EDH
EDH
EDH
Di susun oleh:
LAILATUL MUFIDAH
NIM : (14401.16.17022)
Mahasiswa
( )
Mengetahui,
( ) ( )
Kepala Ruangan
( )
LEMBAR KONSUL
I. Definisi
Epidural hematom adalah salah satu akibat yang ditimbulkan dari sebuah
trauma kepala (Greenberg et al, 2002).
Epidural hematom adalah hematom/perdarahan yang terletak antara durameter
dan tubula interna/lapisan bawah tengkorak, dan sering terjadi pada lobus temporal
dan paretal (Smeltzer&Bare, 2001).
Epidural hematom sebagai keadaan neurologist yang bersifat emergency dan
biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang lebih besar,
sehingga menimbulkan perdarahan (Anderson, 2005).
Epidural hematom adalah adanya pengumpulan darah diantara tulang
tengkorak dan duramater akibat pecahnya pembuluh darah/cabang-cabang arteri
meningeal media yang terdapat di duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup
sendiri karena itu sangat berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1-2
hari. Lokasi yang paling sering yaitu di lobus temporalis dan parietalis.
Epidural hematom (EDH) adalah suatu akumulasi atau penumpukan darah
akibat trauma yang berada diantara tulang tengkorak bagian dalam dan lapisan
membrane duramater, keadaan tersebut biasanya sering mendorong atau
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang akibatnya kepala seperti dipukul
palu atau alat pemukul baseball.
II. ETIOLOGI
Epidural hematom terjadi karena laserasi atau robekan pembuluh darah yang
ada diantara durameter dan tulang tengkorak akibat benturan yang menyebabkan
fraktur tengkorak dan laserasi pembuluh darah seperti kecelakaan kendaraan dan
trauma (Japardi, 2004). Perdarahan biasanya bersumber dari robeknya arteri
meningica media (paling sering), vena diploica (karena fraktur kalvaria), vena
emmisaria, dan sinus venosus duralis (Bajamal, 1999).
III. MANIFESTASI KLINIS
1 Penurunan kesadaran, bisa sampai koma.
2 Perubahan tanda vital. Biasanya kenaikan tekanan darah dan bradikardi.
3 Nyeri kepala yang hebat
4 Keluar cairan darah dari hidung atau telinga.
5 Nampak luka yang dalam atau goresan pada kulit kepala.
6 Gangguan penglihatan dan pendengara.
7 Kejang otot.
8 Mual.
9 Pusing.
10 Muntah.
11 Berkeringat.
12 Sianosis / pucat.
13 Pupil anisokor yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar.
14 Susah bicara.
IV. ANATOMI FISIOLOGI
1 Anatomi Kepala
a Kulit kepala
Kulit kepala terdiri atas 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu :
a) Skin atau kulit
b) Conneccive tissue atau jaringan penyambung.
c) Aponeurosis atau galea aponeurotika.
d) Lose connectife atau jaringan penunjang longgar.
e) Pericranium Tulang Tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis
crani.
Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal,
temporal dan oksipital. Kalvaria khususnya di regio temporal adalah tipis,
namun disini dilapisi oleh otot temporalis. Basis crania berbentuk tidak
rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses
akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar terbagi atas 3 fosa yaitu
: Fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat temporalis dan
fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan serebrum.
b Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan
yaitu :
a) Duramater
Dura kranialis atau pachymeninx adalah suatu struktur fibrosa yang kuat
dengan suatu lapisan dalam (meningeal) dan lapisan luar (periostal).
Kedua lapisan dural yang melapisi otak umumnya bersatu, kecuali di
tempat di tempat dimana keduanya berpisah untuk menyediakan ruang
bagi sinus venosus (sebagian besar sinus venosus terletak di antara lapisan-
lapisan dural), dan di tempat dimana lapisan dalam membentuk sekat di
antara bagian-bagian otak.
b) Arachnoidea
Membrana arachnoidea melekat erat pada permukaan dalam dura dan
hanya terpisah dengannya oleh suatu ruang potensial, yaitu spatium
subdural. Ia menutupi spatium subarachnoideum yang menjadi liquor
cerebrospinalis, cavum subarachnoidalis dan dihubungkan ke piamater
oleh trabekulae dan septa-septa yang membentuk suatu anyaman padat
yang menjadi system rongga-rongga yang saling berhubungan.
c) Piamater
Piamater merupakan selaput jaringan penyambung yang tipis yang
menutupi permukaan otak dan membentang ke dalam sulcus,fissure dan
sekitar pembuluh darah di seluruh otak. Piamater juga membentang ke
dalam fissure transversalis di abwah corpus callosum. Di tempat ini pia
membentuk tela choroidea dari ventrikel tertius dan lateralis, dan
bergabung dengan ependim dan pembuluh-pembuluh darah choroideus
untuk membentuk pleksus choroideus dari ventrikel-ventrikel ini. Pia dan
ependim berjalan di atas atap dari ventrikel keempat dan membentuk tela
choroidea di tempat itu.
c Otak
Otak merupakan satu struktur gelatin yang mana berat pada orang sekitar 14
kg. otak terdiri dari beberapa bagian yaitu proensefalon (atak depan) yaitu
terdiri dari serebrum diensefalon, nesensefalon (otak tengah) dan
ronbensefalon (otak belakang ) terdiri dari pons, medulla oblongata dan
serebellum.
Fisura membagi otrak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal berkaitan dengan
fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara. Lobus parietal
berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal
mengatur fungsi memori tertentu. Lobus oksipital bertanggungjawab dalam
proses penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sitem aktivitas
reticular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan. Pada medulla
oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik kardiorespiratorik. Cerebellum
bertanggungjawab dalam fungsi kordinasi dan keseimbangan.
V. PATHWAY
Darah memenuhi
Darah keluar dari Darah memenuhi epidural
epidural
vaskuler
Hematoma
Syok hipovolemik
Epidural hematom secara khas timbul sebagai akibat dari sebuah luka atau trauma
atau fraktur pada kepala yang menyebabkan laserasi pada pembuluh darah arteri,
khususnya arteri meningea media dimana arteri ini berada diantara durameter dan
tengkorak daerah temporal. Rusaknya arteri menyebabkan perdarahan yang
memenuhi epidural. Apabila perdarahan terus mendesak durameter, maka darah akan
memotong atau menjauhkan daerah durameter dengan tengkorak, hal ini akan
memperluas hematoma. Perluasan hematom akan menekan hemisfer otak
dibawahanya yaitu lobus temporal ke dalam dan ke bawah. Seiring terbentuknya
hematom maka akan memberikan efek yang cukup berat yakni isi otak akan
mengalami herniasi. Herniasi menyebabkan penekanan saraf yang ada dibawahnya
seperti medulla oblongata yang menyebabkan terjadinya penurunan hingga hilangnya
kesadaran. Pada bagian ini terdapat nervus okulomotor yang menekan saraf sehingga
menyebabkan peningkatan TIK, akibatnya terjadi penekanan saraf yang ada diotak
(Japardi, 2004 dan Mcphee et al, 2006).
b. terapeutik
a) atur interval
pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
b) dokumentasikan
hasil pemantauan
c. edukasi
a) jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b) informasikan hasil
pemantauan
c. edukasi
a) Jelaskan penyebab
periode dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c) Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
d) Ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri
d. Kolaborasi
a) Kolanorasi penberian
anlgetik bila perlu
2. Pemberian analgesic
a. obeservasi
b. terapeutik
a) Diskusikan analgesic yang
di sukai untuk mencapai
analgesia yang optimal jika
perlu
b) Pertimbangkan penggunaan
infuse kontinu atau bolus
opioid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
c) Tetapkan target efektifitas
anagesik untuk
mengoptimalkan respon
pasien
d) Dokumentasi respon
terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan
c. edukasi
a) Jelaskan efek terapi
dan efek samping obat
d. kolaborasi
a). kolaborasi pemberian
dosis, dan jenis analgetik
sesuai indikasi
4 Gangguan Setelah 1. Pergerakan 1. Dukungan ambulasi
a. observasi
mobilitas dilakukan ekstremitas
a). identifikasi adanya nyeri atau
fisik tindakan meningkat
keluhan fisik lainnya
2. Kekuatan otot
berhubung keperawatan b) Identifikasi
meningkat
an dengan selama 7 jam toleransi fisik melakukan
gangguan sekali di 3. Rentang gerak ambulasi
c) Monitor frekuensi
neuromusc harapkan meningkta
4. Nyeri berkurang jantung dan tekanan darah
ular mobilitas fisik
5. Kaku sendi
sebelum memulai ambulasi
meningkat
berkurang d) Monitor kondisi
6. Kelemahan fisik
umum selama melakukan
berkurang
ambulasi
b. terapeutik
a) Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat bantu
(mis: tongkat, kruk)
b) Fasilitasi
melakukan mobilitas fisik
jika perlu
c) Libatka keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
ambulasi
c. edukasi
a) Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
b) Anjurkan
mealakukan ambulasi dini
c) Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis: berjalan
dari tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi)
2. Dukung mobilisasi
a. observasi
a) Identifikasi adanya
nyeri atau keluhan lainnya
b) Identifikasi
toleransi fisik melakukan
pergerakan
c) Monitor frekuensi
jantung dan tekanan darah
sebelum memulai aktivitas
d) Monitor kondisi
umum selama melaukan
mobilisasi
b. terapeutik
a) Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (mis: pagar tempat
tidur)
b) Fasilitasi
melakukan pergerakan jika
perlu
c) Libatkan keluarga
dalam meningkatkan
pergerakan
c. edukasi
a) Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
b) Anjurkan
melakukan mobilisasi dini
c) Anjurkan
mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis:
duduk di tempat tidur,
duduk di sisi tempat tidur,
pindah dari tempat tidur ke
kursi).
Daftar Pustaka:
Smeltzer , Suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius FK UI
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017.standart diagnosis keperawatan Indonesia.
Jakarta: PPNI
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standaart luaran keperawatan Indonesia.
Jakarta: PPNI
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart intervensi keperawatan Indonesia.
Jakarta .PPNI