Makalah Akhlak Tasawuf

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

STANDAR BAIK DAN BURUK SERTA KONSEP BAIK DAN BURUK

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu :Atiqotuz Zulfah,S.Pd.I.,M,S.I

Disusun Oleh :

1. Bulan Ayu 1908016006


2. Aisyah Chofifawati 1908016005
3. R.Ay Aubertha OZDSA 1908016029

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala , karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Standar baik dan
buruk serta konsep baik dan buruk” ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada baginda Rasulullah Shalallahualaihi Wasallam . Berkat limpahan dan
rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah akhlak tasawuf ini.
Kami berharap semoga dengan keberadaan makalah ini mampu
memperbaiki akhlak kita . Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan dalam penyusunan makalah ini , karena keterbatasan kemampuan yang
penyusun miliki. Oleh karena itu , penyusun mohon kritik dan sarannya , semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya .

Semarang , 11 Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. 3

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………….…………….. 4

1.1 Latar Belakang ………………………………….……………………………… 4


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………... 4

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………… 5

2.1 Pengertian Baik dan Buruk ………………………………………………………. 5


2.2 Standar Baik dan Buruk ………………………………………………………… 5
2.3 Konsep Baik dan Buruk ………………………………………………………….. 7

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………...…… 18

KESIMPULAN ……………………………………………………………………..... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama Islam terdiri berbagai aspek seperti fiqih , aqidah , muamalah , akhlak dan
lain lain . Seorang muslim bisa dikatakan sempurna apabila mampu menguasai dan
menerapkan aspek aspek tersebut sesuai dengan Al Quran dan Hadist .
Dalam kehidupan sehari hari , terutama pergaulan kita mampu menilai perilaku
seseorang , apakah itu baik atau buruk . Hal tersebut dapat terlihat dari cara bertutur
kata dan bertingkah laku. Di era maju seperti saat ini , sangat memengaruhi
perkembangan akhlak, moral , dan etika seseorang. Kita amati perkembangan
perilaku seseorang pada saat ini sudah jauh dari ajaran islam , sehingga banyak
kejadian yang cenderung mengarah pada perilaku tercela.
Oleh Karena itu , penulis membuat makalah ini dengan harapan supaya
akhlak , moral dan etika yang kurang baik dapat diperbaiki sesuai ajaran islam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana standar baik dan buruk berdasarkan ajaran akhlak , moral dan etika ?
2. Bagaimana konsep baik dan buruk menurut aliran hedonisme , naturalisme ,
idealisme, ilmu kalam dan ilmu tasawuf ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui standar baik dan buruk berdasarkan ajaran akhlak , moral dan
etika
2. Untuk mengetahui konsep baik dan buruk menurut aliran hedonisme ,
naturalisme , idealisme, ilmu kalam dan ilmu tasawuf

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Baik dan Buruk


Dari segi bahasa, baik adalah terjemahan dari kata khoir (dalam bahasa
Arab) atau good (dalam bahasa Inggris). Dikatakan bahwa yang disebut baik
adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan,
persesuaian, dan seterusnya(H.Abuddin Nata, Ma. 1996).
Pengertian baik menurut Ethik adalah sesuatu yang berharga untuk tujuan.
Sebaliknya yang tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan, apabila yang
merugikan, atau mengakibatkan tidak tercapainya tujuan adalah buruk.
Walaupun tujuan orang atau golongan orang di dunia ini berbeda-beda,
sesungguhnya pada akhirnya semuanya mempunnyai tujuan yang sama sebagai
tujuan akhir tiap-tiap sesuatu, bukan saja manusia akan tetapi binatang pun
mempunyai tujuan (Ahmad Mustofa. 1999).
Sesuatu yang baik dan buruk itu relatif sekali, karena tergantung kepada
pandangan dan penilaian masing masing yang merumuskan. Dengan demikian
nilai baik atau buruk menurut pengertian tersebut bersifat relatif dan subyektif ,
karena tergantung pada individu yang menilainya ( Abduddin Nata, Akhlak
Tasawuf,1996).
Dalam mendefiniskan baik dan buruk, setiap orang pasti berbeda-beda.
Sebab sumber penentu baik dan benar , yaitu Tuhan dan manusia , wahyu dan
akal , agama dan filsafat.

2.2 Standar Baik dan Buruk


Berikut standar baik dan buruk menurut beberapa ajaran :
a. Berdasarkan Akhlak
 Nurani
Jiwa manusia memiliki kekuatan yang mampu membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk. Jiwanya akan merasa bahagia jika
telah berbuat baik dan merasa tersiksa jika telah berbuat buruk.
Masing-masing individu memiliki kekuatan yang berbeda satu sama
lain.
5
 Rasio
Rasio merupakan anugerah Allah Swt. Yang diberikan kepada
manusia, yang membedakannya dengan makhluk lain. Dengan rasio
yang dimiliki, manusia dapat menimbang mana perkara yang baik
dan buruk. Penilaian rasio manusia akan terus berkembang dan
mengalami perubahan sesuai dengan pengalaman –pengalaman yang
mereka miliki.

 Pandangan Individu
Masing – masing individu memiliki hak untuk menentukan mana
yang dianggapnya baik dan buruk. Tidak mustahil apa yang semula
dianggap buruk, akhirnya dianggap baik karena pandangan seseorang
yang mampu mengubahnya.

 Norma agama
Seluruh agama di dunia ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan
buruk menurut norma agama lebih bersifst tetap, bila dibandigkan
menurut ukuran nurani,rasio, adat istiadat, dan pandangan individu.
Hal ini dikarenakan norma agama merupakan ajaran Allah Swt.
Disamping itu, norma agama bersifat universal, lebih terhindar dari
subyektifitas individu maupun kelompok.

b. Berdasarkan Moral
Moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap
aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Tolak ukur yang digunakan manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan
lainnya yang berlaku di masyarakat.Jadi standar baik dan standar buruk
menurut ajaran moral adalah : Tergantung adat dan istiadat serta kebiasaan
lingkungan yang dipakai oleh masyarakat.

c. Berdasarakan Etika
Yang baik pada garis besarnya ada dua macam : yaitu baik dan terbaik.
Diluar daripada itu adalah tidak baik, ahli yunani kuno, menurut plato. Ujung

6
tengah antara ujung yang baik itu adalah yang benar ditengah sebelum ujung
awal adalah kurang dans esudah ujung akhir, awal dan ujung akhir adalah
terlalu.
Seperti ahli filsafat didalam akhlak islamiyah sama dengan pendapat ahli:

Sabda Rasulullah SAW.

َ ‫َخي ُْر اْأل ُ ُم ْو ِر ا َ ْو‬


ُ ‫س‬
‫ط َها‬

“ sebaik-baiknya perkara adalah pertengahannya “

Maksud dari ayat tersebut adalah yang penting didalam hal pertengahan itu
adalah yang muwadamah, kontinyu dan istiqomah.

2.3 Konsep Baik dan Buruk


1. Aliran Hedonisme
Aliran hedonisme berpendapat bahwa morma baik dan burukn adalah”
kebahagiaan” karenanyan suatu perbiuatan apabila dapat mendatangkan
kebahagiaan maka perbuatan itu dianggap baik dan sebaliknya apabila perbuatan
itu buruk, apabila mendatangkan penderitaan. Baik dan buruk adalah berdasarkan
pertimbangan nafsu dan naluri.
Beberapa pandangan aliran Hedonisme:
a. Setiap perbuatan yang dikatakan itu susila apabila perbuatan
itu mengandung kelezatan dan kenikmatan.
b. Kelezatan dan kenikmatan merupakan suatu tolak ukur dalam
menentukan baik buruknya suatu perbuatan.
2. Aliran Naturalisme
Yang menjadi ukuran baik buruknya perbuatan manusia menurut aliran
naturalism ialah perbuatan yang sesuai dengan fitrah atau naluri manusia itu
sendiri, baik mengenai fitrah lahir maupun batin. Aliran ini menganggap
bahwa kebahagiaan yang menjadi tujuan dari setiap manusia didapat dengan
jalan memenuhi nature atau kejadian manusia itu sendiri. Itulah sebabnya
aliran ini disebut aliran naturalism.

7
Manusia menuju tujuannya dengan naluri akal dan pikirannya. Karena
akal pikiran itulah yang menjadi wasilah bagi manusia untuk mencapai
tujuan kesempuranaan, maka manusia harus melakukan kewajibannya
dengan berpedoman pada akal. Akhlak yang menjadi pedoman hidupnya.
Soelah-olah naluri itulah jalan lurus, dimana akal sebagai suluh yang
menerangi menuju jalan kesempurnaan.

3. Aliran Idealisme
Aliran Idealisme merupakan faktor terpenting dari wujudnya tindakan –
tindakan yang nyata. Menurut Immanuel Kant untuk dapat terealisasinya
tindakan dari kemauan yang baik, maka kemauan yang perlu dihubungkan
dengan suatu hal yang akan menyempurnakannya.
Dijelaskan pokok – pokok pandangan Immanuel Kant :
 Wujudnya yang paling dalam dari kenyataan (hakikat) ialah
kerohanian
 Faktor yang paling penting memengaruhi manusia ialah kemauan
yang melahirkan tindakan yang konkrit.
 Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan suatu hal yang
menyempurnakannya yaitu rasa kewajiban.

Dalam etika Immanuel Kant, kita dapat mengadakan beberapa catatan :

 Dasar etika Kant , ialah akal pikiran


 Menurut Kant, yang terpenting ialah kemauan mencapai hakikat
sesuatu
 Kant, mendasarkan “rasa kewajiban” untuk terwujudnya perbuatan
banyak hal – hal yang meminta perhatian etika ( Dawam Mahmudi,
2009)

4. Berdasarkan Ilmu Kalam


 Aliran Jabariyah.
Aliran jabariyah terbagi ke dalam dua sekte aliran dalam
memandang perbuatan manusia. Kedua aliran ini memiliki pandangan

8
masing-masing mengenai perbuatan manusia ini. Kedua aliran tersebut
adalah:
Aliran Jabariyah Ekstrim
Aliran jabariyah ekstrim ini dipimpin oleh Jahm Ibn Safwan. Aliran ini
berpendapat, bahwa segala perbuatan manusia bukanlah merupakan
perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi kemauan yang
dipaksakan atas dirinya karena tidak mempunyai daya, tidak mempunyai
kehendak sendiri, dan tidak memunyai pilihan sendiri. Dapat dipahami
bahwa aliran ini menganggap semua yang dilakukan oleh manusia adalah
berdasarkan kehendak tuhan, baik itu berupa perbuatan baik, seperti mebayar
zakat, infaq, ataupun sedekah, maupun perbuatan jahat seperti mencuri,
mabuk-mabukan, dan lain-lain. Semua perbuatan tersebut tidak lahir karena
kehendak manusia sendiri, melainkan timbul karena kehendak tuhan melalui
qada dan qadar tuhan.
Aliran Jabariyah Moderat
Sedikit berbeda dengan aliran jabariyah ekstrim, aliran jabariyah moderat
yang dibawa oleh al-Husain Ibn Muhammad al-Najjar berpendapat bahwa
tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun
perbuatan baik, tetapi manusia mempunyai peranan di dalamnya. Tenaga
yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan
perbuatannya. Paham ini kemudian dinamakan kasb atau acquisition.
Menurut paham kasb manusia tidaklah seperti wayang yang hanya bisa
digerakkan oleh dalang, dan bukan merupakan pencipta perbuatan, tetapi
manusia mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatannya. Menurut aliran
ini, manusia tidak semata-mata dipaksa dalam mewujudkan perbuatannya,
melainkan manusia dengan tuhan bekerja bersama dalam mewujudkan
perbuatan-perbuatan manusia.
Pendapat aliran jabariyah ini berpijak pada al-Qur’an, salah satunya dalam
surah al-Shaffat ayat 96:

َ ‫ت َع َملهونَ َو َما َخلَقَ هكم َو‬


‫ّللاه‬

9
Artinya: "Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat." (QS.al-
Shaffat: 96)
 Aliran Qadariyah
Aliran qadariyah berpendapat bahwa segala perbuatan manusia
dilakukan atas kehendaknya sendiri. Hal ini dikarenakan manusia memiliki
kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Manusia mempunyai
kebebasan untuk melakukan perbuatannya, baik itu berbuat baik maupun
berbuat jahat. Oleh karena itu, manusia berhak mendapatkan balasan pahala
atas kebaikan yang ia perbuat dan berhak mendapatkan hukuman atas
kejahatan yang mereka perbuat.
Aliran qadariyah berpendapat bahwa semua perbuatan manusia adalah
pilihannya sendiri, bukan kehendak atau takdir tuhan. Qadariyah tidak
menyatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu semenjak
zaman azal. Aliran qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat
menyandarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan tuhan.
Banyak ayat yang mendukung pendapat ini, misalnya dalam surah al-Kahfi
ayat 29:

‫لظالمينَ أَعت َدنَا إنَا ۚ فَليَكفهر شَا َء َو َمن فَليهؤمن شَا َء فَ َمن ۖ َرب هكم من ال َحق َوقهل‬
َ ‫َارا ل‬
ً ‫طن‬َ ‫أ َ َحا‬
‫س ۚ ال هو هجوهَ يَشوي َكال همهل ب َماء يهغَاثهوا يَست َغيثهوا َوإن ۚ ه‬
‫س َرادقه َها بهم‬ َ ‫اب بئ‬ َ ‫ال‬
‫ش َر ه‬
َ ‫همرتَفَقًا َو‬
‫سا َءت‬

Artinya : "Dan katakanlah: «Kebenaran itu datangnya dari tuhanmu; Maka


barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi
orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika
mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air
seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman
yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”. (QS. al-Kahfi: 29)
Dalam surah al-Ra’d ayat 11:

10
‫ّللا أَمر من يَحفَ ه‬
‫ظونَهه خَلفه َومن يَدَيه بَين من همعَقبَات لَهه‬ َ ‫َحتَى بقَوم َما يهغَي هر َل‬
َ ۗ ‫ّللاَ إ َن‬
‫ّللاه أ َ َرادَ َوإذَا ۗ بأَنفهسهم َما يهغَي هروا‬ ‫من دهونه من لَ ههم َو َما ۚ لَهه َم َردَ فَ َل ه‬
َ ‫سو ًءا بقَوم‬
‫َوال‬

Artinya: "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya


bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia." (QS. al-Ra’d:11)

 Aliran Mu’tazilah.
Aliran mu’tazilah sepaham dengan aliran qadariyah dalam persoalan
perbuatan manusia, dimana mereka memandang bahwa tuhan memiliki sifat
bijaksana dan adil, maka tidak mungkin Ia berbuat jahat dan zalim. Oleh
karena itu, tuhan tidak mungkin menghendaki manusia untuk berbuat jahat
dan bertentangan dengan apa yang diperintahkan-Nya. Perbuatan manusia
tidak diciptakan oleh tuhan, melainkan manusia sendirilah yang mewujudkan
perbuatan baik atau jahatnya. Dengan demikian, segala balasan yang
ditimbulkan atas perbuatan tersebut menjadi tanggung jawab manusia.
Aliran mu’tazilah menetang keras pendapat yang menyatakan bahwa
tuhan menciptaklan perbuatan manusia, karena ia berpendapat bahwa tidak
akan mungkin dalam satu perbuatan akan ada dua daya yang menentukan.
Dalam paham ini, aliran mu’tazilah mengakui tuhan sebagai pencipta awal,
sedangkan manusia berperan sebagai pihak yang berkreasi untuk merubah
bentuknya.

Untuk membela pahamnya, mereka mengungkapkan firman Allah dalam


surah al-Sajdah (32) ayat:7:

‫سنَ الَذي‬
َ ‫سان خَلقَ َو َبدَأ َ ۖ َخلَقَهه شَيء هك َل أَح‬
َ ‫طين من اْلن‬

11
Artinya: "Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya
dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah." (QS. al-Sajdah: 7)

Kata ahsana pada ayat di atas bermakna bahwa semua perbuatan tuhan
adalah baik. Dengan demikian perbuatan manusia bukan perbuatan tuhan,
karena di antara perbuatan manusia ada perbuatan jahat.
Disamping argumentasi naqliyah (dalil naqli) di atas, aliran ini
mengungkapkan argumentasi rasional (dalil ‘aqli) sebagai berikut:

1. Apabila Allah menciptakan perbuatan manusia, sedangkan manusia


sendiri tidak mempunyai perbuatan, batallah taklif syar’i. Karena syariat
adalah ungkapan perintah dan larangan thalab, pemenuhan thalab tidak
terlepas dari kemampuan, kebebasan, dan pilihan.
2. Apabila manusia tidak bebas untuk melakukan perbuatannya. Runtuhlah
teori pahala dan hukuman yang muncul dari konsep paham al-wa’d wa al-
wa’id (janji dan ancaman). Hal ini karena perbuatan itu menjadi tidak dapat
disandarkan kepadanya secara mutlak sehingga berkonsekuensi pujian atau
celaan.
3. Apabila manusia tidak mempunyai kebebasan dan pilihan, pengutusan
para nabi tidak ada gunanya sama sekali. Bukankah tujuan pengutusan itu
adalah dakwah dan dakwah harus dibarengi dengan kebebasan pilihan? Dari
paham di atas, aliran mu’tazilah berpendapat bahwa manusia terlibat dalam
penentuan ajal, karena ajal ada dua macam. Pertama ajal al-ajal al-thabi’i,
yang dipandang oleh aliran mu’tazilah sebagai kekuasaan mutlak tuhan untuk
menentukannya; Kedua ajal yang dibuat oleh manusia itu sendiri, misalnya
membunuh seseorang atau bunuh diri di tiang gantungan atau minum racun.
Ajal ini bisa dipercepat atau diperlambat.

 Aliran Asy'ariyah.
Pendapat al-Asy’ari mengenai perbuatan manusia lebih dekat dan
cenderung mirip dengan aliran jabariyah. Perbuatan-perbuatan manusia
bukanlah diwujudkan oleh manusia sendiri. Al-Asy’ari menempatkan
manusia pada posisi yang lemah, yang tidak memiliki daya untuk memilih
apa yang akan dilakukannya. Asy'ariyah menggunakan teori kasb yang
12
berarti segala sesuatu terjadi berdasarkan kehendak dari Allah, karena
manusia tidak memiliki daya untuk memerintah.
Argumen yang digunakan oleh alAsy’ari untuk membela keyakinannya
adalah QS. al-Shaffat (37) ayat 96:

َ ‫ت َع َملهونَ َو َما َخلَقَ هكم َو‬


‫ّللاه‬

Artinya: "Padahal Allahlah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu
perbuat itu." (QS. alShaffat: 96)

Paham al-Asy’ari berpendapat bahwa perbuatan bisa terwujud dengan


dua daya, yakni daya manusia dan daya tuhan. Namun daya yang lebih
efektif dalam perbuatan manusia adalah daya tuhan. Sebagaimana dengan
kata wa ma ta’malun pada ayat di atas, diartikan al-Asy’ari dengan apa yang
kamu perbuat dan bukan apa yang kamu buat.
Dengan demikian ayat ini mengandung arti Allah menciptakan kamu
dan perbuatanperbuatanmu. Dengan kata lain dalam aliran Asy'ariyah yang
mewujudkan kasb atau perbuatan manusia adalah tuhan.

 Aliran Maturidiyah.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa aliran al-Maturidiyah terbagi ke
dalam dua golongan dalam pembahasan ilmu kalam, yakni aliran
Maturidiyah samarkand dan Maturidiyah bukhara. Kedua aliran ini juga
mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai perbuatan manusia:
Maturidiyah Samarkand.
Aliran Maturidiyah samarkhand berpendapat bahwa perbuatan manusia
adalah ciptaan tuhan, karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaan
tuhan. Dalam perbuatan manusia, aliran maturidiayah memberikan perhatian
khusus bahwa kebijaksanaan dan keadilan tuhan menghendaki manusia harus
memiliki kemampuan berbuat (ikhtiar), agar kewajiban-kewajiban yang
dibebankan kepadanya dapat dilaksanakan.
Aliran Maturidiyah samarkand mempertemukan antara perbuatan
manusia sebagai qudrat tuhan dengan ikhtiar manusia. Hal ini berarti bahwa

13
Allah menciptakan daya pada manusia untuk digunakan dengan sebebas-
bebasnya. Daya tersebut diciptakan bersamaan dengan perbuatan manusia.
Maturidiyah Bukhara.
Aliran Maturidiyah bukhara yang dipimpin oleh al-Bazdawi
menyatakan bahwa perbuatan manusia bukanlah perbuatan tuhan, akan tetapi
perbuatan manusia adalah ciptaan tuhan. Perbuatan tuhan adalah menjadikan
dan mewujudkan sedangkan yang melakukan perbuatan adalah manusia. Al-
Bazdawi menyatakan bahwa manusia tidak mempunyai daya untuk
melakukan perbuatan, hanya tuhanlah yang dapat menciptakan, dan manusia
hanya dapat melakukan perbuatan yang telah diciptakan tuhan baginya.

5. Ilmu Tasawuf
Menurut ilmu tasawuf penentuan baik dan buruk harus didasarkan
pada petunjuk Al-Quran dan hadis. Jika tidak memperhatikan Al-Quran dan
hadis dapat dijumpai istilah yang mengacu kepada baik dan adapula yang
mengacu pada yang buruk. Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik
misalnya Al-Hasanah, Toyyibah, Khairah.
Al- hasanah sebagaimana dikemukakan oleh Al - Raghib Al –
Asfahani adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu
yang disukai atau dipandang baik. Al-hasanah terbagi menjadi tiga bagian,
pertama hasanah dari segi akal, kedua dari segi hawa nafsu atau keinginan,
dan ketiga hasanah dari segi pancaindra

‫ك سَ ب يل إ ل َ ى اد ع ه‬ َ ‫ي ب ال َ ت ي َو َج اد ل هه م ۖ ال َح س َ ن َة َو ال َم و ع ظَ ة ب ال ح ك َم ة َر ب‬ َ ‫ه‬
‫ك إ َن ۚ أ َح سَ هن‬
َ َ ‫ب ال هم ه ت َد ي َن أ َع ل َ مه َو ه ه َو ۖ سَ ب يل ه عَ ن ضَ َل ب َم ن أ َع ل َ مه ه ه َو َر ب‬

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. ” ( QS. An – Nahl, 16 : 125 )

Adapun kata At-tayyibah digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang memberikan


kelezatan kepada pancaindera dan jiwa seperti makan dan sebagainya . Hal ini misalnya
terdapat pada ayat yang berbunyi :

14
ۖ ‫َو ظَ ل َ ل ن َا عَ ل َ ي ك ه مه ال غ َ َم امَ َو أ َن زَ ل ن َا عَ ل َ ي ك ه مه ال َم َن َو ال س َ ل َو ى ۖ ك ه ل ه وا م ن طَ ي ب َ ات َم ا َر زَ ق ن َا ك ه م‬
‫َو َم ا ظ َ ل َ هم و ن َا َو ل َ ك ن ك َ ا ن ه وا أ َن ف ه سَ هه م ي َ ظ ل هم و َن‬

Artinya : “Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna"
dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu;
dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka
sendiri. “ ( QS. Al Baqarah, 2 : 57 )

Selanjutnya kata Al Khair digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang baik oleh
seluruh umat manusia , seperti berakal, adil, keutamaan dan segala sesuatu yang bermanfaat
misalnya terdapat pada ayat yang berbunyi :

‫ح عَ ل َ ي ه أ َن‬ ‫ت أ َو اع ت َ َم َر ف َ َل ه‬
َ ‫ج ن َا‬ َ ‫إ َن ال صَ ف َ ا َو ال َم ر َو ة َ م ن شَ ع َ ائ ر ّللاَ ۖ ف َ َم ن َح‬
َ ‫ج ال ب َ ي‬
‫ف ب ه َم ا ۚ َو َم ن ت َطَ َو ع َ َخ ي ًر ا ف َ إ َن ّللاَ َ شَاك ر عَ ل يم‬َ ‫ي َ ط َ َو‬

Artinya : “Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka
barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber'umrah, maka tidak ada dosa baginya
mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan
dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha
Mengetahui. “ ( QS. Al Baqarah, 2 : 158 )

15
BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Standar baik dan burukberdasarkan akhlak diibagi menjadi nurani, rasion norma
agama, dan pandangan individu. Berdasarkan moral tergantung adat dan istiadat serta
kebiasaan lingkungan yang dipakai oleh masyarakat. Berdasarkan etika pada garis
besarnya ada dua macam : yaitu baik dan terbaik. Diluar daripada itu adalah tidak
baik, ahli yunani kuno, menurut plato. Ujung tengah antara ujung yang baik itu adalah
yang benar ditengah sebelum ujung awal adalah kurang dans esudah ujung akhir, awal
dan ujung akhir adalah terlalu.
2. Konsep baik dan buruk menurut aliran hedonism baik dan buruk adalah berdasarkan
pertimbangan nafsu dan naluri.Menurut aliran Naturalisme ang menjadi ukuran baik
buruknya perbuatan manusia ialah perbuatan yang sesuai dengan fitrah atau naluri
manusia itu sendiri, baik mengenai fitrah lahir maupun batin. Menurut aliran idealism
baik dan buruk diwujudkan melalui tindakan – tindakan yang nyata. Berdasarkan Ilmu
Kalam baik dan buruk dibagi menjadi Aliran Jabariyah, qadariyah , mu’tazilah,
asyariah, dan maturidiyah. Sedangkan menurut tasawuf penentuan baik dan buruk
harus didasarkan pada petunjuk Al-Quran dan hadis.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Solihin, Khutbah Jum’at Petingan Jilid I. Bandung, Sinar Baru Algensido, 2000

Al – Baqir, Muhammad. 1994, Membentuk Akhlak Mulia, Bandung : Karisma

Fudhoilurrahman dan Aida Humaira, Ringkasan Ihya “Ulumuddin, Terjemahan; Jakarta,


Sahara publishers, 2009

H.Abuddin Nata, Ma. 1996. Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada hlm
104

Mustofa, Akhmad. 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia hlm 56

Nata, Abiddin. 1996. Akhlak Tasawuf. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami ( Akhlak Mulia ), Jakarta, Pustaka Panjimas,
1992

Shaltat, Mahmud. 1994. Aqidah dan Syari’at Islam. Jakarta : Bumi Aksara

17

Anda mungkin juga menyukai