
Sistem Integumen
Perbedaan bentuk dan komposisi sisik-sisik ini pada berbagai bagian tubuh
reptil biasa digunakan untuk mengidentifikasi spesies hewan tersebut.
10
(bunglon) perubahan ini relatif cepat, karena selalu dibawah kontrol sistem
nervosum outonomicum.
Sistem Pernapasan
Sistem respirasi reptil dimulai dari masuknya udara melalui nares eksterna
terus menembus plat yang keras menuju ke nares interna (di belakang lubang) ini
pada reptil yang hidup di air terdapat vellum dan kemudian melalui glottis sebagai
celah lingua menuju ke larynx. Larynx tersusun atas tulang rawan tiga buah dan
berisi beberapa pasang pita suara (bagi yang bersuara). Selanjutnya berhubungan
dengan trachea yang terdiri atas gelang-gelang rawan. Trachea bercabang menjadi
2 bronchi, yang selanjutnya masing – masing menuju ke paru-paru. Paru-paru
terbagi atas bagian-bagian interior yang lebih kompleks dari pada amphibia yang
mengandung capilair pulmonalis.
Fase inspirasi: otot tulang rusuk berkontraksi sehingga rongga dada membesar
yang diikuti paru-paru mengembang, akibatnya udara dari luar masuk melalui
lubang hidung, trakea, bronkus, dan paru-paru.
Gas O2 dalam udara masuk melalui hidung → rongga mulut → anak tekak
→ trakea yang panjang → bronkiolus dalam paru-paru → dari paru-paru O2
diangkut darah menuju ke seluruh jaringan tubuh.
Fase ekspirasi: otot tulang rusuk relaksasi sehingga rongga dada dan paru-paru
mengecil, akibatnya udara dari paru-paru keluar melalui paru-paru, bronkus,
trakea, dan lubang hidung.
11
Dari jaringan tubuh gas CO2 → di angkut darah menuju jantung → kemudian
menuju ke paru-paru untuk dikeluarkan → bronkiolus → trakea yang panjang
→ anak tekak → rongga mulut → dan terakhir melalui lubang hidung.
12
Peredaran darah ganda terdiri atas:
Ada tiga pola sistem sirkulasi pada reptil. Sistem peredaran darah pada
reptil tidak bisa disamaratakan dalam satu model. Ini tidak begitu mengherankan
mengingat keragaman morfologi, fisiologi dan perilaku yang ditemukan didalam
kelas ini.
Model jantung reptil terbagi menjadi tiga pola, yaitu: pola Squamata, pola
Varanid, dan Pola Crocodilian.
Pola Squamata
Pola ini ditandai dengan tiga ruang jantung (2 atrium dan 1 ventrikel jantung).
Atrium kanan menerima darah miskin oksigen lalu diteruskan ke cavum venosum
ventrikel. Atrium kiri menerima darah kaya oksigen dari paru-paru lalu diteruskan
13
ke cavum arteriosum. Kontraksi ventrikuler pada pola ini adalah tunggal, yang
mana akan berakibat pada tercampurnya darah miskin oksigen dan darah kaya
oksigen.
Pola Varanid
Kelompok kadal-kadalan/varanida biasanya memiliki tingkat metabolisme yang
lebih tinggi dari Reptil lainnya dan memiliki sedikit perbedaan struktur jantung.
Pola ini memiliki karakteristik barjantung tiga ruang tetapi cavum venosum-nya
lebih kecil dari pada cavum venosum pada pola Squamata. Selain itu peredaran
darahnya ganda. Perbedaan ini mengurangi resiko percampuran darah yang kaya
oksigen dan darah yang miskin oksigen. Namun percampuran masih dapat terjadi
dalam beberapa keadaan.
Pola Crocodillan
Pola ini merupakan karakteristik dari crocodillan. Jantungnya terdiri dari empat
ruangan (dua atrium dan dua ventrikel), tetapi terdapat saluran sempit, yaitu
forament Panizza, yang menghubungkan dua arteri utama (arteri kanan dan arteri
kiri). Dua sistem arteri ini muncul dari ruang ventrikel yang berbeda (arteri kiri
dari ventrikel kanan, dan arteri kanan dari ventrikel kiri). Ini memberikan
kesempatan bagi paru-paru untuk melakukan anoxia (mengurangi suplai oksigen
pada jaringan tubuh) pada kondisi tertentu, misalnya ketika menyelam dalam air.
Menurut para penyelam sukarelawan, buaya dapat diam dalam air selama 10-15
menit. Ketika buaya sedang bersembunyi dari mangsanya, kemampuan menyelam
ini bisa lebih lama lagi, sekitar 30 menit atau lebih. Eksperiment menunjukkan
bahwa kebanyakan buaya sebenarnya dapat bertahan dibawah air hingga 2 jam
jika dalam keadaan tertekan. Darah miskin oksigen dari tubuh diterima oleh
atrium kanan dan di transfer ke ventrikel kanan. Dari sana darah dipompa ke paru-
paru dan kembali ke atrium kiri. Darah kaya akan oksigen ini kemudian dipompa
oleh ventrikel kiri menuju seluruh tubuh.
Walaupun sistem arteri kiri berasal dari ventrikel kanan, darah ini tersuplai oleh
oksigen dari darah kaya oksigen di ventrikel kiri melalui foramen panizza. Karena
tekanan dalam sistem sirkulasi lebih tinggi dari sirkulasi paru-paru. Katup pada
basal sistem arteri kiri tetap tertutup untuk menjaga darah tetap terpisah. Ketika
buaya menyelam, tekanan udara terbentuk dalam paru-paru, menurunkan aliran
darah pada sistem paru-paru. Ini menurunkan jumlah darah yang mengalir ke
paru-paru dan output dari ventrikel kanan langsung masuk ke sistem arteri kiri.
Dengan cara ini, buaya mampu mencegah aliran darah ke paru-paru jika tidak
diperlukan.
14
Khusus pada jantung buaya, pada sekat antar ventrikel terdapat lubang kecil yang
disebut foramen panizzae yang berfungsi sebagai berikut.
Memungkinkan distribusi oksigen yang cukup ke alat pencernaan.
Memelihara keseimbangan tekanan cairan di dalam jantung pada waktu
menyelam.
Sistem Ekskresi
Alat Ekskresi
Sepasang ginjal metanefros: berfungsi setelah pronefros dan mesonefros yang
merupakan alat ekskresi pada stadium embrional menghilang.
Vesika Urinaria/kandung kemih: (tidak terdapat pada buaya sehingga asam urat
keluar bersama feses)
Kloaka: muara vesika urinaria (merupakan satu-satunya lubang untuk
mengeluarkan zat-zat hasil metabolisme).
Kelenjar Garam (terdapat pada penyu laut) : mengurangi kandungan garam
Reptil yang hidup di darat sisa hasil metabolismenya berupa asam urat
yang dikeluarkan dalam bentuk bahan setengah padat berwarna putih. Reptil
hanya menggunakan sedikit air untuk membilas sampah nitrogen dari darah
karena sebagian besar sisa metabolisme diekskresikan sebagai asam urat yang
tidak beracun. Sisa air direabsorbsi oleh bagian tabung ginjal. Pada buaya dan
penyu air tawar mengekskresikan asam urat dan amonia. Pada penyu laut ekskresi
garam dari sepanjang kelenjar garam di kepala yang bermuara di sudut mata.
Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan pada reptil terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Reptil pada umumnya terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Pada umumnya reptil adalah karnivora (pemakan daging). Saluran
pencernaannya terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan kloaka.
Kelenjar pencernaannya terdiri atas kelenjar ludah, pankreas dan hati.
Rongga Mulut, disokong oleh rahang atas dan rahang bawah. Pada
masing-masing rahang terdapat gigi-gigi yang berbentuk kerucut. Gigi menempel
pada gusi dan sedikit melengkung kearah rongga mulut. Dan khusus pada ular
berbisa akan tumbuh gigi yang dapat menghasilkan racun yang terdapat pada
rongga mulut. Pada buaya giginya bisa mengalami 50 kali pergantian. Pada
umumnya reptil tidak mengunyah makanannya jadi giginya berfungsi sebagai
penangkap mangsa.
Pada rongga mulut terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung
bercabang dua. Pada reptilian pemakan insekta memiliki lidah yang dapat
15
dijulurkan, sedangkan pada buaya dan kura-kura lidahnya relative kecil dan tidak
dapat dijulurkan. Lidah ular berbentuk pembuluh yang terbungkus oleh selaput
dan terletak di bagian rahang bawah. Memiliki kelenjar mukoid yang sekretnya
berfungsi agar rongga mulut tetap basah dan dapat dengan mudah menelan
mangsanya. Pada ular kelenjar labia bermodifikasi menjadi kelenjar poison yang
bermuara di kantung yang terletak di daerah gigi taring dan dikeluarkan melalui
gigi tersebut.
Intestinum terdiri dari usus halus dan usus tebal yang bermuara pada
anus. Dalam usus halus terjadi proses penyerapan dan sisanya menuju ke rectum,
kemudian diteruskan ke kloaka untuk dibuang. Ukuran usus disesuaikan dengan
bentuk tubuhnya.
Sistem Reproduksi
16
seperti ular dan kadal. Ovovivipar merupakan embrio yang berkembang di dalam
telur, tetapi telur tersebut masih tersimpan di dalam tubuh induk betina. Embrio
mendapat makanan dari cadangan makanan yang berada di dalam telur. Setelah
cukup umur, telur akan pecah di dalam tubuh induknya dan anak (individu baru)
akan keluar dari vagina induk betinanya. Contoh hewan ovovivipar adalah
kelompok reptil (kadal) dan ikan hiu.
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan
pada saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang
yang tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam
lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang
hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning
telur yang berlimpah. Reptil betina meninggalkan telurnya untuk menetas dalam
lubang buatan atau di bawah lapisan tanah atau serasah. Betina dari beberapa jenis
tertentu diketahui untuk menjaga telurnya, seperti pada kadal Eumeces sp. dan
ular python (Goin, Goin dan Zug, 1978).
Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta
berbagai jenis buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun
mereka akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.
Genitalia Jantan
17
a. Testis berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah
sepasang, dan terletak di dorsal rongga abdomen. Pada kadal dan ular, salah satu
testis terletak lebih ke depan dari pada yang lain. Testis akan membesar saat
musim kawin.
Genitalia Betina
Pada reptil, organ genitalia masculine terdiri atas testis yang berbentuk
oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah sepasang, terletak di
dorsal rongga abdomen yang di gantung oleh mesorchium. Pada kadal dan ular,
salah satu testis terletak lebih ke depan dari pada yang lain. Testis akan membesar
saat musim kawin. Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai
saluran reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf
dekat testis bergelung membentuk epididimis. Epididimis sebagai saluran yang
sangat berkelok-kelok keluar dari testes di sebelah lateral testes. Tubulus
mesonefrus membentuk duktus aferen yang menghubungkan tubulus seminiferus
testis dengan epididimis. Duktus wolf bagian posterior menjadi duktus deferen.
Pada kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan ureter dan memasuki
kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus urogenital yang pendek. Hemipenis
merupakan sepasang alat capulatio yang berupa tonjolan di dinding cloaka.
Hemipenis ini jika dalam keadaan istirahat akan melipat masuk ke dalam pangkal
18
cauda dengan dinding ototnya di bagian luar, kemudian jika akan mengadakan
copulatio di tonjolkan keluar. Semua reptil selain spenodon memiliki organ
kopulatoris, ular dan kadal mempunyai hemipenis, sedangkan pada buaya penis.
Sistem Saraf
Pada reptil otak besar berkembang dengan baik, sebagai pusat saraf
pembau. Otak besar ini meluas sehingga menutupi otak tengah. Bagian lainnya
kurang berkembang. Otak reptil terdiri atas dua lobus olfaktorius yang panjang,
hemisfer serebral, 2 lobus optikus, serebellum, medulla oblongata yang melanjut
ke korda saraf. Reptil memiliki penciuman yang tajam. Lobus optikulus yang
berada ditengah menyebabkan lobus optikulus terdesak oleh otak besar sehingga
reptil kurang baik dalam penglihatan. Di bawah hemisfer serebral terdapat traktus
optikus dan syaraf optikus, infundibulum, dan hipofisis. Terdapat 12 pasang saraf
kranial. Pasangan-pasangan saraf spinal menuju ke somit-somit tubuh. Pada lidah
terdapat kuncup-kuncup perasa, dan terdapat organ pembau pada rongga hidung.
Mata dengan kelenjar air mata. Telinganya seperti telinga vertebrata rendah.
Saluran auditori eksternal tertutup kulit, dengan membran tympani. Telinga dalam
dengan tiga saluran semi sirkular untuk mendengar. Dari ruang tympani ada
saluran eustachius dan bermuara dalam faring di belakang hidung dalam.
Sistem saraf pada reptil terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang.
Sistem Indra
Indra Penglihatan
Secara umum, reptil memiliki struktur mata yang sama dengan vertebrata
lainnya. Ada yang memiliki kelopak mata, ada pula yang tidak. Akomodasi pada
semua reptil kecuali ular diatur oleh lensa yang dikelilingi dengan cincin otot
sehingga lensa dapat memipih dan membesar. Sementara pada ular, untuk
akomodasi lensa mata dapat diarahkan maju-mundur.
19
Mata pada ular tidak memiliki kelopak mata, tapi dilindungi oleh selaput
transparan. Penglihatan ular tidak sejelas penglihatan manusia. Sensor yang
ditangkap adalah bayangan dan sensitif terhadap cahaya dan panas.
Sebagian besar ular juga memiliki mata median yang berada di atas
kepalanya. Mata median merupakan hasil envaginasi dari dienchephalon. Mata
median ini tidak membentuk gambaran retina. Fungsinya adalah untuk mengamati
durasi dari fotoperiodisme lingkungan dan memasukkan pengaruhnya terhadap
ritme biologis. Mata median ini diduga juga berguna untuk menakar kadar radiasi
sinar matahari yang memapar tubuh ular.
Pada bunglon, mata lateralnya dapat berputar 360o. Selain itu, kedua mata
lateralnya dapat bergerak ke arah yang berbeda. Sehingga, hewan ini dapat
melihat ke dua arah sekaligus.
Indra Pendengaran
Kemoreseptor Khusus
1) Organ Vomeronasal
Organ ini fungsinya ekuivalen dengan indera pembau pada manusia. Karena
hidung ular hanya memiliki epitel respirasi, maka fungsi penciumannya
digantikan oleh organ ini. Organ vomeronasal atau organ Jacobson berhubungan
dengan bulbus olfaktorius dan berfungsi sebagai pendeteksi kimia adanya mangsa
maupun pemangsa. Lidah berfungsi sebagai pembawa sinyal kimia berupa gas
dari lingkungan ke dalam organ ini.
2) Organ Perasa
Lidah pada reptil memiliki sedikit kuncup kecap. Sehingga, ia bisa merasakan
mangsanya.
20
3) Pit Organ
Pit organ merupakan detektor panas pada ular. Pit organ ini berupa lubang- lubang
di depan wajah ular yang di dalamnya terdapat membran thermoreseptor. Pada
gambar berikut, organ pit ditunjukkan dengan panah warna merah. Sementara,
panah berwarna hitam menunjukkan lubang hidungnya.
D. Klasifikasi Reptil
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub-filum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Sub Kelas : Eureptilia
Super Ordo : Lepidosauria,
Testudines,
Archosauria
Ordo : Testudines, yaitu kura-kura;
Squamata, yaitu kadal, ular, dan amphisbaenia;
Rhynchocephalia, yaitu Tuatara, dan
Crocodylia, yaitu buaya.
Ciri-ciri :
• Memiliki tubuh yang ditutupi oleh cangkang yang terdiri dari sebuah
karapaks pada bagian dorsal dan plastron pada bagian dermal.
• Memiliki rahang tanpa gigi tapi dilengkapi paruh tapi dilengkapi paruh
dari zat tanduk.
21
• Mempunyai tengkorak yang tidak mempunyai lubang temporal.
• Hanya memiliki satu lubang hidung.
• Lubang kloaka memanjang dan penis tunggal.
Penyu merupakan hewan reptil yang termasuk ordo testudinata. Pada fase
berkembang biak, Penyu menuju tepi pantai untuk bertelur. Penyu laut mempunyai
cangkang yang ringan dan datar sehingga dapat bergerk dengan lebih mudah di dalam
air. Penyu dan kura-kura adalah anggota kuno dari dunia reptil dan mampu bertahan
hidup hingga 150 tahun. Habitat kura-kura adalah gurun, padang rumput, hutan, rawa,
sungai dan laut. Sedangkan habitat penyu yaitu di laut dan tepi laut. Makanannya adalah
tumbuhan yang hidup di dalam air.
Spesies pada ordo ini memiliki tubuh bulat pipih dan umumnya relative besar,
terbungkus oleh perisai. Perisai sebelah dorsal cembung yang disebut karapaks, dan
perisai sebelah ventral datar yang disebut plastron. Kedua bagian perisai itu
digabungkan pada bagian lateral bawah, dibungkus oleh kulit dengan lapisan zat tanduk
tebal. Tidak mempunyai gigi, tetapi rahang berkulit tanduk sebagai gantinya. Tulang
kuadrat pada cranium mempunyai hubungan bebas dengan rahang bawah, sehingga
rahang bawah mudah digerakkan. Tulang belakang toraks dan tulang costae (rusuk)
biasanya menjadi satu dengan perisai. Termasuk hewan ovipar. Telurnya diletakkan
dalam lubang pasir atau tanah. Ekstremitas sebagai alat gerak baik di darat maupun di
air.
22
Ordo Testudinata terbagi atas dua famili, yaitu:
Famili Testudinidae (kura-kura)
Kura-kura adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk golongan reptil.
Bangsa hewan yang di sebut ordo Testudinata ini khas dan mudah dikenali adanya
rumah atau batok (bony shell) yang keras dan kaku. Batok kura-kura ini terdiri
dari dua bagian. Bagian atas yang menutupi punggung di sebut karapaks dan
bagian bawah di sebut plastron. Kemudian dari setiap bagiannya terdiri dari dua
lapis. Lapisan luar umunya berupa sisik besar dan keras, dan tersusun seperti
genting, sementara lapisan bagian dalam berupa lempeng tulang yang tersusun
rapat seperti tempurung (Chin Kwok, 2009).
Kura-kura hidup di berbagai tempat, mulai daerah gurun, padang rumput, hutan,
rawa dan laut. Sebagian jenisnya hidup sepenuhnya akuatik, baik di air tawar
maupun di lautan. Kura-kura ada yang bersifat pemakan tumbuhan, daging dan
campuran. Kura-kura tidak memiliki gigi akan tetapi perkerasan tulang di
moncong kura-kura sanggup memotong apa saja yang menjadi makanannya.
Ukuran tubuh kura-kura bermacam-macam, ada yang kecil ada yang besar (Chin
Kwok, 2009).
Macam Kura-Kura
Heosemys spinosa di sebut kura-kura matahari, banyak ditemukan di hutan
hujan tropis dataran rendah samapai ketinggian sedang. Kura-kura matahari
mempunyai bentuk karapaks yang unik, bagian sisinya runcing panjang dan
menyerupai pancaran sinar matahari. Warna karapaks kuning, hitam dan
coklat yang cerah, terutama pada usia muda. Status kura-kura matahari
23
terancam punah, karena jenis ini banyak disukai sehingga sering di cari di
alam untuk dijadikan hewan peliharaan. Habitatnya adalah wilayah hutan
yang lembab, terkadang berada di sungai kecil dan dangkal. Persebaran alami
jenis ini adalah di Sumatera. Dan pakan alami berupa tumbuhan dan hewan
(Susandarini Ratna, 2012).
Gambar Heosemys spinosa
24
Gambar Dogania subplana
Chelonian atau penyu adalah salah satu plasma nutfah dan kekayaan hayati
bernilai tak terkira dari Indonesia dimana terdapat nilai-nilai simbolik yang
merefleksikan peran ekologi, sosial, dan ekonomi yang bisa ditemukan di
berbagai kelompok masyarakat pesisir Indonesia. Penyu sangat perlu dilindungi
karena mereka membawa zat-zat hara penyubur perairan dari satu tempat ke
tempat yang lain, sehingga laut akan terus memiliki kehidupan ikan yang berguna
sebagai mata pencaharian bagi nelayan (Adnyana W, 2009).
Macam-macam Penyu
Perairan Indonesia dihuni oleh enam spesies penyu dari tujuh spesies yang tersisa
di bumi, kecuali Lepidochelys kempi yang hanya ada di perairan Amerika Latin.
Adapun keenam jenis penyu tersebut adalah penyu belimbing (Dermochelys
coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu tempayan (Caretta
caretta), penyu pipih (Natator depressus), penyu lekang (Lepidochelys olivacea)
dan penyu hijau (Chelonia mydas). Jenis penyu hijau (Chelonia mydas L.)
mengalami eksploitasi yang paling intensif dan tergolong dalam kategori
terancam punah (Hatasura, 2003).
25
prefrontal yang berbentuk lonjong. Sisik-sisik pada flipper penyu ini
umumnya besar-besar dan terdapat sebuah kuku kecil di sisi bagian depan
flippernya. Warna karapas coklat terang sampai coklat tua dengan bintik-
bintik berwarna gelap (Pritchard dan Mortimer 1999)
Seluruh spesies penyu memiliki siklus hidup yang sama dengan penyu
lainnya. Secara umum siklus hidup penyu terbagi atas pantai peneluran, ruaya
pakan dan ruaya kawin. Dalam mencapai dewasa kelamin penyu mempunyai
pertumbuhan yang sangat lambat dan memerlukan waktu berpuluh-puluh tahun
untuk mencapai usia produktifnya. Penyu dewasa hidup bertahun-tahun di satu
26
tempat sebelum bermigrasi untuk kawin dengan menempuh jarak yang jauh,
yaitu bisa mencapai hingga 3000 km. Pada umur sekitar 20-50 tahun, penyu
jantan dan betina bermigrasi ke daerah peneluran di sekitar daerah kelahirannya.
Perkawinan penyu dewasa terjadi di lepas pantai satu atau dua bulan sebelum
peneluran pertama di musim tersebut (Pedoman Teknis Konservasi Penyu,
2009).
Tukik yang baru menetas dan keluar dari sarangnya akan langsung
bergerak menuju kelaut, karena proses alaminya yang ada berkaitan dengan
medan magnet cahaya. Setelah mencapai laut, tukik-tukik itu menuju ke laut
lepas hingga mencapai arus samudra dengan cadangan makanan kuning telur
yang ada ditubuhnya. Fase awal berkelana ini sering disebut sebagai “tahun yang
hilang”, yang lamanya bervariasi sesuai dengan jenis dan populasinya (Pedoman
tekhnis Konservasi Penyu, 2009).
27
pudar, mempunyai lima buah atau lebih sisik lateral di sisi sampingnya dan
merupakan penyu terkecil di antara semua jenis penyu yang ada saat ini.
Penyu lekang merupakan jenis karnivora, mereka memakan kepiting,
kerang, udang dan kerang remis (Pritchard dan Mortimer 1999).
2. Ordo Squamata
28
Dibawah sisik terdapat keeping tulang (osteoderm) pada beberapa jenis
squamata
Gigi terdapat pada rahang, kadang pada langit-langit
Kepala diapsid (mempunyai dua lubang temporal)
Organ Jacobson berkembang dengan baik dan terpisah dari rongga hidung
(untuk merasakan rangsang bau)
Ovovipivar (pada beberapa jenis)
Rahang bawahnya yang bersatu pada rahang atas
Ordo ini memiliki tubuh yang ditutupi sisik epidermis bertanduk yang secara
periodik mengelupas sebagian-sebagian atau keseluruhan. Osteoderm biasanya
tidak ada tapi pada beberapa jenis Squamata terdapat pada kepala dan tempat lain.
Kepala pada dasarnya tipe diapsid, arkade bawah tidak sempurna atau tidak ada
dan arkade atas juga sering demikian. Tidak memiliki tulang kuadratojugal
(penghubung tulang kuadrat dan jugal) sehingga memungkinkan terjadinya
gerakan kinesis (pergerakkan tengkorak akibat posisi tulang kuadrat). Lubang
hidung berpasangan. Sering memiliki mata pineal pada kelompok kadal tapi pada
kelompok ular tidak ditemukan. Memiliki lubang kloaka transversal dan pada
yang jantan terdapat dua hemipenis. Organ Jacobson berkembang baik dan
terpisah sempurna dari rongga hidung.
Sub ordo ini memiliki tubuh berbentuk silindris, mempunyai dua pasang
extremitas. Cingulum anterior (pectoral girdle) dan cingulum posterior (pelvic
girdle) tumbuh baik. Makanannya berupa insekta atau invertebrata lainnya, ada
yang herbivora. Terdapat di daerah tropis. Sub ordo Lacertilia umumnya adalah
hewan pentadactylus dan bercakar, dengan sisik yang bervariasi. Sisik tersebut
terbuat dari bahan tanduk namun ada pula yang sisiknya termodifikasi membentuk
tuberkulum. Dan sebagian lagi menjadi spina. Sisik-sisik ini dapat mengelupas.
Pengelupasannya berlangsung sebagian dalam artian tidak semua sisik
mengelupas pada saat yang bersamaan (Zug, 1993).
Ciri lain yang membedakan dari Sub ordo Ophidia adalah rahang bawahnya yang
bersatu pada rahang atas pada bagian yang disebut satura. Selain itu pada
Lacertilia mereka memiliki kelopak mata dan lubang telinga. Selain itu pada
beberapa anggota Subordo Lacertilia, ada yang dapat melepaskan ekornya.
Contohnya pada Mabouya sp (Zug, 1993). Lidah Lacertilia panjang dan adapula
29
yang bercabang. Pada beberapa spesies lidah ini dapat ditembakkan untuk
menangkap mangsa seperti pada Chameleon sp.
Ciri-ciri :
Tubuh panjang
Mandibula bersatu di bagian anterior.
Tulang kuadrat berkontrak dengan pterigoid.
Kelopak mata biasa dapat digerakkan.
Sabuk pectoral tumbuh baik atau tinggal sebagai sisa (vastigum).
Bentuk lidah bercabang.
Mempunyai kandung kemih.
Untuk famili dari sub ordo lacertilian ini banyak ada 16 famili. Dari kesemua
famili anggota lacertilia, terdapat 4 famili yang ada di Indonesia, yaitu Agamidae,
Gekkonidae, Scincidae, Varanidae.
Famili Agamidae
Famili ini memiliki ciri badan pipih, tubuhnya ditutup sisik bentuk bintil atau
yang tersusun seperti genting, demikian pula dengan kepalanya penuh tertutup
sisik. Lidahnya pendek, tebal, sedikit berlekuk di ujung serta bervilli. Jari-jarinya
kadang bergerigi atau berlunas. Tipe gigi acrodont. Pada Draco volans memiliki
pelebaran tulang rusuk dengan lipatan kulit. Habitatnya di pohon dan semak.
30
Draco volans Bronchocela jubata
Famili Scincidae
Ciri umum dari famili ini adalah badannya tertutup oleh sisik sikloid yang sama
besar, demikian pula dengan kepalanya yang tertutup oleh sisik yang besar dan
simetris. Lidahnya tipis dengan papilla yang berbentuk seperti belah ketupat dan
tersusun seperti genting. Tipe giginya pleurodont. Matanya memiliki pupil yang
membulat dengan kelopak mata yang jelas. Ekornya panjang dan rapuh. Contoh
spesies famili ini adalah Mabouya multifasciata.
Mabouya multifasciata
Famili Varanidae
Ciri dari famili ini adalah badannya yang besar dengan sisik yang bulat di bagian
dorsalnya sedang di bagian ventral sisik melintang dan terkadang terdapat lipatan
kulit di bagian leher dan badannnya. Lehernya panjang dengan kepala yang tertutup
oleh sisik yang berbentuk polygonal. Lidahnya panjang bercabang dan tipe giginya
pleurodont. Pupil matanya bulat dengan kelopak dan lubang telinga yang nyata (Zug,
1993).
Anggota famili ini yang terbesar adalah komodo ( Varanus komodoensis ) yang
panjangnya dapat lebih dari 3 meter. Komodo persebarannya terbatas di beberapa
pulau kecil di Nusa Tenggara. Suku varanidae terdiri dari dua kelompok yang
sedikit berbeda, yaitu marga Varanus yang besar ( lebih dari 35 spesies di seluruh
dunia) dan marga Lanthanous yang sejauh ini berisi spesies tunggal L. Borneensis
yang bersalah dari kalimantan. Marga Lanthanous ini merupakan biawak yang
bertubuh kecil dan tanpa lubang telinga.
31
Varanus komodoensis
Famili Gekkonidae
Kebanyakan gecko berwarna gelap namun ada pula yang berwarna terang.
Beberapa spesies dapat mengubah warna kulitnya untuk membaur dengan
lingkungannya ataupun dengan temperatur lingkungannya. Beberapa spesies
dapat melakukan parthenogenesis dan juga beberapa spesies betina dapat
berkembang biak tanpa pembuahan
Sub ordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan reptil yang
seluruh anggotanya tidak berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-ciri ini dapat
diketahui bahwa semua jenis ular termasuk dalam sub ordo ini. Ciri lain dari sub
ordo ini adalah seluruh anggotanya tidak memiliki kelopak mata. Sedangkan
32
fungsi pelindung mata digantikan oleh sisik yang transparan yang menutupinya.
Berbeda dengan anggota Ordo Squamata yang lain, pertemuan tulang rahang
bawahnya dihubungkan dengan ligament elastis (Zug, 1993).
Keunikan lain yang dimiliki oleh sub ordo ini adalah seluruh organ tubuhnya
termodifikasi memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris, paru-paru kiri
umumnya vestigial atau mereduksi. Memiliki organ perasa sentuhan (tactile
organ) dan reseptor yang disebut Organ Jacobson ada pula pada beberapa jenis
yang dilengkapi dengan Thermosensor. Ada sebagian famili yang memiliki gigi
bisa yang fungsinya utamanya untuk melumpuhkan mangsa dengan jalan
mengalirkan bisa ke dalam aliran darah mangsa (Zug, 1993).
33
Ular mengenali bau mangsa atau bau benda yang lain dengan cara menjulurkan
lidahnya. Pada saat lidahnya menjulur kemudian ditarik kembali ke dalam mulut,
terdapat pertikel-pertikel yang menempel dipermukaan lidahnya. Kemudian
partikel bau tersebut dilewatkan melalui dua rongga kecil yang mengarah ke organ
Jacobson. Rongga yang mengarah ke organ Jacobson dilapisi dengan jaringan
sensitif yang membantu dalam proses keseluruhan proses penciuman ular. Setelah
partikel dilewatkan ke rongga dan organ Jacobson, komposisi partikel dipecah dan
dikirim ke otak melalui serangkaian struktur saraf yang kompleks. Otak kemudian
menerjemahkan partikel-partikel ini dan mengidentifikasi apakah partikel tersebut
milik mangsa, feromon dari ular yang lain atau bersumber dari benda-benda yang
dikenal atau tidak dikenal. Lidah pada ular bercabang karena disesuaikan dengan
fungsinya yaitu untuk menyalurkan partikel ke kedua lubang yang mengarah ke
organ Jacobson. Adanya dua lubang itulah yang mengharuskan ular untuk
melewatkan partikel secara bersamaan ke dalam lubang tersebut (Crawford,
2006).
Ciri umum:
Tidak mempunyai kaki ( tidak mempunyai telapak kaki ).
Lubang telinga, tulang dada (sternum), dan kandung kemih tidak ada.
Mandibula dihubungkan di bagian anterior oleh sebuah ligamentum.
Bola mata tidak dapat digerakkan, tertutup oleh sisi transparan.
Tidak mempunyai kelopak mata.
Lidah panjang, bercabang dua dapat dijulurkan keluar
Famili Typhlopidae
Typhlopidae atau banyak dikenal dengan sebutan ular buta karena memiliki mata
yang vestigial. Kepalanya bulat, dengan ekor yang pendek dan pada ujungnya
terdapat sisik yang mengalami penandukan. Secara keseluruhan badannya pun
berbentuk bulat dan panjangnya hanya mencapai kurang lebih 30cm. Hidupnya di
bawah tanah, di dalam serasah, atau meliang. Genusnya yang paling dikenal
adalah dari Genus Typhlops sedangkan yang lainnya adalah Xenotyphlops,
Acutotyphlops, dan lain-lain. Terdiri dari 6 genus dengan 240 spesies. Umumya
ditemukan di daerah tropis di Asia, Afrika, dan Amerika.
34
Typhlops sp.
Famili Boidae
Boidae dikenal sebagai famili ular pembelit, habitatnya biasanya arboreal. Dengan
persebaran di Columbia, Suriname, Bolivia, Argentina, dan Asia. Pembuluh darah
dan organ pernapasannya masih primitive, memiliki sisa tungkai belakang yang
vestigial. Moncongnya dapat digerakkan. Tipe giginya aglypha. Famili ini
memiliki genus diantaranya: Acrantophis, Boa, Candoia, Corallus, Epicrates,
Eryx, Eunectes, Gongylophis, dan Sanzinia.
Corallus sp.
Famili Hydrophiidae
Hydrophiidae merupakan famili dari ular akuatik yang memiliki bisa yang tinggi.
Tipe gigi bisa yang dimiliki anggota famili ini kebanyakan Proteroglypha dengan
tipe bisa neurotoxin. Biasanya warnanya belang-belang dan sangat mencolok.
Bagian ekor termodifikasi menjadi bentuk pipih seperti dayung yang berfungsi
untuk membantu pergerakan di air. Persebaran anggota famili ini di perairan
tropis yaitu kebanyakan di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat.
Untuk spesies Pelamis platurus persebarannya hingga Samudra Pasifik Timur dan
untuk Aipysurus laevis cenderung untuk hidup di daerah terumbu karang.
Kebanyakan hidup di dasar laut dengan sesekali naik ke permukaan untuk
bernapas
35
Pelamis platurus
Famili Elapidae
Ophiophagus hannah
Famili Colubridae
Famili ini memiliki ciri yang dapat membedakan dengan famili yang lain
diantaranya sisik ventralnya sangat berkembang dengan baik, melebar sesuai
dengan lebar perutnya. Kepalanya biasanya berbentuk oval dengan sisik-sisik
yang tersusun dengan sistematis. Ekor umumnya silindris dan meruncing. Famili
ini meliputi hampir setengah dari spesies ular di dunia. Kebanyakan anggota
famili Colubridae tidak berbisa atau kalaupun berbisa tidak terlalu mematikan
bagi manusia. Gigi bisanya tipe proteroglypha dengan bisa haemotoxin. Genusnya
antara lain: Homalopsis, Natrix, Ptyas, dan Elaphe.
36
Diadophis punctatus
Famili Viperidae
Famili ini memiliki gigi bisa solenoglypha dengan bisa jenis haemotoxin. Famili ini
kebanyakan merupakan ular terran yang hidup di gurun. Namun ada pula yang hidup
di daerah tropis. Tersebar hampir di seluruh dunia. Sisiknya biasanya termodifikasi
menjadi lapisan tanduk tebal dengan pergerakan menyamping. Memiliki facial pit
sebagai thermosensor. Kebanyakan anggota familinya merupakan hewan yang
ovovivipar dan beberapa ada yang bertelur. Subfamili yang ada di Indonesia adalah
Crotalinae yang terdiri dari 18 genus dan 151 spesies.
Vipers sp.
Famili Pythonidae
37
Phyton reticulatus
Famili Xenopeltidae
Xenopeltidae atau biasa dikenal dengan ular pelangi karena sisiknya berkilau bila
terkena cahaya. Famili ini mempunyai lapisan pigmen yang gelap di bagian
bawah permukaan tiap sisiknya yang menambah terang kilauannya. Salah satu
spesiesnya Xenopeltis unicolor merupakan binatang peliang yang menghabiskan
waktunya di dalam tanah. Banyak ditemukan di Cina Selatan sampai Asia
Tenggara (Zug, 1993).
Xenopeltis unicolor
Kepalanya bersatu dengan lehernya, tengkorak terbuat dari tulang keras, memiliki
gigi median di bagian rahang atasnya tidak memiliki telinga luar dan matanya
38
tersembunyi oleh sisik dan kulit. Tubuhnya memanjang dan bagian ekornya
hampir menyerupai kepalanya, contoh dari hewan ini yaitu worm lizards.
Ciri-ciri :
Tidak berkaki
Memiliki kenampakan seperti cacing karena warna yang semu merah
muda dan sisik yang tersusun seperti cincin.
Kepala tidak memisah dari leher
Tengkorak terbuat dari tulang keras
Memiliki gigi median di bagian rahang atas tidak memiliki telinga luar dan
mata tersembunyi oleh sisik dan kulit.
Tubuh memanjang dan bagian ekor hampir menyerupai kepala.
3. Ordo Rhynchocephalia
Ordo ini telah diketahui sejak dahulu melalui catatn fosil pada Era Triasik
Akhir yaitu antara 210 sampai 220 juta tahun yang lalu. Ordo Rhynchocephalia
memiliki jenis tengkorak diapsid dan bentuk tubuhnya ketika dewasa memiliki
panjang sekitar 30 cm. Bentuk morfologinya juga mirip dengan anggota
Lacertilia. Semua jenis reptil yang masuk ke dalam ordo ini adalah hewan
karnivora dan akan mencari makan saat malam hari.
39
Sphenodon punctatus
Sphenodon guntheri
Ciri-ciri :
Ordo Rhynchocephalia memiliki satu famili dan satu genus yaitu famili
Sphenodontidae dan genus Sphenodon. Yang termasuk ke dalam genus tersebut
hanya ada dua spesies yaitu Sphenodon punctatus dan Sphenodon guntheri
(Tuatara), keduanya merupakan spesies endemik dari Selandia Baru. Contoh yang
masih hidup di Australia : Sphenodon punctatum (Tuatara).
4. Ordo Crocodilia
40
Ordo ini memiliki ciri, yaitu bentuk badan memanjang dan kuat, tengkorak
yang kuat, memanjang (moncong) dan otot-otot rahang yang masif yang tersusun
untuk dapat menganga dengan lebar dan dapat ditutup dengan kuat. Giginya
tersusun dalam socket dan tipe giginya disebut thecodon yang khas dari semua
archosaurus. Terdapat langit-langit sekunder yang sempurna, sehingga buaya
dapat bernapas ketika mulut diisi dengan air atau makanan, maupun keduanya.
Memiliki 4 ruang jantung dengan foramen panizzae. Dibagian punggung sisik-
sisik itu tersusun teratur berderet ke arah tranversal dan mengalami penulangan
membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral
bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk piramida,
keras dan kuat. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-
lateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang
membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah.
Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi dengan
suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada saat buaya
menyelam. Ekor panjang dan kuat serta memipih. Tungkai relatif pendek tetapi
cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai
depan berjari 5 tanpa selaput. Memiliki habitat di perairan tawar, asin, dan air
payau (Hickman et al., 2008).
Ciri Umum :
Tubuh menjadi kepala, leher, badan, ekor.
Kaki dengan jari yang bercakar kuat.
Mulut panjang.
Dua lubang hidung pada moncong.
Mata besar lateral, mempunyai kelopak mata atas dan bawah.
Membrane niktitans tembus cahaya.
Lubang telinga tetutup oleh lipatan kulit.
Anus merupakan celah longitudinal dibelakang pangkal kaki belakang.
Kulit dengan lempeng-lempeng berzat tanduk, tersusun membujur tubuh.
41
Ordo ini dibagi menjadi tiga famili, antara lain famili alligatoridae, famili
crocodylidae, famili gavialidae.
Famili Crocodilydae
Secara umum famili ini memiliki karakteristik, yaitu moncong meruncing dengan
bentuk yang hampir segitiga, saat mengatup kedua deret gigi terlihat jelas. Kedua
tulang rusuk pada ruas tulang belakang pertama bagian leher terbuka lebar.
Terdapat baris tunggal sisik belakang kepala yang melintang dibagian tengkuk.
Subfamili Mekosuchinae.
Merupakan nenek moyang dari buaya air asin, dan hidup di masa Eosen-
Pleistosen, berasal dari Australia dan Pasifik Selatan (Nesbitt, 2013)
Mekosuchus inexpectatus
Subfamili Crocodylinae
42
Subfamili Tomistominae
Hanya satu genus yang tersisa dan masih hidup dari enam genus. Moncongnya
menyempit seperti buaya gavial.
Spesies Tomistoma.
Famili Alligatoridae
Karakteristik secara umum dari famili ini, yaitu bentuk moncong tumpul. Deretan
gigi pada rahang bawah tepat menancap pada gigi yang terdapat pada rongga pada
deretan rahang atas. Pada saat mengatup, hanya deretan gigi rahang atas yang
terlihat. Tahan terhadap suhu rendah. Memiliki lempeng tulang punggung dan
bagian perut bawah memiliki sisik dari bahan tanduk yang lebar berjumlah 6 sisik.
Genus Alligator
Genus ini kurang agresif bila dibandingkan dengan buaya. Habitat di perairan
yang bersih. Aligator besar dan sangat kuat, kepala lebih pendek dan lebih lebar
dari pada buaya, moncongnya tumpul, gigi yang lebih besar. Aligator mampu
mengeluarkan suara tertentu, biasanya digunakan pada saat musim kawin pada
hewan dewasa. Pada hewan yang baru menetas, suara digunakan untuk memberi
tahu induknya bahwa dia menetas sehingga induk akan membuka sarangnya
(Hickman et al., 2008). Ketika mulutnya ditutup gigi keempat yang ada pada
rahang bawah tidak tampak, memiliki lempeng tulang pada punggung dan bagian
perut bawah memiliki sisik dari bahan tanduk yang lebar yang berjumlah 6 sisik
atau lebih.
Alligator mississippiensis
43
Genus Caiman
Tidak memiliki tulang sekat antara lubang hidung dan adanya sisik yang tumpang
tindih dan menebal. Caiman lebih lincah dari pada alligator, cara bergerak mirip
dengan buaya, giginya lebih panjang dan lebih tajam dari pada gigi alligator. Pada
saat menutup, gigi yang terlihat hanya gigi bagian atas. Memiliki hidung bulat dan
daerah kepala yang pipih, datar dan luas. Garis punggung lebih jelas. Habitatnya
adalah lingkungan terestrial, danau, sungai, hutan bakau, rawa. Lebih toleran
terhadap kondisi yang lebih dingin.
Caiman latirostris
Famili Gavialidiae
Gavialis gangeticus.
Aligator termasuk keluarga buaya. Buaya dan aligator memiliki perbedaan dari moncongnya.
Buaya memiliki moncong yang lebih memanjang menyerupai huruf V. Sedangkan Aligator
memiliki moncong yang relatif pendek dan menyerupai huruf U.
44
E. Perilaku, Habitat, dan Penyebaran Reptil
Perilaku Reptil
Habitat Reptil
45
Reptil menempati macam-macam habitat. Phyton misalnya terdapat di
daerah-daerah tropis, hanya terdapat di rawa-rawa, sungai atau sepanjang pantai.
Penyu terbesar teradapat dilaut dan kura-kura darat raksasa terdapat di kepulauan.
Kadal dan ular umumnya terrestrial, tetapi ada yang menempati karang-karang
atau pohon.
Reptil dapat hidup di dalam dan di permukaan tanah, celah-celah batu, di
bawah puing-puing, tajuk pohon, padang rumput, gurun pasir, rawa, danau, sungai
dan laut (Duellman dan Heatwole, 1998).
Satwa Testudines dibedakan menurut habitatnya. Penyu hidup di laut dan
hanya naik ke pantai untuk bertelur. Kura-kura dan labi-labi terdiri dari jenis
akuatik dan semi-akuatik yang hidup pada daerah perairan tawar. Baning atau
kura-kura darat hidup sepenuhnya di darat (Halliday dan Adler, 2000).
Kadal hidup pada berbagai habitat. Jenis terestrial hidup di pepohonan
maupun di dalam tanah. Jenis-jenis lain merupakan semi-akuatik (Halliday dan
Adler, 2000). Dengan kulit mereka yang impermeabel dan kemampuan untuk
menyimpan air, kadal juga dapat hidup di daerah gurun (Mattison, 1992).
Sebagian besar ular merupakan jenis terestrial, tetapi terdapat beberapa
jenis yang hidup di tanah. Jenis ular yang paling berbisa merupakan ular air yang
hidup di laut. Selain itu ada juga jenis ular yang hidup di air perairan tawar dan
pada pepohonan (Halliday dan Adler, 2000). Hutan tropis memiliki
keanekaragaman jenis ular yang lebih banyak dibandingkan dengan hutan
temperat karena penetrasi cahaya matahari dan suhu yang lebih rendah pada hutan
temperat. Daerah pegunungan dengan temperatur yang ekstrim bukan merupakan
habitat yang ideal untuk ular, tetapi seekor ular jenis Agkistrodon himalayanus
pernah ditemukan pada ketinggian 4.900 m dpl (Mattison, 1992).
Penyebaran Reptil
46
Ular tersebar di seluruh dunia kecuali daerah kutub, Islandia, Irlandia, dan
Selandia Baru. Ular tersebar di seluruh Indonesia, termasuk daerah lautan
(Halliday dan Adler, 2000). Ular laut tersebar pada bagian tropis Laut Pasific, laut
India, Indonesia sampai Australia Utara, dan Amerika Selatan (Mattison, 1992).
Buaya tersebar di benua Asia, Australia, Amerika dan Afrika.
Penyebarannya di Asia mencakup Indonesia sampai Cina dan India. Buaya juga
terdapat di bagian Utara Australia. Di Afrika buaya terdapat di bagian Tengah dan
Selatan, dan juga Amerika Selatan, Tengah, dan bagian Tenggara Amerika Serikat
(Halliday danAdler, 2000). Di Indonesia terdapat 6 jenis buaya yang terdiri dari 2
genus yaitu Crocodylus dan Tomistoma (Iskandar, 2000).
Secara ekologis, reptil adalah komponen penting dari jaring makanan di sebagian
besar ekosistem, yang menjaga populasi hewan kecil di bawah terkendali. Mereka
mengisi peran penting baik sebagai predator dan spesies mangsa. Spesies
herbivora juga bisa menjadi penyebar biji yang penting, terutama pada habitat
pulau. Mereka juga dikenal untuk bertindak sebagai penyerbuk, dan tokek
(Phelsuma cepediana) kini hanya penyerbuk untuk tanaman langka Trochetia
blackburniana di pulau Mauritius, karena hilangnya tanaman kunci penyerbuk,
olive white-eye.
Spesies reptil juga dapat memiliki peran antropogenik berguna dalam ekosistem.
Di beberapa daerah, mereka membantu mengendalikan jumlah hama pertanian
yang serius dengan mengkonsumsi tikus dan serangga hama.
47
Peranan reptil dari segi ekonomis dapat ditinjau dari pemanfaatan reptil untuk
kepentingan konsumsi, yaitu sebagai sumber protein atau dapat dijual sebagai
makanan mewah (seperti daging ular, daging kura-kura,dan telur penyu), bahan
obat-obatan,kulit buaya, ular, biawak serta penyu diperdagangkan sebagai bahan
baku untuk membuat kerajinan tangan, tas, sepatu, dan ikat pinggang, perhiasan
dan dekorasi, serta reptil dijadikan sebagai hewan peliharaan.
Di dunia Barat, beberapa ular, terutama spesies kurang agresif, seperti python atau
ular jagung, disimpan sebagai hewan peliharaan. Penyu dan kura-kura juga
menjadi hewan peliharaan yang umum. Di antara yang paling populer adalah
kura-kura Rusia, kura-kura Yunani, dan terrapins
48
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
49
DAFTAR PUSTAKA
50