Tuga
Tuga
Tuga
Oleh :
BANDUNG
2019
1. Pendahuluan
Metode perhitungan travel time untuk medium dengan kontras kecepatan yang besar dan
tajam, diperlukan pendekatan selain metode shooting dan banding. Vidale (1988)
memperkenalkan metode finite-difference untuk menghitung waktu tempuh gelombang
seismik pada medium yang di diskritisasi menjadi suatu grid. Ia memanfaatkan beberapa
operator untuk menghitung waktu tempuh dari suatu titik ke titik lainnya melalui skema
expanding square.
Pendekatan yang diusulkan Vidale (1988) menimbulkan masalah saat adanya head wave
pada medium dengan kontras kecepatan yang signifikan. Oleh sebab itudilakukan beberapa
pengembangan terhadap metode yang diusulkan Vidale. Hole dan Zelt (1995) memanfaatkan
operator 1-D untuk menghitung waktu tempuh dari head wave, kemudian melakukan
backward propagation untuk mensimulasikan gelombang dari head wave tersebut. Hasilnya,
akurasi dari model waktu tempuh muka gelombang menjadi lebih baik.
2. Metode
2.1. Perhitungan waktu tempuh dengan metode Vidale (1988)
8. Menghitung t di titik lainnya pada kotak ke-2 sisi ke-1 melalui persamaan II.2
9. Ulangi langkah 6-8 untuk ketiga sisi lainnya
10. Ulangi langkah 6-9 hingga mencapai batas dari grid
Setelah semua waktu tempuh pada setiap titik dihitung, kontur waktu tempuh dapat
dibuat untuk melihat wavefront dari penjalaran gelombang. Diagram alir metode Vidale
ditunjukkan pada Gambar II.2
2.2. Perhitungan waktu tempuh dengan metode Hole & Zelt (1995)
Metode yang diusulkan oleh Hole dan Zelt (1995) merupakan pengembangan dari
metode Vidale. Pada saat perhitungan waktu tempuh menggunakan persamaan II.2, bagian
perhitungan didalam akar dapat menghasilkan nilai negatif apabila terdapat kontras kecepatan
yang cukup signifikan dan gelombang telah mencapai sudut kritis nya. Fenomena ini disebut
dengan head wave yaitu gelombang yang memiliki waktu tempuh yang lebih cepat dari
gelombang langsung disekitarnya yang biasa ditemukan pada survei seismic refraksi. Hal ini
tentunya menimbulkan permasalahan baik saat perhitungan maupun saat mencitrakan kontur
waktu tempuh dikarenakan hasil perhitungan merupakan bilangan imajiner Gambar II.1.
Untuk mengatasi kasus ini, Hole dan Zelt (1995) memanfaatkan suatu operator satu dimensi
(1-Doperator) untuk menghitung waktu tempuh dari head wave. Operator ini dirumuskan
pada persamaan berikut:
𝑡0 = 𝑡1 + ℎ𝑠
Dimana 𝑡0 merupakan waktu tempuh dari head wave dan 𝑡1 adalah titik sebelum munculnya
head wave. Setelah itu, dilakukan backward propagation pada bidang yang tegak lurus
dengan munculnya head wave tersebut. Dengan demikian, gelombang refraksi akibat adanya
head wave dapat diidentifikasi dan dicitrakan.
Gambar II.2 Diagram alir metode Vidale (1988).
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Perhitungan waktu tempuh dengan metode Vidale (1988)
Dilakukan uji coba dengan model 2 lapis dengan kondisi kecepatan bawah lebih tinggi
dibandingkan kecepatan bagian atas sehingga menghasilkan seperti Gambar III.1 berikut
Gambar III.1 Kontur waktu tempuh model 2 lapis (V2>V1) motode vidale (menggunakan
software python)
Model yang digunakan merupakan model dua lapis dengan batas lapisan berbentuk
datar/flat. Lapisan pertama memiliki kecepatan 3000 m/s, sementara lapisan kedua memiliki
kecepatan 3500 m/s. Hasil ini sama dengan yang ada di paper vidale gambar 10 sebagai
berikut:
3.2. Perhitungan waktu tempuh dengan metode Hole & Zelt (1995)
Untuk menguji metode perhitungan waktu tempuh yang diusulkan oleh Hole dan Zelt
(1995), model dua lapisan yang sama digunakan. Lapisan pertama memiliki kecepatan 3000
m/s, sementara lapisan kedua memiliki kecepatan 3500 m/s.
Gambar III.2 Kontur waktu tempuh model 2 lapis (V2>V1) dengan metode Hole & Zelt
(menggunakan software python)
4. Kesimpulan
Perhitungan waktu tempuh menggunakan metode Vidale baik digunakan untuk medium
dua lapis dengan lapisan dibawah memiliki kecepatan yang lebih cepat dibandingkan lapisan
diatasnya. Metode Hole & Zelt telah terbukti dapat mencitrakan wavefront dari head wave
dengan baik.
5. Referensi