Makalah Kimia Larutan II
Makalah Kimia Larutan II
Makalah Kimia Larutan II
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari baik disadari maupun tidak, kita sangat berkaitan dengan
zat kimia yang memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya yaitu dalam bentuk larutan
yang akan dibahas lebih jauh dalam makalah ini. Misalnya dari larutan asam basa (cuka) yang
sering digunakan dalam makanan, baik makanan rumahan maupun makanan dari rumah
makan. Demikian juga halnya dengan larutan-larutan lainnya, misalnya air suling, larutan gula,
asam asetat, amonia, asam sulfat, asam klorida, natrium klorida, natrium hidroksida, dan masih
banyak lagi.
Pada makalah ini akan dijelaskan tentang kelompok larutan tersebut, apakah larutan
tersebut termasuk ke dalam larutan asam atau basa, apakah larutan itu bisa dihidrolisis, dan
masih banyal lagi. Yang selanjutnya akan dijelaskan dalam makalah.
1.3 Tujuan
asam adalah campuran yang dilarutkan dalam air melepaskan ion H+.
Basa adalah komposisi yang dilarutkan dalam air melepaskan ion OH - .
Gas asam klorida (HCl) yang sangat larut dalam air tergolong asam Arrhenius,
HCl dapat terurai menjadi ion H+ dan Cl- di dalam udara. Berbeda dengan metana
(CH4) yang bukan asam Arrhenius karena tidak dapat menghasilkan ion H + di dalam
udara yang mengandung atom H. Natrium hidroksida (NaOH) termasuk basa
Arrhenius, yang dihasilkan NaOH merupakan senyawa ionik yang terdisosiasi menjadi
ion Na+ dan OH- kompilasi dilarutkan dalam udara. Konsep asam dan basa Arrhenius
terbatas pada kondisi air sebagai pelarut.
2. Teori Asam Basa Brønsted – Lowry
Pada tahun 1923, Johannes N. Brønsted dan Thomas M. Lowry. Konsep yang
diajukan didasarkan pada fakta bahwa asam-transfer transfer proton (ion H+) dari satu
zat ke zat lain. Proses transfer proton ini selalu melibatkan asam sebagai pemberi /
donor proton dan basa sebagai penerima / akseptor proton. Jadi, menurut resolusi
asam basa Brønsted – Lowry,
asam adalah donor proton.
basa adalah akseptor proton.
Jika ditinjau dengan teori Brønsted – Lowry, pada reaksi ionisasi HCl kompilasi
dilarutkan dalam udara, HCl menyusun asam dan H2O sebagai basa.
HCl berubah menjadi ion Cl- setelah memberikan proton (H+) ke H2O. H2O
menerima proton dengan menggunakan elektron bebas pada atom O untuk berikatan
dengan H+ sehingga terbentuk ion hidronium (H3O+).
Dari kedua contoh tersebut terlihat itu (1) asam Brønsted – Lowry harus
memiliki atom hidrogen yang dapat terlepas sebagai ion H+ ; dan (2) basa Brønsted –
Lowry harus memiliki pasangan elektron bebas yang dapat berikatan dengan ion H + .
Beberapa zat dapat bereaksi sebagai asam, namun juga dapat digunakan pada
reaksi yang lain, misalnya H2O, HCO3- , dan H2PO4- . Zat demikian disebut
amfiprotik. Suatu zat amfiprotik (misalnya H2O) akan bertindak sebagai asam bila
direaksikan dengan zat yang lebih dari basa darinya (misalnya NH 3) dan bertindak
sebagai basa bila direaksikan dengan zat yang lebih asam darinya (misalnya HCl).
Untuk mengetahui apakah sebuah zat bersifat “asam” atau “basa”, dapat ditentukan
dengan menggunakan suatu indikator. Indikator yang biasa digunakan terbagi menjadi 2
golongan, yaitu indikator tunggal dan indikator universal. Contoh indikator yang sering
digunakan adalah kertas lakmus dan larutan indikator.
Indikator Tunggal
Indikator tunggal hanya dapat membedakan larutan bersifat asam atau basa, tetapi tiak
dapat menentukan harga pH dan pOH. Yang termasuk dalam indikator tunggal adalah :
Lakmus biru dicelupkan ke dalam larutan asam (kiri), lakmus merah dicelupkan ke
dalam larutan basa (kanan)
Beberapa contoh zat yang dinilai dengan indikator lakmus merah dan biru
Fenolftalein
Fenolftalein adalah salah satu indikator asam – basa sintetik yang memiliki rentang pH
antara 8,00 – 10,0. Pada larutan asam dan netral, fenolftalein tidak berwarna.
Sedangkan bila dimasukkan ke dalam larutan basa, warnanya akan berubah menjadi
merah.
Metil jingga
Larutan metil jingga dapat membedakan antara larutan asam dengan larutan netral.
Larutan asam yang ditetesi metil merah akan tetap berwarna merah, sedangkan larutan
netral berwarna kuning. Akan tetapi, metil jingga juga akan menyebabkan larutan
basa berwarna kuning, Berarti, untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat basa
atau netral kita tidak dapat menggunakan metil jingga.
Metil merah
Larutan metil merah sama dengan larutan metil jingga
Bromtimol biru di dalam larutan asam akan berwarna kuning, dalam larutan basa akan
berwarna biru, dan di dalam larutan netral akan berwarna biru kekuningan.
KESIMPULAN :
1. Fenolftalein
Asam : tidak berwarna; Basa : merah; Netral: tidak berwarna
2. Metil merah
Asam : merah; Basa : kuning; Netral : kuning
3. Metil jingga
Asam : merah; Basa : kuning; Netral : Kuning
4. Bromtimol biru
Asam : Kuning; Basa : Biru; Netral : Biru agak kuning
Indikator Universal
Indikator Universal dapat membedakan larutan asam dan basa serta mengetahui harga
pHnya. Indikator Universal dapat dalam bentuk cairan maupun kertas. Cara kerja indiator ini
adalah dengan mencocokkan perubahan warna kertas indikator pada tabel warna indikator
universal .
Contoh Soal
Pembahasan :
Menurut Lewis:
Jika reaksi diatas digambarkan dengan rumus Lewis, maka senyawa SO3 akan
bertindak sebagai asam lewis:
2. Perhatikan Keterangan Di Bawah Ini !
Pembahasan :
Menurut Lewis:
jika reaksi diatas digambarkan dengan rumus Lewis, maka senyawa AlCl3 akan
bertindak sebagai asam lewis :
NH3 + H+ → NH4+
Jawaban : H+
Pembahasan :
Menurut Lewis:
Jika reaksi diatas digambarkan dengan rumus Lewis, maka H+ akan bertindak
sebagai asam lewis :
4. Perhatikan Keterangan Di Bawah !
Pembahasan :
Menurut Lewis:
• Asam: zat/senyawa yang dapat menerima pasangan elektron bebas dari
zat/senyawa lain.
• Basa: zat/senyawa yang dapat mendonorkan pasangan elektron bebas dari
zat/senyawa lain.
jika reaksi diatas digambarkan dengan rumus Lewis, maka senyawa CaO akan
bertindak sebagai basa lewis :
Pembahasan :
(H+) = √Ka x Ma
= √ 4,4 x 10-7 . 0,2
= √ 8,8 x 10-8
= 2,965 x 10-4 M
Di dalam tubuh makhluk hidup juga terdapat larutan penyangga yang sangat
berperan penting. Dalam keadaan normal, pH darah manusia yaitu 7,4. pH darah tidak
boleh turun di bawah 7,0 ataupun naik di atas 7,8 karena akan berakibat fatal bagi
tubuh. pH darah dipertahankan pada 7,4 oleh larutan penyangga karbonat-bikarbonat
(H2CO3/HCO3−) dengan menjaga perbandingan konsentrasi [H2CO3] : [HCO3−] sama
dengan 1 : 20. Selain itu, dalam cairan intra sel juga terdapat larutan penyangga
dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4−/HPO42−). Larutan penyangga
− 2−
H2PO4 /HPO4 juga terdapat dalam air ludah, yang berfungsi untuk menjaga pH
mulut sekitar 6,8 dengan menetralisir asam yang dihasilkan dari fermentasi sisa-sisa
makanan yang dapat merusak gigi.
1. mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam basa konjugasinya (LA, yang
dapat terionisasi menghasilkan ion A−)
2. mencampurkan suatu asam lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu basa kuat
sehingga bereaksi menghasilkan garam basa konjugasi dari asam lemah
tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−
Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan kimia:
CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)
3. pH Larutan Penyangga
a) Larutan penyangga asam
Dalam larutan buffer asam yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−,
terdapat kesetimbangan:
Jika a = jumlah mol asam lemah, g = jumlah mol basa konjugasi, dan V = volum larutan
penyangga,
c. Larutan penyangga dengan NH3 sebagai basa lemah dan NH4Cl sebagai garam
asam konjugasi
b = mol NH3 = 40 mL × 0,1 mmol/mL = 4 mmol
g = mol NH4+ = mol NH4Cl = 4 mL × 0,1 mmol/mL = 0,4 mmol
2.3 Hidrolisis
Ketika suatu asam bereaksi dengan suatu basa maka akan dihasilkan senyawa
ionik yang disebut garam. Larutan garam dapat bersifat netral, asam, ataupun basa.
Hal ini dikarenakan terjadinya hidrolisis garam, yaitu reaksi dari suatu kation atau
suatu anion, ataupun keduanya, dengan air menghasilkan ion H +(aq) atau OH−(aq).
Secara umum, larutan garam yang dihasilkan dari reaksi asam kuat dengan
basa kuat bersifat netral, larutan garam yang dihasilkan dari reaksi asam kuat dengan
basa lemah bersifat asam, dan larutan garam yang dihasilkan dari reaksi asam lemah
dengan basa kuat bersifat basa.
kation asam konjugasi dari basa lemah, seperti NH4+, CH3NH3+, C6H5NH3+, dan
C5H5NH+;
kation logam dengan densitas muatan tinggi, seperti Fe 3+, Cr3+, Al3+, Cu2+, dan
Ni2+.
Jika kation yang terhidrolisis dimisalkan sebagai BH+, maka reaksi hidrolisisnya
dapat ditulis sebagai berikut.
Reaksi ini dapat juga ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana seperti berikut.
Dengan asumsi jumlah kation BH+ yang terhidrolisis relatif kecil ([BH+]setimbang ≈
[BH+]
awal = Mb), sebagaimana kation terhidrolisis merupakan asam konjugasi lemah,
maka pada kondisi setimbang:
Anion-anion basa konjugasi dari asam lemah yang dapat terhidrolisis menghasilkan
ion OH−, antara lain:
CN−, NO2−, F−, PO43−, CO32−, S2−, HS−, ClO−, C2O42−, HCOO−, CH3COO−, dan
C6H5COO−.
Jika anion yang terhidrolisis dimisalkan sebagai A−, maka reaksi hidrolisisnya dapat
ditulis sebagai berikut.
Oleh karena itu, larutan garam dari asam lemah dan basa kuat akan meningkatkan
konsentrasi OH− dalam air sehingga larutannya bersifat basa (pH > 7).
pH larutan garam dari asam lemah dan basa lemah hanya dapat diperkirakan
menggunakan rumus berikut dengan asumsi jumlah garam yang terhidrolisis relatif
sangat kecil.
Contoh Soal Hidrolisis Garam dan Pembahasan
Tentukan pH larutan garam berikut dalam air:
a. NaOCl 0,3 M
b. C6H5NH3Cl 0,2 M
c. NH4F 0,1 M
Ka(HOCl) = 2,9 × 10−8; Ka(HF) = 6,6 × 10−4; Kb(C6H5NH2) = 7,4 × 10−10; Kb(NH3) = 1,8
× 10−5
Jawab:
a. Garam NaOCl termasuk garam dari asam lemah (HOCl) dan basa kuat (NaOH),
sehingga kation Na+ tidak terhidrolisis sedangkan anion OCl− akan terhidrolisis
menghasilkan larutan bersifat basa (pH > 7).
b. Garam C6H5NH3Cl termasuk garam dari asam kuat (HCl) dan basa lemah
(C6H5NH2), sehingga anion Cl− tidak terhidrolisis sedangkan kation C6H5NH3+ akan
terhidrolisis menghasilkan larutan bersifat asam (pH < 7).
c. Garam NH4F termasuk garam dari asam lemah (HF) dan basa lemah (NH 3),
sehingga kation NH4+ dan anion F− keduanya terhidrolisis. Oleh karena Ka(HF) (6,6 ×
10−4) > Kb(NH3) (1,8 × 10−5), larutan garam akan bersifat asam (pH < 7).
2.4 Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
1. Pengertian Kelarutan
Definisi atau istilah kelarutan (solubility) di gunakan untuk menyatakan jumlah
maksimal zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Kelarutan (khususnya untuk
zat yang sukar larut) dinyatakan dalam satuan Mol/L. Jadi, kelarutan (s) sama dengan
molaritas (M). Faktor – faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu : luas permukaan zat, jenis
zat terlarut, suhu, dan pengadukan.
Definisi hasil kali kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion – ion dari larutan jenuh
garam yang sukar larut dalam air, dengan di pangkatkan koefisien menurut persamaan
ionisasinya. Jika senyawa AxBy terionisasi menjadi xAy+ dan yBx-, di dalam air akan
mengalami reaksi kesetimbangan.
Contoh :
Pada suhu tertentu, kelarutan Ag2CO3 adalah 10-6
Contoh
berapakah kelarutan AgI dalam air, jika diketahui Ksp AgI = 9 . 10-12?
Jadi, kelarutan AgI dalam air adalah 3 . 10-6 mol/L
[Ag+] = sM + 0,1 M, karna sM sangat kecil maka dapat di abaikan, sehingga [Ag +] = 0,1 M.
a. Suatu basa pada umumnya lebih mudah larut dalam suasana asam dan sebaliknya.
b. Garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dari pada larutan asam kuat.
Contoh
Jika larutan MgCI2 0,3 M di tetesi larutan NaOH, pada pH berapakah endapan Mg(OH)2 mulai
terbentuk ? (Ksp = Mg(OH)2 = 3 . 10-11)
6. Konsep Ksp dalam pemisahan zat
Harga Ksp suatu elektrolit dapat di pergunakan untuk memisahkan 2 atau lebih larutan
yang bercampur dengan cara pengendapan. Misalnya pada larutan jenuh MA berlaku
persamaan:
Jika larutan itu belum jenuh (MA yang terlarut masih sedikit), . Sebaliknya jika Qsp , hal ini
berarti larutan itu lewat jenuh, sehingga MA akan mengendap.
a. Jika Qsp < Ksp, maka larutan belum jenuh (tidak terjadi endapan).
b. Jika Qsp = Ksp, maka larutan tepat jenuh (mulai terjadi endapan).
c. Jika Qsp > Ksp, maka larutan lewat jenuh (mengendap).
Keterangan : Qsp = hasil kali ion.
Contoh
Jika dalam suatu larutan terkandung Pb(NO3)2 0,05 M, dapatkah terjadi endapan PbCI2?
(Ksp PbCI2 = 6,25 . 10-5)
Jawab :
Menentukan Qsp :
Karena Qsp PbCI2 (1,25 . 10-4) > Ksp PbCI2 (6,25 . 10-5), maka terjadi endapan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.studiobelajar.com/teori-asam-basa/
http://www.panduankimia.net/2017/10/contoh-soal-asam-basa-contoh-soal-no-11.html
https://www.studiobelajar.com/larutan-penyangga/
https://www.studiobelajar.com/hidrolisis-garam/
https://www.materibelajar.id/2016/05/kelarutan-dan-hasil-kali-kelarutan.html