Lalala Ulaaa
Lalala Ulaaa
Lalala Ulaaa
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan ekstrak kasar daun api-api putih yang memiliki aktivitas
antioksidan terbaik, menentukan kandungan fitokimia dan efek Hepatoprotektif ekstrak kasar yang dipilih
secara in vivo. Daun api-api putih diekstrak menggunakan tiga jenis pelarut, yakni metanol, etil asetat dan
n-heksana. Dalam uji in vivo dilakukan evaluasi terhadap kadar malondialdehid (MDA), enzim aspartat
transaminase (AST), enzim alanin transaminase (ALT), dan histopatologi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ekstraksi daun api-api putih dengan pelarut etil asetat menghasilkan aktivitas antioksidan terbaik
dengan kandungan fitokimia terdiri dari flavonoid dan steroid/triterpenoid. Pemberian ekstrak etil asetat
daun api-api putih pada tikus yang telah diinduksi CCl4 dapat menormalkan berbagai parameter biokimia
stres oksidatif (kadar MDA, AST, dan ALT) dibandingkan dengan standar Silymarin. Ekstrak daun api-
api putih berpotensi untuk melindungi hati tikus dari kerusakan oksidatif yang diinduksi CCl4. Efek
Hepatoprotektif ekstrak daun api-api putih berkorelasi dengan aktivitas antioksidannya.
Abstract
This research aimed to extractthe antioxidant compound of green Mangrove (Avicennia marina) leave
and to test the effect hepato protective of crude extract selected in vivo model. In vivo test was performed by
evaluated malondialdehyde (MDA) level, enzyme of aspartate transaminase (AST) dan alanine transaminase
(ALT) level, and histopathology. The result showed that extraction A. marina leaf with ethyl acetate display
the best antioxidant activity. Phytocemical of ethyl acetate extract of A.marina leaf contained flavonoid
and steroid/triterpenoid.Treatment with ethyl acetate extract of A. marina leaves normalized various
biochemical parameters of oxidative stress (MDA, AST, and ALT level) in compared to Silymarin standard.
A. marina leaves extract could be proposed to protect the liver against CCl4-induced oxidative damage in
rats. The hepatoprotective effect might be correlated with its antioxidant and free radical scavenger effects.
lipida sehingga dapat menyebabkan kerusakan fitokimia dan efek Hepatoprotektif ekstrak kasar
sel dan menimbulkan penyakit degeneratif, yang dipilih secara in vivo.
misalnya penyakit liver (Sen et al. 2010)
sehingga perlindungan terhadap organ hati BAHAN DAN METODE
sangat diperlukan untuk mencegah kerusakan Bahan dan Alat
oksidatif yang berlanjut. Bahan yang digunakan adalah daun bakau
Kerusakan akibat radikal bebas dalam api-api putih yang diambil di Kawasan Hutan
tubuh tersebut dapat diatasi dengan antioksidan. Mangrove Blanakan, Subang, bahan kimia
Antioksidan didefinisikan sebagai suatu untuk ekstraksi daun api-api putih, pengujian
substansi yang dapat menunda, mencegah, antioksidan, antioksidasi lipida (kadar
atau menghilangkan kerusakan oksidatif pada malondialdehida, enzim aspartat transaminase
molekul target, contoh protein, lipida dan DNA (AST), enzim alanin transaminase (ALT)),
(Halliwell dan Gutteridge 2007). Tubuh secara dan histopatologi hati hewan coba. Peralatan
alami memproduksi zat antioksidan endogen yang digunakan pada penelitian ini adalah
yang mampu mengatasi efek radikal bebas, timbangan analitik (Max 410 g and HF400),
tetapi saat pasokan radikal bebas meningkat vakum rotari evaporator (Buchi Rotavapor
dibutuhkan pasokan zat antioksidan dari luar. R-210), dan spektofotometer (UV-Vis RS UV-
Antioksidan dapat berasal dari bahan alami 2500).
dan sintentik. Sumber antioksidan alami telah
banyak dilaporkan berasal dari tanaman. Salah Metode Penelitian
satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap
sumber antioksidan alami adalah bakau jenis percobaan. Tahap pertama adalah preparasi,
api-api putih (Avicennia marina). ekstraksi, dan analisis aktivitas antioksidan.
Bakau api-api putih merupakan salah Tahap dua adalah pengujian efek Hepatoprotektif
satu jenis bakau yang tersebar di seluruh daun api-api putih secara in vivo.
Indonesia dengan kondisi yang melimpah
(Noor et al. 2006). Daun api-api putih Preparasi Sampel Daun Api-api Putih
dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir sebagai Sampel daun api-api putih dikumpulkan
bahan pangan dan obat-obatan. Pengalaman dan dibersihkan dari kotoran menggunakan
secara tradisional, bakau ini di beberapa daerah akuades, kemudian dilakukan pengeringan.
telah digunakan untuk sayuran serta mengobati Proses pengeringan dilakukan menggunakan
berbagai jenis penyakit, contoh hepatitis, kusta, sinar matahari selama 4 hari. Daun api-
rematik, cacar, bisul, dan obat luka bakar api putih kering dijadikan serbuk halus
(Bandaranayake 2002; Noor et al. 2006). menggunakan mesin penepung dengan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh saringan sebesar 100 mesh. Serbuk daun bakau
Bunyapraphatsara et al. (2004); Vadlapudi api-api putih kering kemudian diekstraksi
dan Naidu (2009) menunjukkan bahwa daun dengan perlakuan jenis pelarut.
api-api putih memiliki aktivitas antioksidan.
Berdasarkan pemahaman tersebut, diperoleh Ekstraksi dan Pengujian Antioksidan
suatu pemikiran bahwa dengan memperoleh Ekstraksi secara tunggal dilakukan
senyawa bioaktif ekstrak daun api-api putih dengan metode maserasi menggunakan
yang memiliki aktivitas antioksidan, maka pelarut metanol, etil asetat atau n-heksana
dapat berpotensi untuk menanggulangi p.a dengan perbandingan sampel dan pelarut
kerusakan oksidatif pada hati. Penelitian ini 1:5 (b/v) selama 24 jam.Tahap selanjutnya,
bertujuan untuk mendapatkan ekstrak kasar dilakukan filtrasi untuk memisahkan pelarut
daun api-api putih yang memiliki aktivitas dengan sampel. Filtrat yang terkumpul
antioksidan terbaik, menentukan kandungan dipisahkan antara pelarut dan ekstraknya
Gambar 1 Rendemen hasil ekstraksi dengan jenis Gambar 1 Hubungan jenis pelarut dengan aktivitas
pelarut berbeda. antioksidan (nilai IC50) ekstrak daun
bakau api-api putih
antioksidan ekstrak kasar daun bakau api-api flavonoid dan steroid atau triterpenoid
tersebut masih lebih rendah dibandingkan (Tabel 1). Menurut Setzer (2008), triterpenoid
dengan aktivitas antioksidan BHT dan vitamin atau steroid merupakan senyawa aktif yang
C dengan nilai IC50 masing-masing sebesar termasuk dalam jenis antioksidan lipofilik.
5,86 ppm dan 8,26 ppm. Perbedaan aktivitas Menurut Middleton et al. (2000), flavonoid
antioksidan pada setiap ekstrak tersebut merupakan senyawa aktif yang termasuk
diduga berkaitan dengan tipe antioksidan dalam jenis intermediet antioksidan yang
yang terkandung di dalamnya. Menurut Yang berperan sebagai antioksidan hidrofilik dan
et al. (2011), tipe antioksidan berdasarkan lipofilik. Flavonoid merupakan senyawa yang
kelarutannya terdiri dari antioksidan lipofilik berperan sebagai antioksidan. Mekanisme
(larut dalam nonpolar) dan antioksidan antioksidan dari flavonoid adalah menangkap
hidrofilik (larut dalam polar). ROS secara langsung, mencegah regenerasi
Aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat ROS dan secara tidak langsung dapat
yang paling tinggi dibandingkan dengan meningkatkan aktivitas antioksidan enzim
ekstrak yang lain diduga disebabkan oleh antioksidan seluler (Akhlaghi dan Bandy
pelarut etil asetat yang bersifat semipolar 2009). Flavonoid merupakan senyawa yang
sehingga mengandung senyawa aktif paling efektif sebagai scavanger spesies reaktif,
antioksidan baik yang bersifat hidrofilik misalnya super dioksida, radikal peroksil,
maupun lipofilik. Menurut Cano et al. dan peroksinitrit dengan cara mentransfer
(2003), etil asetat dapat digunakan untuk atom H+ (Middleton et al. 2000; Akhlaghi
mengekstrak komponen lipofilik dari fase dan Bandy 2009). Pencegahan terbentuknya
aqueous serta diduga mampu mengekstraksi ROS oleh flavonoid dilakukan dengan
beberapa komponen hidrofilik dari fase beberapa cara, yaitu menghambat kerja enzim
aqueous. Pelarut n-heksana digunakan untuk xantin oksidase dan Nicotinamide Adenine
mengekstrak komponen lipofilik dari fase Dinucleotide Phosphate (NADPH) oksidase,
aqueous, sedangkan metanol mengekstrak serta mengkelat logam (Fe2+ dan Cu2+)
komponen hidrofilik dari fase aqueous. sehingga dapat mencegah reaksi redoks yang
Yeum et al. (2004; 2009) menyatakan dapat menghasilkan radikal bebas (Akhlaghi
bahwa antioksidan hidrofilik dan lipofilik dan Bandy 2009; Atmani et al. 2009).
dapat bekerja secara sinergis sehingga Menurut Lotito dan Fraga (2000),
memiliki kemampuan yang kuat dalam flavonoid merupakan antioksidan yang
melindungi sistem biologis dan mengurangi berperan dalam melindungi antioksidan
kerusakan yang disebabkan oleh reactive lipofilik sehingga dapat menguatkan
oxygen species (ROS). Antioksidan lipofilik
contoh tokoferol, sebagai penangkap radikal Tabel 1 Kandungan fitokimia eksrak etil
oksigen yang dapat menghambat inisiasi asetat daun bakau api-api putih
dan propagasi pada reaksi rantai oksidatif
Analisis Fitokimia Hasil
dalam sistem hidrofobik. Menurut Wu et
a. Alkaloid
al. (2004), antioksidan hidrofilik terutama
komponen fenolik bekerja secara mudah - Wagner -
dalam mendonorkan satu atom hidrogen - Meyer -
pada ROO•. - Dragendorf -
b. Steroid/Triterpenoid +
Kandungan Fitokimia Ekstrak Terpilih
c. Flavonoid +
Kandungan fitokimia ekstrak etil asetat
daun bakau api-api putih yang diduga
d. Saponin (uji busa) -
Keterangan: +: ada - : tidak ada
berperan sebagai antioksidan adalah
antioksidan seluler. Beberapa penelitian juga flavonoid berkaitan erat dengan pencegahan
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan timbulnya beberapa penyakit, misalnya
flavonoid berkaitan erat dengan pencegahan penyakit kardiovaskular (Akhlaghi dan Bandy
timbulnya beberapa penyakit, misalnya 2009), kanker atau tumor (Brusselmans et
penyakit kardiovaskular (Akhlaghi dan al. 2004), dan penyakit liver (Jin et al. 2010;
Bandy 2009), kanker/tumor (Brusselmans Pinzaru et al. 2011).
et al. 2004), dan penyakit liver (Jin et al. 2010; Triterpenoid atau steroid merupakan
Pinzaru et al. 2011). senyawa yang memiliki peranan sebagai
Tabel 1 menunjukkan bahwa kandungan antioksidan. Menurut Topcua et al. (2007),
fitokimia ekstrak etil asetat daun bakau api- mekanisme antioksidan dari triterpenoid
api putih yang diduga berperan sebagai adalah dengan cara menangkap/scavenging
antioksidan adalah flavonoid dan steroid spesies reaktif, misalnya superoksida, dan
atau triterpenoid. Menurut Setzer (2008), mengkelat logam (Fe2+ dan Cu2+). Hasil
triterpenoid atau steroid merupakan senyawa penelitian Abrosca et al. (2006) menunjukkan
aktif yang termasuk dalam jenis antioksidan bahwa senyawa triterpenoid dari Annurca
lipofilik. Menurut Middleton et al. (2000), aple memiliki aktivitas sebagai antioksidan
flavonoid merupakan senyawa aktif yang dan dapat menghambat peroksidasi
termasuk dalam jenis intermediet antioksidan lipida. Aktivitas biologi dari triterpenoid/
yang berperan sebagai antioksidan hidrofilik steroid selain antioksidan adalah sebagai
dan lipofilik. hepatoprotektor dan analgesik (Fai dan
Flavonoid merupakan senyawa yang Tao 2009), antitumor (Feng et al. 2006),
berperan sebagai antioksidan. Mekanisme antiproliferatif (Nugraheni et al. 2011), dan
antioksidan dari flavonoid adalah menangkap memberikan efek imunodulator (Martin
ROS secara langsung, mencegah regenerasi 2006).
ROS, dan secara tidak langsung dapat
meningkatkan aktivitas antioksidan enzim Analisis Efek Hepatoprotektor dari Ekstrak
antioksidan seluler (Akhlaghi dan Bandy Etil Asetat Daun Bakau Api-api Putih
2009). Flavonoid merupakan senyawa yang Hepatoprotektor adalah senyawa
paling efektif sebagai scavanger spesies reaktif, atau zat yang berkhasiat melindungi sel
misalnya super dioksida, radikal peroksil, sekaligus memperbaiki jaringan hati
dan peroksinitrit dengan cara mentransfer yang rusak akibat pengaruh zat toksik
atom H+ (Middleton et al. 2000; Akhlaghi (Panjaitan 2008). Pemberian hepatoprotektor
dan Bandy 2009). Pencegahan terbentuknya dapat dilakukan untuk pencegahan (preventif)
ROS oleh flavonoid dilakukan dengan atau penyembuhan (kuratif) (Kumarappan
beberapa cara, yaitu menghambat kerja enzim et al. 2011). Penelitian ini mengamati efek
xantin oksidase dan Nicotinamide Adenine hepatoprotektor ekstrak daun bakau api-
Dinucleotide Phosphate (NADPH) oksidase, api putih secara kuratif, hal ini berdasarkan
serta mengkelat logam (Fe2+ dan Cu2+) pengetahuan masyarakat yang secara
sehingga dapat mencegah reaksi redoks yang tradisional memanfaatkan bakau api-api putih
dapat menghasilkan radikal bebas (Akhlaghi sebagai obat hepatitis.
dan Bandy 2009; Atmani et al. 2009). Karbon tetraklorida merupakan senyawa
Lotito dan Fraga (2000) menyatakan kimia yang digunakan dalam penelitian ini
bahwa flavonoid merupakan antioksidan sebagai hepatotoksin. Menurut Al-Shabanah
yang berperan dalam melindungi antioksidan et al. (2000), karbon tetraklorida (CCl4)
lipofilik sehingga dapat menguatkan adalah agen hepatotoksik yang menghasilkan
antioksidan seluler. Beberapa penelitian juga radikal bebas triklorometil (CCl3), yang
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan ketika diinduksi pada hati tikus sangat mirip
dengan sirosis pada manusia. Suja et al. disebabkan oleh sifat antioksidan senyawa
(2004) melaporkan bahwa perubahan yang flavonoid dan steroid/triterpenoid yang
berhubungan dengan kerusakan hati akibat terkandung didalamnya.
induksi CCl4 sangat mirip dengan perubahan Menurut Akhlaghi dan Bandy (2009);
pada pasien hepatitis virus akut. Beberapa Topcua et al. (2007), triterpenoid dan
parameter perubahan yang diamati pada flavonoid merupakan senyawa yang bersifat
penelitian ini adalah kadar malondialdehida antioksidan yang dapat mengatasi dan
(MDA) pada hati, kadar enzim serum AST mencegah radikal bebas. Hasil penelitian
dan (ALT) serta histopatologi hati. Nugraheni et al. (2011) menunjukkan bahwa
triterpenoid dapat menghambat peroksidasi
Kadar MDA pada Hati lipid pada tahap inisiasi dengan menghambat
Malondialdehida (MDA) merupakan radikal peroksil serta di tahap akhir dengan
senyawa sitotoksik yang dihasilkan dari menghambat produk sekunder, misalnya
proses peroksidasi lipid, pada akhir tahapan malondialdehid. Bastona dan Leroux (2007);
peroksidasi (Huang et al. 2011). Pengukuran Ghosh et al. (2010) melaporkan triterpenoid
MDA digunakan sebagai indikator kerusakan dapat menghambat aktivitas enzim sitokrom
oksidatif asam lemak tak jenuh pada sel yang P450 sehingga proses peroksidasi lipid akibat
menyebabkan langsung perubahan struktur radikal bebas dapat dicegah. Hasil penelitian
dan fungsi (Klaunig et al. 2009). Kadar MDA Androutsopoulos et al. (2010); Quintieri et al.
pada hati dari kelompok tikus yang diberikan (2011) juga menunjukkan bahwa flavonoid
perlakuan disajikan pada Gambar 3. dapat menghambat aktivitas enzim sitokrom
Hasil analisis ragam menunjukkan P450.
bahwa perlakuan yang diberikan pada tikus
memberikan pengaruh yang nyata terhadap Kadar AST dan ALT Darah Tikus
kadar MDA hati (p<0,05). Hasil uji lanjut Kadar enzim serum AST dan ALT
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan merupakan parameter klinis yang
kadar MDA pada tikus yang diinduksi menggambarkan intergritas sel hati (hepatosit)
CCl4. Kadar MDA mengalami penurunan (Giannini et al. 2005). Hasil pengukuran
setelah diberikan ekstrak etil asetat daun kadar AST dan ALT darah tikus dalam serum
bakau api-api putih dan sylimarin (p<0,05). tikus jantan strain Sprague Dawley (n = 3)
Hal ini menunjukkan bahwa ada indikasi disajikan pada Gambar 4. Hasil analisis ragam
perlindungan dan penghambatan peroksidasi menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan
lipida yang berlanjut oleh ekstrak etil asetat. pada tikus berpengaruh nyata (α=0,05) pada
Efek penghambatan peroksidasi lipida pada kadar enzim AST serum. Hasil uji lanjut
ekstrak etil asetat daun bakau api-api putih menunjukkan bahwa induksi CCl4 sebanyak
0,5 mL/kg BB mengakibatkan terjadinya
peningkatan kadar enzim AST serum. Kadar
enzim AST serum pada kelompok tikus yang
induksi CCl4 dan kelompok normal berbeda
secara nyata (p<0,05). Peningkatan kadar
enzim AST serum pada kelompok tikus yang
induksi CCl4 tersebut secara keseluruhan
tidak terlalu mencolok, hanya satu kali lipat
dari kelompok normal. Peningkatan tersebut
masih dalam kategori “mild” atau ringan
Gambar 3 Kadar MDA pada hati dari kelompok (kenaikan amino transferase 1-3 kali lipat)
tikus yang diberikan perlakuan.
(Thapa dan Walia 2007).
Gambar 4 Rataan pengukuran kadar enzim AST (A) dan enzim ALT (B) dalam serum
tikus jantan strain Sprague Dawley (n = 3).
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dari mitokondria juga ikut keluar sel.
perlakuan yang diberikan pada tikus tidak Perubahan kadar enzim AST dan ALT
berpengaruh nyata, (p<0,05) pada kadar serum pada kelompok tikus yang diberikan
enzim ALT serum, walaupun demikian ada ekstrak etil asetat daun api-api diduga
indikasi perubahan kadar enzim ALT serum berkaitan dengan kandungan senyawa
pada tikus yang telah diinduksi CCl4 dan ekstrak, yaitu flavonoid dan triterpenoid/
diberi ekstrak etil asetat daun api-api putih. steroid yang berperan sebagai antioksidan.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak Antioksidan merupakan suatu senyawa
etil asetat mampu memberikan perlindungan yang dapat menetralisir suatu radikal bebas.
atas kerusakan pada sel hati yang disebabkan Menurut Wang et al. (2004), bahwa senyawa-
oleh radikal bebas yang dihasilkan oleh senyawa golongan triterpenoid bersifat
metabolisme CCl4. antioksidan sehingga mampu mengurangi
Menurut Giannini et al. (2005), kadar jumlah metabolit CCl4 sehingga sel-sel
enzim ALT dan AST dalam darah tersebut hati dapat terlindungi dari kerusakan dan
mencerminkan kerusakan yang terjadi di stabilitas membran sel hati serta aktivitasnya
dalam sel-sel hati. Enzim ALT dan AST tetap terjaga. Sharma dan Shukla (2011)
merupakan enzim yang mengkatalis transfer menyatakan bahwa efek antioksidan flavonoid
grup α-amino dari alanin dan aspartat menuju adalah dapat meningkatkan proses regenerasi.
grup asam α-ketogutarat untuk membentuk
oksaloasetat dan asam piruvat. Enzim ini Gambaran Histopatologi Hati Tikus
banyak terdapat dalam hati. Enzim ALT Kerusakan oksidatif pada hati
terdapat pada sitosol sedangkan enzim AST tikus dapat dilihat dengan gambaran
terdapat dalam sitosol dan mitokondria. Hasil histopatologinya. Gambaran keadaan
penelitian Badria et al. (2011) menunjukkan histopatologis hati semua tikus pada
bahwa tikus yang diinduksi CCl4 akan setiap kelompok yang diamati dengan
mengalami peningkatan kadar enzim AST perbesaran 4000 kali dapat dilihat pada
dan ALT serum. Kadar AST dan ALT serum Gambar 4.
berkorelasi dengan terjadinya inflamasi, Gambar 4 menunjukkan bahwa ada
steatosis, nekrosis, dan fibrosis pada hati perbedaan kondisi histopatologi hati pada
tikus. Stockham dan Scott (2002) berpendapat setiap kelompok tikus. Hasil pengamatan
bahwa kadar enzim AST di dalam darah akan mikroskopik sel hati pada kelompok
meningkat bila terjadi kerusakan sel hati yang normal (Gambar 4A) menunjukkan
parah dan disertai nekrosis sehingga enzim bahwa tidak ada perubahan yang spesifik;
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4 Histopatologi hati tikus pada kelompok normal (A), kelompok yang diberi CCl4 (B),
selanjutnya ekstrak etil asetat daun bakau api-api putih (C), silymarin dosis 25 mg/kg
BB (D). Pewarnaan H&E. Keterangan: degenerasi sel (D), sel nekrosis (N), sel Kupffer
(K). (Bar = 30 µm).
sel hati memiliki inti dan sitoplasma yang fagositosis, selain itu sel ini berperan
jelas. Sel-sel hepatosit tersusun teratur dalam menghasilkan mediator sitotoksik
dengan jarak yang sama. Gambaran misalnya ROS dan mediator pro-inflamasi,
histopatologi sel hati pada kelompok yang misalnya sitokin dan kemokin.
diinduksi CCl 4 0,5 mL/kg BB (Gambar 4B) Hasil dari beberapa penelitian
menunjukkan banyak sel yang mengalami menunjukkan bahwa induksi CCl 4 dapat
degenerasi, nekrosis (kematian sel), serta menyebabkan kerusakan sel yang ditandai
terjadi infiltrasi sel Kupffer yang aktif dengan perubahan histopatologi sel. Muriel
pada daerah sinusoid. et al. (2001) berpendapat bahwa induksi
Degenerasi sel ditandai oleh bentuk CCl 4 menyebabkan aktifnya sel Kupffer,
sel yang abnormal yang ditunjukkan oleh yang dapat memediasi kerusakan hati
sel yang membesar, inti sel membesar, inti dan memicu terjadinya peroksidasi pada
sel mengecil, bahkan sitoplasma sudah hati. Menurut Al-Shabanah et al. (2000),
tidak berinti. Nekrosis sel ditandai dengan CCl 4 dapat menyebabkan peroksidasi lipid
terlihatnya inti sel yang mengalami sehingga dapat menurunkan intergritas sel
penyusutan dan warna sitoplasma menjadi sampai menyebabkan nekrosis sel. Hasil
gelap. Sel Kupffer yang aktif menandakan penelitian Panjaitan (2008) menunjukkan
adanya senyawa toksik yang masuk ke bahwa induksi CCl 4 0,1 mL/kg BB
dalam jaringan, misalnya CCl 4, kemudian menyebabkan degenerasi sel-sel hati,
ada usaha fagositosis oleh sel-sel bahkan pada kelompok yang mendapatkan
pertahanan lokal. Menurut Jaeschke et al. CCl 4 (1 dan 10) mL/kg BB mengalami
(2002), sel Kupffer berfungsi dalam proses steatosis multifokal (akumulasi lemak
G, Yeum KJ, Niki E, Russell RM, editor. disease, and cancer. Pharmacology
Biomarkers for Antioxidant Defense Review 52: 673–751.
and Oxidative Damage: Principles and Muriel P, Alba N, Perez-Alvarez VM,
Practical Applications. Iowa, USA: Shibayama M, Tsutsumi VK. 2001.
Blackwell Publishing. Kupffer cells inhibition prevents
Karthikeyan DR, Manivasagam T, hepatic lipid peroxidation and damage
Subramanian P, Somasundaram ST, induced by carbon tetrachloride.
Anantharaman P, Balasubramanian T. Toxicology and Pharmacology 130:219–
2008. Antioxidant activity of brown 226.
alga Padina boergesenii against carbon Noor YR, Khazali M, Syadipura INN.
tetrachloride induced liver fibrosis in 2006. Panduan Pengenalan Mangrove
rats. Seaweed Res. Util. 30: 157-163. di Indonesia. Bogor: Wetlands
Kiernan JA. 1990. Histological and Internatinal.
Histochemical Methods: Theory and Nugraheni M, Santoso U, Suparmo,
Practice. Ed ke-2. Kanada: Pergamon Wuryastuti H. 2011. Potential of
Press. Coleus tuberosus as an antioxidant
Klaunig JE, Corthals SM, Kamendulis and cancer chemoprevention agent.
LM, Philip BK. 2009. Role of The International Food Research Journal
Kupffer Cell in Hepatotoxicity and 18(4): 1471-1480.
Hepatocarcinogenesis. Di dalam: Panjaitan RGP. 2008. Pengujian aktivitas
Sahu SC, editor. Hepatotoxicity from hepatoprotektor akar pasak bumi
Genomics to in vitro and in vivo Models. (Eurycoma longifolia Jack.). [disertasi].
West Sussex, England: John Wiley & Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana,
Sons Ltd. Institut Pertanian Bogor.
Kumarappan C. Vijayakumar M, Thilagam Pinzaru IA, Hădărugă DI, Hădărugă
E, Balamurugan M, Thiagarajan M, NG, Corpaş L, Grozescu I, Peter F.
Senthil S, Das SC, Mandal SC. 2011. 2011. Hepatoprotective flavonoid
Protective and curative effect of bioconjugate/β-cyclodextrin
polyphenolic extract from Ichnocarpus nanoparticles:dsc-molecular modeling
frutescense leaves on experimental correlation. Digest Journal of
hepatotoxicity by carbon tetrachloride Nanomaterial and Biostructure 6(4):
and tamoxifen. Ann. of Hepat.10(1): 1605-1617.
63-72. Punitha SC, Rajasekaran M. 2011.
Lotito SB, Fraga CG. 2000. Catechins delay Antioxidant mediated defense role of
lipid oxidation and alpha-tocopherol Wedelia calendulacea herbal extract
and beta-carotene depletion following against CCl 4 inducedtoxic hepatitis.
ascorbate depletion in human Journal of Applied Pharmaceutical
plasma. Proceeding of The Society for Science 1(9): 111-115.
Experimental Biology and Medicine Quintieri L, Palatini P, Moro S, Floreani M.
225: 32–38. 2011. Inhibition of cytochrome P450
Martin KR. 2006. Targeting apoptosis with 2c8-mediated drug metabolism by the
dietary bioactive agents. Experimental flavonoid diosmetin. Drug Metabolism
Biology and Medicine 231: 117-129. Pharmacokinetics 26(6): 559-568.
Middleton E Jr, Kandaswami C, Sahreen S, Khan MR, Khan RA. 2011.
Theoharides TC. 2000. The effects of Hepatoprotective effects of methanol
plant flavonoids on mammalian cells: extract of Carissa opaca leaves on
implications for inflammation, heart CCl4-induced damage in rats. BMC