Askep Dimensia Final
Askep Dimensia Final
Askep Dimensia Final
Disusun oleh :
PROGRAM S 1 KEPERAWATAN
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fakta di masa lalu, merawat klien lanjut usia (lansia) dianggap sebagai
area berteknologi rendah, dijelaskan sebagai area yang bukan salah satu
area praktik keperawatan bergengsi (Basford, 2006). Terdapat keraguan
bahwa klien lansia dengan demensia merupakan kekhawatiran utama
dalam penyediaan pelayanan asuhan keperawatan lanjut (home care).
Bahwa seiring dengan semakin lanjutnya usia, mental serta kecakapan fisik
melambat sampai beberapa tingkat, sehingga lansia distigmatisasi sebagai
bagian bawah dalam kelompok sosial dan kebutuhan khusus mereka
kurang dikenali, sehingga perawatan home care tidak maksimal (Larsson,
2007).
Sensus penduduk tahun 1901, menemukan kurang dari dua juta masyarakat
Inggris berusia lebih dari 65 tahun. Pada 1989, diperkirakan jumlah
penduduk lansia sekitar sembilan juta. Walaupun lansia yang lebih muda
(65-75 tahun) secara statistik menunjukkan sikap yang tetap mandiri,
terdapat peningkatan signifikan pada lansia yang lebih tua (75 tahun ke
atas) yang menyebabkan kesulitan tertentu bagi penyedia perencana
kesehatan dan perawatan sosial. Pada 1991, bahwa 44% penduduk lansia
berusia lebih dari 75 tahun. Diperkirakan pada 2041 proporsi penduduk
lansia yang lebih tua akan melebihi 50%. Dalam istilah lain, diprediksi
bahwa antara 1991 dan 2011 jumlah lansia akan meningkat sampai sekitar
700.000 dan sekitar 75% terdiri dari lansia yang berusia lebih dari 75
tahun (OPCS, 1991). Antara 60% dan 75% lansia penghuni panti jompo
menderita beberapa bentuk demensia (Stockslager, 2007).
Bahwa tingkat kerusakan jaringan otak meningkat melalui kombinasi dari
pengurangan sejumlah darah teroksigenasi yang mencapai daerah otak,
dan efek proses penuaan pada organ lain dan pada sistem tubuh. Efek
kondisi yang dapat dipantau ini adalah kehilangan keterampilan sehari-hari
seperti mandi, makan dan minum, berpakaian, dan eliminasi, serta rasa
frustasi akibat kehilangan kepercayaan diri dan harga diri yang dapat
digabungkan dengan cara perawat memperlakukan klien lansia (Kitson,
1990).
Salah satu upaya perawatan terhadap lansia berupa home care untuk
mempertahankan individualitas dan pemberdayaan karena perawatan
tersebut adalah tentang pemberian asuhan spesial untuk memenuhi
kebutuhan spesial. Sehingga ketergantungan permanen pada lansia
dapat dikurangi. Pengkajian keperawatan untuk kelompok klien ini perlu
dikonsentrasikan pada mengukur efek kerusakan dalam kemampuan untuk
berkomunikasi, mobilisasi, dan terlibat dalam aktivitas sosial. Intervensi
keperawatan selanjutnya harus berfokus pada memfasilitasi adaptasi
individu guna mengembalikan kesejahteraan dan kemandirian (Basford,
2006).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Dimensia
1. Definisi
Demensia adalah sekumpulan gejala yang memengaruhi
kemampuan fungsi kognitif otak dalam mengingat (memori),
berpikir, bertingkah laku, dan berbicara (berbahasa). Demensia
bukanlah sebuah penyakit sungguhan, melainkan istilah untuk
menggambarkan sekelompok gejala yang mengganggu fungsi otak,
atau biasa disebut juga sebagai gangguan neurokognitif mayor.
Gangguan ini bukanlah sebuah penyakit yang berdiri sendiri,
melainkan sekelompok gejala yang disebabkan oleh kondisi
lainnya.
2. Etiologi
a. Penyakit alzaimer
b. Serangan stroke berturut-turut
c. Sindroma dimensia dengan penyakit yang etiologinya tidak
diketahui.
d. Sindroma dimensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum
dapat diobati,misalnya penyakit degenerasi spino serebral.
e. Neurotransmitter
f. Penyakit jisim lewy ( lewy body disease)
3. Manifestasi klinis
a. Dimensia adalah kondisi yang lama-kelamaan makin
memburuk. Penurunan fungsi daopat terjadi dalam kurun
waktu yang lama sebelum dimensia muncul dan ditemukan,
yang ditandai dengan penurunan daya ingat yang terjadi atau
lupa yang menjadi bagian dari keseharian yang tidak bisa
lepas.
b. Gangguan orientasi waktu dan tempat. Misalnya lupa hari,
minggu, bulan, tahun, tempat dimana saatini berada.
c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi
kalaimat, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah
kondisi, mengulan kata atau cerita yang sama berkali-kali.
d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis saat melihat
drama televise, marah besar pada kesalahan kecil yang
dilakukan oleh orang lain, rasa takut dan gugup yang tidak
beralasan.
e. Adanaya perubahan tingkah laku seperti acuh tak acuh,
menarik diri, dan gelisah sampai susah mengatur pola tidur.
4. Patofisiologi
Dimensia sering terjadi pada usia >65 tahun, gejala yang mungkin
muncul yaitu perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga
mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita tidak menunjukkan
gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka tampak seperti
lansia pada umumnya, mengalami proses penuaan dan
degenerative. Kejanggalan awal dirasakan penderita yaitu sulit
mengingat dan sering lupa meletakkan barang, mereka sering
menutupi hal tersebut dan menganggap hal biasa pada usia
mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakanoleh orang-orang
terdekat yang tinggal bersama mereka. Mereka merasa khawatir
terhadap penurunan daya ingat yang terjadi, namun keluarga
merasa mungkin lansia kelelahan dan perlu istirahat. Mereka tidak
menyadari adanya masalah besar terkait penurunan berikutnya.
6. Penatalaksanaan
1. Farmakologi : diberikan berdasarkan penyebab dimensia pada
lansia.
2. Dukungan dan peran keluarga
3. Terapi simtomatik misalnya latihan fisik yang sesuai,
penanganan terhadap masalah-masalah.
4. Pencegahan dan perawatan dimensia misalnya mencegah
masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti
alcohol dan zat aditif, membaca buku untuk merangsang otak
umtuk berfikir.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian, meliputi Identitas Pasien : Hal -hal yang perlu dikaji
pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku,
Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi
2. Pengkajian dasar
a. Temperatur
b. Pulse ( denyut nadi ) : Kecepatan, irama, volume Apikal, radial, pedal
c. Respirasi ( pernapasan ) : Kecepatan, irama, dan kedalaman. Tidak
teraturnya pernapasan
d. Tekanan darah: Saat baring, duduk, berdiri. Hipertensi akibat posisi
tubuh
e. Berat badan perlahan-lahan hilang dalam tahun-tahun terakhir
f. Tingkat orientasi
g. Memory ( ingatan )
h. Pola tidur
i. Penyesuaian psikososial
Sistem Persarafan
− Kesimetrisan raut wajah
− Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
Tidak semua orang menjadi snile
Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
− Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
− Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
Jangan ditest diluar jendela
Pergunakan tangan atau gambar
Cek kondisi kaca mata
− Pupil : kesamaan, dilatasi
− Sensor deprivation ( gangguan sensorik )
− Ketajaman pendengaran
Apakah menggunakan alat bantu dengar
Tinutis
Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
− Adanya rasa sakit atau nyeri
Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan
Auskultasi denyut nadi apikal
Periksa adanya pembekakan vena jugularis
Pusing
Sakit
Edema
Sistem Gastrointestinal
Status gizi
Pemasukan diet
Anoreksia, tidak dicerna, mual dan muntah
Mengunyah dan menelan
Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
Auskultasi bising usus
Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
Apakah ada konstipasi ( sembelit ), diare dan inkontinesia alvi
Sistem Genitourinarius
Sistem integument
1. Kulit
Temperatur, tingkat kelembaban, Keutuhan luka, luka terbuka,
robekan,Turgor ( kekenyalan kulit ) Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
5. Adanya gangguan-gangguan umum
Sistem Muskuloskeletal
Psikososial
1. Memory
o Kenangan jangka panjang : berjam – jam sampai berhari hari yang
lalu
o Jangka pendek : 0-10 menit
2. I.Q (Intelegentia Quantion)
o Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
o Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan
o
Pengkajian Fungsional Klien
1. Katz index
No. Kegiatan Mandiri Bantuan Bantuan
Sebagian Penuh
1. Bathing
2. Dressing
3. Toiletting
4. Transfering
5. Continence
6. Feeding
2. Barthel index
Kriteria Penilaian
1. Makan (frekuensi, jumlah, jenis) 1. Denganbantuan(5)
2. Minum (frekuensi, jumlah, jenis) 2. Mandiri(10)
3. Berpindah dari kursi roda ke tempat
tidur/sebaliknya Keterangan:
4. Personal toilet, cuci muka, menyisir 120 : mandiri
rambut, gosok gigi) 65 –115 : Ketergantungan Sebagian
5. Keluar masuk toilet (mencuci <60 : Ketergantungan total
pakaian, menyekat tubuh menyiram)
… (frekuensi).
6. Mandi
7. Jalan dipermukaan datar
8. Naik turun tangga
9. Mengenakan pakaian
10. Kontrol bowel (BAB)...(frekuensi,
konsistensi)
11. Kontrol Bladder (BAK) …
(frekuensi, warna)
12. Olahraga/ latihan… (frekuensi,
jenis)
13. Rekreasi/ pemanfaatan waktu…
(frekuensi, jenis)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan: risiko terhadap trauma/cedera.
Tujuan khusus 1: klien dan anggota keluarga akan mengamankan segala bentuk
bahaya yang mungkin terjadi di dalam lingkungan rumah.
Intervensi:
1. Ciptakan agar lingkungan aman dengan cara menyimpan semua benda yang
berpotensi berbahaya.
Rasional: penatalaksanaan lingkungan merupakan prioritas utama jika klien
berada di lingkungan komunitas dalam waktu yang lama.
2. Identifikasi tempat yang aman bagi klien di dalam rumah, dan pertahankan
supaya tempat tersebut tetap aman bebas dari bahaya.
Rasional: keamanan ditingkatkan dengan cara menyimpan benda-benda yang
dapat menimbulkan bahaya yang ada di lingkungan rumah.
3. Simpan semua benda yang berbahaya ke dalam tempat yang aman, terkunci
dan diberi label.
Rasional: tindakan ini mencegah klien supaya tidak menggunakan atau kontak
dengan benda berbahaya tersebut, misalnya zat toksik.
Simpan semua obat-obatan yang tidak diresepkan, seperti aspirin, obat batuk,
dan semua obat yang sudah kadaluarsa atau potensial berbahaya, misalnya
obat tidur dan narkotik.
Rasional: tindakan ini mencegah klien supaya tidak memiliki akses dengan obat-
obatan yang berpotensi berbahaya, mengkonsumsinya secara sembarangan dan
tidak benar, serta menggunakannya untuk bunuh diri.
4. Beri label pada ruangan dan pintu, dengan menggunakan nama atau sebuah
gambar benda.
Rasional: hal ini memberikan suatu panduan ke lingkungan untuk klien yang
mengalami gangguan kognitif.
5. Pasang pagar pengaman, dan perlengkapan pengaman lain, di tempat tidur,
kursi dan pintu.
Rasional: perlengkapan pengaman dapat mencegah terjatuh, dan memungkinkan
intervensi yang sesuai.
Intervensi:
1. Dampingi klien selama ambulasi, dan bawa klien ke luar ruangan untuk
olah raga jika memungkinkan.
Rasional: ambulasi dan olah raga meningkatkan sirkulasi dan kesejateraan
seluruh kondisi fisik.
2. Beritahu tempat lain (kantor polisi, rumah sakit, lingkungan rumah sekitar)
yang tepat yang mungkin akan klien datangi ketika berjalan-jalan.
Rasional: terbentuknya kesadaran masyarakat mengenai kecenderungan klien
untuk berjalan-jalan akan membantu meningkatkan keamanan klien untuk
kembali.
3. Minta klien untuk mengenakan tanda pengenal medis, jika memungkinkan.
Rasional: identifikasi yang mudah dikenal sangat penting untuk keamanan klien.
4. Jika klien merokok, awasi secara ketat dan larang klien untuk memiliki korek
api.
Rasional: hal ini menghilangkan kemungkinan timbulnya luka bakar atau kebakaran.
5. Minimalkan dan awasi secara ketat setiap pengolahan makanan atau
minuman.
Rasional: karena terdapat gangguan daya nilai, klien dapat melukai dirinya
sendiri jika diijinkan untuk menggunakan benda-benda tajam dan perlengkapan
memasak.
Intervensi:
4. Miliki perlengkapan khusus, seperti tempat duduk toilet yang dapat ditinggikan
atau pagar pengaman.
Rasional: ketersediaan perlengkapan khusus meningkatkan performansi aktivitas
mandi dan ke toilet.
5. Dorong klien untuk mengenakan pakaian yang rapi dan nyaman.
Tujuan khusus 2: klien mempertahankan jadual tidur, istirahat dan aktivitas yang
cukup.
Intervensi:
Rasional: mengubah pola yang sudah terbiasa dari asupan makan klien pada
malam hari terbukti mengganggu tidur.
4. Memberikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur, seperti
mematikan lampu, ventilasi ruang adekuat, suhu yang sesuai, dan
menghindari kebisingan.
Rasional: hambatan kortikal pada formasi retikular akan berkurang selama tidur,
meningkatkan respon otomatik, karenanya respons kardiovaskular terhadap suara
meningkat selama tidur.
5. Pantau toleransi aktivitas klien dengan memberikan kegiatan sesuai
kemampuan, jika mungkin buat program olahraga harian.
Rasional: olahraga mempunyai efek kardiovaskular yang positif dan
meningkatkan kesehatan emosi.
6. Beri kesempatan pada klien untuk ikut serta dalam aktivitas sosial yang
sederhana dan sudah dikenal serta aktivitas yang berorientasi pada tugas,
seperti saling membantu dalam melakukan tugas dalam keluarga.
Rasional: partisipasi dalam aktivitas meningkatkan sosialisasi, orientasi, dan
kesenangan.
7. Tentukan bagaimana pengaruh olahraga, jam istirahat, dan aktivitas terhadap
kemampuan tidur klien.
Rasional: dengan memantau pola istirahat tidur, perawat dapat menentukan
kondisi terbaik untuk meningkatkan tidur.
8. Anjurkan klien tidur menggunakan kaos kaki atau pakain tertentu.
Intervensi:
Intervensi:
Terapi:
Terapi medis:
1. Lakukan pemeriksaan fisik dan uji diagnostik untuk mengidentifikasi
kemungkinan penyebab demensia.
2. Tangani semua masalah fisiologis secara medis.
Terapi kelompok:
1. Tingkatkan orientasi ke lingkungan, dan diskusikan secara singkat peristiwa-
peristiwa terkait yang baru saja terjadi.
2. Diskusikan keadaan di sini dan saat ini untuk periode waktu yang singkat.
Terapi di keluarga:
1. Sediakan informasi dan dukungan emosional untuk keluarga selama tiga fase
demensia.
2. Bantu keluarga untuk membentuk jaringan pendukung sosial.
KASUS
A. Kasus
Klien ny.L usia 72 tahun, sudah menikah, suku jawa, keluhan utama yaitu
sering lupa adan sering terbangun dimalam hari, lebih kurang 2x / malam.
Riwayat penyakit sekarang tidak ada, klien diantar oleh keluarga, dan lien
tidak mempunyai riwayatpenyakit terdahulu. Klien tidur 3 jam / hari, denagn
tidur siang 1 jam dantidur malam 2 jam, tidur tidak nyaman dansering
terbangun. Aktivitas klien masih dapat dilakukansecara mandiri.
B. Analisa data
Data objektif :
C. Diagnosa Keperawatan
2. Kerusakan memori
D. INTERVENSI
1. Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x kunjungan daalam 14
hari, gangguan pola tidur klien teratasi. Dengan kriteria hasil :
a. Mengawali tidur mlam lebih awal
b. Terbangun dimalam hari berkurang 1 xdari sebelumnya
c. Kualitas toidur membaik
INTERVENSI :
a.memperkenalkan diri
b.monitoring TTV
Intervensi :
2. S : klien mengatakan ingat hari ini tanggal berapa tetapi lupa harinya
O : klien tampak bingung dan mengerutkan alias saatditanya tanggal dan
hari ini, klien tidak ingat terhadap informasi yang diberikan perawata
pada pertemauan terakhir, skor MSE masih 19, klien focus [ada lawan
bicara, masih kesulitan menerima informasi, klien mau melakukan TTS.
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1-7
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada lansia berupa home care
untuk mempertahankan individualitas dan pemberdayaan dengan
menggunakan proses keperawatan (pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana, tindakan, dan evaluasi) yang dikonsentrasikan
untuk mengukur efek kerusakan dalam kemampuan untuk
berkomunikasi, mobilisasi, dan terlibat dalam aktivitas sosial.
Tindakan keperawatan selanjutnya berfokus pada memfasilitasi
adaptasi individu guna mengembalikan kesejahteraan dan kemandirian
B. Saran