Proposal Ronde Keperawatan Cendana
Proposal Ronde Keperawatan Cendana
Proposal Ronde Keperawatan Cendana
Disusun oleh :
1
RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN TN S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DM DI RUANG CENDANA
RSUD SIMO BOYOLALI
1. Tujuan
A. Tujuan umum :
Menyelesaikan masalah-masalah keperawatan klien yang belum teratasi
B. Tujuan khusus:
1) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal
dari masalah klien
2) Meningkatkan pola pikir sistematis
3) Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan ketua tim dan keluarga
klien
4) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
2. Materi :
Pengeertian dari Ronde Keperawatan adalah dimana suatu kegiatan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilakukan
oleh perawat selain melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatan. Dimana Praronde menentukan kasus dan topik
masalah yang tidak teratasi, mencari sumber dan literature, mempersiapkan
pasien (informasi dan pengkajian), diskusi tentang diagnosis keperawatan
yang dilakukan dan hambatan selama perawatan. Dimana peran masing-
masing anggota tim menjelaskan diagnosis keperawatan, menjelaskan
intervensi yang dilakukan, menjelaskan hasil yang didapat, menjelaskan
rasional tindakan yang diambil, mengkaji masalah –masalah pasien yang
2
belum terkaji. Dari kasus yang kita ambil pada Tn. S di ruang Cendana kelas
IB dengan diagnosis DM tipe II, penyakit DM tersebut tidak dapat di
pulihkan atau disembuhkan (kronis) dimana penyakit ini bisa penyebab
psikis bagi penderita karena penyakit yang dialaminya tidak bisa di
sembuhkan secara total, maka dari itu sangat perlu untuk melakukan ronde
keperawatan pada pasien yang mengalami kasus seperti ini, dan juga
termasuk dalam kategori penyakit penyebab kematian tertinggi di indonesia.
3
2) ETIOLOGI
Klasifikasi etiologi diabetes melitus, menurut Black and Hawks, (2014);
PERKENI, (2011); Corwin, (2009); Fitriana, (2016)
a) Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 diperkirakan terjadi akibat dekstruksi
otoimun selsel beta pulau Langerhans. Individu yang memiliki
kecenderungan genetik penyakit ini tampaknya menerima faktor
pemicu dari lingkungan yang menginisiasi proses otoimun.
Sebagai contoh faktor pencetus yang mungkin antara lain infeksi
virus seperti gondongan (mumps), rubella, atau sitomegalovirus
(CMV) kronis. Pajanan terhadap obat atau toksin tertentu juga
diduga dapat memicu serangan otoimun ini (Corwin, 2011).
Faktor lingkungan seperti virus tampaknya memicu proses
autoimun yang merusak sel beta. Cell Antibody Islet (ICAs)
muncul, jumlah meningkat selama berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun sesuai kerusakan sel beta. Hiperglikemia puasa
(peningkatan kadar glukosa darah) terjadi ketika 80-90% massa
sel beta telah rusak (Black and Hawks, 2014).
4
Rangsangan berkepanjangan atas reseptor-reseptor tersebut
dapat menyebabkan penurunan jumlah reseptor-reseptor insulin
yang terdapat di sel tubuh. Penelitian lain menduga bahwa
deficit hormon leptin, yang sering disebut gen obesitas pada
hewan, mungkin termasuk manusia, gagal berespons terhadap
tanda kenyang, dan itulah mengapa mengapa gemuk dan
menyebabkan intersensitivitas insulin (Corwin, 2011).
c) Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes melitus gestasional merupakan penyakit diabetes
yang disebabkan tubuh tidak bisa merespon hormon insulin
karena adanya hormon penghambat respon yang dihasilkan oleh
plasenta selama proses kehamilan (Fitriana, 2016). Penyebab
diabetes gestasional dianggap berkaitan dengan peningkatan
kebutuhan energi dan kadar estrogen serta hormone
pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama kehamilan.
(Corwin, 2011).
3) MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis diabetes melitus menurut Black and Hawks,
(2014); Corwin (2011) dan Fitriana, (2016) adalah:
a. Poliuri (peningkatan pengeluaran urin)
b. Polidipsi (peningkatan rasa haus)
c. Polifagi (peningkatan rasa lapar)
d. Penurunan berat badan
e. Rasa lelah
f. Pengelihatan kabur
g. Sering kesemutan
5
4) KOMPLIKASI
5) PATOFISIOLOGI
Patofisiologi
6
ini disebuat sebagai periode honeymoon, secara khas bertahan untuk 3-
12 bulan. Proses berakhir ketika massa sel beta yang berkurang tidak
dapat memproduksi cukup insulin untuk meneruskan kehidupan. Klien
menjadi bergantung kepada pembeian insulin eksogen (diproduksi
diluar tubuh) untuk bertahan hidup (Black and Hawks, 2014).
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 memiliki respons terbatas sel beta
terhadap hiperglikemia tampak menjadi faktor major dalam
perkembangannya. Sel beta terpapar secara kronis terhadap kadar
glukosa darah tinggi menjadi secara progresif kurang efisien ketika
merespons peningkatan glukosa lebih lanjut. Fenomena ini dinamai
desensitisasi, dapat kembali dengan menormalkan kadar glukosa.
Resistensi terhadap aktivitas insulin biologis, baik di hati maupun
jaringan perifer.Keadaan ini disebut sebagai resistensi insulin.
Orang dengan diabetes melitus tipe 2 memiliki penurunan sesitivitas
insulin terhadap kadar glukosa, yang mengakibatkan produksi
glukosa hepatik berlanjut, bahkan sampai dengan kadar glukosa
darah tinggi. Hal ini bersamaan dengan ketidakmampuan otot dan
jaringan lemak untuk meningkatkan ambilan glukosa.Mekanisme
penyebab resistensi insulin perifer tidak jelas.Namun, ini tampak
terjadi setelah insulin berikatan terhadap reseptor pada permukan sel
(Black and Hawks, 2014).
7
Pathway (Black and Hawks, 2014).)
8
6) PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan menurut PERKENI, 2011 menjelaskan diabetes
melitus adalah
a. Jangka pendek: menghilangkan keluhan dan tanda diabetes melitus,
mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target pengendalian
glukosa darah.
b. Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati.
c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas
diabetes melitus. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan
pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan proil lipid,
melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan
perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
Secara garis besar, semua tindakan yang dapat di lakukan dalam
usaha mengendalikan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe
2.
a. Perencanaan makan Penelitian yang dilakukan oleh Trapp (2012),
menjelaskan bahwa perencanaan makan seperti halnya pendekatan
yang mengakibatkan penurunan berat badan, sebuah perencanaan pola
makan dapat mengurangi resiko terjadinya perkembangan diabetes tipe
2.
b. Latihan jasmani Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE
(Continuous, rhythmical, interval, progressive, endurance training).
Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi
maksimal (220 – umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
penyakit penyerta.
9
c. Obat berkhasiat hipoglikemik A. Insulin Menurut PERKENI tahun
2011 insulin diperlukan pada keadaan:
a. Penurunan berat badan yang cepat
b. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
c. Ketoasidosis diabetik
d. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
e. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
f. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
g. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
h. Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
i. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
j. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Pemberian insulin secara konvensional tiga kali sehari dengan
memakai insulin kerja cepat, insulin dapat pula diberikan dengan dosis
terbagi insulin kerja menengah dua kali sehari dan kemudian diberikan
campuran insulin kerja cepat di mana perlu sesuai dengan respons kadar
glukosa darahnya. Umumnya dapat juga pasien langsung diberikan insulin
campuran kerja cepat dan menengah dua kali sehari.Kombinasi insulin kerja
sedang yang diberikan malam hari sebelum tidur dengan sulfonilurea
tampaknya memberikan hasil yang lebih baik daripada dengan insulin saja,
baik satu kali ataupun dengan insulin campuran. Keuntungannya pasien
tidak harus dirawat dan kepatuhan pasien tentu lebih besar (Suyono, 2011).
10
3. Metode :
A. Diskusi
4. Media :
A. Makalah
5. Kegiatan ronde keperawatan
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Tempat
pasien
1 hari Pra Pra Ronde: Kepala - Ruang
sebelum ronde 1. Menentukan kasus & topik Ruangan : Kepala
ronde 2. Menentukan Tim ronde
3. Informed Consent
4. Membuat Pra planning
5. Diskusi
6. Mencari Sumber Literatur
5 menit Ronde Pembukaan: Perawat - Nurse
1. Salam pembuka Primer Station
2. Memperkenalkan tim ronde (PP) :
3. Menyampaikan identitas dan
masalah pasien
4. Menjelaskan tujuan ronde
10 Menit 1. Penyajian masalah PP - Nurse
2. Memberi salam dan Station
memperkenalkan pasien dan
keluarga kepada tim ronde
3. Menjelaskan riwayat penyakit
dan keperawatan klien
4. Menjelaskan masalah klien dan
rencana tindakan yang telah
11
dilaksanakan dan menetapkan
prioritas yg perlu didiskusikan
1. Validasi data Tim Mendengarkan Kamar
15 Menit 2. Mencocokkan dan menjelaskan Ronde Pasien
kembali data yg telah
disampaikan
3. Diskusi antar anggota tim
(Karu, PP, DPJP, Ahli Gizi dan
Perawat Asosiate) tentang
masalah keperawatan
5 menit Pasca 1. Evaluasi dan rekomendasi Karu, Nurse
ronde intervensi keperawatan supervisor Station
2. Penutup , Tim
Ronde
6. Pengorganisasian :
d. Supervisor :
e. Kepala ruang :
f. Perawat Primer :
g. DPJP :
h. Ahli Gizi :
i. PA :
1)
2)
3)
4)
12
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J., 2011, Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6, Penerbit EGC, Jakarta.
13