LD Bangunan Gedung
LD Bangunan Gedung
LD Bangunan Gedung
TENTANG
BANGUNAN GEDUNG
BUPATI CIREBON,
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
22. Tinggi bangunan adalah jarak yang diukur antara garis potong
permukaan atap bagian luar dengan permukaan lantai dasar
bangunan;
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
FUNGSI BANGUNAN GEDUNG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
(3) Satu bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Bagian Kedua
Penetapan Fungsi Bangunan Gedung
Pasal 5
Bagian Ketiga
Klasifikasi Bangunan Gedung
Pasal 6
Bagian Keempat
Klasifikasi Bangunan Bukan Hunian
Pasal 7
Bagian Kelima
Ciri Khas Daerah
Pasal 8
BAB IV
PERIZINAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Bagian Kedua
Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Paragraf 1
Umum
Pasal 12
Pasal 13
Paragraf 2
Persyaratan IMB
Pasal 14
b. Persyaratan teknis :
1. Gambar rencana bangunan (sempadan jalan, tampak,
potongan dan gambar kontruksi termasuk didalamnya
rencana sumur peresapan, septic tank, dan bak control)
rangkap 3 (tiga);
2. Denah/gambar situasi dan site plan (khusus pengembang
perumahan);
3. Memiliki analisa dampak lalu lintas untuk setiap rencana
pembangunan kegiatan usaha perdagangan, jasa, industri,
kawasan pemukiman dan infrastruktur yang akan
menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan, ketertiban
dan kelancaran lalu lintas;
14
Paragraf 3
Penerbitan IMB
Pasal 15
Pasal 16
(2) Izin yang tidak diterbitkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberitahukan secara tertulis dengan disertai alasannya
kepada pemohon izin.
Pasal 17
Paragraf 4
Penolakan Permohonan dan Pencabutan IMB
Pasal 18
Pasal 19
Paragraf 5
Masa Berlaku IMB
Pasal 20
Paragraf 6
Pengawasan Pelaksanaan IMB
Pasal 21
Bagian Ketiga
Pemanfaatan Bangunan Gedung
Pasal 22
Bagian Keempat
Izin Penghapusan Bangunan Gedung
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
BAB V
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BANGUNAN GEDUNG
Bagian Pertama
Umum
Pasal 26
Bagian Kedua
Ketentuan Teknis Bangunan Gedung
Paragraf 1
Umum
Pasal 27
Paragraf 2
Garis Sempadan
Pasal 28
Paragraf 3
Kepadatan dan Ketinggian Bangunan Gedung
Pasal 29
Paragraf 4
Koefisien Dasar Bangunan
Pasal 30
Paragraf 5
Koefisien Tapak Basement
Pasal 31
Paragraf 6
Koefisien Lantai Bangunan
Pasal 32
Paragraf 7
Koefisien Daerah Hijau (KDH)
Pasal 33
Paragraf 8
Area Parkir
Pasal 34
Paragraf 9
Ruang Terbuka Hijau
Pasal 35
Paragraf 10
Prasarana dan Utilitas
Pasal 36
(2) Penyediaan prasarana umum seperti air bersih dan air kotor
harus tertanam di tanah, khususnya di bawah ruas jalan.
Bagian Ketiga
Pemeliharaan Bangunan Gedung
Pasal 37
Pasal 38
Bagian Keempat
Perawatan Bangunan Gedung
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
Bagian Kelima
Pemeriksaan Secara Berkala
Bangunan Gedung
Pasal 43
Pasal 44
BAB VI
PERSYARATAN KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 45
Bagian Kedua
Persyaratan Keselamatan
Pasal 46
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 52
Bagian Ketiga
Persyaratan Kesehatan
Pasal 53
Pasal 54
Pasal 55
Pasal 56
Pasal 57
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
Pasal 61
(4) Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain
yang dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus
dilakukan dengan cara lain yang dibenarkan oleh SKPD.
Pasal 62
Bagian Keempat
Persyaratan Kenyamanan
Pasal 63
Pasal 64
Pasal 65
Pasal 66
Pasal 67
Pasal 68
Bagian Kelima
Persyaratan Kemudahan
Pasal 69
Pasal 70
Pasal 71
Pasal 72
Pasal 73
Pasal 74
Pasal 75
Pasal 76
BAB VII
PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG
Bagian Kesatu
Pembangunan
Paragraf 1
Umum
Pasal 77
Paragraf 2
Perencanaan Teknis
Pasal 78
Pasal 79
Pasal 80
Paragraf 3
Tim Ahli Bangunan Gedung
Pasal 81
Pasal 82
Paragraf 4
Pelaksanaan Konstruksi
Pasal 83
Pasal 84
Paragraf 5
Pengawasan Konstruksi
Pasal 85
Bagian Kedua
Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung
Pasal 86
Pasal 87
BAB VIII
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BANGUNAN
Pasal 88
Pasal 89
Pasal 90
BAB IX
STATUS KEPEMILIKAN BANGUNAN GEDUNG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 91
Bagian Kedua
Hak Kepemilikan Bangunan Bertingkat
Pasal 92
BAB X
HAK DAN KEWAJIBAN PEMILIK DAN PENGGUNA BANGUNAN
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 93
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 94
BAB XI
PERAN SERTA MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Pemantauan dan Penjagaan Ketertiban
Pasal 95
Pasal 96
Pasal 97
Pasal 98
Bagian Kedua
Penyampaian Pendapat dan Pertimbangan
Pasal 99
Pasal 100
BAB XII
SANKSI ADMINISTRATIF
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 101
Pasal 102
Bagian Kedua
Sanksi Administrasi Pada Tahap Pembangunan
Pasal 103
Bagian Ketiga
Sanksi Administrasi Pada Tahap Pemanfaatan
Pasal 105
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 106
BAB XIV
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 107
BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 108
(2) Bagi bangunan yang telah berdiri tetapi belum memiliki IMB
pada saat Peraturan Daerah ini diberlakukan, dalam tenggang
waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak berlakunya
Peraturan Daerah ini diwajibkan memiliki IMB.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 109
Pasal 110
Ditetapkan di Sumber
pada tanggal 24 Pebruari 2015
BUPATI CIREBON,
TTD
SUNJAYA PURWADISASTRA
Diundangkan di Sumber
pada tanggal 26 Pebruari 2015
ttd
DUDUNG MULYANA
ttd
H.Uus Heriyadi,SH.CN
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON
TENTANG
BANGUNAN GEDUNG
I. PENJELASAN UMUM
Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang yang
diselaraskan dengan upaya pelestarian lingkungan hidup. Oleh karena itu,
pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada pengaturan penataan ruang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk menjamin kepastian dan
ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung, setiap bangunan
gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis
bangunan gedung.
Pasal 1
Angka 1 sampai dengan Angka 22
Cukup jelas.
Angka 23
Berdasarkan bukti hak kepemilikan, bangunan gedung bertingkat
terdiri dari bangunan gedung bertingkat dengan kepemilikan tunggal
dan bangunan gedung bertingkat dengan kepemilikan terpisah
dalam satuan- satuan. Bangunan gedung bertingkat dengan
kepemilikan terpisah satuan-satuan disini adalah sama dengan
rumah susun sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor
16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Bangunan gedung fungsi khusus mempunyai fungsi utama sebagai
tempat melakukan kegiatan yang mempunyai tingkat kerahasiaan
tinggi tingkat nasional atau yang penyelenggaraannya dapat
membahayakan masyarakat di sekitarnya dan/atau mempunyai
risiko bahaya tinggi yang meliputi bangunan gedung untuk reaktor
nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan, dan bangunan sejenis
sesuai peraturan perundang-undangan.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan lebih dari satu fungsi adalah apabila satu
bangunan gedung mempunyai fungsi utama gabungan dari fungsi-
fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya, dan/atau
fungsi khusus. Bangunan gedung lebih dari satu fungsi antara lain
adalah bangunan gedung rumah-toko (ruko), atau bangunan
gedung rumah-kantor (rukan), atau bangunan gedung mal-
apartemen perkantoran, bangunan gedung mal-perhotelan, dan
sejenisnya.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas.
53
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Yang dimaksud dengan bangunan rendah adalah bangunan
yang mempunyai jumlah lantai sampai dengan 4 (empat) lantai.
Huruf b
Yang dimaksud dengan bangunan sedang adalah bangunan
yang mempunyai jumlah lantai antara 5 (lima) sampai dengan
8 (delapan) lantai.
Huruf c
Yang dimaksud dengan bangunan tinggi adalah bangunan yang
mempunyai jumlah lantai lebih dari 8 (delapan) lantai.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Berkas permohonan IMB hanya diterima oleh SKPD apabila semua
persyaratan lengkap.
Ayat (2)
54
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Permohonan IMB ditolak apabila :
a. bangunan yang akan didirikan dinilai tidak memenuhi persyaratan
teknis dan administrasi;
b. bangunan yang akan didirikan di atas lokasi/ tanah yang
penggunaannya tidak sesuai dengan RTRW atau RDTRKP;
c. apabila bangunan mengganggu atau memperburuk lingkungan;
d. apabila bangunan akan mengganggu lalu lintas;
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (4)
Untuk bangunan-bangunan dengan resiko tinggi agar diikutkan
dalam program asuransi terhadap kegagalan bangunan gedung
tersebut.
Pasal 23
Bangunan gedung dan lingkungannya sebagai benda cagar budaya yang
dilindungi dan dilestarikan merupakan bangunan gedung berumur paling
sedikit 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya sekurang-
kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai
penting sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan termasuk nilai
arsitektur dan teknologinya.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
55
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Bangunan gedung umum adalah bangunan gedung yang fungsinya
untuk kepentingan publik, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi
usaha, maupun fungsi sosial dan budaya.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 35
Yang dimaksud Ruang Terbuka Hijau adalah ruang yang diperuntukan
sebagai daerah penanaman di kota atau wilayah atau halaman yang
berfungsi untuk kepentingan ekologis, sosial, ekonomi maupun estetika.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
56
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Ayat (1)
Organisme perusak meliputi rayap, jamur, dan organisme sejenis
lainnya.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Bangunan gedung pelayanan kesehatan, bangunan gedung
pendidikan, dan bangunan pelayanan umum lainnya, serta bangunan
yang digunakan untuk kepentingan umum harus bebas asap rokok
kecuali menyediakan tempat khusus merokok.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
57
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
58
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Ayat (1)
Persyaratan kelaikan fungsi bangunan merupakan hasil pemeriksaan
akhir bangunan sebelum dimanfaatkan yang telah memenuhi
persyaratan teknis tata bangunan dan keandalan bangunan sesuai
dengan fungsi dan klasifikasinya. Untuk bangunan yang dari hasil
pemeriksaan kelaikan fungsinya tidak memenuhi syarat, tidak dapat
diberikan sertifikat laik fungsi, dan harus diperbaiki dan/atau
dilengkapi sampai memenuhi persyaratan kelaikan fungsi. Dalam
hal rumah tinggal tunggal dan rumah tinggal deret dibangun oleh
pengembang, sertifikat laik fungsi wajib diurus oleh pengembang
guna memberikan jaminan kelaikan fungsi bangunan kepada pemilik
dan/atau pengguna.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Pemberian sertifikat laik fungsi sebagian bangunan gedung hanya
dapat diberikan bila unit bangunannya terpisah secara horisontal
atau terpisah secara kesatuan konstruksi.
Pasal 87
Ayat (1)
Untuk rumah tinggal tunggal sederhana atau rumah deret sederhana
tidak diperlukan perpanjangan sertifikat laik fungsi. Yang dimaksud
59
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pemberian sertifikat laik fungsi bagi sebagian bangunan hanya dapat
diberikan bila unit bangunannya terpisah secara horisontal atau
terpisah secara kesatuan konstruksi.
Ayat (4)
Segala biaya yang diperlukan untuk pemeriksaan kelaikan fungsi oleh
penyedia jasa pengkajian teknis bangunan menjadi tanggungjawab
pemilik atau pengguna.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Pemilik atau masyarakat dapat mengusulkan bangunan dan
lingkungannya yang memenuhi syarat untuk dilindungi dan
60
Huruf d
Klasifikasi bangunan dan lingkungannya yang akan dilindungi
dan dilestarikan terdiri dari klasifikasi utama diperuntukkan bagi
bangunan dan lingkungannya yang secara fisik bentuk aslinya
sama sekali tidak boleh diubah, klasifikasi madya diperuntukkan
bagi bangunan dan lingkungannya yang secara fisik bentuk asli
eksteriornya sama sekali tidak boleh diubah, namun tata ruang-
dalamnya dapat diubah sebagian dengan tidak mengurangi nilai-
nilai perlindungan dan pelestariannya, dan klasifikasi pratama
diperuntukkan bagi bangunan dan lingkungannya yang secara
fisik bentuk aslinya dapat diubah sebagian dengan tidak
mengurangi nilai-nilai perlindungan dan pelestariannya serta
dengan tidak menghilangkan bagian utama bangunan tersebut.
Pemerintah Kabupaten melakukan identifikasi dan dokumentasi
terhadap bangunan dan lingkungannya yang memenuhi syarat
Identifikasi dan dokumentasi.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
61
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Ayat (1)
Tahapan pengenaan sanksi administrasi disesuaikan dengan jenis
dan tingkat pelanggaran dan atau kesalahan yang dilakukan.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Cukup jelas.
Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Ayat (2)
Persidangan tindak pidana pelanggaran dilaksanakan dengan
persidangan tindak pidana ringan.
Pasal 107
Cukup jelas.
Pasal 108
Cukup jelas.
Pasal 107
Cukup jelas.
Pasal 108
Cukup jelas.
Pasal 109
Cukup jelas.
Pasal 110
Cukup jelas.