Makalah Prinsip Koperasi Dan Umkm Revisi

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

PRINSIP KOPERASI DAN UMKM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Koperasi dan UKM
Dosen Pengampu:
Dr. Harini, M. Pd.

Disusun Oleh:
1. Asri Novianti K7616011
2. Dyah Arum M K7616022
3. Intan Kumalasari K7616033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
karunianya kepada penulis, sehingga penulis makalah ini dapat menyelesaikanya
dan tepat pada waktunya.
Kelompok kami juga berterima kasih kepada :
1. Orang tua kami yang menyekolahkan dan yang memenuhi segala
kebutuhan sehingga penulis dapat melanjutkan sekolah sampai sekarang.
2. Ibu Dosen yang mengasuh mata kuliah Ekonomi Koperasi dan UKM yang
selama ini memberikan masukan dan bimbingan sehingga penulis dapat
memahami dan mengerti tentang mata kuliah Ekonomi Koperasi dan
UKM.
3. Semua teman-teman yang ikut serta berpatisipasi dalam penulisan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat
kesalahan dalam penulisan makalah ini, untuk itu, penulis dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk pembaikan dimasa
yang akan datang.

Surakarta, 18 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................
A. Prinsip Koperasi ......................................................................................
B. Prinsip UMKM ..........................................................................................15
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 25
A. Kesimpulan ............................................................................................. 25
B. Saran........................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi, hal ini berarti
bahwa dalam kegiatannya koperasi turut mengambil bagian bagi tercapainya
kehidupan ekonomi yang sejahtera, baik bagi orang-orang yang menjadi anggota
perkumpulan itu sendiri maupun untuk masyarakat di sekitarnya. Koperasi
sebagai perkumpulan untuk kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan
di bidang pemenuhan kebutuhan bersama dari para anggotannya.
Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha
bersama dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas. Dalam
rangka usaha untuk memajukan kedudukan rakyat yang memiliki kemampuan
ekonomi terbatas tersebut, maka Pemerintah Indonesia memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan perkumpulan-perkumpulan Koperasi.
Pemerintah Indonesia sangat berkepentingan dengan Koperasi, karena
Koperasi di dalam sistem perekonomian merupakan soko guru. Koperasi di
Indonesia belum memiliki kemampuan untuk menjalankan peranannya secara
efektif dan kuat. Hal ini disebabkan Koperasi masih menghadapai hambatan
struktural dalam penguasaan faktor produksi khususnya permodalan. Dengan
demikian masih perlu perhatian yang lebih luas lagi oleh pemerintah agar
keberadaan Koperasi yang ada di Indonesia bisa benar-benar sebagai soko guru
perekonomian Indonesia yang merupakan sistem perekonomian yang yang
dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 .
Pada saat ini masih banyak orang yang kurang memahami betapa
pentingnya peran koperasi sebagai salah satu sector usaha perekonomian
Indonesia. Mungkin masih banyak orang yang menganggap koperasi hanyalah
lembaga keuangan biasa. Namun kenyataannya koperasi merupakan salah satu
dari tiga sector usaha formal dalam perekonomian Indonesia. Dalam kegiatannya,
selain menekankan pada kepentingan social dan ekonomi, kegiatan ekonomi juga

1
menekankan pada kepentingan moral. hambatan struktural dalam

penguasaan faktor produksi khususnya permodalan. Selain koperasi dalam

makalah ini uga membahas tentang UMKM (usaha mikro kecil menengah).

UMKM adalah singkatan dari usaha mikro kecil dan menengah. UMKM

adalah salah satu bagian penting dari perekonomian suatu Negara maupun

daerah, begitu juga dengan Negara Indonesia UMKM ini sangat memiliki

peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. UMKM ini juga

sangat membantu Negara / pemerintah dalam hal penciptaan lapangan kerja

baru dan lewat ukm juga banyak tercipta unit unit kerja baru yang

menggunakan tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah

tangga. Usaha Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting

dalam perekonomian Indonesia. Karena dengan UMKM ini, pengangguran

akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi

berkurang.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah prinsip koperasi yang ada di Indonesia?
2. Bagaimanakah prinsip UMKM yang ada di Indonesia?

C. TUJUAN
Dari rumusan masalah di atas, maka dapat dibuat tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui prinsip koperasi yang ada di Indonesia.
2. Untuk mengetahui prinsip UMKM yang ada di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Koperasi
Meskipun koperasi Rochdale tidak mendefinisikan jenis badan usaha yang
dipergunakan sebagai sebuah gerakan ekonomi yang berwatak sosial, tetapi
koperasi Rochdale telah merumuskan berbagai prinsip yang dipergunakan dalam
menjalankan kegiatan ekonomi mereka. Menurut Azrul (2016: 75) Prinsip utama
koperasi Rochdale mengacu pada kepentingan dan kekuatan bersama. Rumusan
prinsip koperasi Rochdale adalah :

1. Democratic control. Pengawasan kegiatan usaha dilakukan dengan cara


yang demokratis.
2. Open membership. Keanggotaan bersifat terbuka.
3. A fixed or limited interest on capital. Pembatasan bunga atas modal.
4. The distribution of surplus in dividend to the member in proportion to
their purchases. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) kepada anggota
sebanding dengan jasa masing-masing anggota.
5. Trading strictly on a cash basis. Penjualan sepenuhnya dilakukan secara
tunai.
6. Selling only pure and unadulterated goods. Barang-barang yang dijual
harus asli (berkualitas baik) dan tidak dipalsukan.
7. Providing the education of the members in cooperative principles.
Menyelenggarakan pendidikan kepada anggota dengan prinsip-prinsip
koperasi.
8. Political and religous neutrality. Netral terhadap politik dan agama.

Ketika koperasi diadopsi sebagai sebuah sistem ekonomi sekaligus bentuk


baru sebuah badan usaha, maka prinsip yang digunakan oleh koperasi
Rochdale menjadi acuan utama koperasi-koperasi lainnya dalam menjalankan
kegiatan usaha. Herman Schulze dan Friedrich William Raiffeisen, penggagas
koperasi di Jerman, menangkap gagasan ekonomi baru yang sedang tumbuh
dan berkembang di Inggris. Mereka menjadikan koperasi Rochdale sebagai
inspirasi dalam memperbaiki kehidupan ekonomi rakyat pada level paling

3
4

bawah, yang mengalami tekanan dan himpitan ekonomi sebagai sebuah akibat
dari sistem ekonomi kapitalis yang dianut Jerman kala itu, khususnya petani
dan sektor ekonomi yang bergerak pada skala UMKM.

Raiffeisen yang saat itu menjabat sebagai walikota Flammersfeld


mengembangkan koperasi kredit di daerah pedesaan untuk para petani.
Melalui koperasi kredit ini, Raiffeisen merumuskan prinsip koperasi terdiri
dari swadaya, daerah kerja terbatas, SHU untuk cadangan, tanggung jawab
anggota tidak terbatas, pengurus bekerja atas dasar sukarela, usaha hanya
kepada anggota, dan keanggotaan atas dasar watak, bukan uang. Sementara
itu, Schulze dalam mengembangkan koperasi kredit untuk UMKM
berpedoman kepada prinsip swadaya, daerah kerja tak terbatas, SHU untuk
cadangan dan untuk dibagikan kepada anggota, tanggung jawab anggota
terbatas, pengurus bekerja mendapat imbalan, dan usaha tidak terbatas tidak
hanya untuk anggota. Meskipun terdapat perbedaan rumusan operasional
terhadap koperasi yang dikembangkan Raiffeisen dan Schulze, tetapi gagasan
utama kedua koperasi ini tetap mengacu kepada prinsip-prinsip koperasi
Rochdale. Prinsip utama kedua koperasi ini adalah menjalankan kegiatan
ekonomi yang berwatak sosial.

Dalam perkembangan berikutnya selain prinsip yang dikembangkan secara


sendiri-sendiri oleh koperasi yang ada pada saat itu, prinsip-prinsip koperasi
juga dikembangkan oleh tokoh dan lembaga-lembaga yang berkepentingan
terhadap pengembangan koperasi. Dalam merumuskan prinsip koperasi, Hatta
lebih menekankan koperasi dikembangkan melalui dua prinsip utama, yaitu
perilaku self-help (menolong diri sendiri) secara kolektif dan prinsip
musyawarah mufakat (sebuah bentuk demokrasi yang keputusannya diambil
atau dilakukan oleh seluruh anggota dan bukan semata-mata pemimpin).

Prinsip self-help menunjukkan sikap kemandirian yang menyatakan bahwa


setiap individu harus mampu menolong dirinya sendiri. Seseorang tidak akan
mampu menolong orang lain jika ia tidak dapat menolong dirinya sendiri.
Dengan konsep self-help, sesungguhnya Hatta menegaskan perlunya kerja
5

sama ekonomi antar individu yang umumnya tidak memiliki kekuatan kapital.
Jika kekuatan sosial terbentuk dengan menyatukan individu-individu dengan
segala keterbatasan yang dimiliki, maka keterbatasan-keterbatasan tersebut
akan tertutupi dengan kehadiran individu lain. Untuk menangani masalah
keterbatasan kapital, misalnya, jika kapital yang terbatas diakumulasikan dari
seluruh anggota koperasi, kekuatan ekonomi baru akan tercipta.

Prinsip musyawarah untuk mufakat merupakan prinsip demokrasi


ekonomi yang bertumpu kepada kekuatan individu-individu, bukan kepada
segelintir individu. Prinsip musyawarah merupakan menifestasi yang
menunjukkan bahwa selain berperan sebagai konsumen, anggota koperasi
sekaligus berperan sebagai produsen atau pemilik. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa prinsip musyawarah merupakan kekuatan ekonomi yang
menjadikan seseorang tidak hanya sebagai objek dalam kegiatan ekonomi,
tetapi sekaligus berperan sebagai subjek yang ikut menentukan arah koperasi
dalam bentuk peran melaksanakan maupun mengawasi.

Münker merinci secara detail prinsip-prinsip koperasi dan merumuskannya


ke dalam 12 pokok yang meliputi keanggotaan bersifat sukarela, keanggotaan
terbuka, pengembangan anggota, identitas sebagai pemilik dan pelanggan,
manajemen dan pengawasan dilaksanakan secara demokratis, koperasi sebagai
kumpulan individu, modal yang berkaitan dengan aspek sosial tidak dibagi,
efisiensi ekonomi dari perusahaan koperasi, perkumpulan dengan sukarela,
kebebasan dalam pengambilan keputusan dan penetapan tujuan,
pendistribusian yang adil dan merata akan hasil-hasil ekonomi, dan
pendidikan anggota.

Fauget dalam buku The Cooperative Sector merumuskan prinsip koperasi


(Pandji Anoraga dan Ninik Widayati, 2003) sebagai berikut :

1. Adanya ketentuan tentang perbandingan yang berimbang di dalam hasil


yang diperoleh atas manfaat. Bersumber dari ketentuan ini, timbul
ketentuan-ketentuan tentang pembagian sisa hasil usaha, kewajiban
6

penyertaan uang simpanan untuk partisipasi dalam pembiayaan koperasi,


kewajiban ikut serta bertanggung jawab atas kemungkinan kerugian yang
terjadi pada koperasi, atau ikut serta dalam pembentukan cadangan
perorangan atau cadangan bersama dalam koperasi.
2. Adanya ketentuan atau peraturan tentang persamaan hak antaranggota.
3. Adanya pengaturan tentang keanggotaan yang berdasarkan kesukarelaan.
4. Adanya ketentuan atau peraturan tentang partisipasi dari pihak anggota
dalam tata laksana dan usaha koperasi.

Kongres ICA pada tahun 1995 di Manchester, Inggris, merumuskan


prinsip-prinsip koperasi meliputi :

1. Keanggotaan sukarela dan terbuka,


2. Pengendalian oleh anggota secara demokratis,
3. Partisipasi ekonomi anggota,
4. Otonomi dan kebebasan,
5. Pendidikan, pelatihan, dan informasi,
6. Kerja sama di antara koperasi-koperasi,
7. Kepedulian terhadap komunitas.

Setelah diberlakukannya UU No. 25 Tahun 1992 pengganti UU No. 12


Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian Indonesia, prinsip koperasi
Indonesia memuat 7 prinsip yang meliputi :

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka


2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding
dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota (jasa anggota tersebut
dalam koperasi)
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
5. Kemandirian
6. Pendidikan perkoperasian
7. Kerja sama antar koperasi

Menurut Pasal (5) UU No.25 Tahun 1992 diuraikan bahwa :

(1) Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut :


a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;
7

c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan


besarnya jasa usaha masing-masing anggota;
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;
e. Kemandirian.
(2) Dalam mengembangkan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula
prinsip Koperasi sebagai berikut :
a. Pendidikan perkoperasian;
b. Kerja sama antar Koperasi.

Dalam Penjelasan dari Pasal (5) UU No.25 Tahun 1992 tersebut, diuraikan
bahwa prinsip koperasi adalah merupakan satu kesatuan dan tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan berkoperasi. Dengan melaksanakan keseluruhan
prinsip tersebut, koperasi mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat berwatak sosial.

Prinsip koperasi ini merupakan esensi dari dasar kerja koperasi sebagai
badan usaha dan merupakan ciri khas serta jati diri koperasi. Dengan adanya
prinsip tersebut, koperasi dapat dibedakan dari badan usaha lainnya, karena
adanya:

a. Sifat kesukarelaan dalam keanggotaan koperasi.


Sifat ini mengandung arti bahwa menjadi anggota koperasi tidak boleh
dipaksakan oleh siapapun. Sifat kesukarelaan ini juga mengandung arti
bahwa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari koperasi sesuai
dengan syarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi.
Sedangkan sifat terbuka mengandung arti bahwa dalam keanggotaan
koperasi tidak terdapat pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun
dan oleh siapapun. Koperasi terbuka untuk setiap warga negara Indonesia,
artinya keanggotaan koperasi Indonesia tidak mengenal perbedaan jenis
kelamin, agama atau kepercayaan, suku, status ekonomi maupun golongan
atau paham yang dianutnya. Menjadi anggota koperasi harus dengan
penuh kesadaran dan keyakinan bahwa melalui koperasi akan diperoleh
manfaat yang akan mampu menaikkan taraf hidupnya, baik secara material
maupun secara mental spiritual.
b. Adanya prinsip demokrasi.
8

Prinsip ini menunjukkan bahwa pengelolaan koperasi dilakukan atas


kehendak dan keputusan para anggotanya. Karena pada prinsipnya para
anggota itulah yang memegang dan melaksanakan kekuasaan tertinggi
dalam koperasi, dan koperasi Indonesia adalah milik anggota dan untuk
anggota. Sehingga koperasi di dalam kegiatan usahanya harus berusaha
melayani anggota dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu pelaksanaan
kepengurusan koperasi harus terbuka bagi setiap anggota, dan setiap
anggota berhak mengetahui keadaan usaha serta pembukuan koperasi.
Anggota berhak pula melakukan kontrol atas jalannya kepengurusan
koperasi. Anggota koperasi mempunyai hak suara yang sama didalam
Rapat Anggota Koperasi, yang membicarakan dan memutuskan segala
kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan oleh
pengurus koperasi. Rapat Anggota Koperasi ini adalah merupakan sendi
dasar kehidupan koperasi.
c. Pembagian sisa hasil usaha berdasar atas prinsip keadilan dan asas
kekeluargaan.
Sisa hasil usaha koperasi tidak dibagi semata-mata atas dasar modal yang
dimiliki anggota dalam koperasi, tetapi juga atas dasar perimbangan jasa
usaha mereka terhadap koperasi. Meskipun sisa hasil usaha berupa
keuntungan itu tidak sebesar jika menjalankan perusahaan non koperasi,
tetapi keuntungan tersebut diharapkan nantinya dapat digunakan untuk
mencukupi kebutuhan anggota dan juga untuk dana cadangan, dana sosial,
dana pendidikan serta lainnya. Pada koperasi pemula yang masih
memerlukan tambahan modal usaha, sisa hasil usaha yang didapat
biasanya tidak dibagikan kepada para anggota, tetapi digunakan untuk
menambah modal usaha koperasi bersangkutan.
d. Koperasi bukan merupakan akumulasi modal.
Meskipun koperasi bukan merupakan suatu akumulasi modal, tetapi
koperasi memerlukan modal pula untuk menjalankan kegiatan usahanya.
Modal dalam koperasi ini pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan
anggotanya, bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu,
balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota juga
9

terbatas, tidak didasarkan semata-mata atas besarnya modal yang mereka


berikan kepada koperasi. Terbatas disini maksudnya adalah wajar, dalam
arti tidak melebihi besarnya suku bunga yang berlaku.
e. Prinsip kemandirian dari koperasi.
Ini mengandung arti bahwa koperasi harus dapat berdiri sendiri, tanpa
bergantung kepada pihak lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada
pertimbangan, keputusan, kemampuan, dan usaha sendiri. Dalam
kemandirian ini terkandung pula pengertian kebebasan yang bertanggung
jawab, otonomi, swadaya, berani mempertanggungjawabkan perbuatan
sendiri, dan kehendak untuk mengelola diri sendiri. Tanpa adanya modal
kepercayaan atau keyakinan akan kemampuan dan kekuatan sendiri ini,
niscaya tidak mungkin timbul suatu kegiatan dalam koperasi. Untuk itu,
setiap kegiatan koperasi Indonesia selalu harus mendasarkan kepada
prinsip swadaya, swakerta dan swasembada. Swadaya artinya koperasi
Indonesia harus berusaha untuk dapat berdiri tegak di atas kekuatannya
sendiri, baik kekuatan modal usaha maupun mental spiritual dari para
anggota koperasi. Swakerta artinya buatan sendiri. Dengan prinsip
swakerta ini koperasi diharapkan dapat melaksanakan sendiri segala
kegiatannya dengan menggunakan alat-alat buatan sendiri atau
mengutamakan memakai barang-barang buatan bangsa sendiri. Sedangkan
swasembada mempunyai kemampuan sendiri. Sifat ini menghendaki agar
koperasi dalam memenuhi kebutuhan para anggota dan masyarakat, dapat
mencukupi kebutuhannya sendiri dengan kemampuannya sendiri.
Meskipun untuk itu dalam pelaksanaanya koperasi harus melakukan kerja
sama dengan badan-badan usaha lainnya.
f. Selain lima prinsip tersebut, dalam pengembangan dirinya koperasi juga
melaksanakan prinsip-prinsip pendidikan perkoperasian dan kerja sama
antar koperasi. Penyelenggaraan pendidikan perkoperasian dan kerja sama
antar koperasi merupakan prinsip koperasi yang penting dalam
meningkatkan kemampuan, memperluas wawasan anggota, dan
memperkuat solidaritas dalam mewujudkan tujuan koperasi. Kerja sama
ini dapat dilakukan antar koperasi baik ditingkat internasional. Dengan
10

pendidikan ini diharapkan para anggota memiliki pengertian tentang seluk


beluk dan lika liku koperasi, dan dari pengertian yang diperoleh tersebut
akan tumbuh kesadaran berkoperasi dan kesetiaan pada koperasi pada diri
dan jiwa para anggotakoperasi, yang dapat meningkatkan taraf partisipasi
anggota terhadap koperasi. Sedangkan kerja sama antar koperasi ini akan
dapat memperkuat dan memperkokoh koperasi sebagai suatu badan usaha
ekonomi dalam membangun tatanan perekonomian nasional, sehingga
dapat mewujudkan keinginan dari ketentuan Pasal 33 UUD 1945 di mana
koperasi sebagai sokoguru perekonomian bangsa Indonesia.

Kalau dikaji secara mendalam, prinsip atau asas koperasi tersebut


merupakan penerimaan dari rumusan prinsip-prinsip koperasi seperti
dirumuskan oleh International Cooperative Alliance (I.C.A) atau Aliansi
Koperasi Internasional, dengan beberapa tambahan yang merupakan hakikat
ciri khas kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk dapat mendalami
dan memahami prinsip-prinsip koperasi Indonesia dengan baik, harus
dimengerti serta dipahami pula prinsip-prinsip koperasi seperti dirumuskan
I.C.A. I.C.A sebagai organisasi tertinggi dari Gerakan Koperasi didunia yang
terbentuk pada 1895, selalu membicarakan, mendiskusikan prinsip-prinsip
koperasi yang berlaku dan disesuaikan dengan keadaan perekonomian, politik
dan sosial yang juga selalu mengalami perubahan.

Tujuan pembentukan I.C.A ini adalah untuk mengembangkan dan


mempertahankan idea koperasi di antara negara-negara anggotanya.
Sedangkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan I.C.A antara lain adalah seperti
berikut:

a. Memberikan bantuan ekspert.


b. Melaksanakan seminar-seminar.
c. Melaksanakan pendidikan dan latihan-latihan.
d. Mengadakan penerangan dan penyuluhan.
e. Mengadakan penerbitan-penerbitan secara teratur.

Pada tahun 1934 dalam sidang I.C.A di London, timbul usul perubahan
terhadap prinsip-prinsip koperasi yang telah ditekankan oleh para perintis dari
11

kota Rochdale, khususnya tentang prinsip-prinsip pembayaran secara tunai


dan prinsip-prinsip kenetralan terhadap aliran politik, agama, dan ras.

Kemudian pada tahun 1937 dalam sidangnya di Paris, I.C.A membagi


prinsip-prinsip koperasi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Kelompok Utama, dalam kelompok ini berisi prinsip :


1). Keanggotaan yang terbuka.
2). Kepemimpinan yang demokratis, yaitu atas dasar satu orang satu suara.
3). Pembagian sisa hasil usaha disesuaikan dengan jasa anggota.
4). Bunga atas modal bersifat terbatas.
b. Kelompok Sampingan, kelompok ini berisi prinsip :
1). Pembayaran secara tunai.
2). Pendidikan secara terus-menerus.
3). Netral terhadap aliran politik, agama, dan ras.

Pembagian prinsip-prinsip yang demikian ini adalah dalam rangka


menjaga kekokohan landasan Gerakan Koperasi dan penentu persyaratan
keanggotaan. Hanya koperasi-koperasi yang memenuhi syarat seperti
tersebut pada kelompok utama sajalah yang dapat diterima sebagai
anggota I.C.A.

Selanjutnya pada tahun 1966 dalam sidang I.C.A di Wina, prinsip-


prinsip koperasi mengalami perubahan dan penambahan seperti berikut :

a. Keanggotaan koperasi secara terbuka tanpa adanya pembatasan yang


dibuat-buat.
b. Kepemimpinan yang demokratis atas dasar satu orang satu suara.
c. Bunga atas modal bersifat terbatas, itu pun jika ada.
d. Sisa hasil usaha dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1) Sebagian untuk cadangan.
2) Sebagian untuk masyarakat.
3) Sebagian untuk dibagikan kembali kepada anggota sesuai dengan jasa
masing-masing anggota.
4) Semua koperasi harus melaksanakan pendidikan secara terus-menerus.
5) Gerakan Koperasi harus melaksanakan kerja sama yang erat, baik di
tingkat regional, nasional maupun internasional.
Prinsip-prinsip koperasi seperti yang dituangkan dalam sidang-sidang I.C.A
adalah merupakan pengembangan dari prinsip-prinsip Rochdale maupun dari
12

prinsip-prinsip Raiffeisen. Adapun prinsip-prinsip tersebut dapat diuraikan seperti


berikut :

a. Prinsip Rochdale

Gerakan Koperasi yang pertama kali tercatat dalam sejarah karena


keberhasilannya adalah koperasi yang didirikan di kota Rochdale di Inggris,
oleh 28 orang buruh pabrik tenun (fannel) dan bergerak di bidang konsumsi,
sehingga terkenal dengan Koperasi Konsumsi. Gerakan ini dapat berhasil,
karena dalam usahanya mereka mendasarkan diri pada prinsip-prinsip usaha
yang telah mereka rumuskan dan mereka taati, seperti berikut:

1) Keanggotaan yang terbuka, maksudnya siapa saja boleh dan dapat diterima
sebagai anggota koperasi, tanpa membedakan aliran politik, agama, suku,
ras atau isme tertentu.
2) Satu orang anggota satu suara, maksudnya bahwa koperasi dijalankan
secara demokratis dan terbuka. Dasar hak suara masing-masing anggota
bukan didasarkan pada berapa besarnya uang yang dimiliki pada koperasi,
tetapi didasarkan pada keanggotaan yang melekat pada orangnya, bukan
uangnya.
3) Bunga atas modal dibatasi, maksudnya bunga atas andil yang dimiliki
anggota tidak boleh lebih tinggi daripada bunga yang ditetapkan oleh
pemerintah.
4) Sisa hasil usaha dibagi berdasarkan jasa masing-masing anggota,
maksudnya bahwa pembagian sisa hasil usaha ini didasarkan pada
partisipasi atau jasa anggota kepada koperasi, yang dapat menimbulkan
keuntungan bagi koperasi.
5) Transaksi penjualan dan pembelian harus dilaksanakan secara kontan.
Maksudnya bahwa perjanjian jual beli antara anggota koperasi dengan
koperasi harus dilakukan secara tunai, tidak boleh dihutang atau dicicil.
6) Pembuatan neraca secara periodik dan diskusi-diskusi. Maksudnya bahwa
untuk mengetahui keadaan atau kegiatan usaha koperasi, pembuatan
pembukuan dan administrasi harus dilakukan dengan baik. Jika terdapat
persoalan atau mis manajemen, diatasi secara bersama-sama dengan jalan
13

mengadakan diskusi-diskusi secara teratur untuk menjamin kontinuitas


idea koperasi.
7) Kegiatan perdagangan harus dilaksanakan dengan jujur, maksudnya bahwa
timbangan / takaran harus tepat, kualitas barang dagangan harus baik, dan
sebagainya.
b. Prinsip Raiffeisen

Prinsip Raiffeisen ini muncul sebagai realisasi atas keadaan perekonomian


yang kritis di Jerman pada sekitar pertengahan abad ke-19, khususnya dibidang
pertanian. Maka munculah seorang bernama Freidrich William Raiffeisen (1818 –
1888), bekas walikota yang menaruh perhatian terhadap kaum miskin dengan
idenya untuk membentuk Koperasi Pertanian / Kredit Pertanian di pinggiran kota.
Dari idenya tersebut maka keluarlah prinsip-prinsip koperasi yang dicetuskannya
sebagai upaya keberhasilan koperasi, seperti berikut:

1) Swadaya, maksudnya adalah bahwa para petani harus dapat mengatasi


kesulitannya dengan kekuatannya sendiri, tanpa bantuan dari manapun
juga asalnya.
2) Daerah kerja yang terbatas, maksudnya ialah bahwa daerah kerja (operasi)
koperasi terbatas pada daerah di mana masing-masing anggota mengenal
satu sama lain dengan baik.
3) Sisa hasil usaha sebagai cadangan, maksudnya ialah bahwa untuk
memperkuat tingkat swadaya koperasi tersebut, maka seluruh sisa hasil
usaha dipergunakan untuk cadangan koperasi sebagai usaha menambah
modal koperasi.
4) Tanggung jawab anggota tidak terbatas, maksudnya bahwa apabila
koperasi menderita kerugian dan tidak dapat dipenuhi dari kekayaan
koperasi, maka kerugian tersebut ditutup sampai dengan kekayaan pribadi
anggota.
5) Usaha hanya ditujukan kepada anggota, maksudnya ialah bahwa koperasi
tidak melayani orang-orang yang bukan anggota.
6) Kerja pengurus atas dasar sukarela, maksudnya pengurus tidak
memperoleh balas jasa, sebab pengurus harus berasal dari anggota.
14

Disamping itu koperasi harus lebih mementingkan kepentingan anggota,


yang berarti termasuk didalamnya adalah kepentingan pengurus.
7) Keanggotaan koperasi didasarkan atas watak (character), bukan uang.
Maksudnya bahwa untuk dapat diterima sebagai anggota koperasi, calon
anggota tersebut harus menunjukkan watak yang baik.
B. Prinsip UMKM
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM
diperoleh pengertian bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif milik
perorangan dan/ataubadan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria
usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Saiman, Leonardus (2011) menyebutkan Menurut Bab II Pasal 4 dan Pasal


5 UU No.20/2008 tentang UMKM, prinsip dan tujuan pemberdayaan UMKM
adalah sbb :

Prinsip pemberdayaan UMKM


1. Penumbuhan kemandirian,kebersamaan,dan kewirausahaan UMKM untuk
berkarya dengan prakarsa sendiri
2. Mewujudkan kebijakan public yang transparan,akuntabel,dan berkeadilan
3. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai
dengan kompetensi UMKM
4. Peningkatan daya saing UMKM
5. Penyelenggaraan perencanaan,pelaksanaan,dan pengendalian secara
terpadu.

Jika ke lima prinsip dari UMKM tersebut dilaksanakan dapat mencapai


tujuan yang telah di tetapkan dalam pasal 5 UU No. 20/2008 tentang
UMKM,prinsip dan tujuan pemberdayaan UMKM, yaitu:
1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang,
dan
2. Berkeadilan; menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan

15
16

3. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam


pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,
pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Penjelasan dan Implementasi dari setiap prinsip pemberdayaan UMKM:


1. Penumbuhan kemandirian,kebersamaan,dan kewirausahaan UMKM
untuk berkarya dengan prakarsa sendiri
Dalam prinsip ini disebutkan bahwa pemberdayaan UMKM salah
satunya merupakan upaya penumbuhan kemandirian yang pada Robinson
(1994) dijelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan
sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan
kebebasan bertindak.
Penumbuhan kemandirian pada UMKM yang dimaksud adalah
membebaskan seseorang untuk mengeksplore kemampuan pribadinya dan
mempunyai kebebasan untuk melakukan sesuatu hal yang mereka
inginkan sesuai dengan kemampuan pribadi, dalam hal ini seseorang bisa
mendirikan sebuah UMKM dengan cara mengetahui terlebih dahulu minat
dan potensi apa yang ada pada diri masing-masing individu.
Dalam hal penumbuhan kebersamaan, tentu saja dalam mendirikan
UMKM tidak akan bisa jika hanya dilakukan oleh diri snediri, semisal bisa
pun tentu saja hasil yng diperoleh tidak akan maksimal, maka dari itu
harus melibatkan oranglain untuk turut membantu dan berpartisipasi dalam
berdirinya sebuah UMKM.
Kemudian dalam hal penumbuhan kewirausahaan dalam Sarosa
(2005) dijelaskan bahwa motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri
seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan sesuatu,
termasuk menjadi young entrepreneur. Untuk memulai suatu
kewirausahaan dimulai dari dalam diri sendiri dengan menumbuhkan
motivasi menjadi seorang pengusaha dengan mencari tahu apa minat dan
bakat, dan keterampilan yang dimiliki, kemudian melihat kondisi
lingkungan apa yang banyak diminati dan dibutuhkan oleh masyarakat
17

selanjutnya mengembangkan suatu ide UMKM dan mencari rekan untuk


mendirikan sebuah bisnis UMKM dengan prakarsa sendiri.

2. Mewujudkan kebijakan public yang transparan, akuntabel,dan


berkeadilan
Keterbukaan dan transparansi dalam mewujudkan kebijakan
publik, dilihat dari pengertiannya keterbukaan merupakan data/informasi
bagi masyarakat yang dapat diakses sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Keterbukaan dapat juga menunjuk pada ketersediaan
informasi dan kejelasan bagi masyarakat umum untuk mengetahui proses
penyusunan, pelaksanaan, serta hasil yang telah dicapai melalui sebuah
kebijakan publik.
Transparansi dapat dilihat dari terbentuknya proses perumusan
kebijakan publik bagi masyarakat (terbuka bagi partisipasi masyarakat).
Transparansi dapat juga diwujudkan dalam bentuk keterbukaan pemerintah
dalam menyusun kebijakan yang dapat diakses oleh masyarakat. Hal ini
dapat menciptakan horizontal accountability antara pemerintah dengan
masyarakat sehingga terwujud pemerintah yang bersih, transparan,
akuntabel, efektif, efisien dan responsiv, terhadap perkembangan aspirasi
masyarakat dan kepentingan masyarakat.
Semua urusan pemerintah berupa kebijakan-kebijakan publik yang
berkenaan dengan pelayanan publik maupun pembangunan di daerah harus
diketahui publik. Masyarakat hendaknya mempunyai kemudahan untuk
mengetahui serta memperoleh data dan informasi tentang kebijakan,
program dan kegiatan pemerintah daerah dan DPRD.
Namun keterbukaan disini bukanlah tanpa batas karena jika
keterbukaan tanpa batas dapat memperbesar peluang timbulnya konflik
yang sulit dikendalikan, yang akhirnya menjurus ke arah timbulnya
kekerasan dan kekacauan. Itulah yang harus dihindari. Untuk itulah perlu
diketahui dan dicermati secara mendalam bagaimana sebenarnya
keterbukaan dan transparansi yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang
18

berlaku. Sehingga tidak menimbulkan suatu misspersepsi dalam


masyarakat.
Transparansi disini hubungannya dengan kewenangan ekonomi,
mengatur kewenangan dan kekuasaan disertai dengan pengembangan
prinsip partisipasi publik dan akuntabilitas publik.
Dalam menjalankan kebijakan publik salah satu cirinya yaitu dengan
memperhatikan kepentingan kaum paling miskin dan lemah.
Dalam mewujudkan kebijakan publik, masyarakat menuntut sistem
pemerintahan yang transparan dan berkeadilan. Semua urusan
kepemerintahan berupa kebijakan publik baik yang berkenan dengan
pelayanan publik maupun pembangunan di daerah harus diketahui publik.
Salah satu pembangunan di daerah yaitu tercermin dengan tumbuhya
sektor UMKM di daerah tersebut.

3. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar


sesuai dengan kompetensi UMK
Dalam mengembangkan usaha berbasis potensi daerah hal yang
utama yaitu harus menumbuhkan kreativitas untuk memulai suatu usaha
menggunakan potensi yang ada di daerah tersebut. Suryana (2003)
menyatakan bahwa kreativitas adalah: “Berpikir sesuatu yang baru”.
“Kreativitas sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan
untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dalam
menghadapi peluang”.
Maka dari itu dalam pengembangan usaha berbasis potensi daerah
dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi UMK, seorang
pebisnis/pebisnis pemula sebelum mendirikan suatu usaha UMKM harus
membangun kreativitas dalam dirinya, kreativitas yang dimaksud yaitu
berpikir mengenai sesuatu hal yang baru ataupun cara-cara baru terkait
usaha yang akan digeluti, kemudian ketika sudah menentukan usaha baru
apa yang belum banyak digeluti dan berpotensi tinggi terhadap penjualan
selanjutnya calon pengusaha bisa menentukan cara-cara baru atau cara
yang tepat guna untuk menjalankan usaha tersebut, guna untuk
19

memecahkan setiap persolana dan bagaimana cara menghadapi setiap


peluang bisnis yang ada.
Kemudian pengembangan daerah berorientasi pasar sesuai dengan
kompetensi UMK, sebelum membahas lebih dalam kita melihat dulu apa
itu peluang pasar.
Menurut Kotler (2008) peluang pasar adalah suatu bidang
kebutuhan pembeli dimana perusahaan dapat beroperasi secara
menguntungkan. Sedangkan menurut Pearch dan Robinson (2005),
peluang pasar merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam
lingkungan suatu perusahaan, salah satunya adalah tren usaha.
Dalam dua teori yang menjelaskan mengenai peluang pasar
tersebut dapat dilihat bahwa peluang pasar bisa dilihat dalam dua hal yaitu
dimana ketika perusahaan menjalankan suatu usaha dalam bidang
kebutuhan pembeli dan hal tersebut memeberikan
keuntungan/menguntungkan, serta ketika perusahaan atau pengusaha
melihat suatu tren dan menjadiakan tren tersebut sebagai peluang usaha.
Berlandaskan teori tersebut pengembangan daerah berorientasi pasar
dengan kompetensi UMK dapat dilakukan dengan melihat suatu tren dan
potensi yang ada di daerah tersebut kemudian melihat pasar apakah tren
tersebut sedang diminati atau merupakan kebutuhan banyak pembeli dan
kemungkinan usaha tersebut jika dijalankan sangat menguntungkan.
Selain menumbuhkan kreativitas hal lain yang mendukung dalam
pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menumbuhkan Iklim Usaha dengan
menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi
aspek:
a. Pendanaan;
b. Sarana dan prasarana;
c. Informasi usaha;
d. Kemitraan;
e. Perizinan usaha;
f. Kesempatan berusaha;
g. Promosi dagang; dan
h. Dukungan kelembagaan
20

Delapan kebijakan yang di tetapkan pemerintah di atas untuk


terciptanya iklim usaha merupakan aspek – aspek yang mendukung
pengembangan usaha berbasis potensi daerah, karena dalam aspek tersebut
disebutkan pemerintah membuat kebijakan terkait pendanaan yang hal
tersebut berarti satu masalah yang pasti di alami oleh pengusaha atau
pengusaha pemula yaitu masalah keuangan/modal sudah teratasi. Dengan
adanya kebijakan pendanaan tersebut para pengusaha/pengusaha pemula
dapat:
a. Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga
keuangan selain bank;
b. Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya
sehingga dapat diakses oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
c. Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat,
tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
d. Membantu para pelaku Usaha Mikro dan Usaha Kecil untuk
mendapatkan pembiayaan dan jasa/produk keuangan lainnya yang
disediakan oleh perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, baik
yang menggunakan sistem konvensional maupun sistem syariah
dengan jaminan yang disediakan oleh Pemerintah.
Hal lain yang menjadi kendala yaitu adalah perizinan usaha, dengan telah
ditetapkan perundang – undangan terkait delapan aspek di atas. Masalah
perizinan yang biasa dialami oleh seseorang yang sedang merintis usaha
sudah teratasi.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tersebut juga
dijelaskan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi
pengembangan usaha dalam bidang:
a. Produksi dan pengolahan
b. Pemasaran
c. Sumber Daya Manusia
d. Desain dan teknologi.
21

4. Peningkatan daya saing UMKM


Dalam peningkatan daya saing UMKM, terdapat beberapa strategi
diantaranya adalah:
a. Inovasi
Dalam bisnis inovasi adalah segala-galanya. Inovasi
melahirkan produk yang unik. Dan unik adalah awal dari daya saing.
Konsumen membeli sesuatu yang berbeda dari kategori produk yang
sama. Membeli produk yang sama akan cepat menimbulkan
kebosanan. Hanya kerja keras yang akan melahirkan kreativitas.
Produk yang unik alias beda dari yang lain adalah awal dari sukses
bisnis UKM.
b. Branding
Penyebab kegagalan UKM adalah tidak melakukan branding.
Bahkan pengertian branding pun rancu dengan iklan atau merek. Rata
– rata UKM hanya menciptakan logo dan kemasan yang indah, lalu
beranggapan produknya akan laku. Namun itu saja tidak cukup, karena
brand terjadi lewat pengalaman pertama konsumen dengan produk.
Bukan oleh logo atau kemasan yang indah. Seperti yang saya katakan
di depan, produk yang unik akan mampu membangun brand lewat
pengalaman pertama yang berkesan dengan konsumen. Logo dan
kemasan indah menjadi tanda atas berulangnya kesan pertama pada
kesempatan berikutnya. Saat itulah terjadi Brand Loyalty. Untuk
contoh yang lebih sederhana, dijelaskan sebagai berikut; bayangkan
diri kita dan bercerminlah. Maka nama kita adalah merek dan wajah
kita adalah logo. Artinya, seperti halnya wajah, logo adalah pengenal
yang tidak ada kembarannya. Produk adalah tubuh kita, apa yang
dilakukan oleh tubuh kita. Bila kita memiliki talenta yang unik, kita
berpotensi menjadi brand.
Brand adalah hubungan emosi yang terbentuk karena talenta
unik kita yang bermanfaat bagi kelompok atau komunitas.
Pembentukan brand snagat ditentukan pada kesan pada impresi saat
pertemuan pertama. Karena itulah, tampilkan talenta unik anda pada
22

pertemuan pertama. Jadi yang membangun brand adalah kelakuan


anda. Wajah adalah logo pengenal atas kelakuan anda. Dan nama anda
adalah merek yang di ingat.
Jika berkaitan dengan produk, konsumen akan mendapat manfaat fisik.
Jika berkaitan dengan brand, konseumen mendapatkan manfaat yang
bersifat emosional seperti bangga, cinta, jatidiri, dan lain-lain.
c. Marketing
Marketing mix adalah product, price, place, dan promotion.
1) Product
Sebanyak 60% dari usaha UMKM harus fokus pada
produk. Produk harus unik. Masalahnya, pelaku UKM
membuat produk yang rata-rata sama dengan “tetangga
sebelah”. Artinya, tidak ada keunikan antara produk kita
dengan produk kompetitor kita. DNA produk harus jelas.
Asal usul. Silsilah. Semuanya harus jelas. Lakukan
inovasi agar jadi unik. Kalau mudah ditiru, brand anda
akan berumur pendek. UKM biasanya adu murah.
Mengapa banyak UKM yang memberikan harga murah
terhadap produknya? Karena mereka sadar bahwa
produknya generik. Produknya adalah produk massal,
umum, dan tidak memiliki keunikan tersendiri. Inilah
yang membuat UKM tidak percaya diri untuk memainkan
harga. Kalau produknya unik, apalagi produk kita hanya
satu-satunya yang ada di pasaran, kita bisa dengan mudah
mematok harga premium dan mahal.Bila produk unik dan
harga premium, maka margin yang dihasilkan akan cukup
besar untuk menambah mesin-mesin produksi. Kalau
margin tipis lama-lama akan menggerus modal.
2) Place
Biasanya UKM melakukan distribusi sendiri. Jarang
menggunakan jasa distributor atau agen. Karena masih
partai kecil.
3) Promotion
23

UKM tudak perlu iklan. Manfaatkan WOM (Word of


Mouth – Getok Tular). Jikalau pengalaman pertama
berkesan, WOM lahir dengan sendirinya. Namun UKM
bisa merancang WOM lewat sosmed juga.
e. Management
Pelaku UKM harus belajar manajemen. Pelaku UKM bisa
bertemu langsung dengan konsumen. Terima order, masak, terima
uang. Pada tahap masih kecil seperti ini, hubungan seringkali sama
dengan personal brand pelaku UKM. Namun, tetap saja jika ingin
bisnisnya besar, UKM harus belajar manajemen.
f. SDM
Masalahnya, SDM di UKM rata –rata 1,7%. SDM 1,7% itu
artinya pelaku UKM single fighter dibantu oleh suami, anak, ibu, sopir,
dan pembantu rumah tangga. Jika ingin besar UKM harus serius
memikirkan SDM nya.

5. Penyelenggaraan perencanaan,pelaksanaan,dan pengendalian secara


terpadu
Penyelenggaraan perencanaan,pelaksanaan,dan pengendalian
(PPC) secara terpadu merupakan proses untuk merencanakan dan
mengendalikan aliran material yang masuk, mengalir, dan keluar dari
sistem produksi sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi dengan jumlah
yang tepat, waktu penyerahan yang tepat,dan biaya produksi yang
minimum. Dengan demikian pekerjaan yang terkandung dalam PPC secara
garis besar dapat dibedakan menjadi dua hal yang saling berkaitan, yaitu
perencanaan produksi dan pengendalian produksi.
Perencanaan produksi dilakukan dengan tujuan menentukan arah awal dari
tindakan-tindakan yang harus dilakukan di masa mendatang, mengenai
apa, seberapa banyak, dan kapan harus dilakukan. Karena perencanaan itu
berkaitan dengan masa mendatang, amka perencanaan disusun atas dasar
perkiraan yang dibuat berdasarkan data masa lalu dengan menggunakan
beberapa asumsi. Oleh karena itu perencanaan tidak akan selalu
memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan dalam rencana tersebut,
24

sehingga setiap perencanaan yang dibuat harus dievaluasi secara berkala


dengan jalan melakukan pengendalian.
Pekerjaan pengendalian produksi akan sangat bergantung kepada
ada tidaknya penyimpangan dalam pelaksanaan produksi dibandingkan
dengan rencana produksi yang telah dibuat sebelumnya. Bila
penyimpangan yang terjadi cukup besar, maka perlu di adakan tindakan –
tindakan penyesuaian untuk membenahi penyimpangan yang terjadi. Hasil
penyesuaian yang dilakukan tersebut akan dijadikan dasar dalam
penyusunan rencana produksi sebelumnya.
Berdasarkan berbagai prinsip yang ada penulis lebih memilih
prinsip Berdasarkan Undang-Undang karena penulis menganggap prinsip-
prinsip yang ada dalam Undang-Undang sesuai dengan nilai-nilai yang
berkembang di dalam masyarakat sehingga prinsip tersebut akan lebih
mudah untuk diimplementasikan dalam koperasi maupun UMKM yang
ada d Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut Undang-undang No 25 tahun 1992, Pasal 5 Ayat 1 dan Ayat 2.
Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut:
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
e. Kemandirian
2. Prinsip pemberdayaan UMKM
a. Penumbuhan kemandirian,kebersamaan,dan kewirausahaan
UMKM untuk berkarya dengan prakarsa sendiri
b. Mewujudkan kebijakan public yang transparan,akuntabel,dan
berkeadilan
c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi
pasar sesuai dengan kompetensi UMKM
d. Peningkatan daya saing UMKM
e. Penyelenggaraan perencanaan,pelaksanaan,dan pengendalian
secara terpadu.

B. Saran
Dari kesimpulan yang telah dibuat diatas penulis memberikan saran agar
pemerintah dapat lebih bersungguh-sungguh dalam melaksanakan kebijakan
pembangunan koperasi dan UMKM

DAFTAR PUSTAKA

25
Harini. 2014. Manajemen Koperasi. Surakarta: UPT Penerbitan dan Percetakan
UNS (UNS Press).

Limbong, Bernhard. 2010. Pengusaha Koperasi Memperkokoh Fondasi Ekonomi


Rakyat. Jakarta: Margaretha Pustaka.

Saiman, Leonardus. KEWIRUSAHAAN. Teori, Praktik dan Kasus-kasus. Jakarta:


Salemba empat, 2011
Subandi. 2013. Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktik). Bandung: Alfabeta.

Tanjung, M. Azrul. 2017. Koperasi dan UMKM sebagai Fondasi Perekonomian


Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Pemerintah Indonesia.2008.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang


UMKM. Jakarta: Sekretariat Negara
Widiyati, Ninik. 2010. Manajemen Kopersi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

26

Anda mungkin juga menyukai