Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kebutuhan Khusus II
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kebutuhan Khusus II
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kebutuhan Khusus II
KHUSUS
Disusun oleh :
KELOMPOK I
{SEMESTER : V / D}
PRODI SI KEPERAWATAN
LHOKSEUMAWE
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang bab yang sedang kami pelajari yaitu “Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Kebutuhan Khusus”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai sumber. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................2
C. Tujuan ................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi...............................................................................................................3
B. Etiologi...............................................................................................................3
C. Peran Perawat Dalam Upaya Pencengahan........................................................4
1. prevensi primer.............................................................................................5
2. Prevemsi sekunder .......................................................................................5
3. Promosi kesehatan........................................................................................5
D. Dukungan Untuk Keluarga ................................................................................5
E. Proses Keperawatan ...........................................................................................6
1. Pengkajian ....................................................................................................6
2. Diagnosa keperawatan .................................................................................8
3. Perencanaan..................................................................................................8
4. Implementasi ..............................................................................................10
5. Evaluasi ......................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memerlukan penanganan
khusus yang berkaitan dengan kekhususanya.(Fadhli, 2010). Sama halnya
dengan anak yang normal, anak yang berkebutuhan khusus juga harus di
perhatikan, pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting bagi anak
karena menentukan masa depannya. Pendidikan adalah hak seluruh warga
negara tanpa membedakan asal-usul, status sosial ekonomi, maupun keadaan
fisik seseorang, termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan sebagaimana
di amanatkan dalam UUD 1945 pasal 31.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, hak anak untuk memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa
adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak
yang berkebutuhan khusus. Anak dengan kebutuhan khusus (special needs
children) dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau
mangalami gangguan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah
sebagaimana anak-anak pada umumnya. Banyak istilah yang dipergunakan
sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan
Handicap. Menurut World Health Organization (WHO), definisi masing-
masing istilah adalah sebagai berikut :
a. Disability : keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari
impairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau
masih dalam batas normal, biasanya digunakan dalam level individu.
b. Impairment: kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau
struktur anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ.
c. Handicap : Ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment
atau disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang
normal pada individu.
d. Khususnya untuk anak yang mengalami gangguan kognitif seperti autism,
hiperaktif, down sindrom dan retardasi mental, membutuhkan perhatian
yang lebih terutama dari orang-orang sekitar, sehingga perawat perlu
1
melibatkan lingkungan untuk memberikan asuhan keperawatan pada anak.
Untuk itu akan dibahas bagaimana asuhan keperawatan pada anak yang
berkebutuhan khusus.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud tentang konsep askep anak dengan kebutuhan khusus
2. Apa definisi askep anak dengan kebutuhan khusus ?
3. Sebutkan Etiologi askep anak dengan kebutuhan khusus ?
4. Bagaimana Peran Perawat dalam upaya pencengahan pada askep anak
dengan kebutuhan khusus ?
5. Apa dukungan untuk keluarga pada askep anak dengan kebutuhan khusus
?
6. Bagaimana Proses Keperawatan pada askep anak dengan kebutuhan
khusus ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa memahami tentang konsep askep anak dengan kebutuhan
khusus
2. Mahasiswa memahami definisi askep anak dengan kebutuhan khusus
3. Mahasiswa memahami etiologi askep anak dengan kebutuhan khusus
4. Mahasiswa mengetahui dan memahami peran perawat dalam upaya
Pencengahan pada askep anak dengan kebutuhan khusus
5. Mahasiswa memahami dukungan untuk keluarga pada askep anak dengan
kebutuhan khusus
6. Mahasiswa memahami proses keperawatan pada askep anak dengan
kebutuhan khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Menurut Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Republik Indonesia 2013, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah
anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-
intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara
signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya.
Anak yang berkebutuhan khusus antara lain autisme, hiperaktif, down
sindrom dan retardasi mental. Penatalaksanaan terapi pada anak yang
berkebutuhan khusus paling efektif dilakukan pada usia sebelum lima tahun.
Setelah lima tahun hasilnya berjalan lebih lambat. Pada usia 5-7 tahun
perkembangan otak melambat menjadi 25% dari usia sebelum 5 tahun. Meski
tidak secepat anak normal, kita harus memberi kesempatan pada anak
berkebutuhan khusus ini untuk berkembang, dia masih dapat menguasai
beberapa kemampuan seperti halnya anak normal yang lain. (Monika &
Waruwu, 2006)
B. Etiologi
Pengaruh prenatal terhadap perkembangan embrio mulai sejak masa
menentukan yaitu pada saat ibu belum menyadari bahwa ia hamil. Faktor
genetik dan lingkungan pada umumnya menjadi penyebab prenatal utama
adalah encephalopathy sebagai akibat dari luka pada fetus yang menyebabkan
abnormalitas neurologik yang selanjutnya menimbulakan masalah
perkembangan. Penyebab lain seperti hypoxia pada saat persalinan dan hespes
simplek encephalitis juga dapat menimbulkan kerusakan sistem syaraf karena
syaraf pusat mudah terinfeksi pada awal kehidupan. (Dalami, Ermawati. 2009)
3
Hidrocephalus Iskemia Malnutrisi
congenital Gangguan Prematur Meningitis
endokrin kejang neonatal
Radiasi Dosisi tinggi Kebutuhan emosional yang
Malnutrisi terabaikan
Infeksi maternal
Gangguan
metabolisme Neural
tube defects
Hiperbillirunemia
berat
TORCH
(Dalami, Ermawati. 2009)
C. Peran Perawat Dalam Upaya Pencengahan
1. prevensi primer
Perawat sangat berperan dalam usaha pencengahan primer melalui program
imunisasi dan program anak sehat yang merupakan cara yang paling efektif,
Sering kali program ini tidak mencapai seluruh target populasi. Misalnya
wanita hamil yang sangat rentan terhadap campak, maupun pengaruh alkohol
yang diminum oleh ibu hamil. (Dalami, Ermawati. 2009)
Kegiatan prevensi primer lainya yaitu pencegahan pada remaja putri
terhadap kehamilan pada usia yang sangat muda. Memberikan konsultasi pada
orang tua yang khawatir anak berikutnya akan mengalami retardasi mental dan
merujuk mereka untuk mendapatkan konsultasi genetik. Perawat juga berperan
untuk mengurangi kemungkinan bagi ibu hamil beresiko tinggi antara lain
anemia, hipertensi, diabetes militus (DM), peminum alkohol dengan
peningkatan kesehatan mereka sebelum konsepsi. Perawat paling
memungkinkan untuk menyarankan ibu hamil agar melakukan perawatan
kehamilan sedini mungkin. (Dalami, Ermawati. 2009)
2. Prevemsi sekunder
Mengkaji resiko, kebutuhan dan masalah pada anak dan keluarga
merupakan proses yang berlangsung terus menerus selama masa
4
perkembangan anak. Tujuan pengkajian ini yang mungkin telah terjadi, dan
juga tanda tanda pada anak yang potensial terjadi gangguan perkembangan.
(Dalami, Ermawati. 2009)
3. Promosi kesehatan
Intervensi mengenai masalah kesehatan yang terjadi berulangkali
merupakan dasae pendidikan kesehatan pada orang tua dan anak. Perawatan
perlu menekankan pada kebu Kebutuhan gizi, kebersihan gigi, kebersihan
mulut. Bahaya alcohol dan narkotika zat adiptif(napza) serta merokok.
Berfokus pada keluarga sebagai pusat diskusi permasalahan danj pendidikan
kesehatan, memberikan kesempatan kepada semua anggota keluarga untuk
meningkatkan kesehatan mereka. (Dalami, Ermawati. 2009)
Cara penyampaian pendidikan kesehatan disesuai kan dengan tingkat
pendidikan orang tua dan anak. Empat hal utama yang perlu diperhatikan
ketika memberikan pendidikan kesehatan kepada anak-anak reterdasi mental
ringan yaitu(Dalami, Ermawati. 2009) :
1. Menggunakan stimulasi
2. Memberikan pengarahan yang nyata agar anak dapat mengikuti
3. Memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan
4. Mengajarkan anak untuk memilih alternative ketika mengambil keputusan
Untuk menegakkan diagnos, dilakukan tes inteligensi, dan pengukuran
kemampuan beradaptasi. Kedua hasil pemeriksaan ini sangat berguna bagi
perawat dalam merencanakan asuhan keperewatan pada anak-anak dengan
reterdasi mental. Jenis tes inteligensi yang biasanya dilakukan pada anak-anak
tersangka reterdasi mental : Bukan suatu hal aneh jika anak yang mengalami
gangguan intelektual, tetap memiliki kemampuan adaptasi yang sesuai.
Keterampilan yang diperlukan untuk beradaptasi pada masa kanak-kanak
melibatkan kemampuan proses belajar yang komplek. Oleh karna itu, tes
kemampuan terhadap anak beradaptasi sangat diperlukan untuk menegakkan
diagnose. Tes yang biasanya digunakan untuk mengukur adaptasi anak adalah
HOME (The home observation for measurement of the environment) (Dalami,
Ermawati. 2009)
5
D. Dukungan Untuk Keluarga
Mengetahui bahwa anak nya mengalami ketidakmampuan yang serius
merupakan pengalaman yang sangat menyedihkan bagi orang tua,. Oleh karna
itu tujuan intervensi keperawatan adalah membantu anggota keluarga untuk
menjalani proses berduka, sehingga akhirnya mereka dapat menerima dan
beradaptasi dengan kondisi anak. (Dalami, Ermawati. 2009).
Proses berduka meliputi emosi seperti ambivalen, mengingkari (denial),
rasa bersalah, rasa malu, ras kasihan terhadap diri sendiri, berduka cita,
depresi dan keinginan agar anaknya meninggal dunia. (Dalami, Ermawati.
2009)
(Mott Janes Dan Sperhac). Menurut Mercers proses berduka diawali
dengan mati rasa dan dikuti dengan reorganisasi kemudian adaptasi. Perawat
tidak seharusnya mengharapkan proses berduka yang dialami orang tua akan
berlalu dalam waktu tertentu, karna keadaan ini akan terus berlangsung dalam
kehidupan emosi keluarga. Orang tua memerlukan dukungan yang penuh
pengertian dari perawat dan tenaga professional lainnya yang jujur dan
berpengertahuan. Orang yang sedang mengalami stress tidak dapat menerima
informasi sekaligus, oleh karna itu perawat perlu memberikan kesempatan
kepada orang tua untuk bertanya, orang tua sering mengajukan pertanyaan
yang sama berulang-ulang kali sejalan dengan perjuangan mereka untuk
menghayati apa yang terjadi, mengapa terjadi, apakah mereka penyebab
kecacatan anakknya, dan apa yang mereka perlu lakukan, perawat harus peka
terhadap kebutuhan emosial orang tuan dan memberikan dukungan yang tepat
kepada mereka. (Dalami, Ermawati. 2009)
E. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pengakajian keperawatan meliputi aspek fisik, psikologis dan social, yang
terutama dapat dilakukan pada saat kunjungan rumah atau kunjungan
kesehatan sekolah. Sehingga data baik dari orang tua maupun guru sangat
berguna untuk perencanaan keperawatan selanjutnya, Hal-hal yang perlu
dikaji meliputi : riwayat kesehatan, riwayat penyakit sebelumnya,
6
perekembangan personal dan social, perekambangan kognitif, keterampilan
bahasa, perkembangan motoric dan sensorik, dan lingkungan tempat anak
tinggal dan belajar. (Dalami, Ermawati. 2009)
1) Factor predisposisi
a. Factor yang mempengaruhi harga diri seperti pengalaman di jauhi
teman-teman yang normal.
b. Factor yang mempengaruhi identitas diri, ketidakpercayaan orang tua
pada anaknya.
c. Pemeriksaan pada saat kehamilan dan persalinan.
d. Pertumbuhan dan perkembangan anak.
2) Factor presipitasi
a. Trauma
b. Ketegangan peran akibat perubahan pertumbuhan
(Dalami, Ermawati. 2009)
Riwayat kesehatan
Perawat perlu mengumpulkan data dari orang tua anak mengenai keluhan
dan perilaku anak dirumah. Masalah fisik, seperti alergi, nafsu makan,
maslah eliminasi, penyakit infeksi yang baru diderita, dan masalah
pernafasan bagian atas, serta penyakit yang biasa dialami anak, juga perlu
diperoleh dari orang tua. (Dalami, Ermawati. 2009)
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit meliputi riwayat operasi dan pengobatan, kebiasaan
anak(seperti: bicara, emosi, tics, dan riwayat perkembangan serta
pendidikan). Sangat penting untuk mengetahui uasia anak pada setiap
perkembangan: kapan anak mulai berjalan, berbicara, belajar kebelakang,
makan dan berpakaian sendiri. Begitu pula informasi mengenai masa
prenatal dan perinatal ibu perlu dikaji. Jika memungkinkan, cacatan
kesehatan bayi ketika baru lahir, perlu diketahui. Menurut Capute
(1979),80% anak di diagnose sebagai anak kebutuhan khusus pada usia
sekolah. Biasanya kekurangan anak baru diketahui setelah mereka mampu
menyamai kemampuan akademis teman sekelas mereka. (Dalami,
Ermawati. 2009)
7
Riwayat perkembangan personal dan sosial
Gejala yang terlihat pada anak melalui ketidakmatangan perilaku
sosialnya, yang mana mereka lebih suka bermain dengan anak-anak yang
lebih kecil. Anak-anak kebutuhan khusus mungkin tidak berbica dan
melakukan sesuatu sesuai dengan tingkat usia mereka. Mungkin
berperilaku acting out , atau sebaliknya menarik diri dari anak-anak lain.
Pada umumnya mereka memiliki konsep diri yang rendah dan mudah
frustasi serta menangis. (Dalami, Ermawati. 2009)
Perkembangan kognitif
Anak-anak yang bermasalah dalam belajar, tidak mampu menstranfer hal-
hal yang telah di pelajari dari satu situasi ke situasi lain. Mereka belajar
bahwa langit berwarna biru, tetapi tidak dapat mengenal burung atau mobil
yang berwarna biru, Anak kebutuhan khusus juga tidak orang yang dapat
mengajarkan keterampilan melakukan kegiatan sehari-hari. (Dalami,
Ermawati. 2009)
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan pada pengkajian diatas kemungkinan diagnosa keperawatan
yag terjadi adalah :
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan karena kerusakan fungsi
kognitif
2. Gangguan konsep diri harga diri rendah karena tidak efektifnya koping
mekanisme
3. Gangguan identitas diri karena tidak realistis harapan orang tua
4. Gangguan komunikasi (Dalami, Ermawati. 2009)
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan bagi anak bersifat individual, juga merupakan
bagian dari kelompok atau pasien dirumah sakit. Tujuan keperawatan yang
utama adalah pencegahan penyakit dan pengembalian fungsi serta kesehatan
anak. Dimanapun tatanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak r
rencana keperawatan harus berdasarkan informasi tersebut : (Dalami,
Ermawati. 2009)
8
a. Latar belakang informasi
Informasi dikumpulkan melalui pengkajian keperawatan, riwayat
kesehatan, riwayat keluarga, dan catatan medis. (Dalami, Ermawati. 2009)
b. Kebutuhan anak
Informasi mengenai kebutuhan anak sangat tergantung kepada hasil
pengkajian, kemampuan berbahasa, dan area sensorik, baik ekspresif
maupun reseptif, perkembangan perilaku dan sosial, dan kemampuan
intelektual serta keterbatasan fisik. (Dalami, Ermawati. 2009)
c. Tujuan keperawatan
Tujuan keperawatan direncanakan bersama orangtua, tenaga kesehatan
lain, guru dan anak(jika memungkinkan). Perencanaan keperawatan yang
berkisar pada keterampilan motorik, keterampilan menolong diri sendiri,
keterampilan berbahasa dan komunikasi, keterampilan kognitif,
keperawatan sosial, merupakan hal yang sangat penting untuk berhasil
mencapai tiap tujuan keperawatan.(Dalami, Ermawati. 2009)
d. Batu loncatan
Serangkaian kegiatan yang sesuai tingkat fungsi kognitif dan motorik
harus dimulai sedini mungkin, pelajaran yang sama dapat direncanakan
dengan menggunakan kegiatan yang berbeda. (Dalami, Ermawati. 2009)
e. Rujukan keperawatan
Rencana asuhan keperwatan yang digunakan di rumah sakit dapat
digunakan pada perencanaan asuhan keperawatan pada tatanan pelayanan
kesehatan lainnya. Rencana asuhan keperawatan dapat membantu jika
anak dirawat di rumah sakit lagi dan dipakai sebagai alat mengajar tenaga
kesehatan lainnya. Rencana asuhan keperawatan mendokumentasikan
asuhan keperawatan individual yang diberikan dalam rangka memenuhi
kebutuhan kesehatan untuk anak kebutuhan khusus. Perawat dalam
merencankan asuhan keperawatan sebagai bagian dari tim kesehatan dan
memberikan pendidikan (Dalami, Ermawati. 2009)
4. Implementasi
Memerlukan lingkungan yang terstruktur sehingga mereka dapat belajar dan-
9
berperilaku lebih baik. Jika anak mengetahui dengan pasti apa yang
diharapkan dari anak, anak perlu dipisahkan dari stimulus atau gangguan.
Anak perlu tempat di ruang sekolah, rumah atau tempat lain dimana anak
merasa memiliki. Pengalaman anak bahwa ia dapat menyelesaikan tugas
sangat penting untuk meningkatkan rasa percaya dirinya. Anak ini cukup peka
untuk mengetahui orang yang dengan tulus menginginkan keberhasilan
mereka. Anak berespon terhadap sentuhan, kontak mata, dan pujian. Instruksi
yang sederhana dan bertahap membantu proses belajar anak. Demonstrasi
keterampilan dilakukan secara perlahan dan berulang-ulang. Sering kali
perawat perlu menuntun tangan anak dalam menyelesaikan tugasnya.
Memberikan penghargaan berupa pujian atau pelukan sangat membantu anak
untuk mencoba melakukan kegiatan dengan lebih sungguh-sungguh. (Dalami,
Ermawati. 2009)
5. Evaluasi
Evaluasi terhadap hasil asuhan keperawatan adalah untuk meningatkan
kemampuan anak dilakukan dengan membandingkan data dasar dengan tingkat
perkembangan dan keadaan kesehatan anak dengan tujuan yang dicapai
(Dalami, Ermawati. 2009)
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memerlukan penanganan
khusus yang berkaitan dengan kekhususanya.(Fadhli, 2010). Anak yang
memiliki gangguan kognitif juga termasuk anak yang berkebutuhan khusus.
Gangguan kognitif adalah sebuah istilah umum yang mencakup setiap jenis
kesulitan atau defisiensi mental (Wong, 2008). Anak yang berkebutuhan
khusus antara lain autisme, hiperaktif, down sindrom dan retardasi mental.
Pengaruh prenatal terhadap perkembangan embrio mulai sejak masa
menentukan yaitu pada saat ibu belum menyadari bahwa ia hamil. Faktor
genetik dan lingkungan pada umumnya menjadi penyebab prenatal utama
adalah encephalopathy sebagai akibat dari luka pada fetus yang menyebabkan
abnormalitas neurologik yang selanjutnya menimbulakan masalah
perkembangan.
B. Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama
mahasiswa keperawatan
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan.
11
DAFTAR PUSTAKA
12