Cacing Tambang

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Cacing Tambang (Hook Worm)

Taksonomi Cacing Tambang


1. Kingdom : Animalia
2. Filum : Nematoda Kelas : Secernentea
3. Ordo : Strongylida
4. Famili : Ancylostomatidae
5. Genus : Necator / Ancylostoma
6. Spesies :
A. Ancylostoma duodenale
B. Necator americanus
C. Ancylostoma brazilliense
D. Ancylostoma ceylanicum
E. Ancylostoma caninum
Pengertian Cacing Tambang Cacing tambang adalah cacing yang berasal dari anggota famili
Ancylostomatidae yang mempunyai alat pemotong pada mulut berupa tonjolan seperti gigi
pada genus Ancylostoma dan lempeng pemotong pada genus Necator. Ancylostoma
duodenale dan Necator americanus merupakan cacing tambang yang menginfeksi manusia
sedangkan Ancylostoma brazilliense, Ancylostoma ceylanicum, dan Ancylostoma caninum
merupakan cacing tambang yang menginfeksi binatang (anjing dan kucing).

Siklus Hidup Cacing Tambang


Cacing dewasa hidup di dalam intestinum tenue (usus halus). Cacing betina dewasa
mengeluarkan telur dan telur akan keluar bersama dengan tinja. Apabila kondisi tanah
menguntungkan (lembab, basah, kaya oksigen, dan suhu optimal 26°C – 27°C) telur akan
menetas dalam waktu 24 jam menjadi larva rhabditiform. Setelah 5 – 8 hari larva
rhabditiform akan mengalami metamorfosa menjadi larva filariform yang merupakan stadium
infektif dari cacing tambang. Jika menemui hospes baru larva filariform akan menembus
bagian kulit yang lunak, kemudian masuk ke pembuluh darah dan ikut aliran darah ke
jantung, kemudian terjadi siklus paru-paru (bronchus → trachea → esopagus), kemudian
menjadi dewasa di usus halus. Seluruh siklus mulai dari penetrasi larva filariform ke dalam
kulit sampai menjadi cacaing tambang dewasa yang siap bertelur memakan waktu sekitar 5 –
6 minggu.

Morfologi Cacing Tambang

Ciri-ciri telur hook worm :


berbentuk oval
ukuran : panjang ± 60 μm dan lebar ± 40 μm
dinding 1 lapis tipis dan transparan
isi telur tergantung umur : Tipe A → berisi pembelahan sel (1 – 4 sel) Tipe B → berisi
pembelahan sel (> 4 sel) Tipe C → berisi larva.

Ciri-ciri hook worm dewasa : Walaupun terdiri dari beberapa spesies, cacing ini mempunyai
morfologi yang hampir sama, perbedaan tiap spesies bisa dilihat dari susunan gigi / lempeng
pemotong.
ukuran : panjang ± 1 cm
berwarna putih kekuningan
ujung posterior cacing betina lurus dan meruncing
ujung posterior cacing jantan membesar karena adanya bursa kopulatoris yang terdiri dari :
bursa rays / vili dorsal, spicula, dan gubernaculum
perbedaan antar spesies hook worm :
a. Ancylostoma duodenale → mempunyai 2 pasang gigi besar
b. Necator americanus → mempunyai sepasang lempeng pemotong
c. Ancylostoma brazilliense → mempunyai 1 pasang gigi besar dan 1 pasang gigi kecil
d. Ancylostoma ceylanicum → mempunyai 1 pasang gigi besar dan 1 pasang gigi
e. Ancylostoma caninum → mempunyai 3 pasang gigi besar.
f. Gejala Klinis Infeksi Cacing Tambang

Gejala Klinis Infeksi Cacing Tambang


Berat ringannya gejala klinis yang terjadi pada infeksi hook worm tergantung pada :
 Jumlah cacing.
 Stadium cacing tambang.
 Infeksi pertama atau infeksi ulang.
 Lamanya infeksi.
 Keadaan gizi penderita.
 Adanya penyakit lain.
 Umur penderita.

Manifestasi klinis pada infeksi hook worm bisa ditimbulkan oleh :

Larva

 Ground itch / Dew itch adalah rasa gatal yang timbul saat larva hook worm masuk
menembus kulit, semakin banyak larva yang menembus kulit semakin hebat gejala
yang timbul. Masuknya larva hook worm yang menembus kulit juga bisa
menyebabkan dermatitis dengan eritemia, edema, vesikel, dan gatal.
 Infeksi pertama memberikan gejala yang lebih berat daripada infeksi ulangan.
 Larva dari cacing tambang hewan (Ancylostoma brazilliense, Ancylostoma
ceylanicum, dan Ancylostoma caninum) juga bisa menginfeksi manusia dan
menimbulkan creeping eruption (cutaneus larva migrans). Dalam kulit manusia larva
bisa hidup beberapa hari sampai beberapa bulan. Larva ini mengembara dalam kulit
manusia tetapi tidak pernah mencapai stadium dewasa.

Cacing Tambang Dewasa


 Terjadi gejala anemia, karena cacing dewasa menghisap darah manusia, selain itu
tempat perlekatan cacing juga terjadi perdarahan. Anemia yang terjadi akibat infeksi
cacing tambang adalah anemia mikrositik hipokromik.
 Pada infeksi lanjut dapat menyebabkan defisiensi gizi, karena adanya anemia,
gangguan absorbsi, digesti akibat atrofi vili usus akibat luka gigitan, dan diare akibat
iritasi gigitan cacing.
 Pada pemeriksaan darah biasanya didapatkan eosinofilia yaitu meningkatnya jumlah
sel eosinofil. Peningkatan jumlah eosinofil pada infeksi hook worm bisa sampai 15%
– 30%.
 Pemeriksaan darah samar (occult) dalam tinja biasanya positif, bahkan kadang darah
bisa dilihat dengan mata telanjang.
 Infeksi cacing ini dapat menimbulkan kekebalan. Jika tidak ada defisiensi gizi, infeksi
ulangan akan memberikan kekebalan sehingga jumlah cacing tambang akan
berkurang sampai hilang dari intestinum / usus halus.

Cara Diagnosis Infeksi Cacing Tambang


Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur pada pemeriksaan tinja. Karena telur
sulit ditemukan pada infeksi ringan disarankan menggunakan prosedur konsentrasi.

Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Cacing Tambang


 Selalu menggunakan alat kaki saat keluar rumah
 Hindari kontak kaki secara langsung dengan tanah
 Tidak buang air besar sembarangan

Pengobatan :
Obat Anthelminthic (obat yang membersihkan tubuh dari cacing parasit), seperti albendazole
dan mebendazole, merupakan obat pilihan untuk pengobatan infeksi cacing tambang. Infeksi
pada umumnya diobati selama 1-3 hari. Obat yang ini efektif untuk mengobati infeksi dan
hanya memiliki sedikit efek samping. Suplemen zat besi juga diperlukan jika pendertia
memiliki anemia.

Epidemiologi Cacing Tambang

Cacing tambang tersebar luas di daerah tropis dan subtropis. Cacing ini mempunyai
prevalensi yang tinggi di daerah perkebunan dan persawahan. Cacing ini menyerang terutama
pada golongan sosial ekonomi rendah. Tanah yang gembur, lembab, teduh,tanah berpasir,
atau tanah liat dan humus merupakan tempat ideal bagi pertumbuhan telur cacing tambang
sampai menjadi larva. Telur dan larva mudah mati karena keekeringan dan suhu yang rendah.
Di Indonesia Necator americanus lebih banyak dijumpai daripada Ancylostoma duodenale.
Frekuensi infeksi pada pria lebih besar daripada wanita. Kebiasaan buang air besar
sembarangan, penggunaan kotoran manusia sebagai pupuk, kebiasaan tidak memakai alas
kaki dan kurangnya pengetahuan tentang kebersihan dan kesehatan merupakan faktor-faktor
yang menguntungkan untuk perkembangan dan penyebarang cacing tambang.

Anda mungkin juga menyukai