LP Oksigenasi
LP Oksigenasi
LP Oksigenasi
3. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi atau pencetus dari adanya gangguan oksigenasi yaitu :
a. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi
ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard,
kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer.
b. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
c. Faktor perkembangan. Pada bayi premature berisiko terkena penyakit
membrane hialin karena belum matur dalam menghasilkan surfaktan. Bayi dan
toddler berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan akut. Pada dewasa,
mudah terpapar faktor risiko kardiopulmoner. System pernafasan dan jantung
mengalami perubahan fungsi pada usia tua / lansia.
d. Perilaku atau gaya hidup. Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopilmonar.
Obesitas yang berat menyebabkan penurunan ekspansi paru. Latihan fisik
meningkatkan aktivitas fisik metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen. Gaya
hidup perokok dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung,
PPOK, dan kanker paru (Potter&Perry, 2006).
5. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari
dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak
dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas
sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload,
preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2002).
Dapat juga disebabkan oleh perubahan fungsi pernapasan seperti :
1) Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar
pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena :
a. Kecemasan
b. Infeksi/sepsis
c. Keracunan obat-obatan
d. Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolic.
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri
dada (chest pain), menurunkan konsentrasi, disorientasi , tinnitus.
2) Hipoventilasi
Hivoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya
terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru). Tanda-tanda dan gejala pada
keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi,
kardiakdistritmia, ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kardiak arrest.
3) Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang
diinspirasi atau meningkatkan penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia
dapat disebabkan oleh :
a. Menurunnya hemoglobin
b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung.
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan sianida.
d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pneumonia.
e. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
f. Kerusakan/gangguan ventilasi.
Tanda-tanda hipoksia antara lain: kelelahan, kecemasan, menurunnya
konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak
napas, dan clubbing.
6. Pathway
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Fungsi Paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
b. Pemeriksaan Gas Darah Arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan Sinar X Dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing
yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
h. Ct-Scan
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai oksigen
sekunder terhadap penurunan ventilasi alveolar sebagai akibat penyempitan
jalan napas.
b. Bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan
produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekret kental, penurunan
energi/kelemahan.
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan dispnea dan keterbatasan aliran
udara kronis
3. Intervensi
Auskultasi bunyi napas tiap 2-4 jam (pantau Bunyi nafas mungkin redup karena
penurunan dan bunyi tambahan), catat area penurunan aliran udara atau area konsolidasi.
penurunan aliran udara dan/atau bunyi Adanya mengi mengindikasikan spasme
tambahan. bronkus atau tertahannya sekret.
Awasi tingkat kesadaran/status mental. Gelisah dan ansietas adalah manifestasi
Selidiki adanya perubahan. umum pada hipoksia. GDA memburuk
disertai bingung/somnolen menunjukkan
disfungsi serebral yang berhubungan dengan
hipoksemia.
Pantau hasil GDA dan nadi oksimetri. Mewaspadai penurunan PaO2 dan
peningkatan PaCO2 yang menandakan
ancaman pernapasan. PaCO2biasanya
meningkat (bronkitis, emfisema) dan
PaO2secara umum menurun, sehingga
hipoksia terjadi dengan derajat lebih kecil
atau lebih besar. Catatan: PaCO2“normal”
atau meningkat menandakan kegagalan
pernafasan yang akan datang selama asmatik.
Berikan O2 tambahan yang sesuai dengan Dapat memperbaiki atau memperbaiki atau
indikasi hasil GDA dan toleransi pasien. mencegah memburuknya hipoksia.
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman Peninggian kepala tempat tidur
misalnya peninggian kepala tempat tidur, mempermudah fungsi pernafasan dengan
duduk pada sandaran tempat tidur. menggunakan gravitasi namun, pasien
dengan distres berat akan mencari posisi
yang paling mudah untuk bernafas. Sokongan
tangan/kaki dengan meja, bantal, dll
membantu menurunkan kelelemahan otot dan
dapat sebagai alat
Pertahankan polusi lingkungan minimum Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang
misalnya debu, asap, dan bulu bantal yang dapat mentriger episode akut.
berhubungan dengan kondisi individu.
Dorong atau bantu latihan nafas abdomen Memberikan pasien beberapa cara untuk
atau bibir. mengatasi dan mengontrol dispnea dan
menurunkan jebakan udara.
Observasi karakteristik batuk misalnya Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif,
menetap, batuk pendek, basah. Bantu khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau
tindakan untuk memperbaiki keefektifan kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi
upaya batuk. duduk tinggi atau kepala di bawah setelah
perkusi dada.
4. Evaluasi
Penilaian/evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar
klien. Jakarta: Salemba Medika.