0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
671 tayangan47 halaman

Laporan TSP Tablet PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 47

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN PADAT


“PEMBUATAN TABLET DENGAN METODE GRANULASI BASAH”

Tanggal Praktikum : 12,19,26 November 2019


Tanggal Penyerahan : 03 Desember 2019
Dosen Pembimbing : 1. Erni Rustiani, M.Farm, Apt.
2. Septia Andini M.Farm, Apt.
3. Dra. Dwi Indriati M.Farm, Apt
4. Rini Ambarwati M.si, Apt
5. Cyntia Wahyuningrum M.Farm, Apt
6. Winda Nurhasanah S.si, M.Farm, Apt
7. Asri Wulandari S.Farm
Asisten Dosen : Ade Ike Mardiyanti
Kelompok :4
Penyusun :
1. Nur Elysa (066117166) 6. Rizka Rahma P (066117189)
2. Fitria Assyahara (066117170) 7. Kevin Evan U (066117192)
3. Shafira Maulina S (066117174) 8. Muthia Trikastia (066117194)
4. Megga Ayulia S (066117181) 9. Anisa Inda M (066117198)
5. Yeni Yuniarti S (066117185) 10. Raraseta PN (066117203)

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan hasil praktikum “Formulasi Sediaan Tablet dengan
Metode Granulasi Basah”
Adapun laporan ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar proses
pembuatannya. Untuk itu, tidak lupa kami sampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatannya.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasa maupun dari segi lainnya.Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca untuk memberi saran dan kritik kepada sehingga kami dapat
memperbaiki laporan ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga laporan hasil praktikum
“Formulasi Sediaan Tablet Bahan Alam dengan Metode Granulasi Basah” dapat
diambil hikmah dan manfaatnya.Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Bogor, 22 November 2019

Penyusun

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan,
tablet merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupun
pasien, dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan karena
disamping mudah cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebih
terjamin, relatif stabil dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi
oleh udara, transportasi dan distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampai
kepada pemakai. Secara ekonomis, sediaan ini relatif lebih murah harganya,
memberikan dosis yang tepat dari segi kimianya, bentuknya kompak dan
mudah transportasinya, memberikan kestabilan pada unsur-unsur aktifnya.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sedian padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-
teblet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya
hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet
dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian
obat-obat secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan
penambahan zat warna, zat pemberi rasa dan lapisan-lapisan dalam berbagai
jenis. Tablet lain yang penggunaannya dengan cara sublingual, bukal atau
melalui vagina, tidak boleh mengandung bahan tambahan seperti pada tablet
yang digunakan secara oral.
Tablet merupakan sediaan padat yang biasanya dibuat secara kempa cetak,
berbentuk rata dan atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu
jenis bahan obat atau lebih dengan penambahan bahan tambahan farmasetika
yang sesuai (Ansel, 1994)
Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam jumlah yang
tepat dan menimbulkan efek yang diinginkan (Lachman, 1986).Tablet hanya
memberikan efek yang diinginkan jika memiliki mutu yang baik. Untuk
menghasilkan tablet dengan mutu yang baik dan memenuhi persyaratan,

1
pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang peranan yang sangat
penting dalam prosespembuatannya.
Hal- hal berikut merupakan keuntungan utama tablet :
1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan
kemampuanterbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran
sertavariabilitas kandungan yang paling rendah.
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling
rendah.
3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling
kompak.
4. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah ;
tidakmemerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan
permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
5. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
ditenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan
pecah/hancurnyatablet tidak segera terjadi.
6. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti
pelepasandi usus atau produk lepas lambat
7. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk produksi
besar- besaran.
8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat
pencampurankimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik
(Lachman, hlm 645)

Selain keuntungan di atas, tablet juga mempunyai kerugian sebagai


berikut:
1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung
pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi,
absorbsioptimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi
dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan
dipabrikasi dalam bentuktablet yang masih menghasilkan bioavalabilitas
obat cukup.

2
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan,
atauobat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu
pengapsulanatau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin)
atau memerlukan penyalutan terlebih dahulu. (Lachman, 647-648).

Paracetamol adalah obat yang biasanya digunakan untuk mengobati


rasa sakit ringan hingga sedang, mulai dari sakit kepala, nyeri haid, sakit gigi,
nyeri sendi, dan nyeri yang dirasakan selama flu.Paracetamol juga bisa
digunakan untuk meredakan demam.
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional sudah banyak
dikembangkan ,karna memiliki efek terapeutik, sehingga pada percobaan
praktikum kali ini, kami akan mengembangkan potensi dari bahan alam
tersebut, dengan membuatnya sebagai sediaan tablet.
Tanaman jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan salah
satu spesies dari famili Sterculiaceae, tanaman ini umumnya digunakan
masyarakat Indonesia untuk mengurangi berat badan ataupun
mempertahankan kelangsingan tubuh dengan cara diseduh dan dikenal sebagai
tanaman obat berkhasiat untuk menurunkan berat badan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah?
2. Bagaimana cara menyusun dan mengkaji praformulasi bahan aktif yang
akan digunakan dalam pembuatan sediaantablet?
3. Bagaimana cara menentukan metode pembuatan dan pemilihan bahan
tambahan berdasarkan kajian praformulasibahan?
4. Bagaimana cara menghitung jumlah bahan yang akan digunakan dalam
pembuatan satubatch?
5. Bagaimana cara melakukan evaluasi serbuk, granul, tablet dan
menganalisa penyimpangan yang terjadi selama pembuatantablet?

1.3 Tujuan
Mahasiswa mampu membuat sediaan tablet dengan metode granulasi
basah.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Tablet


Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat
dengan atau tanpa bahan pengisi.Berdasarkan metode pembuatannya, dapat
diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi. (USP 26, Hal 2406).
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet berbentuk
kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan
untuk obat hewan besar. (Anief,M.,1990)
Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih / gepeng, bundar,
segitiga, lonjong dan sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk
menghindari / mencegah / menyulitkan pemalsuan dan agar mudah dikenal
orang. Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna kemungkinan
karena zat aktifnya berwarna, tetapi ada tablet yang sengaja diberikan warna
dengan maksud agar tablet lebih menarik, mencegah pemalsuan,
membedakan tablet yang satu dengan tablet yanglain. Etiket pada tablet harus
mencantumkan nama tablet / zat aktif yang terkandung, jumlah zat aktif ( zat
berkhasiat ) tiap tablet. (Anief,M.,1990)

2.2. Keuntungan dan Kerugian Tablet


Hal- hal berikut merupakan keuntungan utama tablet :

1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan


kemampuanterbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan
ukuran sertavariabilitas kandungan yang paling rendah.
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling
rendah.
3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling
kompak.

4
4. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah ;
tidakmemerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan
permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
5. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
ditenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan
pecah/hancurnyatablet tidak segera terjadi.
6. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti
pelepasandi usus atau produk lepas lambat.
7. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk produksi
besar- besaran.
8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat
pencampurankimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik
(Lachman, hlm 645)

Selain keuntungan di atas, tablet juga mempunyai kerugian sebagai berikut:

1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak,


tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi,
absorbsioptimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi
dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan
dipabrikasi dalam bentuktablet yang masih menghasilkan bioavalabilitas
obat cukup.
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan,
atauobat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu
pengapsulanatau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin)
atau memerlukan penyalutan terlebih dahulu. (Lachman, 647-648).

2.3.Komponen Tablet
Komponen / formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif, bahan
pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung
bahan pewarna yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.
(Waide, Ainley and Paul J Weller)

5
2.3.1. Zat aktif harus memenuhi syarat yang ditentukan FarmakopeIndonesia

2.3.2. Bahan excipient / bahan tambahan


a. Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume
massa agar mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan
jika zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Misalnya laktosa, pati,
kalsium fosfat dibase, dan selulosamikrokristal
b. Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada
massa serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada
bahan pengisi misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon,
metilselulosa, CMC, pasta pati terhidrolisa, selulosamikrokristal.
c. Bahan penghancur/pengembang (desintegran) berfungsi membantu
hancurnya tablet setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa
yang termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa
mikrokristal dan povidonsambung-silang.
d. Bahan pelicin (lubrikan/lubricant) berfungsi mengurangi gesekan
selama proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk
mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Misalnya senyawa
asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati
terhidrogenasi dan talk. Umumnya lubrikan bersifat hidrofobik,
sehingga dapat menurunkan kecepatan desintegrasi dan disolusi
tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebih harus
dihindari. PEG dan garam Lauril sulfat dapat digunakan tetapi
kurang memberikan daya lubrikasi yang optimal dan perlu kadar
yang lebihtinggi.
e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan
mengalirnya serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung
tanpa proses granulasi. Misalnya Silika pirogenikkoloidal.
f. Bahan penyalut (coatingagent) (Anief,M.,1990)

6
2.3.1. Ajuvans
a. Bahan pewarna (colour) berfungsi meningkatkan nilai estetika atau
untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna daritumbuhan.
b. Bahan pengharum (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat
khasiat yang tidak enak (tablet isap Penisillin), biasanya digunakan
untuk tablet yang penggunaannya lama di mulut. Misalnya macam-
macam minyakatsiri. (Anief,M.,1990)

2.4. Metode Pembuatan Tablet


Bahan obat dan zat-zat tambahan umumnya berupa serbuk, tidak
dapat langsung dicampur dan kemudian dicetak menjadi tablet, karena akan
ambyar dan memudahkan pecahnya tablet. Campuran serbuk itu harus diubah
menjadi granul-granul, yaitu kumpulan serbuk dengan volume lebih besar
yang melekat satu dengan lain. Cara mengubah serbuk menjadi granul ini
disebut granulasi. Tujuan granulasi adalah sebagai berikut:
1. Supaya sifat alirnya baik (free-flowing) : granul dengan volume tertentu
dapat mengalir teratur dalam jumlah yang sama ke dalam mesin pencetak
tablet.
2. Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika dibanding
bentuk serbuk jika diukur dalam volume yang sama. Makin banyak
udaranya, tablet makin mudah pecah.
3. Pada saat dicetak, tidak mudah melekat pada stempel (punch) dan mudah
lepas dari matris (die). (Ansel, 1989)

Granul-granul yang dibentuk masih diperbolehkan mengandung


butiran-butiran serbuk lembut/halus (fines) antara 10% – 20% yang
bermanfaat untuk memperbaiki sifat alirnya (free-flowing).
Cara pembuatan tablet dibagi menjadi 3 cara yaitu granulasi
basah, granulasi kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung.
Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran
campuran dan atau kemampuan kempa. (Ansel, 1989)

7
2.4.1. Granulasi Basah
Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif
dan eksipient menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan
cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa
lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan
apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.Umumnya untuk zat
aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah
adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu
sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa
basah tersebutdigranulasi. (Jumain, 2011)

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk


dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, teknik ini
membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung
pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat
juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan
cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki
peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di
antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah
cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan
tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila
cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai
dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika
sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa dilewatkan
pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating
granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan
meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat. Setelah
pengeringan granul diayak kembali, ukuran ayakan tergantung pada
alat penghancur yang digunakan dan ukuran tablet yang akandibuat.
(Kasim F, 2011)
Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan
dapat disimpan lama dibanding cara granulasi kering.

8
2.4.2. Granulasi Kering

Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses


partikel zat aktif dan eksipient dengan mengempa campuran bahan
kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk
menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula
(granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara
mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat
melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif
yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa
langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan
kelembaban. (Kasim F, 2011)
Pada proses ini, komponen–komponen tablet dikempakan
dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikempakan
dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya
disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan
diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik
dari campuran awal. Bila slug yang didapat belum memuaskan maka
proses diatas dapat diulang. (Jumain, 2011)
Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan
pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki
kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai
dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang
lainnya, dan dengan bantuan teknik hidrolik pada salah satu
penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada
bahan serbuk yang mengalir diantara penggiling. (Jumain, 2011)
Metode ini digunakan jika kandungan zat aktif dalam tablet
tinggi, zat aktif susah mengalir dan zat aktif sensitif terhadap panas
dan lembab.

Keuntungan, tidak diperlukan panas dan kelembaban dalam


proses granulasi kering ini serta penggunaan alatnya lebih sederhana
sedangkan kerugiannya menghasilkan tablet yang kurang tahan lama
dibanding dengan cara granulasi basah.

9
2.4.3. Metode Kempa Langsung
Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan
mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipient kering tanpa
melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan
metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun
hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya,
serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada
beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang
mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktif tidak
mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang
langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk
pecah jika terkena air(cairan tubuh). secara umum sifat zat aktif yang
cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik,
kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan
adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet. ( Reynold , 1982)

2.5. Masalah Dalam Pembuatan Tablet


2.5.1. Capping
Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah, yang
disebabkan terlalu banyak tekanan saat pencetakan, adanya udara yang
terperangkap saat granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu banyak
fines, pemasangan punch dan dies yang tidak pas.
2.5.2. Lamination
Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi
segera setelah kompressi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya
adalah udara yang terjerat dalam granul yang tidak dapat keluar
selama kompressi atau overlubrikasi dengan stearat.
2.5.3. Sticking
Keadaan dimana granul menempel pada dinding die
sehingga punch bawah tidak bebas bergerak. Penyebabnya adalah
punch kurang bersih, tablet dikompressi pada kelembapan tinggi.

10
2.5.4. Picking
Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada
permukaan punch. Penyebabnya adalah pengeringan granul belum
cukup, jumlah glidan kurang bahan yang dikompresi
berminyak/lengket.
2.5.5. Filming
Adanya kelembapan yang tinggi dan suhu tinggi akan
melelehkan bahan dengan titik lebur rendah seperti lemak/wax. Bisa
juga karena punch kehilangan pelicin. Hal ini dapat diatasi dengan
mengencerkan bahan yang bertitik leleh rendah dengan bahan yang
titik lelehnya tinggi sehingga mengurangi penempelan.
2.5.6. Chipping dan Cracking
Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di
bagian atas karena tekanan yang berlebih.
2.5.7. Binding
Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.
2.5.8. Molting
Distribusi zat warna yang tidak homogen.Penyebabnya adalah
migrasi zat warna yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah
masih basah). (Anief, M., 2005).

2.6. Pemeriksaan Sifat Fisik Serbuk dan Granul


Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui sifat fisik
serbuk dan granul, yaitu:

2.6.1. Pengujian Ukuran Partikel


Uji Ukuran Partikel ditentukan dengan menggunakan alat
sieving analyzer dengan cara:
a. Susun saringan kawat (pengayak) pada alat Shaker Mekanik
dengan wadah terletak palingbawah.
b. Susunan dimulai dari bawah ke atas, dimana ayakan dengan
jumlah lubang yang paling banyak terletak pada susunan paling
bawah, semakin ke atas jumlah lubangnya semakin sedikit.

11
c. Setelah ayakan tersusun sebanyak 5 buah, masukkan bahan
padat/serbuk ke dalam ayakan palingatas.
d. Tutup ayakan paling atas dengan penutup dan pastikan alat
tertutup dengan erat dan pengayak tersusun kuat satu
samalainnya.
e. Pastikan susunan ayakan terkunci pada Shaker Mekanik, sehingga
tidak terlepas pada saat shakerbekerja.
f. Atur waktunya, lalu nyalakanmesinnya.

g. Keluarkan hasil ayakan pada masing-masing pengayak,


lalutimbang.

h. Catat hasilnya dan buat grafik ukuran partikel di kertas grafik.


(Ganiswara, S. 1995)

Gambar 1. Sieving Analyzer

2.6.2. Pengujian Kadar Air


Uji kadar air ditentukan dengan menimbang granul dalam
keadaan basah dan setelah kering. Kadar air dinyatakan sebagai
%susut pengeringan dan %kadar uap. Kadarnya sekitar 2% - 3%.

Alat yang digunakan untuk pengujian kadar air yaitu


timbangan analitik, botol timbang dan oven. (Anonim, 1978)

Gambar 2. Alat untuk mengukur kadar air serbuk dan granul

12
2.6.3. Uji Sifat Alir/Sudut diam ( Angle of Repose)
Untuk menentukan sifat aliran dilakukan dengan menggunakan
flowrate tester. Uji sudut kemiringan yang ditunjukan jika suatu zat
berupa serbuk mengalir bebas dari corong keatas suatu dasar
membentuk kerucut yang sudut kemiringannya diukur, semakin datar
kerucut, artinya sudut kemiringan semakin kecil, maka sifat aliran
serbuk semakin baik untuk sebagian besar produk farmasi memiliki
kemiringan dengan range 25o –30o. (Anonim, 1995)

Gambar 3. Flowrate Tester

2.6.4. Pengujian Kompresibilitas


Merupakan penurunan volume sejumlah granul atau serbuk
akibat hentakan (tapped) dan getaran (vibration). Semakin kecil
indeks pengetapan (dalam %), semakin baik sifat alirnya. Granul
dengan indeks pengetapan kurang dari 20%, maka akan mempunyai
sifat alir yang makin baik pula (Fessihi dan Kanfer, 1986). Pengujian
ini dilakukan dengan menggunakan gelas ukur.

Gambar 4. Gelas ukur

13
2.7. Cara Pengujian Tablet
2.7.1. Sifat dan Kualitas
Bentuk dan garis tengah ditentukan oleh punch dan die yang
digunakan mengkompressi (menekan) tablet. Bila punchnya kurang
cembung maka tablet yang dihasilkan lebih datar, sebaliknya semakin
cekung punch semakin cembung tablet yang dihasilkan. Dibagi dua
atau empat bagian sehingga mudah dipotong potong secara tepat untuk
klien.
Ketebalan tablet dipengaruhi oleh ketebalan obat yang dapat
diisikan dalam cetakan dalam jumlah tekanan waktu dilakukan
kompressi. Termasuk dalam hal ini, diameter tablet, tebal tablet,
kekerasan tablet, waktu hancur tablet, keseragaman dan isi/kandungan
dan untuk beberapa tablet dan kelarutan tablet. Faktor faktor ini harus
diperiksa dan diproduksi satu batch tablet seperti juga dilakukan dari
suatu batch produksi kebatch produksi berikutnya untuk menjamin
keseragaman bukan hanya penampilan saja tapi efekterapinya

2.7.2. Keseragaman Bobot


Jumlah bahan yang diisikan kedalam cetakan dengan jalan
ditekan akan menentukan berat tablet yang dihasilkan. Volume bahan
yang diisikan (granul/serbuk) yang mungkin masuk dalam cetakan
harus disesuaikan dengan bobot tablet yang diharapkan.
Sebenarnya bobot tablet yang diproduksi tidak hanya tergantung
volume dan berat bahan yang diisikan tapi juga tergantung pada garis
tengah cetakan dan tekanan pada bahan yang diisikan waktu ditekan
(kompressi).

2.7.3. Keseragaman Ukuran


Untuk mendapatkan tablet yang seragam tebal dan diameternya
selama produksi dan diantara produksi untuk formula yang sama, harus
dilakukan pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan tekanan
yang diberikan. Tablet diukur dengan jangka sorong selama proses

14
produksi, agar yakin ketebalannya sudah seragam. Maka berbedanya
ketebalan tablet lebih dipengaruhi oleh ukuran cetakan dan bahan yang
dapat dimasukan dari pada tekanan yang diberikan.

Gambar 5. Jangka Sorong

2.7.4. Kekerasan Tablet

Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui


kekerasannya, agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras.

Kekerasan tablet ini erat hubungannya dengan ketebalan tablet,


bobot tablet dan waktu hancur tablet. Umumnya semakin besar tekanan
semakin keras tablet yang dihasilkan, walaupun sifat dari granul
menentukan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet harus cukup keras
untuk tahan pecah waktu dikemas, dikirim dan waktu ditangani secara
normal, tapi juga tablet ini akan cukup lunak untuk melarut atau hancur
dengan sempurna begitu digunakan atau dapat dipatahkan diantara jari-
jari bila memang tablet ini perlu dibagi untukpemakaiannya.
Dalam bidang industri kekuatan tekanan minimum yang sesuai
untuk tablet adalah 4 kg/cm2. Penentuan kekerasan tablet ditetapkan
waktu produksi supaya penyesuaian tekanan yang dibutuhkan dapat
diatur pada peralatannya. Alat lain untuk menentukan kekerasan tablet
ini dengan memakai sebuah Hardnees Tester. Ketahanan terhadap
kehilangan berat, menunjukan tablet tersebut untuk bertahan terhadap
goresan ringan/kerusakan dan penanganan, pengemasan dan
penglepasan.

Gambar 6. Hardness Tester

15
2.7.5. Waktu Hancur Tablet

Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu


hancur yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada
etiket dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet
isap atau dikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat
secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat
dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas di
antara periode pelepasan tersebut. Tetapkan jenis sediaan yang akan
diuji dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan prosedur yang tepat
untuk 6 unit sediaan atau lebih. Alat yang digunakan yaitu
Desintegrator Tester.

Gambar 7. Desintegrator Tester

Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan


aktifnya terlarut sempurna.Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila
sisa sediaan yang tertinggal pada tabung alat uji merupakan masa
lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari
penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut.

2.7.6. Keregasan Tablet


Pengujian digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan
tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan
pengiriman.

16
Gambar 8. Friabilator Tester

Keregasan tablet diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah


menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar
dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran
friabilitas, alat diputar dengan kecepatan 50 putaran per menit dan
waktu yang digunakan adalah 4 menit, Jadi total ada 200 putaran.
Umumnya tablet yang bobotnya lebih dari 650 mg per tablet
dibutuhkan sekitar 10 tablet untuk pengujian keregasan. Kehilangan
berat atau bobot tablet maksimum yang memenuhi syarat tidak lebih
atau sama dengan 1%. (Lieberman,1990)

1. Uji Keseragaman Kandungan


Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah
kadar zat aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai
dengan yang tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang
tertera pada masing-masing monografi. Bila zat aktif obat tidak
memenuhi syarat maka obat tersebut tidak akan memberikan efek
terapi dan juga tidak layak untukdikonsumsi.
2. Disolusi Tablet
Dalam USP cara pengujian disolusi tablet dan kapsul
dinyatakan dalam masing masing monografi obat. Pengujian
merupakan alat yang objektif dalam menentukan sifat disolusi suatu
obat yang berada dalam sediaan padat.Karena absorpsi dan
kemampuan obat berada dalam tubuh dan tergantung pada adanya
obat dalam keadaan melarut, karakteristik disolusi biasa merupakan
sifat yang penting dari produk obat yang memuaskan. (Tjay, 2003)

17
BAB III

DATA PREFORMULASI

3.1 Zat Aktif


3.1.1 Parasetamol (Farmakope Indonesia III Hal 37)

Nama Resmi : PARACETAMOLUM

Nama Lain : Parasetamol, Asetaminofen

Rumus Molekul : C8H9NO2

Berat Molekul : 151,16

Kemurnian : Parasetamol mengandung tidak kurang


98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2,
dihitung terhadap zat anhidrat

Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit


pahit

Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1


N; mudah larut dalam etanol

Kegunaan : Analgetik; antipiretik

Kestabilan : Stabil terhadap bahan padat dan bahan


tambahan

Inkompatibilitas : -

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus


cahaya

3.1.2 Antalgin (Handbook of pharmaceutical excipient, 2nd ed, 1994, hal


186-187)

Rumus Molekul : C₁₃H₁₆N₃NaO₄S.H₂O

Berat Molekul : 351,37

18
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, methanol dan tidak larut


dalam eter.

Kegunaan : Analgetik; antipiretik

Penyimpanan : Pada suhu kamar (25-30)°C ditempat kering.

3.1.3 Daun Jati Beanda ( Farmakope Herbal hal 36)

Pemerian : Berbau khas lemah, rasa agak kelat.

Kelarutan : Kadar flavonoid total tidak kurang dari 0,30%


dihitung sebagai kuersetin.

3.2 Bahan Tambahan


3.2.1 Amylum Oryzae (Handbook of pharmaceutical excipient, Hal 685)
Nama Resmi : AMYLUM ORYZAE

Nama Lain : Pati beras

Pemerian : Serbuk sangat halus, putih

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam


etanol

Fungsi : Sebagai bahan pengikat

3.2.2 Aquadest (Farmakope Indonesia III Hal 96)


Warna : Jernih tidak berwarna
Rasa : Tidak mempunyai rasa
Bau : Tidak berbau
Pemerian : Cairan
Titik didih : 180°C
Bobot jenis : 1 gr/cmᵌ
Stabilitas : Stabil diudara

19
3.2.3 Avicel pH 102 (Handbook of pharmaceutical excipient, 6th ed, Hal .
129)

Pemerian : Serbuk kristalin, putih, tidak berbau, tidak


berasa, tersusun atas partikel-partikel
berpori, higroskopis.
Kelarutan : Sukar larut dalam larutan NaOH 5%,
praktis tidak larut dalam air, asam encer,
dan sebagian besar pelarut organik
Stabilitas : Avicel stabil, meskipun higroskopis. Harus
disimpan dalam wadah tertutup baik pada
tempat sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : Agen pengoksidasi kuat

3.2.4 Laktosa ( Farmakope Indonesia III Hal 338)

Nama Resmi : LACTOSUM


Nama Lain : Laktosa
Pemerian : Serbuk atau massa hablur, keras, putih
atau putih krem.
Tidak berbau dan rasa sedikit manis.
stabil di udara, tetapi mudah menyerap
bau.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan lebih mudah
larut dalam air mendidih; sangat sukar
larut dalam etanol; tidak larut
dalam kloroform dan dalam eter
Fungsi : Sebagai bahan pengisi
Kadar : q.s
Inkompatibilitas : Reaksi kondensasi hailard tupe
mungkin terjadi antara senyawa laktosa
dengan kelompok berwarna cokelat.

20
Reaksi ini terjadi lebih mudah daripada
bahan amorf dengan kristal laktosa
meteri kering yang mengandung
laktosa amorf 10 % yang rentang
terhadap perubahan
warna.

3.2.5 Talk ( Farmakope Indonesia III Hal 591)

Nama Resmi : TALCUM

Nama Lain : Altalc; E553b; hydrous magnesium


calcium silicate; hydrous magnesium
silicate; Luzenac Pharma; magnesium
hydrogen metasilicate; Magsil Osmanthus;
Magsil Star; powdered talc; purified
French chalk; Purtalc; soapstone; steatite;
Superiore

Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih atau


putih kelabu. Berkilat, mudah melekat
pada kulit dan bebas dari butiran

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan


basa, larutan organik, dan air

Fungsi : Sebagai glidan (pelicin)

Kadar : 1–5%

Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan senyawa


Ammonium Quaterary (surfaktan)

Kestabilan : Talk adalah suatu material yang stabil dan


dapat disterilkan dengan pemanasan pada
1600C tidak kurang dari 1 jam.

Penyimpanan : dalam wadah yang tertutup rapat, sejuk dan


kering.

21
3.2.6 Magnesium Stearat (Farmakope Indonesia III Hal 354)

Nama Resmi : MAGNESII STEARAS

Nama Lain : Magnesium Stearate; Magnesium


octadecanoate; Asam octadecanoic; Garam
magnesium; Asam stearate

Rumus Molekul : C36H70MgO4

Berat Molekul : 591.34

Pemerian : Serbuk halus, putih dan voluminus, bau


lemah khas, mudah melekat di kulit, bebas
dari butiran

Fungsi : Sebagai lubrikan (pelincir)

Kadar : 0,25 – 2 %

Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam etanol, dan


dalam eter

Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan asam kuat, alkali,


dan garam besi. Hindari pencampuran
dengan bahan tersebut sebab dapat
mengoksidasi material dengan kuat.
Magnesium Stearat tidak bisa digunakan
pada produk yang berisi aspirin, beberapa
vitamin, serta kebanyakan garam alkaloid.

Kestabilan : Magnesium stearat sangat stabil

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

22
BAB IV
METODE KERJA

4.1 Alat dan Bahan


4.1.1. Alat 4.1.2 Bahan

 Batang pengaduk  Amylum


 Antalgin
 Beaker glass
 Aquadest
 Cawan penguap
 Avicel pH 102
 Gelas ukur  Laktosum
 Magnesium stearat
 Lemari pengering
 Parasetamol
 Lumpang dan stamper
 Simplisia Daun
 Mesin Cetak tablet Jati Belanda
 Talcum
 Neraca Analitik

 Penangas air

 Pengayak

 Sendok tanduk

 WadahBaskom

4.2 Formulasi
4.2.1 Formulasi tablet parasetamol

Jenis zat Nama zat Formula


Zat aktif Parasetamol 100 mg
Amilum 5%
Pengikat
Aqua qs
Penghancur dalam Avicel pH 102 20%
Pengisi Laktosa **
Penghancur luar Avicel pH 102 10%

23
Talk 2%
Gidan / anti adheren
Mg stearate 0,8%

4.2.2 Formulasi tablet antalgin

Jenis zat Nama zat Formula


Zat aktif Antalgin 100 mg
Amilum 10%
Pengikat
Aqua qs
Penghancur dalam Avicel pH 102 20%
Pengisi Laktosa **
Penghancur luar Avicel pH 102 10%
Talk 2%
Gidan / anti adheren
Mg stearate 0,8%

4.2.3 Formulasi tablet bahan alam

Jenis zat Nama zat Formula


Zat aktif Daun jati belanda 50 mg
Amilum 10%
Pengikat
Aqua qs
Penghancur dalam Avicel pH 102 20%
Pengisi Laktosa **
Penghancur luar Avicel pH 102 10%
Talk 2%
Gidan / anti adheren
Mg stearat 0,8%

4.3 Prosedur Pembuatan Granul


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diayak masing-masing bahan menggunakan ayakan mesh 30
3. Ditara Timbangan

24
4. Ditimbang masing masing bahan yang telah diayak.
5. Dibuat larutan pengikat
 Dituang air ke dalam wadah gelas dan diaduk disuspensikan kedalamnya
bahan pengikat, ditambahkan air mendidih (950C), diteruskan
pengadukan sehingga diperoleh cairan jernih.
 Dilarutkan pewarna dan dimasukan ke dalam larutan pengikat aduk ad
homogen.
6. Tahap Granulasi
 Dituang zat aktif, bahan penghancur, dan bahan pengisi kedalam
wadah baskom, diaduk hingga homogen selama 5 menit.
 Ditambahkan larutan pengikat (suhu 600C hangat) diaduk hingga
menjadi masa yang kompak , bila perlu ditambahkan air hangat
 Hasil granulasi basah kemudian diayak dengan ayakan mesh 8 hingga
terbentuk granul yang baik.
 Dikeringkan granul dilemari pengering yang telah dilasi kain batis,
pada suhu 40-500 C semalaman
7. Pencampuran akhir
 Diayak granulat yang telah kering dengan ayakan mesh 12 atau 16
 Dimasukan granul ke dalam kantong plastic, ditambah kedalamnya
bahan penghancur luar, dan anti adheeen yang telah diayak.
kocokkantong plastic selama 5 menit.

4.4 Prosedur Evaluasi Granul

4.4.1. Uji kadar air


Ditimbang 5 gram granul dicek kadar air menggunakan
moitsture analyzer (syarat <5%) duplo
4.4.2. Uji aliran granul
 Ditimbang 20 gram massa, dilewatkan kedalam corong
 Dicatat waktu, jari-jari dan sudut istirahat seluruh massa melewati
corong (duplo)

25
4.4.3. Uji pemampatan granul
- Ditimbang 50 gram massa, di masukkan kedalam gelas ukur
- Di ketukan sebanyak 50x (duplo)
- Dihitung tinggi awal dan tinggi akhir massa dalam gelas ukur
4.4.4. Hasil akhir granul ( yield )
Ditimbang seluruh massa granul yang telah dibuat

4.5. Prosedur Evaluasi Mutu Tablet


a. Diameter
 Terhadap 20 tablet diukur masing masing tablet menggunakan jangka
sorong
 Dicatat hasil
b. Berat ( keseragaman bobot)
 Terhadap 20 tablt ditimbang 10 tablet
 Ditimbang masing – masing tablet
c. Uji keseragaman (firobiutas)
 Ditimbang sebanyak 10 tablet (w₁) bila dimasukkan kedalam firability
tester
 Alat diset dengan kecepatan putaran 25 ppm selama 5 menit
 Tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dan dirimbang kembali (w₂)
d. Uji waktu hancur
 Dimasukan aquadest kedalam gelas kimia lalu dipanaskan hingga suhu
37ºC , 50ºC sambil diukur suhu dengan thermometer
 Setelah suhu sesuai gelas kimia lalu dimasukkan kedalam alat
disentegran tester
 Diambil 6 tablet lalu dimasukkan kedalam masing – masing tablet,
dimasukkan kedalam gelas
 Cakram dimasukkan kedalam masing – masing tabung
 Alat dinyalakan dan diset 15 menit, dicatat waktu hancur

26
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Evaluasi Granul


5.1.1. Granul Parasetamol

Parameter Syarat Hasil Keterangan

Kadar air < 5% 0,91% Memenuhi syarat

Laju alir >10 gr/detik 5,135 gr/s Mudah mengalir

Sudut istirahat 30º-40ºc 25,405 Baik

Rasio hausner < 1,25 1,288% Sangat baik sekali

Pemampatan < 20% 1,0124 Sangat baik

Hasil akhir 98%

5.1.2. Granul Antalgin

Parameter Syarat Hasil Keterangan

Kadar air < 5% 1,54% Memenuhi syarat

Laju alir >10 gr/detik 7,3355 Mudah mengalir

Sudut istirahat 30º-40ºc 27,485 Baik

Rasio hausner < 1,25 1,0275 Sangat baik sekali

Pemampatan < 20% 2,73% Sangat baik

Hasil akhir 96%

27
5.1.3. Granul Bahan Alam

Parameter Syarat Hasil Keterangan

Kadar air < 5% 2,75% Memenuhi syarat

Laju alir >10 gr/detik 5,475 Mudah mengalir

Sudut istirahat 30º-40ºc 33,459 Cukup

Rasio hausner < 1,25 1,01885 Sangat baik sekali

Pemampatan < 20% 1,87% Sangat baik

Hasil akhir 89,88%

5.2. Evaluasi Tablet

5.2.1. Tablet Parasetamol

Nama Produk Tablet parasetamol

Zat aktif : Parasetamol


Zat tambahan
 Penghancur dalam : Avicel pH 102
 Pengikat : Amilum

Komposisi / Formualsi tab  Pengisi : Laktosa


 Penghancur luar : Avicel pH 102
 Glidan : Talk
 Anti adheren : Mg. stearate
Dibuat 500 tablet (300 mg)

Warna :
Warna / bentuk Bentuk :

Sisi atas :
Cetakan Sisi bawah :

28
Nyata

Diameter (20 tablet)

Rata-rata :

Nyata

Tebal (20 tablet)

Rata-rata :

Syarat farmakope

Berat (20 tablet)

Rata-rata :

Nyata

Kekerasan

Rata-rata :

29
Dilakukan duplo masing-masing 10 tab
Perlakuan Berat awal Berat akhir
I
II

Frabilitas

Frabilitas
1.

2.

Kesimpulan
Frabilitas 1 :
Frabilitas 2 :

Nyata
Syarat tablet yang baik frabilitas < 1%
Syarat < 15 menit
Tablet Waktu hancur
1
Waktu hancur (10 tablet)
2
3
4
5
6

30
5.2.2. Tablet Antalgin

Nama Produk Tablet antalgin

Zat aktif : Antalgin


Zat tambahan
 Penghancur dalam : Avicel pH 102
 Pengikat : Amilum

Komposisi / Formualsi tab  Pengisi : Laktosa


 Penghancur luar : Avicel pH 102
 Glidan : Talk
 Anti adheren : Mg. stearate
Dibuat 500 tablet (300 mg)

Warna :
Warna / bentuk Bentuk :

Sisi atas :
Cetakan Sisi bawah :

Nyata

Diameter (20 tablet)

Rata-rata :

Nyata

Tebal (20 tablet)

Rata-rata :

31
Syarat farmakope

Berat (20 tablet)

Rata-rata :

Nyata

Kekerasan

Rata-rata :

Dilakukan duplo masing-masing 10 tab


Perlakuan Berat awal Berat akhir
I
II

Frabilitas

Frabilitas 1.

2.

Kesimpulan
Frabilitas 1 :
Frabilitas 2 :

32
Nyata
Syarat tablet yang baik frabilitas < 1%
Syarat < 15 menit
Tablet Waktu hancur
1
Waktu hancur (10 tablet)
2
3
4
5
6

5.2.3. Tablet Bahan Alam

Nama Produk Tablet bahan alam

Zat aktif : Ekstrak daun jati belanda


Zat tambahan
 Penghancur dalam : Avicel pH 102
 Pengikat : Amilum

Komposisi / Formualsi tab  Pengisi : Laktosa


 Penghancur luar : Avicel pH 102
 Glidan : Talk
 Anti adheren : Mg. stearate
Dibuat 500 tablet (300 mg)

Warna :
Warna / bentuk Bentuk :

Sisi atas :
Cetakan Sisi bawah :

33
Nyata

Diameter (20 tablet)

Rata-rata :

Nyata

Tebal (20 tablet)

Rata-rata :

Syarat farmakope

Berat (20 tablet)

Rata-rata :

Nyata

Kekerasan

Rata-rata :

34
Dilakukan duplo masing-masing 10 tab
Perlakuan Berat awal Berat akhir
I
II

Frabilitas

Frabilitas
1.

2.

Kesimpulan
Frabilitas 1 :
Frabilitas 2 :

Nyata
Syarat tablet yang baik frabilitas < 1%
Syarat < 15 menit
Tablet Waktu hancur
1
Waktu hancur (10 tablet)
2
3
4
5
6

5.3. Pembahasan
5.3.1. Tablet Parasetamol
5.3.2. Tablet Antalgin
5.3.3. Tablet Bahan Alam

35
LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur Percobaan

Disiapkan alat dan bahan

Diayak masing-masing bahan


menggunakan ayakan mesh 30

Ditara Timbangan

Ditimbang masing masing bahan yang


telah diayak.

Dibuat larutan pengikat

Tahap Granulasi

Pencampuran akhir

Evaluasi Granul Evaluasi Tablet

 Uji alir  Diameter


 Uji kadar air  Keragaman bobot
 Uji pemampatan  Uji keseragaman
 Hasilakhir  Uji waktu hancur

36
Lampiran 2. Perhitungan
1. Parasetamol
Jenis zat Nama zat Formula Perhitungan Penimbangan
Zat aktif Parasetamol 100 mg 105 mg 52,5 gr
Amilum 5% 15 mg 15 gr
Pengikat
Aqua qs - 45 mL
Penghancur dalam Avicel pH 102 20% 60 mg 30 gr
Pengisi Laktosa ** 86,6 mg 43,3 gr
Penghancur luar Avicel pH 102 10% 30 mg 15 gr
Talk 2% 6 mg 3 gr
Gidan / anti adheren
Mg stearat 0,8% 2,4 mg 1,2 gr

a) Perhitungan
 Parasetamol
- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :
 Amilum
- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :
 Aqua 1:3

 Avicel pH 102 (dalam)


- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :
 Avicel pH 102 (luar)
- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :
 Talk
- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :

37
 Mg stearate
- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :
 Laktosa
- Jumlah/tab : ( )
- Jumlah/batch :

b) Perhitungan uji alir granul


Diket :
m = 20 gr h₁ = 1,9 cm d₂ = 21,3 cm
t₁ = 4,1 cm h₂ = 1,7 cm
t₂ = 3,7 cm d₁ = 23,5 cm
Rumus :

I. - (mudah mengalir)

- (baik)

II. - (mudah mengalir)

- (baik)

c) Perhitungan uji pemampatan granul


Diket :
M = 50 gr v₁ (setelah) = 80 mL
v₁ (sebelum) = 81 mL v₂(setelah) = 81 mL
v₂(sebelum) = 82 mL h₁ (setelah) = 7,6 cm
h₁ (sebelum) = 7,9 cm h₂ (setelah) = 6,9 cm
h₂ (sebelum) = 7 cm

38
Rumus :

I. -

- (sangat baik)

II. -

- (sangat baik)

- ̅ = 1,012435
- sd = 6,576

d) Perhitungan hasil akhir granul

2. Antalgin
Jenis zat Nama zat Formula Perhitungan Penimbangan
Zat aktif Antalgin 100 mg 105 mg 52,5 gr
Amilum 10% 30 mg 30 gr
Pengikat
Aqua qs - 90 mL
Penghancur dalam Avicel pH 102 20% 60 mg 30 gr
Pengisi Laktosa ** 71,6 mg 35,8 gr
Penghancur luar Avicel pH 102 10% 30 mg 15 gr
Gidan / anti adheren Talk 2% 6 mg 3 gr

39
Mg stearat 0,8% 2,4 mg 1,2 gr

a) Perhitungan
 Antalgin
- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :
 Amilum
- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :
 Aqua 1:3

 Avicel pH 102 (dalam)


- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :
 Avicel pH 102 (luar)
- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :
 Talk
- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :
 Mg stearate
- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :
 Laktosa
- Jumlah/tab : ( )
- Jumlah/batch :

40
b) Perhitungan uji alir granul
Diket :
M = 20 gr h₁ = 2 cm d₂ = 20,7 cm
t₁ = 2,89 s h₂ = 1,8 cm
t₂ = 2,58 s d₁ = 23,1 cm
Rumus :

I. - (mudah mengalir)

- (baik)

II. - (mudah mengalir)

- (baik)

c) Perhitungan uji pemampatan granul


Diket :
M = 50 gr v₁ (setelah) = 74 mL
v₁ (sebelum) = 76 mL v₂(setelah) = 70 mL
v₂(sebelum) = 72 mL h₁ (setelah) = 6,3 cm
h₁ (sebelum) = 6,5 cm h₂ (setelah) = 6 cm
h₂ (sebelum) = 6,3 cm
Rumus :

I. -

41
-

II. -

- ̅ = 1,0275
- sd = 7,071

d) Perhitungan hasil akhir granul

3. Bahan alam
Jenis zat Nama zat Formula Perhitungan Penimbangan
Zat aktif Daun jati belanda 50 mg 52,5 mg 26,25 gr
Amilum 10% 30 mg 30 gr
Pengikat
Aqua qs - 90 mL
Penghancur dalam Avicel pH 102 20% 60 mg 30 gr
Pengisi Laktosa ** 121,6 mg 60,8 gr
Penghancur luar Avicel pH 102 10% 30 mg 15 gr
Talk 2% 6 mg 3 gr
Gidan / anti adheren
Mg stearat 0,8% 2,4 mg 1,2 gr

a) Perhitungan
 Daun jati belanda
- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :

42
 Amilum
- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :
 Aqua 1:3

 Avicel pH 102 (dalam)


- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :
 Avicel pH 102 (luar)
- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :
 Talk
- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :
 Mg stearate
- Jumlah/tab :

- Jumlah/batch :
 Laktosa
- Jumlah/tab : ( )
- Jumlah/batch :

b) Perhitungan uji alir granul


Diket :
m = 20 gr h₁ = 2,2 cm d₂ = 3,15 cm
t₁ = 3,83 cm h₂ = 2 cm
t₂ = 3,49 cm d₁ = 3,2 cm
Rumus :

43
I. - (mudah mengalir)

- (sangat sukar)

II. - (mudah mengalir)

c) Perhitungan uji pemampatan granul


Diket :
M = 50 gr v₁ (setelah) = 77 mL
v₁ (sebelum) = 79 mL v₂(setelah) = 78 mL
v₂(sebelum) = 79 mL h₁ (setelah) = 7,3 cm
h₁ (sebelum) = 7,5 cm h₂ (setelah) = 7,1 cm
h₂ (sebelum) = 7,2 cm
Rumus :

I. -

- (sangat baik)

II. -

- (sangat baik)

- ̅ = 1,01885
- sd = 8,697

44
d) Perhitungan hasil akhir granul

45

Anda mungkin juga menyukai